Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p145-159
Nanda Setia, Kurniawan Eko Supeno
Language is the main component in the communication process which has an element of heterogeneity in every practice. The function of language itself is not just a means of communication but as a means of conveying the values of speech acts implicitly. The use of language in the 'pambiwara' character in Javanese traditional weddings has its own variety and dynamics that influence the meaning behind its character. This study aims to determine the various dynamics of the language used by the Pambiwara figures of Javanese traditional marriages along with the development of the influence of globalization, precisely in Pendem Village, Junrejo District, Batu City. This writing uses a historical methodology with data obtained from direct interviews and video documentation of one of the Javanese traditional weddings in Pendem Village. The results of the study provide an overview of the various dynamics of the language used by the Pambiwara characters, the elements of beauty that characterize the Pambiwara language in its delivery, as well as the factors causing the variation in the language used. Bahasa merupakan komponen utama dalam proses komunikasi yang memiliki unsur heterogenitas dalam setiap praktiknya. Fungsi bahasa sendiri bukan hanya sekedar alat komunikasi melainkan sebagai sarana penyampaian nilai-nilai dan tindak tutur. Penggunaan bahasa pada tokoh pewara ‘pambiwara’ dalam pernikahan adat Jawa memiliki ragam dan dinamika tersendiri yang mempengaruhi makna dibalik pembawaannya itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi, tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penulisan ini menggunakan metodologi sejarah dengan data diperoleh dari wawancara langsung dan video dokumentasi salah satu pernikahan adat Jawa di Desa Pendem. Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai berbagai macam dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh pambiwara, unsur-unsur keindahan yang mewarnai bahasa Pambiwara dalam penyampaianya, serta faktor penyebab ragamnya bahasa yang digunakan.
语言是交际过程的主要组成部分,在任何交际活动中都具有异质性。语言本身的功能不仅仅是一种交际手段,而是一种含蓄地传递言语行为价值的手段。爪哇传统婚礼中“pambiwara”字符的语言使用有其自身的多样性和动态,影响其字符背后的含义。本研究旨在确定爪哇传统婚姻中的Pambiwara人物使用的语言的各种动态,以及全球化影响的发展,确切地说,在Batu市Junrejo区Pendem村。本文采用了一种历史方法,其数据来自Pendem村爪哇传统婚礼的直接访谈和视频记录。研究结果概述了潘瓦拉语角色使用的语言的各种动态,潘瓦拉语在传递过程中所具有的美元素,以及导致所使用语言变化的因素。马来语:马来语,马来语,马来语,马来语,马来语,马来语。这句话的意思是:“我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。”Penggunaan bahasa pada tokoh pewara ' pambiwara ' dalam pernikahan adat java memiliki ragam dan dinamika tersendiri yang mempengaruhi makna dibalik penbawaannya。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi, tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu。Penulisan ini mongunakan方法,sejarah dengan数据,diperoleh dari wawancara langsung dan视频文件,asi salah satu pernikahan和Jawa di Desa Pendem。Hasil penelitian成员gambaran mengenai berbagai macam dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh pambiakan, unsur-unsur keindahan yang mewarnai bahasa pambiwara dalam penyampaianya, serta ftor penyebab ragamya bahasa yang digunakan。
{"title":"Pranata laksitaning adicara: dinamika penggunaan bahasa oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu (1997-2021)","authors":"Nanda Setia, Kurniawan Eko Supeno","doi":"10.17977/um081v2i22022p145-159","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p145-159","url":null,"abstract":"Language is the main component in the communication process which has an element of heterogeneity in every practice. The function of language itself is not just a means of communication but as a means of conveying the values of speech acts implicitly. The use of language in the 'pambiwara' character in Javanese traditional weddings has its own variety and dynamics that influence the meaning behind its character. This study aims to determine the various dynamics of the language used by the Pambiwara figures of Javanese traditional marriages along with the development of the influence of globalization, precisely in Pendem Village, Junrejo District, Batu City. This writing uses a historical methodology with data obtained from direct interviews and video documentation of one of the Javanese traditional weddings in Pendem Village. The results of the study provide an overview of the various dynamics of the language used by the Pambiwara characters, the elements of beauty that characterize the Pambiwara language in its delivery, as well as the factors causing the variation in the language used. Bahasa merupakan komponen utama dalam proses komunikasi yang memiliki unsur heterogenitas dalam setiap praktiknya. Fungsi bahasa sendiri bukan hanya sekedar alat komunikasi melainkan sebagai sarana penyampaian nilai-nilai dan tindak tutur. Penggunaan bahasa pada tokoh pewara ‘pambiwara’ dalam pernikahan adat Jawa memiliki ragam dan dinamika tersendiri yang mempengaruhi makna dibalik pembawaannya itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi, tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penulisan ini menggunakan metodologi sejarah dengan data diperoleh dari wawancara langsung dan video dokumentasi salah satu pernikahan adat Jawa di Desa Pendem. Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai berbagai macam dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh pambiwara, unsur-unsur keindahan yang mewarnai bahasa Pambiwara dalam penyampaianya, serta faktor penyebab ragamnya bahasa yang digunakan. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82405605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstrakPerihal ekonomi merupakan suatu istilah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kondisi ekonomi suatu wilayah mengalami perubahan yang signifikan seperti halnya di wilayah Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek pada tahun 1991-2019. Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya sentra industri kerajinan anyaman yang berpusat pada Home Industry Bambu Indah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang sejarah awal sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019 dan untuk menjelaskan tentang dinamika pemberdayaan masyarakat pada proses produksi sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019. Pemecahan permasalahan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan atau valid yaitu berupa arsip, artikel, jurnal, buku, peta dan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembanding. Studi ini menunjukkan bahwa sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah dipelopori oleh Bapak Sukatno yang didirikan pada tahun 1991 kemudian mengalami kemerosotan karena krisis ekonomi 1997-1998 sehingga membentuk pemberdayaan masyarakat berupa UMKM, pelatihan, dan penggalian potensi. AbstractEconomics is a term that cannot be separated from people’s lives. The economic condition of a region underwent significant changes as was the case in the Wonoanti Village area, Gandusari District, Trenggalek Regency in 1991-2019. The changes that occured were due to the existence of a woven craft industry center centered on the Bambu Indah Home Industry. The purpose of this study is to find out about the early history of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019 and to explain the dynamics of community empowerment in the production process of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019. The problems solving in this study is using historical research methods, namely topic selection, heuristics, source criticism, interpretation, and historiography by using relevant or valid sources in the form of archives, articles, journals, books, maps and previous research used as comparisons. This study shows that the Bambu Indah woven craft industry center was pioneered by Mr. Sukatno, which was founded in 1991 and then experienced a decline due to the 1997-1998 ecomomic crisis, thus forming community empowerment in the from UMKM, training, and potential exploration.
{"title":"Dinamika pemberdayaan masyarakat pada proses produksi sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek 1991-2019","authors":"Pramesti Resti Darestika, Slamet Sujud Purnawan Jati","doi":"10.17977/um081v2i22022p219-237","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p219-237","url":null,"abstract":"AbstrakPerihal ekonomi merupakan suatu istilah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kondisi ekonomi suatu wilayah mengalami perubahan yang signifikan seperti halnya di wilayah Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek pada tahun 1991-2019. Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya sentra industri kerajinan anyaman yang berpusat pada Home Industry Bambu Indah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang sejarah awal sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019 dan untuk menjelaskan tentang dinamika pemberdayaan masyarakat pada proses produksi sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019. Pemecahan permasalahan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan atau valid yaitu berupa arsip, artikel, jurnal, buku, peta dan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembanding. Studi ini menunjukkan bahwa sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah dipelopori oleh Bapak Sukatno yang didirikan pada tahun 1991 kemudian mengalami kemerosotan karena krisis ekonomi 1997-1998 sehingga membentuk pemberdayaan masyarakat berupa UMKM, pelatihan, dan penggalian potensi. AbstractEconomics is a term that cannot be separated from people’s lives. The economic condition of a region underwent significant changes as was the case in the Wonoanti Village area, Gandusari District, Trenggalek Regency in 1991-2019. The changes that occured were due to the existence of a woven craft industry center centered on the Bambu Indah Home Industry. The purpose of this study is to find out about the early history of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019 and to explain the dynamics of community empowerment in the production process of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019. The problems solving in this study is using historical research methods, namely topic selection, heuristics, source criticism, interpretation, and historiography by using relevant or valid sources in the form of archives, articles, journals, books, maps and previous research used as comparisons. This study shows that the Bambu Indah woven craft industry center was pioneered by Mr. Sukatno, which was founded in 1991 and then experienced a decline due to the 1997-1998 ecomomic crisis, thus forming community empowerment in the from UMKM, training, and potential exploration.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91161588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p193-203
Hadyan Nandana Santosa
The insights, the intellectual property of club studies is the principal purpose in writing this article. The efforts made in the search for the article were cut through historical methods. If using that method, then surely this writing intended to highlight the historical element of the travel of the precincts for club studies. Just as this was illustrated at the beginning of the discussion. Moreover, because the context of the observation focused on intellectuality in history, and with the results it was possible to make the club's basis a dual existentialism trend and the emphasis on a separate way of life to avoid the Bohemian lifestyle. Penelusuran tentang wawasan, kekayaan intelektual yang terdapat pada Persada Studi Klub merupakan tujuan utama dalam penulisan artikel ini. Upaya yang dilakukan dalam penelusuran artikel ini dibedah dengan menggunakan metode sejarah. Jika menggunakan metode tersebut, maka tentu tulisan ini bermaksud untuk menonjolkan unsur historis dari perjalanan keberadaan Persada Studi Klub. Sebagaimana hal ini tertuang dalam gambaran umum di awal pembahasan. Selain itu, karena konteks penelitiannya sengaja memilih fokus pada intelektualitas dalam sejarah, maka membuahkan hasil atas dapat dipetakan dasar pemikiran Persada Studi Klub menjadi dua bagian, yaitu kecenderungan sikap eksistensialisme dan penekanan pada cara hidup yang memiskinkan diri agar terhindar dari gaya hidup bohemia.
