Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.39421
R. Anisa, Annisa Krismalia Putri, V. Pamungkas, Yuli Putri Hasanah, Siti Hikmah
Lansia di rumah, lansia di panti werdha, sosial, emosi. Penelitian ini berfokus pada aspek sosial lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, aspek emosional lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, serta bagaimana perbedaan aspek sosial emosional antara lansia yang tinggal di Panti Wredha dengan lansia yang tinggal di rumah. Adapun tujuannya adalah menguraikan aspek sosial pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, menguraikan aspek emosional pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dan lansia yang tinggal di rumah, dan menguraikan perbedaan sosio emosional antar keduanya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi terhadap subjek.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan rincian 2 lansia yang tinggal di panti werdha dan 2 lansia yang tinggal di rumah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti werdha cenderung kurang berinteraksi dengan orang sekitar dan tidak membagikan perasaannya kepada orang lain, sedangkan lansia yang tinggal di rumah cenderung berinteraksi secara intens dengan orang-orang disekitarnya dan mampu membagikan perasaannya kepada orang serta mampu mengontrol emosi. dengan baik
{"title":"STUDI KASUS PADA LANSIA: PERBEDAAN SOSIO EMOSIONAL LANSIA DI PANTI WREDHA DENGAN LANSIA DI RUMAH","authors":"R. Anisa, Annisa Krismalia Putri, V. Pamungkas, Yuli Putri Hasanah, Siti Hikmah","doi":"10.14710/empati.2024.39421","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.39421","url":null,"abstract":"Lansia di rumah, lansia di panti werdha, sosial, emosi. Penelitian ini berfokus pada aspek sosial lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, aspek emosional lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, serta bagaimana perbedaan aspek sosial emosional antara lansia yang tinggal di Panti Wredha dengan lansia yang tinggal di rumah. Adapun tujuannya adalah menguraikan aspek sosial pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dan tinggal di rumah, menguraikan aspek emosional pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dan lansia yang tinggal di rumah, dan menguraikan perbedaan sosio emosional antar keduanya. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi terhadap subjek.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 orang dengan rincian 2 lansia yang tinggal di panti werdha dan 2 lansia yang tinggal di rumah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti werdha cenderung kurang berinteraksi dengan orang sekitar dan tidak membagikan perasaannya kepada orang lain, sedangkan lansia yang tinggal di rumah cenderung berinteraksi secara intens dengan orang-orang disekitarnya dan mampu membagikan perasaannya kepada orang serta mampu mengontrol emosi. dengan baik","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"137 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131435313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.27699
Nadya Ridha Rachmatunisa, Amalia Rahmandani
Setiap orang mendambakan pernikahan yang harmonis. Namun, terdapat pernikahan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sehingga menimbulkan dilema bagi ibu antara memilih untuk mempertahankan rumah tangganya atau bercerai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman ibu korban KDRT hingga memutuskan bercerai. Subjek penelitian berjumlah 3 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria seorang ibu yang memiliki anak, telah bercerai setidaknya minimal 2 tahun mengalami KDRT khususnya jenis KDRT psikis karena perselingkuhan, dan bersedia menjadi partisipan penelitian. Metode dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) melalui wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian diperoleh tiga tema induk, yakni (1) tema terkait dinamika ketika mengalami KDRT meliputi tema superordinat dampak akibat KDRT dan jenis KDRT yang dialami; (2) pengambilan keputusan bercerai meliputi tema superordinat , pertimbangan pengambilan keputusan cerai, upaya mempertahankan rumah tangga, persiapan menghadapi perceraian; dan (3) pengasuhan anak meliputi tema superordinat upaya memahami anak, strategi pengasuhan anak, dan makna anak bagi ibu. Berdasarkan tema-tema tersebut dapat diambil kesimpulan fenomena pengambilan keputusan cerai cenderung menyebabkan beban psikologis bagi ibu dan anak. Tetapi ternyata peristiwa itu tidak selamanya negatif apabila merupakan satu-satunya pilihan bagi keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang berkepanjangan. Pengambilan keputusan cerai tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhinya yaitu adanya penderitaan selama mengalami KDRT, adanya dukungan sosial dan mempertimbangkan kondisi psikologis anak.
