Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pembelian merchandise pada remaja penggemar grup K-Pop NCT (Neo Culture Technology) di Indonesia. Perilaku konsumtif merupakan perilaku individu dalam membeli merchandise secara berlebihan tanpa adanya pertimbangan yang rasional dan lebih mengutamakan keinginan. Konformitas adalah kecenderungan individu untuk bersikap sesuai dengan norma yang ada dalam kelompok agar dapat menghindari penolakan dan diterima oleh kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah 158 penggemar yang tergabung dalam grup Line ‘NCTZEN WTS/WTT/WTB’ dengan sampel 110 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Konformitas (20 aitem, α = 0,86) dan Skala Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise (24 aitem, α = 0,88). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = 0,447 dan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pembelian merchandise. Semakin semakin tinggi konformitas maka akan semakin tinggi perilaku konsumtif pembelian merchandise. Begitu pula sebaliknya, ketika konformitas yang dimiliki rendah, maka akan semakin rendah pula perilaku konsumtif pembelian merchandise. Konformitas memberikan sumbangan efektif sebesar 19,9% dan sisanya sebesar 80,1% ditentukkan oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PEMBELIAN MERCHANDISE PADA REMAJA PENGGEMAR GRUP K-POP NCT (NEO CULTURE TECHNOLOGY) DI INDONESIA","authors":"Prita Ciptaningtyas, Anggun Resdasari Prasetyo","doi":"10.14710/empati.0.36826","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36826","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pembelian merchandise pada remaja penggemar grup K-Pop NCT (Neo Culture Technology) di Indonesia. Perilaku konsumtif merupakan perilaku individu dalam membeli merchandise secara berlebihan tanpa adanya pertimbangan yang rasional dan lebih mengutamakan keinginan. Konformitas adalah kecenderungan individu untuk bersikap sesuai dengan norma yang ada dalam kelompok agar dapat menghindari penolakan dan diterima oleh kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah 158 penggemar yang tergabung dalam grup Line ‘NCTZEN WTS/WTT/WTB’ dengan sampel 110 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Konformitas (20 aitem, α = 0,86) dan Skala Perilaku Konsumtif Pembelian Merchandise (24 aitem, α = 0,88). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = 0,447 dan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pembelian merchandise. Semakin semakin tinggi konformitas maka akan semakin tinggi perilaku konsumtif pembelian merchandise. Begitu pula sebaliknya, ketika konformitas yang dimiliki rendah, maka akan semakin rendah pula perilaku konsumtif pembelian merchandise. Konformitas memberikan sumbangan efektif sebesar 19,9% dan sisanya sebesar 80,1% ditentukkan oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128028156","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Era revolusi industri 4.0 mulai masuk ke Indonesia. Internet of things sebagai kunci dari revolusi digital telah menghasilkan cara – cara baru yang membawa kemudahan bagi masyarakat. Mahasiswa sebagai bagian dari generasi milenial diharapkan dapat berkontribusi memanfaatkan teknologi modern berbasis internet untuk memunculkan inovasi – inovasi baru melalui perilaku berwirausaha di era industri 4.0. Efikasi diri berwirausaha menjadi salah satu hal yang mempengaruhi keputusan individu untuk akhirnya berwirausaha. Salah satu sumber yang dapat meningkatkan keyakinan individu atas kemampuannya untuk melakukan proses berwirausaha adalah dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha dengan efikasi diri berwirausaha pada mahasiswa tahun kedua, ketiga, dan keempat Departemen Administrasi Bisnis FISIP Universitas Diponegoro. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun kedua, ketiga, dan keempat Departemen Administrasi Bisnis yang berjumlah 398 mahasiswa dengan sampel penelitian sebanyak 186 mahasiswa, yang diperoleh dengan proportionate stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Dukungan Sosial Orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha (42 aitem valid, α = .944) dan Skala Efikasi Diri Berwirausaha (41 aitem valid, α = .944). Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho menunjukkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar .556 dengan p= .000 (p < .05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha dengan efikasi diri berwirausaha pada mahasiswa. Kata kunci: dukungan sosial orangtua; efikasi diri berwirausaha; mahasiswa administrasi bisnis