{"title":"Gema dan gaung Persada Studi Klub sebagai komunitas sastra di Malioboro tahun 1969-1975","authors":"Hadyan Nandana Santosa","doi":"10.17977/um081v2i22022p193-203","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p193-203","url":null,"abstract":"The insights, the intellectual property of club studies is the principal purpose in writing this article. The efforts made in the search for the article were cut through historical methods. If using that method, then surely this writing intended to highlight the historical element of the travel of the precincts for club studies. Just as this was illustrated at the beginning of the discussion. Moreover, because the context of the observation focused on intellectuality in history, and with the results it was possible to make the club's basis a dual existentialism trend and the emphasis on a separate way of life to avoid the Bohemian lifestyle. Penelusuran tentang wawasan, kekayaan intelektual yang terdapat pada Persada Studi Klub merupakan tujuan utama dalam penulisan artikel ini. Upaya yang dilakukan dalam penelusuran artikel ini dibedah dengan menggunakan metode sejarah. Jika menggunakan metode tersebut, maka tentu tulisan ini bermaksud untuk menonjolkan unsur historis dari perjalanan keberadaan Persada Studi Klub. Sebagaimana hal ini tertuang dalam gambaran umum di awal pembahasan. Selain itu, karena konteks penelitiannya sengaja memilih fokus pada intelektualitas dalam sejarah, maka membuahkan hasil atas dapat dipetakan dasar pemikiran Persada Studi Klub menjadi dua bagian, yaitu kecenderungan sikap eksistensialisme dan penekanan pada cara hidup yang memiskinkan diri agar terhindar dari gaya hidup bohemia. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74904010","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p252-264
Mutia Zaskia Nasution, Kurniawati Kurniawati, M. H. Yanuardi
This article aims to highlight the life of concubines in the military world in the Dutch East Indies in the period 1872-1913 and to present various views of the pros and cons that made this practice considered quite controversial at its time. In order for the objectives of this research to be carried through, the author applied historical research method which has five stages consisting of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. By using primary and secondary sources in the form of contemporary newspapers, documents, books, and articles relevant to the research theme. The practice of concubinage within the military barracks could not be separated from the establishment of an army under the name of Koninklijk Leger in the early 19th century. This practice was used to be associated with demoralization and also believed to be the source of several health issues amongst the soldiers, as well as encouraging the birth of a white proletariat class in the colonies, this leads to mixed opinions regarding the relationship between these two different races. This commotion prompted the colonial government to issue several policies, one of which was to increase military morale. After all, the concubine of tangsi is considered very detrimental, this practice indirectly joined a mixed society group known as the Indo group, where this group later helped support Indis culture in the Dutch East Indies. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menyoroti kehidupan pergundikan dalam dunia militer di Hindia Belanda pada periode 1872-1913 serta menampilkan berbagai pandangan pro dan kontra yang membuat praktik ini dianggap cukup kontroversial pada masanya. Dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang dibahas, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahapan meliputi pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dengan menggunakan sumber primer dan sekunder yang berupa surat kabar sezaman, dokumen, buku, serta artikel yang relevan dengan tema penelitian. Praktik pergundikan tangsi tidak lepas dari pembentukan suatu pasukan ketentaraan yang bernama Koninklijk Leger pada awal abad ke-19. Praktik ini selalu dikaitkan dengan demoralisasi dan juga diyakini sebagai penyebab munculnya masalah kesehatan di antara para serdadu, serta mendorong lahirnya kelas proletariat kulit putih di tanah koloni yang membuat hubungan antar dua ras berbeda ini tidak jarang mengundang perdebatan di masyarakat. Kegaduhan tersebut membuat pemerintah kolonial pada akhirnya mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya meningkatkan moral militer. Betapa pun pergundikan tangsi dianggap menuai banyak dampak merugikan, praktik ini secara tidak langsung turut sebuah golongan masyarakat campuran yang dikenal dengan golongan Indo, di mana kelompok ini nantinya turut mendukung kebudayaan Indis di Hindia Belanda.