{"title":"APAKAH AKU MASIH MEMILIKI HARAPAN? STUDI KUALITATIF FENOMENOLOGI PENGALAMAN IBU KORBAN KDRT HINGGA MEMUTUSKAN BERCERAI","authors":"Nadya Ridha Rachmatunisa, Amalia Rahmandani","doi":"10.14710/empati.2024.27699","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.27699","url":null,"abstract":"Setiap orang mendambakan pernikahan yang harmonis. Namun, terdapat pernikahan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sehingga menimbulkan dilema bagi ibu antara memilih untuk mempertahankan rumah tangganya atau bercerai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman ibu korban KDRT hingga memutuskan bercerai. Subjek penelitian berjumlah 3 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria seorang ibu yang memiliki anak, telah bercerai setidaknya minimal 2 tahun mengalami KDRT khususnya jenis KDRT psikis karena perselingkuhan, dan bersedia menjadi partisipan penelitian. Metode dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) melalui wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian diperoleh tiga tema induk, yakni (1) tema terkait dinamika ketika mengalami KDRT meliputi tema superordinat dampak akibat KDRT dan jenis KDRT yang dialami; (2) pengambilan keputusan bercerai meliputi tema superordinat , pertimbangan pengambilan keputusan cerai, upaya mempertahankan rumah tangga, persiapan menghadapi perceraian; dan (3) pengasuhan anak meliputi tema superordinat upaya memahami anak, strategi pengasuhan anak, dan makna anak bagi ibu. Berdasarkan tema-tema tersebut dapat diambil kesimpulan fenomena pengambilan keputusan cerai cenderung menyebabkan beban psikologis bagi ibu dan anak. Tetapi ternyata peristiwa itu tidak selamanya negatif apabila merupakan satu-satunya pilihan bagi keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang berkepanjangan. Pengambilan keputusan cerai tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhinya yaitu adanya penderitaan selama mengalami KDRT, adanya dukungan sosial dan mempertimbangkan kondisi psikologis anak.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"120 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130145437","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.37412
Fikri Anarta, R. Fauzi, M. B. Santoso
Masalah broken home dapat memengaruhi tumbuh kembang pada anak-anaknya. Perkembangan anak menjadi terhambat karena disebabkan oleh masalah broken home. Keluarga adalah tempat yang penting bagi tumbuh kembang fisik, emosional, mental, dan sosial bagi anak. Masalah perceraian tentunya tidak hanya dirasakan oleh orangtua nya saja, tetapi juga anak-anaknya terkena dampaknya, terutama pada remaja. Namun, tidak semua anak korban broken home selalu buruk, pasti selalu ada sisi positifnya. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan dampak orang tua broken home terhadap perilaku remaja wanita. Artikel ini ditulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua yang broken home berdampak kepada perilaku remaja, contohnya seperti remaja tersebut menjadi mudah menangis atau sedih. Namun, dampak itu tidak selalu buruk, karena remaja tersebut semakin terbuka dan tidak tertekan setelah terjadinya broken home. Maka dari itu, dampak broken home tidak selalu buruk terhadap perilaku seorang remaja.