{"title":"HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERWIRAUSAHA DENGAN EFIKASI DIRI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA TAHUN KEDUA, KETIGA, DAN KEEMPAT DEPARTEMEN ADMINISTRASI BISNIS FISIP UNIVERSITAS DIPONEGORO","authors":"Nanda Yuarvani Qurnita, D. Sawitri","doi":"10.14710/empati.0.36832","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36832","url":null,"abstract":"Era revolusi industri 4.0 mulai masuk ke Indonesia. Internet of things sebagai kunci dari revolusi digital telah menghasilkan cara – cara baru yang membawa kemudahan bagi masyarakat. Mahasiswa sebagai bagian dari generasi milenial diharapkan dapat berkontribusi memanfaatkan teknologi modern berbasis internet untuk memunculkan inovasi – inovasi baru melalui perilaku berwirausaha di era industri 4.0. Efikasi diri berwirausaha menjadi salah satu hal yang mempengaruhi keputusan individu untuk akhirnya berwirausaha. Salah satu sumber yang dapat meningkatkan keyakinan individu atas kemampuannya untuk melakukan proses berwirausaha adalah dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha dengan efikasi diri berwirausaha pada mahasiswa tahun kedua, ketiga, dan keempat Departemen Administrasi Bisnis FISIP Universitas Diponegoro. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun kedua, ketiga, dan keempat Departemen Administrasi Bisnis yang berjumlah 398 mahasiswa dengan sampel penelitian sebanyak 186 mahasiswa, yang diperoleh dengan proportionate stratified random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Dukungan Sosial Orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha (42 aitem valid, α = .944) dan Skala Efikasi Diri Berwirausaha (41 aitem valid, α = .944). Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho menunjukkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar .556 dengan p= .000 (p < .05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua untuk mengembangkan keterampilan berwirausaha dengan efikasi diri berwirausaha pada mahasiswa. Kata kunci: dukungan sosial orangtua; efikasi diri berwirausaha; mahasiswa administrasi bisnis","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"99 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129583686","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kongruensi karir remaja-orangtua dengan motivasi belajar pada mahasiswa bidikmisi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Motivasi belajar adalah penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan energi peserta didik untuk belajar, mempertahankan kegiatan belajar serta memberikan arah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kongruensi karir remaja-orangtua adalah kesesuaian antara remaja dengan orangtuanya dalam bidang karir. Populasi penelitian ini berjumlah 197 mahasiswa bidikmisi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dan sampel penelitian berjumlah 127 mahasiswa yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Motivasi Belajar (29 aitem, α = 0,914) dan Adolescent Parent Career Congruence Scale versi Bahasa Indonesia (11 aitem, α = 0,774). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = 0,401 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kongruensi karir remaja-orangtua dengan motivasi belajar. Semakin tinggi kongruensi karir, maka semakin tinggi motivasi belajar, begitupun sebaliknya. Kongruensi karir memberikan sumbangan efektif sebesar 16,1% dalam mempengaruhi motivasi belajar, sedangkan 83,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KONGRUENSI KARIR REMAJA-ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA BIDIKMISI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG","authors":"Dwi Aristiawan, Imam Setyawan","doi":"10.14710/empati.0.36834","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36834","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kongruensi karir remaja-orangtua dengan motivasi belajar pada mahasiswa bidikmisi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Motivasi belajar adalah penggerak di dalam diri individu yang menimbulkan energi peserta didik untuk belajar, mempertahankan kegiatan belajar serta memberikan arah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Kongruensi karir remaja-orangtua adalah kesesuaian antara remaja dengan orangtuanya dalam bidang karir. Populasi penelitian ini berjumlah 197 mahasiswa bidikmisi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang dan sampel penelitian berjumlah 127 mahasiswa yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Motivasi Belajar (29 aitem, α = 0,914) dan Adolescent Parent Career Congruence Scale versi Bahasa Indonesia (11 aitem, α = 0,774). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = 0,401 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kongruensi karir remaja-orangtua dengan motivasi belajar. Semakin tinggi kongruensi karir, maka semakin tinggi motivasi belajar, begitupun sebaliknya. Kongruensi karir memberikan sumbangan efektif sebesar 16,1% dalam mempengaruhi motivasi belajar, sedangkan 83,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131431922","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di jaman ini, individu bisa berkomunikasi dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun melalui aplikasi media sosial. Selain memiliki dampak positif, media sosial juga memiliki dampak negatif. Penggunaan media sosial secara berlebihan bisa menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan, yang berhubungan langsung dengan kesehatan mental individu. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa regulasi diri berperan negatif pada kecanduan media sosial, namun penelitian tersebut dilaksanakan hanya pada siswa SMK. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran regulasi diri terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2019 yang berjumlah 341 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 172 mahasiswa yang ditentukan dengan teknik sampel random sederhana. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Kecanduan Media Sosial (36 item; 𝛼=0,938) dan Skala Regulasi Diri dalam Penggunaan Media Sosial (18 aitem; 𝛼=0,841). Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat peran negatif regulasi diri terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (rxy=0,181; p=0,018). Artinya, semakin tinggi regulasi diri yang dimiliki mahasiswa generasi Z, maka semakin rendah tingkat kecanduan media sosial. Regulasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 3,3% terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
{"title":"REGULASI DIRI DAN KECANDUAN DALAM PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA GENERASI Z FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO","authors":"Amran Hasbi Adityaputra, Salma Salma","doi":"10.14710/empati.0.36827","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36827","url":null,"abstract":"Di jaman ini, individu bisa berkomunikasi dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun melalui aplikasi media sosial. Selain memiliki dampak positif, media sosial juga memiliki dampak negatif. Penggunaan media sosial secara berlebihan bisa menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan, yang berhubungan langsung dengan kesehatan mental individu. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa regulasi diri berperan negatif pada kecanduan media sosial, namun penelitian tersebut dilaksanakan hanya pada siswa SMK. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran regulasi diri terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2019 yang berjumlah 341 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 172 mahasiswa yang ditentukan dengan teknik sampel random sederhana. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Skala Kecanduan Media Sosial (36 item; 𝛼=0,938) dan Skala Regulasi Diri dalam Penggunaan Media Sosial (18 aitem; 𝛼=0,841). Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat peran negatif regulasi diri terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (rxy=0,181; p=0,018). Artinya, semakin tinggi regulasi diri yang dimiliki mahasiswa generasi Z, maka semakin rendah tingkat kecanduan media sosial. Regulasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 3,3% terhadap kecanduan media sosial pada mahasiswa generasi Z Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124357852","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peran dalam mengasuh biasanya dilakukan oleh ibu, akan tetapi kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam keluarga dapat memunculkan keinginan ayah untuk ikut terlibat dalam kegiatan pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mengeksplorasi dan mendeskripsikan pengalaman ayah dalam mengasuh tunanetra. Penelitian ini melibatkan tiga orang ayah yang dipilih memakai teknik purposive sampling dengan kriteria, yaitu ayah bekerja dan memiliki anak tunanetra yang mengalami kebutaan total (totally blind) sejak lahir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis dengan teknik analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa dukungan keluarga menjadi penguat ayah dalam menerima ketunanetraan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga terlihat dari cara ayah mengajarkan anak kedisiplinan dan kemandirian serta dukungan terhadap pengembangan bakat anak. Selain itu, muncul perbedaan hubungan antara ayah dengan anak perempuan dan laki-laki terlihat dari aktivitas yang dilakukan bersama. Penelitian ini memunculkan dua tema induk, yaitu (1) dinamika penerimaan, dan (2) dinamika pengasuhan.