本文旨在突出1872年至1913年期间荷属东印度群岛军事世界中妾的生活,并提出各种赞成和反对的观点,使这种做法在当时被认为是颇有争议的。为了实现本文的研究目标,笔者采用了历史研究方法,分为选题、启发式、验证、解释和史学五个阶段。通过使用与研究主题相关的当代报纸、文件、书籍和文章等形式的一手和二手资料。军营内纳妾的做法与19世纪初以Koninklijk Leger为名的军队的建立密不可分。这种做法被认为与士气低落有关,也被认为是士兵中一些健康问题的根源,以及鼓励殖民地白人无产阶级的诞生,这导致了关于这两个不同种族之间关系的不同意见。这场骚乱促使殖民政府颁布了几项政策,其中一项是提高军队士气。毕竟,唐斯的妾被认为是非常有害的,这种做法间接地加入了一个被称为印度群体的混合社会群体,这个群体后来帮助支持了荷属东印度群岛的印度文化。这句话的意思是:印尼语的意思是印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:印尼语的意思是:Dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang dibahas, penulis menggunakan mede penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahapan meliputi penilihan主题,启发,验证,解释,丹史学。登安蒙古纳坎数字引物丹·斯昆德·杨·贝鲁普·苏拉特·卡巴·塞扎曼,杜库曼,布库,斯昆德·杨·特克尔,登安特玛·佩利特。我想我是在为我的祖国干杯,我是在为我的祖国干杯,我的祖国干杯。我是说,我的祖国是民主的,我的祖国是民主的,我的祖国是民主的,我的祖国是民主的,我的祖国是无产阶级的,我的祖国是无产阶级的,我的祖国是民主的,我的祖国是民主的。Kegaduhan tersebut成员是一个独立的人,他是一个有道德的战士。我是说我是印度人,我是印度人,我是印度人,我是印度人,我是印度人,我是印度人,我是印度人。
{"title":"Dalam dekap serdadu: pergundikan di tangsi militer, 1872-1913","authors":"Mutia Zaskia Nasution, Kurniawati Kurniawati, M. H. Yanuardi","doi":"10.17977/um081v2i22022p252-264","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p252-264","url":null,"abstract":"This article aims to highlight the life of concubines in the military world in the Dutch East Indies in the period 1872-1913 and to present various views of the pros and cons that made this practice considered quite controversial at its time. In order for the objectives of this research to be carried through, the author applied historical research method which has five stages consisting of topic selection, heuristics, verification, interpretation, and historiography. By using primary and secondary sources in the form of contemporary newspapers, documents, books, and articles relevant to the research theme. The practice of concubinage within the military barracks could not be separated from the establishment of an army under the name of Koninklijk Leger in the early 19th century. This practice was used to be associated with demoralization and also believed to be the source of several health issues amongst the soldiers, as well as encouraging the birth of a white proletariat class in the colonies, this leads to mixed opinions regarding the relationship between these two different races. This commotion prompted the colonial government to issue several policies, one of which was to increase military morale. After all, the concubine of tangsi is considered very detrimental, this practice indirectly joined a mixed society group known as the Indo group, where this group later helped support Indis culture in the Dutch East Indies. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menyoroti kehidupan pergundikan dalam dunia militer di Hindia Belanda pada periode 1872-1913 serta menampilkan berbagai pandangan pro dan kontra yang membuat praktik ini dianggap cukup kontroversial pada masanya. Dalam upaya untuk mencapai tujuan penelitian secara lengkap sesuai dengan permasalahan yang dibahas, penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari lima tahapan meliputi pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dengan menggunakan sumber primer dan sekunder yang berupa surat kabar sezaman, dokumen, buku, serta artikel yang relevan dengan tema penelitian. Praktik pergundikan tangsi tidak lepas dari pembentukan suatu pasukan ketentaraan yang bernama Koninklijk Leger pada awal abad ke-19. Praktik ini selalu dikaitkan dengan demoralisasi dan juga diyakini sebagai penyebab munculnya masalah kesehatan di antara para serdadu, serta mendorong lahirnya kelas proletariat kulit putih di tanah koloni yang membuat hubungan antar dua ras berbeda ini tidak jarang mengundang perdebatan di masyarakat. Kegaduhan tersebut membuat pemerintah kolonial pada akhirnya mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya meningkatkan moral militer. Betapa pun pergundikan tangsi dianggap menuai banyak dampak merugikan, praktik ini secara tidak langsung turut sebuah golongan masyarakat campuran yang dikenal dengan golongan Indo, di mana kelompok ini nantinya turut mendukung kebudayaan Indis di Hindia Belanda. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85018583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p290-298