{"title":"DAMPAK ORANG TUA BROKEN HOME TERHADAP PERILAKU REMAJA WANITA","authors":"Fikri Anarta, R. Fauzi, M. B. Santoso","doi":"10.14710/empati.2024.37412","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.37412","url":null,"abstract":"Masalah broken home dapat memengaruhi tumbuh kembang pada anak-anaknya. Perkembangan anak menjadi terhambat karena disebabkan oleh masalah broken home. Keluarga adalah tempat yang penting bagi tumbuh kembang fisik, emosional, mental, dan sosial bagi anak. Masalah perceraian tentunya tidak hanya dirasakan oleh orangtua nya saja, tetapi juga anak-anaknya terkena dampaknya, terutama pada remaja. Namun, tidak semua anak korban broken home selalu buruk, pasti selalu ada sisi positifnya. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan dampak orang tua broken home terhadap perilaku remaja wanita. Artikel ini ditulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua yang broken home berdampak kepada perilaku remaja, contohnya seperti remaja tersebut menjadi mudah menangis atau sedih. Namun, dampak itu tidak selalu buruk, karena remaja tersebut semakin terbuka dan tidak tertekan setelah terjadinya broken home. Maka dari itu, dampak broken home tidak selalu buruk terhadap perilaku seorang remaja.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115836300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.27708
B. Kurniawan, Yohanis Franz La Kahija
Presiden Mahasiswa merupakan sebutan bagi pemimpin Badan Eksekutif Mahasiswa. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologis yang bertujuan untuk memahami pengalaman menjadi presiden mahasiswa. Pemilihan partisipan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria pernah menjabat sebagai presiden mahasiswa periode 2017-2018 di perguruan tinggi negeri Jawa Tengah dan bersedia menjadi partisipan penelitian. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur untuk memperoleh data dan Interpretative Phenomenological Analysis digunakan untuk analisis data. Penelitian ini menghasilkan dua tema induk, yaitu (1) Keputusan menjadi presiden mahasiswa yang terdiri dari aktualisasi nilai diri, pandangan tentang prestasi, motivasi menjadi presiden mahasiswa, dan arti presiden mahasiswa, (2) Konsekuensi menjadi presiden mahasiswa yang terdiri dari dinamika relasi sosial, dinamika pencalonan, dinamika pengelolaan organisasi, dan dinamika gerakan mahasiswa. Terdapat dua tema khusus yang muncul pada dua partisipan yakni, partisipan SAM dengan pencarian organisasi dan partisipan MRN dengan keikutsertaan pihak lain. Penelitian ini memberi informasi penting tentang dinamika psikologis pada presiden mahasiswa.
{"title":"PENGALAMAN MENJADI PRESIDEN MAHASISWA STUDI KUALITATIF FENOMENOLOGI PADA PRESIDEN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI JAWA TENGAH","authors":"B. Kurniawan, Yohanis Franz La Kahija","doi":"10.14710/empati.2024.27708","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.27708","url":null,"abstract":"Presiden Mahasiswa merupakan sebutan bagi pemimpin Badan Eksekutif Mahasiswa. Penelitian ini adalah penelitian fenomenologis yang bertujuan untuk memahami pengalaman menjadi presiden mahasiswa. Pemilihan partisipan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria pernah menjabat sebagai presiden mahasiswa periode 2017-2018 di perguruan tinggi negeri Jawa Tengah dan bersedia menjadi partisipan penelitian. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur untuk memperoleh data dan Interpretative Phenomenological Analysis digunakan untuk analisis data. Penelitian ini menghasilkan dua tema induk, yaitu (1) Keputusan menjadi presiden mahasiswa yang terdiri dari aktualisasi nilai diri, pandangan tentang prestasi, motivasi menjadi presiden mahasiswa, dan arti presiden mahasiswa, (2) Konsekuensi menjadi presiden mahasiswa yang terdiri dari dinamika relasi sosial, dinamika pencalonan, dinamika pengelolaan organisasi, dan dinamika gerakan mahasiswa. Terdapat dua tema khusus yang muncul pada dua partisipan yakni, partisipan SAM dengan pencarian organisasi dan partisipan MRN dengan keikutsertaan pihak lain. Penelitian ini memberi informasi penting tentang dinamika psikologis pada presiden mahasiswa.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"194 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115558322","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada guru sekolah dasar honorer di Kecamatan Pracimantoro. Modal psikologis adalah kemampuan individu untuk yakin pada diri sendiri, membangun atribusi positif, menentukan arah dalam mencapai tujuan, dan kemampuan untuk bertahan pada situasi sulit sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Keterikatan kerja adalah suatu kondisi yang positif mencakup mental, sikap, dan perilaku karyawan serta berkaitan dengan pemenuhan kerja yang ditandai dengan semangat, dedikasi, dan absorpsi. Populasi dalam penelitian ini adalah 203 guru honorer dan sampel penelitian 127 guru honorer. Guru honorer dipilih karena ditengah permasalahan yang harus dihadapi, tetapi dirinya mampu untuk bertahan dan tidak melepas profesinya. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala sebagai alat ukur, yaitu skala modal psikologis (30 item valid dengan α= 0,920) dan skala keterikatan kerja (35 item valid dengan α= 0,925). Berdasarkan metode analisis regresi sederhana didapatkan hasil rxy= 0,854 dengan p = 0,000 (p<0,05), dimana hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif antara modal psikologis dan keterikatan kerja. Modal psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar 25,5% pada keterikatan kerja.