{"title":"PENGALAMAN AYAH DALAM MENGASUH TUNANETRA: INTERPRETATIVE PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS","authors":"A. Febriyani, Y. F. L. Kahija","doi":"10.14710/empati.0.36824","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36824","url":null,"abstract":"Peran dalam mengasuh biasanya dilakukan oleh ibu, akan tetapi kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam keluarga dapat memunculkan keinginan ayah untuk ikut terlibat dalam kegiatan pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, mengeksplorasi dan mendeskripsikan pengalaman ayah dalam mengasuh tunanetra. Penelitian ini melibatkan tiga orang ayah yang dipilih memakai teknik purposive sampling dengan kriteria, yaitu ayah bekerja dan memiliki anak tunanetra yang mengalami kebutaan total (totally blind) sejak lahir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis dengan teknik analisis data Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa dukungan keluarga menjadi penguat ayah dalam menerima ketunanetraan anak. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan juga terlihat dari cara ayah mengajarkan anak kedisiplinan dan kemandirian serta dukungan terhadap pengembangan bakat anak. Selain itu, muncul perbedaan hubungan antara ayah dengan anak perempuan dan laki-laki terlihat dari aktivitas yang dilakukan bersama. Penelitian ini memunculkan dua tema induk, yaitu (1) dinamika penerimaan, dan (2) dinamika pengasuhan.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117009386","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XI. Dukungan Sosial Orangtua adalah persepsi anak terhadap bantuan yang diberikan orangtua dalam bentuk verbal maupun nonverbal, intrumetal, emosional, dan pemodelan terkait karier sehingga anak merasa nyaman, dicintai, dihargai, dan dipedulikan sehingga anak dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam memilih jalur karier yang diinginkan. Pengambilan Keputusan Karier merupakan kemampuan individu dalam membuat pilihan karier dengan melihat kemampuan diri, lingkungan pendidikan atau pekerjaan, serta merencanakan langkah-langkah dalam rangka mencapai tujuan karier tertentu. Populasi pada penelitian ini sebanyak 186 orang siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith, dengan sampel sebanyak 123 orang yang diambil melalui teknik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Dukungan Sosial Orangtua (37 aitem, α = 0,921) dan Skala Pengambilan Keputusan Karier (32 aitem, α = 0,914). Hasil analisis statistik dengan regresi sederhana menunjukan nilai rxy = 0,247, F = 7,886, dan p = 0,003 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XI. Dukungan sosial orangtua memberikan sumbangan efektif sebesar 6,1% terhadap pengambilan keputusan karier.
本研究的目的是确定在二年级学生中是否存在社会支持与职业决策之间的联系。父母的社会支持是孩子对父母的帮助的感知,无论是口头上的还是口头上的,演讲上的,情感上的,情感上的,以及职业相关的建模,让孩子感到舒适、被爱、被欣赏和被关心,这样孩子就能充分利用选择理想职业道路的潜力。职业决策是一个人通过观察自我能力、教育环境或就业以及为实现特定职业目标而计划职业选择的能力。这项研究的人口共有186人,其中包括范里斯高三高中高三学生,他们的样本中有123人是通过随机抽样技术采集的。研究中使用的测量工具是社会支持量表(37 aitem父母职业决策,α= 0.921)和规模(32 aitem,α= 0.914)。用简单回归进行的统计分析结果显示rxy = 0.247, F = 7.886, p = 0.003 (p< 0.05)的值。研究表明,在大一学生的社会支持和职业决策之间存在着显著的积极联系。父母的社会支持对职业决策提供了6.1%的有效捐款。
{"title":"HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH","authors":"Yosef Aga Christian, Erin Ratna Kustanti","doi":"10.14710/empati.0.36829","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36829","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XI. Dukungan Sosial Orangtua adalah persepsi anak terhadap bantuan yang diberikan orangtua dalam bentuk verbal maupun nonverbal, intrumetal, emosional, dan pemodelan terkait karier sehingga anak merasa nyaman, dicintai, dihargai, dan dipedulikan sehingga anak dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki dalam memilih jalur karier yang diinginkan. Pengambilan Keputusan Karier merupakan kemampuan individu dalam membuat pilihan karier dengan melihat kemampuan diri, lingkungan pendidikan atau pekerjaan, serta merencanakan langkah-langkah dalam rangka mencapai tujuan karier tertentu. Populasi pada penelitian ini sebanyak 186 orang siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith, dengan sampel sebanyak 123 orang yang diambil melalui teknik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Dukungan Sosial Orangtua (37 aitem, α = 0,921) dan Skala Pengambilan Keputusan Karier (32 aitem, α = 0,914). Hasil analisis statistik dengan regresi sederhana menunjukan nilai rxy = 0,247, F = 7,886, dan p = 0,003 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dan pengambilan keputusan karier pada siswa kelas XI. Dukungan sosial orangtua memberikan sumbangan efektif sebesar 6,1% terhadap pengambilan keputusan karier.