Mochammad Ronaldy Aji Saputra
This study aims to review the Weberian concept developed by B.J.O Schrieke and its contribution to the development of Indonesian historiography. This study uses the library method with an autobiographical approach. The results of the study show that Schrieke has shown historiography with a socio-cultural perspective and has succeeded in revealing many aspects of society and the life of the Indonesian people. This can be seen through Schrieke's works, namely het boek van Bonang (1916) and Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke was inspired by Max Weber's way of explaining history from various socio-historical perspectives. Schrieke's sociological historical thought influenced the basic framework of subsequent Indonesian history writing.Penelitian ini bertujuan untuk mengulas konsep Weberian yang dikembangkan oleh B.J.O Schrieke serta kontribusinya bagi perkembangan historiografi Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan otobiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Schrieke telah menunjukkan bentuk historiografi dengan perspektif sosial-budaya dan berhasil mengungkap banyak aspek kemasyarakatan dan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui melalui karya-karya Schrieke yaitu het boek van Bonang (1916)dan Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke terinspirasi cara berpikir Max Weber dalam menjelaskan sejarah dengan berbagai perspektif sosio-historis. Pemikiran historis sosiologis Schrieke berpengaruh terhadap kerangka dasar penulisan sejarah Indonesia selanjutnya.
本研究旨在回顾B.J.O Schrieke所提出的韦伯概念,及其对印尼史学发展的贡献。本研究采用图书馆法和自传法。研究结果表明,施里克从社会文化的角度展示了史学,并成功地揭示了印度尼西亚社会和人民生活的许多方面。这可以从施里克的著作中看出,即他的著作《van Bonang》(1916)和《印度尼西亚社会学研究》(1955)。施里克受到马克斯·韦伯从不同社会历史角度解释历史的方式的启发。施里克的社会学历史思想影响了后来印尼历史写作的基本框架。Penelitian ini bertujuan untuk mengulas konsep weber yang dikembangkan oleh B.J.O Schrieke serta kontribusiness ya bagi perkembangan历史学家印度尼西亚。Penelitian ini menggunakan方法,kepustakan和dengan pendekatan耳传。Hasil penelitian menunjukan bahwa Schrieke telah menunjukkan bentuk历史学家dendenan观点,社会学家dendenan berhasil mengungkap banyak, kemasyarakatan dan kehidupan bangsa印度尼西亚。Hal ini dapat diketahui melalui karya-karya Schrieke yitu的著作van Bonang(1916)和印度尼西亚社会学研究(1955)。马克思·韦伯:社会史学的新视角与新视角。Pemikiran历史生理学家Schrieke berpengaruh terhadap kerangka dasar penulisan sejarah Indonesia selanjutnya。
{"title":"Dari Weberian hingga Indonesiasentris: kajian historis-sosiologis B.J.O Schrieke serta kontribusinya bagi historiografi Indonesia","authors":"Mochammad Ronaldy Aji Saputra","doi":"10.17977/um081v2i22022p290-298","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p290-298","url":null,"abstract":"This study aims to review the Weberian concept developed by B.J.O Schrieke and its contribution to the development of Indonesian historiography. This study uses the library method with an autobiographical approach. The results of the study show that Schrieke has shown historiography with a socio-cultural perspective and has succeeded in revealing many aspects of society and the life of the Indonesian people. This can be seen through Schrieke's works, namely het boek van Bonang (1916) and Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke was inspired by Max