{"title":"HUBUNGAN MODAL PSIKOLOGIS DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR HONORER DI KECAMATAN PRACIMANTORO","authors":"Yosika Pramangara Admadeli, Anggun Resdasari Prasetyo","doi":"10.14710/empati.2024.26609","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.26609","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan kerja pada guru sekolah dasar honorer di Kecamatan Pracimantoro. Modal psikologis adalah kemampuan individu untuk yakin pada diri sendiri, membangun atribusi positif, menentukan arah dalam mencapai tujuan, dan kemampuan untuk bertahan pada situasi sulit sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Keterikatan kerja adalah suatu kondisi yang positif mencakup mental, sikap, dan perilaku karyawan serta berkaitan dengan pemenuhan kerja yang ditandai dengan semangat, dedikasi, dan absorpsi. Populasi dalam penelitian ini adalah 203 guru honorer dan sampel penelitian 127 guru honorer. Guru honorer dipilih karena ditengah permasalahan yang harus dihadapi, tetapi dirinya mampu untuk bertahan dan tidak melepas profesinya. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Penelitian ini menggunakan dua skala sebagai alat ukur, yaitu skala modal psikologis (30 item valid dengan α= 0,920) dan skala keterikatan kerja (35 item valid dengan α= 0,925). Berdasarkan metode analisis regresi sederhana didapatkan hasil rxy= 0,854 dengan p = 0,000 (p<0,05), dimana hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif antara modal psikologis dan keterikatan kerja. Modal psikologis memberikan sumbangan efektif sebesar 25,5% pada keterikatan kerja.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131114384","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.26470
Suci Rachmasari, Hastaning Sakti
Sekolah merupakan tempat utama bagi siswa untuk mempelajari sesuatu. Mempelajari materi hingga nilai kehidupan. perilaku prososial adalah suatu perilaku yang menguntungkan yang didalamnya terdapat kebersamaan, kerjasama, dan altruism. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk menghadapi makna atau value. Menempatkan hidup individu dengan makna yang lebih luas serta menilai bahwa jalan hidup sesorang lebih bermakna daripada yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan. Populasi penelitian ini berjumlah 189 dengan sampel penelitian berjumlah 60 siswa SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Alat ukur penelitian menggunakan dua buah skala yakni Skala Perilaku Prososial (26 aitem valid, α = 0, 874) dan Skala Kecerdasan Spiritual (41 aitem, α = 0,918). Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,766 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti hipotesis yang telah diajukan diterima dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SMA HASYIM ASY’ARI KOTA PEKALONGAN","authors":"Suci Rachmasari, Hastaning Sakti","doi":"10.14710/empati.2024.26470","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.26470","url":null,"abstract":"Sekolah merupakan tempat utama bagi siswa untuk mempelajari sesuatu. Mempelajari materi hingga nilai kehidupan. perilaku prososial adalah suatu perilaku yang menguntungkan yang didalamnya terdapat kebersamaan, kerjasama, dan altruism. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk menghadapi makna atau value. Menempatkan hidup individu dengan makna yang lebih luas serta menilai bahwa jalan hidup sesorang lebih bermakna daripada yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan. Populasi penelitian ini berjumlah 189 dengan sampel penelitian berjumlah 60 siswa SMA Hasyim Asy’ari Kota Pekalongan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Alat ukur penelitian menggunakan dua buah skala yakni Skala Perilaku Prososial (26 aitem valid, α = 0, 874) dan Skala Kecerdasan Spiritual (41 aitem, α = 0,918). Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,766 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti hipotesis yang telah diajukan diterima dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129413269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.39296
W. Astuti, Adi Rahman, K. Safitri, Wina Tania, Deby Amanda Putri
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman hidup lansia yang mengasuh cucu. Penelitian ini didasarkan pada fenomena wanita bekerja yang memberikan tanggung jawab mengasuh anak kepada orangtuanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologis dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis(IPA). Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah dua orang dengan karakteristik lanjut usia (lansia) yang berjenis kelamin perempuan, berusia 60 tahun keatas, mengasuh cucu, dan berdomisili di kota Payakumbuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menemukan ada tiga tema induk dari kedua subjek dan satu tema unik dari subjek I. Dintara tema induk tersebut adalah perasaan bahagia, penerimaan diri, dan pengasuhan, sementara tema unik yang hanya ditemukan pada subjek I adalah cucu sebagai teman. Lansia memaknakan pengasuhan cucu sebagai sebuah pekerjaan yang terpaksa harus dilakukan saat anak-anak mereka bekerja dan tidak memiliki waktu di pagi hingga siang hari untuk mengasuh. Keseharian bersama cucu menimbulkan kedekatan diantara keduanya, baik secara emosional, maupun pemahaman tentang perilaku cucu.