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134539692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dengan berbagai tantangan yang menyebabkan adanya resiko untuk mengalami stress dan menjadi faktor risiko suicidal behavior. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu faktor risiko suicidal behavior pada remaja adalah kurang harmonisnya hubungan interpersonal diantara remaja dan orangtua. Keluarga merupakan ikatan sosial terpenting dimana remaja dengan persepsi pola komunikasi keluarganya bermasalah lebih rentan memunculkan suicidal behavior. Remaja yang memiliki suicidal behavior memerlukan intervensi psikologis yang berfokus pada upaya untuk memperbaiki hubungan dengan orangtua. Interpersonal Psychotherapy (IPT) merupakan salah satu intervensi yang dipilih untuk memperbaiki pola komunikasi dalam keluarga sehingga mampu menurunkan suicidal behavior pada remaja. Pada penelitian ini intervensi diterapkan pada 3 remaja yang memiliki permasalahan pola komunikasi dalam keluarga yang memiliki skor tinggi pada Youth Risk Behavior (YRB) kluster perilaku bunuh diri. Participant terjaring melalui iklan yang diposting di media massa dan kemudian menyatakan diri secara sukarela mengikuti intervensi. IPT dilaksanakan selama empat sesi dengan jeda satu minggu antar sesi serta terdapat sesi follow-up. Ketiga partisipan tersebut berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPT dapat menurunkan intensitas suicidal behavior pada ketiga partisipan. Hal ini terlihat dari penurunan skor intensitas perilaku bunuh diri dan wawancara kualitatif yang dilakukan.
{"title":"EFEKTIVITAS INTERPERSONAL PSYCHOTHERAPY (IPT) UNTUK MENGATASI SUICIDAL BEHAVIOR PADA REMAJA DENGAN PERMASALAHAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA","authors":"Shafira Fawzia Ahmad, Yudiana Ratnasari","doi":"10.14710/empati.0.36830","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36830","url":null,"abstract":"Masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan dengan berbagai tantangan yang menyebabkan adanya resiko untuk mengalami stress dan menjadi faktor risiko suicidal behavior. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa salah satu faktor risiko suicidal behavior pada remaja adalah kurang harmonisnya hubungan interpersonal diantara remaja dan orangtua. Keluarga merupakan ikatan sosial terpenting dimana remaja dengan persepsi pola komunikasi keluarganya bermasalah lebih rentan memunculkan suicidal behavior. Remaja yang memiliki suicidal behavior memerlukan intervensi psikologis yang berfokus pada upaya untuk memperbaiki hubungan dengan orangtua. Interpersonal Psychotherapy (IPT) merupakan salah satu intervensi yang dipilih untuk memperbaiki pola komunikasi dalam keluarga sehingga mampu menurunkan suicidal behavior pada remaja. Pada penelitian ini intervensi diterapkan pada 3 remaja yang memiliki permasalahan pola komunikasi dalam keluarga yang memiliki skor tinggi pada Youth Risk Behavior (YRB) kluster perilaku bunuh diri. Participant terjaring melalui iklan yang diposting di media massa dan kemudian menyatakan diri secara sukarela mengikuti intervensi. IPT dilaksanakan selama empat sesi dengan jeda satu minggu antar sesi serta terdapat sesi follow-up. Ketiga partisipan tersebut berjenis kelamin perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IPT dapat menurunkan intensitas suicidal behavior pada ketiga partisipan. Hal ini terlihat dari penurunan skor intensitas perilaku bunuh diri dan wawancara kualitatif yang dilakukan.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124457843","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara technostress dengan keterikatan kerja pada Perangkat Desa di Kecamatan Kedung. Keterikatan kerja merupakan sikap positif individu dalam bekerja yang dilakukan dengan semangat yang tinggi, berdedikasi penuh terhadap pekerjaan, sehingga menyebabkan individu sulit terlepas dari pekerjaan. Technostress merupakan ketidakmampuan individu dalam beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena merupakan hal yang baru dan belum terbiasa menggunakan TIK, sehingga mengalami kesulitan dalam pekerjaan, ketidakpuasan, kelelahan, kegelisahan dan produktivitas menurun. Adanya fenomena technostress dapat mempengaruhi keterikatan kerja yang ada pada seorang individu. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 219 perangkat desa di Kecamatan Kedung dengan sampel sebanyak 140 perangkat desa melalui convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Keterikatan Kerja (24 aitem: α = 0,907) dan Skala Technostress (23 aitem: α = 0,865. Analisis data dilakukan dengan analisis Spearman’s Rho yang diperoleh hasil koefisien korelasi (rxy) antara technostress dengan keterikatan kerja sebesar -0,413 dengan signifikansi p = 0,000 (p<0,05). Hasil koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel dalam penelitian ini.