Weber's way of explaining history from various socio-historical perspectives. Schrieke's sociological historical thought influenced the basic framework of subsequent Indonesian history writing.Penelitian ini bertujuan untuk mengulas konsep Weberian yang dikembangkan oleh B.J.O Schrieke serta kontribusinya bagi perkembangan historiografi Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan otobiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Schrieke telah menunjukkan bentuk historiografi dengan perspektif sosial-budaya dan berhasil mengungkap banyak aspek kemasyarakatan dan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui melalui karya-karya Schrieke yaitu het boek van Bonang (1916)dan Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke terinspirasi cara berpikir Max Weber dalam menjelaskan sejarah dengan berbagai perspektif sosio-historis. Pemikiran historis sosiologis Schrieke berpengaruh terhadap kerangka dasar penulisan sejarah Indonesia selanjutnya.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81613466","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p160-171
Moch. Dimas Galuh Mahardika, M. Y. Efendi
When the Dutch came to power in the East Indies Islands, indo-Europeans or mestizo or "anak kolong" were considered a bad image for Europeans. They were born as a result of marital relations between European men and bumiputra women. Europeans think that the mistresses (nyai) are guilty of the birth of Indo-European children. Though the combination of two cultures that enter the life of the community makes them accustomed to coexistence between the two. Classification in colonial societies made the difference even more pronounced, indo-Europeans increasingly marginalized by social gap and discrimination. Discriminatory policies that put Europeans first in terms of jobs, education, create resentment and frustration among Indo-Europeans. Those who are increasingly depressed due to the difficulty of living in the Dutch East Indies take shortcuts by committing criminal acts such as opium smuggling, theft, and prostitution. This article written with historiographical methods attempts to recount the lives of mixed-blooded populations as one of the contributions of the field of social history studies. This presentation is expected to be an alternative to historical discussions that may not be written much in the official historical narrative.Saat Belanda berkuasa di Kepulauan Hindia Timur, orang-orang Indoeropa atau mestizo atau anak kolong dianggap sebagai citra buruk bagi kalangan orang-orang Eropa. Mereka lahir akibat hubungan perkawinan/pergundikan antara lelaki Eropa dan perempuan bumiputra. Orang-orang Eropa beranggapan bahwa para gundik (nyai) bersalah atas kelahiran anak Indoeropa. Padahal perpaduan dua budaya yang masuk dalam kehidupan masyarakat membuat mereka terbiasa hidup berdampingan di antara keduanya. Klasifikasi dalam masyarakat kolonial membuat perbedaan semakin terasa, orang-orang Indoeropa semakin terpinggirkan dengan adanya kesenjangan sosial dan diskriminasi. Kebijakan diskriminatif yang mengutamakan orang-orang Eropa dalam hal pekerjaan, pendidikan, menciptakan rasa dendam dan ketidaknyamanan di kalangan orang-orang Indoeropa. Perempuan yang semakin tertekan akibat sulitnya kesempatan hidup di Hindia Belanda mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan kriminal seperti penyelundupan opium, pencurian, dan prostitusi. Artikel yang ditulis dengan metode historiografi ini mencoba untuk menceritakan kehidupan penduduk berdarah campuran sebagai salah satu kontribusi bidang kajian sejarah sosial. Pemaparan ini diharapkan dapat menjadi alternatif diskusi sejarah yang mungkin belum banyak ditulis di dalam narasi sejarah resmi.