{"title":"INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS : PENGALAMAN HIDUP LANSIA YANG MENGASUH CUCU","authors":"W. Astuti, Adi Rahman, K. Safitri, Wina Tania, Deby Amanda Putri","doi":"10.14710/empati.2024.39296","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.39296","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman hidup lansia yang mengasuh cucu. Penelitian ini didasarkan pada fenomena wanita bekerja yang memberikan tanggung jawab mengasuh anak kepada orangtuanya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif fenomenologis dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis(IPA). Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah dua orang dengan karakteristik lanjut usia (lansia) yang berjenis kelamin perempuan, berusia 60 tahun keatas, mengasuh cucu, dan berdomisili di kota Payakumbuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti menemukan ada tiga tema induk dari kedua subjek dan satu tema unik dari subjek I. Dintara tema induk tersebut adalah perasaan bahagia, penerimaan diri, dan pengasuhan, sementara tema unik yang hanya ditemukan pada subjek I adalah cucu sebagai teman. Lansia memaknakan pengasuhan cucu sebagai sebuah pekerjaan yang terpaksa harus dilakukan saat anak-anak mereka bekerja dan tidak memiliki waktu di pagi hingga siang hari untuk mengasuh. Keseharian bersama cucu menimbulkan kedekatan diantara keduanya, baik secara emosional, maupun pemahaman tentang perilaku cucu.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128653733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.40352
Sanchia Dida Zadiat Al-Haya, M. Alfaruqy
Perilaku melukai diri sendiri tanpa disertai niat bunuh diri atau disebut dengan Nonsuicidal Self-Injury (NSSI) merupakan perilaku yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyalurkan rasa sakit atau tekanan emosional yang dialami. Self-injury banyak dijumpai di kalangan muda, termasuk pada kalangan beranjak dewasa (emerging adulthoodI) dan lebih banyak dilakukan oleh wanita. Penelian ini bertujuan untuk memahami pengalaman wanita emerging adulthood yang melakukan nonsuicidal self-injury. Penelitian ini melibatkan tiga wanita emerging adulthood berusia 18 hingga 25 tahun yang pernah atau secara berkala melakukan NSSI. Proses pengambilan data dilakukan dengan in-depth interview dengan bepanduan pada wawancara semi terstruktur. Hasil wawancara akan dianalisis menggunakan metode interpretative phenomenological analysis. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sembilan tema superordinat, yaitu (1) trust issue akibat masalah interpersonal, (2) ketidakpuasan dalam menyalurkan emosi, (3) self-injury sebagai bentuk penyaluran emosi, (4) manifestasi dan gejolak self-injury, (5) perasaan lega sesaat setelah self-injury, (6) rasa khawatir setelah self-injury, (7) koping positif untuk menghentikan self-injury, (8) dukungan sosial membantu penghentian self-injury, dan (9) hikmah yang diraih dari pengalaman. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengendalian diri subjek untuk berhenti melakukan NSSI dapat bermula dari kesadaran diri subjek bahwa perilaku NSSI merugikan, harapan dan usaha untuk berhenti melakukan NSSI, serta dukungan sosial yang diterima.