这项研究的目的是确定技术压力与郊区设备工作的关系。工作是一个人在工作中积极的态度,表现出高度的热情,完全献身于工作,从而使个人脱离工作而变得困难。技术压力是一种无法适应使用信息技术和通信(TIK)工作需求的个人,因为它是一种新的、不熟悉打字机的东西,导致工作困难、不满、疲劳、焦虑和生产力下降。技术上的现象会影响一个人对工作的依恋。这项研究的人口为219个村庄,每4个村庄样本为140个村庄样本。研究中使用的测量工具是依恋的规模(24 aitem:α= 0.907)工作和Technostress (23 aitem:α= 0.865尺度。获得斯皮尔曼的Rho分析有关数据分析结果之间的相关性系数(rxy)与依恋-0,413大小工作technostress p =万(p < 0。05)的意义。相关系数的结果表明,本研究的两个变量之间存在负联系。
{"title":"HUBUNGAN ANTARA TECHNOSTRESS DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA PERANGKAT DESA DI KECAMATAN KEDUNG, KABUPATEN JEPARA","authors":"Anindya Dewi Hapsari, Harlina Nurtjahjanti","doi":"10.14710/empati.0.36825","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36825","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara technostress dengan keterikatan kerja pada Perangkat Desa di Kecamatan Kedung. Keterikatan kerja merupakan sikap positif individu dalam bekerja yang dilakukan dengan semangat yang tinggi, berdedikasi penuh terhadap pekerjaan, sehingga menyebabkan individu sulit terlepas dari pekerjaan. Technostress merupakan ketidakmampuan individu dalam beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) karena merupakan hal yang baru dan belum terbiasa menggunakan TIK, sehingga mengalami kesulitan dalam pekerjaan, ketidakpuasan, kelelahan, kegelisahan dan produktivitas menurun. Adanya fenomena technostress dapat mempengaruhi keterikatan kerja yang ada pada seorang individu. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 219 perangkat desa di Kecamatan Kedung dengan sampel sebanyak 140 perangkat desa melalui convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Keterikatan Kerja (24 aitem: α = 0,907) dan Skala Technostress (23 aitem: α = 0,865. Analisis data dilakukan dengan analisis Spearman’s Rho yang diperoleh hasil koefisien korelasi (rxy) antara technostress dengan keterikatan kerja sebesar -0,413 dengan signifikansi p = 0,000 (p<0,05). Hasil koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel dalam penelitian ini.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131311276","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini adalah suatu studi pendahuluan menggunakan metode riset aksi yang bertujuan untuk menyusun modul intervensi strength-based approach (SBA) guna untuk meningkatkan orientasi masa depan pada warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan IIA Semarang. Modul intervensi yang disusun divalidasi oleh lima orang psikolog secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil validasi ahli, modul intervensi SBA yang telah disusun memiliki nilai koefisien Aiken’s V senilai 0.76 serta dilakukan revisi sesuai dengan komentar pada lembar validasi ahli. Berdasarkan validasi ahli dan setelah dilakukan revisi, penelitian ini menghasilkan modul intervensi SBA yang telah siap untuk dilakukan uji coba pada kelompok.