当荷兰人在东印度群岛掌权时,印欧人或混血儿或“anak kolong”被认为是欧洲人的坏形象。他们是欧洲男人和土著妇女婚姻关系的产物。欧洲人认为情妇(nyai)是印欧语系孩子诞生的罪魁祸首。虽然进入社区生活的两种文化的结合使他们习惯于两者共存。殖民地社会的分类使差异更加明显,印欧人因社会差距和歧视而日益边缘化。在就业和教育方面把欧洲人放在首位的歧视性政策,在印欧人中引发了怨恨和沮丧。由于在荷属东印度群岛的生活困难而变得越来越沮丧的人,通过走私鸦片、偷窃、卖淫等犯罪行为走捷径。这篇用史学方法写的文章试图叙述混血人口的生活,作为社会历史研究领域的贡献之一。这篇演讲是对历史讨论的一种替代,在官方的历史叙述中可能写得不多。我的意思是,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。Mereka lahir akibat hubungan perkawinan/pergundikan antara lelaki Eropa dan perempuan humputra。橘黄色-橘黄色的Eropa beranggapan bahwa para gundik (nyai) bersalah atas kelahiran anak Indoeropa。Padahal perpadan dua budaya yang masuk dalam kehidupan masyarakat成员mereka terbiasa hidup berdampingan和diantara keduanya。Klasifikasi dalam masyarakat殖民成员perbedaan semakin terasa,猩猩Indoeropa semakin terpinggirkan dengan adanya kesenjangan social dan diskriminasi。Kebijakan diskriminatif yang mengutamakan orangang Indoeropa dalam hal pekerjaan, pendidikan, menciptakan rasa dendam dan ketidaknyamanan di kalangan orangang Indoeropa。Perempuan yang semakin tertekan akibat sulitnya kesempatan hidup di hinindia Belanda mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan犯罪分子penyelundupan鸦片,铅笔,和妓女。Artikel yang ditulis dengan方法史学ini mencoba untuk menberitakan kehidupan penduduk berdarah campuran sebagai salah satu kontribusi bidang kajian sejarah social。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”
{"title":"Kesenjangan sosial dan diskriminasi penduduk campuran (Mestizos) di Hindia Belanda dalam kurun abad 18-19","authors":"Moch. Dimas Galuh Mahardika, M. Y. Efendi","doi":"10.17977/um081v2i22022p160-171","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p160-171","url":null,"abstract":"When the Dutch came to power in the East Indies Islands, indo-Europeans or mestizo or \"anak kolong\" were considered a bad image for Europeans. They were born as a result of marital relations between European men and bumiputra women. Europeans think that the mistresses (nyai) are guilty of the birth of Indo-European children. Though the combination of two cultures that enter the life of the community makes them accustomed to coexistence between the two. Classification in colonial societies made the difference even more pronounced, indo-Europeans increasingly marginalized by social gap and discrimination. Discriminatory policies that put Europeans first in terms of jobs, education, create resentment and frustration among Indo-Europeans. Those who are increasingly depressed due to the difficulty of living in the Dutch East Indies take shortcuts by committing criminal acts such as opium smuggling, theft, and prostitution. This article written with historiographical methods attempts to recount the lives of mixed-blooded populations as one of the contributions of the field of social history studies. This presentation is expected to be an alternative to historical discussions that may not be written much in the official historical narrative.Saat Belanda berkuasa di Kepulauan Hindia Timur, orang-orang Indoeropa atau mestizo atau anak kolong dianggap sebagai citra buruk bagi kalangan orang-orang Eropa. Mereka lahir akibat hubungan perkawinan/pergundikan antara lelaki Eropa dan perempuan bumiputra. Orang-orang Eropa beranggapan bahwa para gundik (nyai) bersalah atas kelahiran anak Indoeropa. Padahal perpaduan dua budaya yang masuk dalam kehidupan masyarakat membuat mereka terbiasa hidup berdampingan di antara keduanya. Klasifikasi dalam masyarakat kolonial membuat perbedaan semakin terasa, orang-orang Indoeropa semakin terpinggirkan dengan adanya kesenjangan sosial dan diskriminasi. Kebijakan diskriminatif yang mengutamakan orang-orang Eropa dalam hal pekerjaan, pendidikan, menciptakan rasa dendam dan ketidaknyamanan di kalangan orang-orang Indoeropa. Perempuan yang semakin tertekan akibat sulitnya kesempatan hidup di Hindia Belanda mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan kriminal seperti penyelundupan opium, pencurian, dan prostitusi. Artikel yang ditulis dengan metode historiografi ini mencoba untuk menceritakan kehidupan penduduk berdarah campuran sebagai salah satu kontribusi bidang kajian sejarah sosial. Pemaparan ini diharapkan dapat menjadi alternatif diskusi sejarah yang mungkin belum banyak ditulis di dalam narasi sejarah resmi. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"144 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82914453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-30DOI: 10.17977/um081v2i22022p172-180
Alfin Ganendra Albar, Eldin Warsito Suhantyo