{"title":"PENGALAMAN WANITA EMERGING ADULTHOOD DENGAN NONSUICIDAL SELF-INJURY: INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS","authors":"Sanchia Dida Zadiat Al-Haya, M. Alfaruqy","doi":"10.14710/empati.2024.40352","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.40352","url":null,"abstract":"Perilaku melukai diri sendiri tanpa disertai niat bunuh diri atau disebut dengan Nonsuicidal Self-Injury (NSSI) merupakan perilaku yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyalurkan rasa sakit atau tekanan emosional yang dialami. Self-injury banyak dijumpai di kalangan muda, termasuk pada kalangan beranjak dewasa (emerging adulthoodI) dan lebih banyak dilakukan oleh wanita. Penelian ini bertujuan untuk memahami pengalaman wanita emerging adulthood yang melakukan nonsuicidal self-injury. Penelitian ini melibatkan tiga wanita emerging adulthood berusia 18 hingga 25 tahun yang pernah atau secara berkala melakukan NSSI. Proses pengambilan data dilakukan dengan in-depth interview dengan bepanduan pada wawancara semi terstruktur. Hasil wawancara akan dianalisis menggunakan metode interpretative phenomenological analysis. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sembilan tema superordinat, yaitu (1) trust issue akibat masalah interpersonal, (2) ketidakpuasan dalam menyalurkan emosi, (3) self-injury sebagai bentuk penyaluran emosi, (4) manifestasi dan gejolak self-injury, (5) perasaan lega sesaat setelah self-injury, (6) rasa khawatir setelah self-injury, (7) koping positif untuk menghentikan self-injury, (8) dukungan sosial membantu penghentian self-injury, dan (9) hikmah yang diraih dari pengalaman. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengendalian diri subjek untuk berhenti melakukan NSSI dapat bermula dari kesadaran diri subjek bahwa perilaku NSSI merugikan, harapan dan usaha untuk berhenti melakukan NSSI, serta dukungan sosial yang diterima.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117199283","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.27722
Maya Astriliana, Erin Ratna Kustanti
Gangguan bipolar tipe I merupakan gangguan psikologis yang memengaruhi suasana hati (mood) dengan ciri khas dua kutub mood yang berbeda, manik dan depresi mayor. Bipolar diiringi dengan sejumlah gejala yang dapat memengaruhi kehidupan penderitanya dan secara umum lebih mengarah kepada timbulnya dampak negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman penderita gangguan bipolar tipe I. Penelitian ini melibatkan dua orang subjek yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria berusia 18-25 tahun, menjalani terapi medikasi selama minimal satu tahun, dan bersedia menjadi subjek penelitian yang dibuktikan dengan pengisian informed consent. Pengumpulan data menggunakan teknik in-depth interview dan analisis dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Terdapat tiga tema induk yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) pengalaman sebelum diagnosis; (2) pengalaman menjalani kekambuhan; dan (3) pengalaman berdamai dengan kondisi bipolar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meskipun gangguan bipolar lebih mengarah kepada suatu kondisi yang berdampak negatif, dukungan dari significant others, terapi medikasi, dan strategi coping tertentu dapat digunakan dalam menghadapi gejala-gejala yang muncul. Pasien bipolar pun dapat mempelajari hal-hal yang membuat dirinya mampu berfungsi secara penuh, senantiasa bersyukur dan berusaha menerima kondisi yang dimiliki, serta memiliki harapan atau cita-cita untuk masa yang akan datang.