本研究是一项前期研究,使用旨在构建基于strength- approach干预模块(SBA),以改善未来在三宝妇女监狱(WBP)的惩教人员对未来的定位。五个心理学家在定量和定性上验证了设计的干预模块。根据专家验证结果,配置的SBA干预模块具有Aiken V .76的价值系数,并根据专家验证表上的注释进行了修订。根据专家的验证和修改,这项研究产生了SBA干预模块,这些模块已经准备好进行小组测试。
{"title":"PENYUSUNAN MODUL INTERVENSI STRENGTH-BASED APPROACH GUNA MENINGKATKAN ORIENTASI MASA DEPAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS PEREMPUAN KELAS IIA SEMARANG","authors":"Wahyu Pakerty Utami, Dian Veronika Sakti Kaloeti","doi":"10.14710/empati.0.36831","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36831","url":null,"abstract":"Penelitian ini adalah suatu studi pendahuluan menggunakan metode riset aksi yang bertujuan untuk menyusun modul intervensi strength-based approach (SBA) guna untuk meningkatkan orientasi masa depan pada warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Perempuan IIA Semarang. Modul intervensi yang disusun divalidasi oleh lima orang psikolog secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil validasi ahli, modul intervensi SBA yang telah disusun memiliki nilai koefisien Aiken’s V senilai 0.76 serta dilakukan revisi sesuai dengan komentar pada lembar validasi ahli. Berdasarkan validasi ahli dan setelah dilakukan revisi, penelitian ini menghasilkan modul intervensi SBA yang telah siap untuk dilakukan uji coba pada kelompok.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127822776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan fan pada dan sepak bola The Jakmania di Pasar Rebo, Jakarta. Kekerasan fan adalah perilaku kasar dan merusak yang dilakukan oleh fan sepak bola dengan tujuan untuk menimbulkan cedera dan menyakiti orang lain maupun objek lain. Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam mengenal, menilai, dan mengatur emosi dalam dirinya sendiri maupun orang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah fan sepak bola The Jakmania Korwil Pasar Rebo. Jumlah anggota Korwil Pasar Rebo yang terus bertambah membuat jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui berapa tepatnya, sehingga penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Selanjutnya, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 250 orang. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Kekerasan Fan (30 aitem, α = 0,964) dan Skala Kecerdasan Emosional (40 aitem, α = 0,966). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = -0,470 dengan nilai p < 0,01. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan fan. Semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin rendah kekerasan fan, begitupun sebaliknya. Kecerdasan emosional memberikan sumbangan efektif sebesar 22,1% dalam mempengaruhi kekerasan fan, sedangkan 77,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEKERASAN FAN PADA FAN SEPAK BOLA THE JAKMANIA DI PASAR REBO JAKARTA","authors":"Alsethia Hanna Aisya, Imam Setyawan","doi":"10.14710/empati.0.36736","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/empati.0.36736","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan fan pada dan sepak bola The Jakmania di Pasar Rebo, Jakarta. Kekerasan fan adalah perilaku kasar dan merusak yang dilakukan oleh fan sepak bola dengan tujuan untuk menimbulkan cedera dan menyakiti orang lain maupun objek lain. Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam mengenal, menilai, dan mengatur emosi dalam dirinya sendiri maupun orang lain. Populasi dalam penelitian ini adalah fan sepak bola The Jakmania Korwil Pasar Rebo. Jumlah anggota Korwil Pasar Rebo yang terus bertambah membuat jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui berapa tepatnya, sehingga penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Selanjutnya, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 250 orang. Alat ukur dalam penelitian ini adalah Skala Kekerasan Fan (30 aitem, α = 0,964) dan Skala Kecerdasan Emosional (40 aitem, α = 0,966). Analisis regresi sederhana menunjukkan nilai rxy = -0,470 dengan nilai p < 0,01. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kekerasan fan. Semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin rendah kekerasan fan, begitupun sebaliknya. Kecerdasan emosional memberikan sumbangan efektif sebesar 22,1% dalam mempengaruhi kekerasan fan, sedangkan 77,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.","PeriodicalId":395599,"journal":{"name":"Jurnal EMPATI","volume":"8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-11-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131612447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}