{"title":"PENGALAMAN SEBAGAI PASIEN DENGAN GANGGUAN BIPOLAR TIPE I (SEBUAH INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS)","authors":"Maya Astriliana, Erin Ratna Kustanti","doi":"10.14710/empati.2024.27722","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.27722","url":null,"abstract":"Gangguan bipolar tipe I merupakan gangguan psikologis yang memengaruhi suasana hati (mood) dengan ciri khas dua kutub mood yang berbeda, manik dan depresi mayor. Bipolar diiringi dengan sejumlah gejala yang dapat memengaruhi kehidupan penderitanya dan secara umum lebih mengarah kepada timbulnya dampak negatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pengalaman penderita gangguan bipolar tipe I. Penelitian ini melibatkan dua orang subjek yang dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria berusia 18-25 tahun, menjalani terapi medikasi selama minimal satu tahun, dan bersedia menjadi subjek penelitian yang dibuktikan dengan pengisian informed consent. Pengumpulan data menggunakan teknik in-depth interview dan analisis dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Terdapat tiga tema induk yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) pengalaman sebelum diagnosis; (2) pengalaman menjalani kekambuhan; dan (3) pengalaman berdamai dengan kondisi bipolar. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meskipun gangguan bipolar lebih mengarah kepada suatu kondisi yang berdampak negatif, dukungan dari significant others, terapi medikasi, dan strategi coping tertentu dapat digunakan dalam menghadapi gejala-gejala yang muncul. Pasien bipolar pun dapat mempelajari hal-hal yang membuat dirinya mampu berfungsi secara penuh, senantiasa bersyukur dan berusaha menerima kondisi yang dimiliki, serta memiliki harapan atau cita-cita untuk masa yang akan datang.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132374249","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-26DOI: 10.14710/empati.2024.38481
T. Putranto
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman pria metroseksual Indonesia dalam berbelanja online di Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi virtual yang berfokus pada teks digital yang difokuskan pada Instagram. Penelitian ini melibatkan enam informan dengan karakteristik informan yaitu 1) laki-laki, 2) berdomisili di Jakarta, Bandung dan Surabaya, 3) tertarik dengan produk perawatan kulit wajah. Dalam pencarian informan di Instagram, peneliti menggunakan kata kunci “Metroseksual” pada kolom pencarian. Selain itu juga diperhatikan beberapa informasi seperti lokasi tempat tinggal/domisili informan, serta postingan yang memuat produk perawatan kulit wajah. Penambangan data dalam penelitian ini diawali dengan observasi terhadap profil akun Instagram informan yang meliputi teks/foto/video/komentar. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk menggali pemahaman terkait konsumsi produk perawatan kulit wajah pria metroseksual di Instagram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman pria metroseksual Indonesia dalam berbelanja online lebih memberikan keuntungan seperti kemudahan dan tidak membutuhkan banyak biaya atau uang. Belanja online juga menawarkan keuntungan lain bagi pria metroseksual Indonesia yaitu gratis ongkos kirim dan promo. Selain efisien dalam hal waktu, melalui belanja online pria metroseksual lebih mudah mendapatkan produk.
{"title":"INDONESIAN METROSEXUAL MEN’S EXPERIENCE OF ONLINE SHOPPING ON INSTAGRAM","authors":"T. Putranto","doi":"10.14710/empati.2024.38481","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.2024.38481","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman pria metroseksual Indonesia dalam berbelanja online di Instagram. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi virtual yang berfokus pada teks digital yang difokuskan pada Instagram. Penelitian ini melibatkan enam informan dengan karakteristik informan yaitu 1) laki-laki, 2) berdomisili di Jakarta, Bandung dan Surabaya, 3) tertarik dengan produk perawatan kulit wajah. Dalam pencarian informan di Instagram, peneliti menggunakan kata kunci “Metroseksual” pada kolom pencarian. Selain itu juga diperhatikan beberapa informasi seperti lokasi tempat tinggal/domisili informan, serta postingan yang memuat produk perawatan kulit wajah. Penambangan data dalam penelitian ini diawali dengan observasi terhadap profil akun Instagram informan yang meliputi teks/foto/video/komentar. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk menggali pemahaman terkait konsumsi produk perawatan kulit wajah pria metroseksual di Instagram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman pria metroseksual Indonesia dalam berbelanja online lebih memberikan keuntungan seperti kemudahan dan tidak membutuhkan banyak biaya atau uang. Belanja online juga menawarkan keuntungan lain bagi pria metroseksual Indonesia yaitu gratis ongkos kirim dan promo. Selain efisien dalam hal waktu, melalui belanja online pria metroseksual lebih mudah mendapatkan produk.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124331622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}