This study tries to describe the history of the development of the Buduran sugar factory from 1835 to 1930 which will be useful for the Mpu Tantular Museum. This writing uses historical research methods which consist of several stages, namely topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Sidoarjo during the Dutch colonial period became a sugar industry area, this was because the area was suitable for planting sugar cane, so the colonial government exploited it by building a sugar factory there. One of the sugar factories in Sidoarjo that was established during the colonial period was the Buduran sugar factory, at this time the Buduran sugar factory has changed its function into a warehouse for engineers. Looking at the past, the Buduran sugar factory in its time continued to develop well and became a sugar contributor in Karesidan Surabaya. This Buduran sugar factory became one of the most successful factories of its time, with its production and area of sugar cane continuously growing. It is important to write the history of the Buduran sugar factory because it is only very small and can also contribute to the archives of the Mpu Tantular Museum as a place for learning from all walks of life. Penelitian ini mencoba menguraikan sejarah perkembangan pabrik gula Buduran pada tahun 1835 hingga 1930 yang akan bermanfaat bagi Museum Mpu Tantular. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas beberapa tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sidoarjo pada masa kolonial Belanda menjadi wilayah areal industri gula, hal tersebut disebabkan karena wilayahnya yang cocok untuk ditanami tebu, maka pemerintah kolonial mengeksploitasi dengan membangun pabrik gula disana. Salah satu pabrik gula di Sidoarjo yang pernah berdiri pada masa kolonial adalah pabrik gula Buduran, pada masa kini pabrik gula Buduran sudah beralih fungsi menjadi tempat gudang penyimpanan zeni. Melihat masa lalu, bahwa pabrik gula Buduran ini pada masanya terus berkembang dengan baik dan menjadi penyumbang gula di Karesidenan Surabaya. Pabrik gula Buduran ini menjadi salah satu pabrik yang sukses pada masanya, dengan terus berkembang hasil produksi dan luas lahan tebunya. Pentingnya menulis sejarah dari pabrik gula Buduran, karena hanya sedikit sekali dan juga dapat memberi sumbangsi arsip terhadap Museum Mpu Tantular sebagai tempat pembelajaran dari semua kalangan.
本研究试图描述布都兰糖厂从1835年到1930年的发展历史,这将对布都兰糖厂博物馆的建设有所帮助。本文采用历史研究方法,分为选题、启发式、批判、阐释、史学几个阶段。在荷兰殖民时期,Sidoarjo成为了一个制糖工业地区,这是因为该地区适合种植甘蔗,所以殖民政府利用它在那里建立了一个糖厂。在殖民时期建立的siddoarjo糖厂之一是Buduran糖厂,此时Buduran糖厂已将其功能改为工程师仓库。回顾过去,当时的Buduran糖厂持续发展良好,成为泗水Karesidan的糖贡献者。这座布都兰糖厂成为当时最成功的工厂之一,甘蔗的产量和面积不断增长。写布都兰糖厂的历史是很重要的,因为它很小,也可以为Mpu Tantular博物馆的档案做出贡献,作为一个学习各行各业的地方。Penelitian ini mencoba menguraikan sejarah perkembangan pabrik gula Buduran padtahun 1835 hinga 1930 yang akan bermanfaat bagi博物馆。Penulisan ini menggunakan mede penelitian sejarah yang terdiri as beberapa tahap yaitu penilihan主题,启发式,批判,解释和史学。Sidoarjo pada masa kolial Belanda menjadi wilayah real industrial gula, hal tersebut disebabkan karena wilayahnya yang coco untuk ditanami tebu, maka peremintah kolial mengeksploitasi dengan membangan pabrik gula disana。Salah satu pabrik gula di Sidoarjo yang pernah berdiri pada masa kolial adalah pabrik gula Buduran, pada masa kini pabrik gula Buduran sudah beralih fungsi menjadi tempat gudang penyimpanan zeni。Melihat masa lalu, bawa pabrik gula Buduran ini pada masanya terus berkembang dengan baik menjadi penyumbang gula di Karesidenan泗水。Pabrik gula Buduran ini menjadi salah satu Pabrik yang sukses padasanya, dengan terus berkembang hasil produksi dan lahantebunya。peningnya menulis sejarah dari pabrik gula Buduran, karena hanya sedikit sekali danjuga dapat成员,sunbangsi arhadap博物馆Mpu tantanular sebagai tempat pembelajaran dari semua kalangan。
{"title":"Sejarah pabrik gula Buduran sebagai objek pembelajaran kolonial di Museum Mpu Tantular","authors":"Alfin Ganendra Albar, Eldin Warsito Suhantyo","doi":"10.17977/um081v2i22022p172-180","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i22022p172-180","url":null,"abstract":"This study tries to describe the history of the development of the Buduran sugar factory from 1835 to 1930 which will be useful for the Mpu Tantular Museum. This writing uses historical research methods which consist of several stages, namely topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Sidoarjo during the Dutch colonial period became a sugar industry area, this was because the area was suitable for planting sugar cane, so the colonial government exploited it by building a sugar factory there. One of the sugar factories in Sidoarjo that was established during the colonial period was the Buduran sugar factory, at this time the Buduran sugar factory has changed its function into a warehouse for engineers. Looking at the past, the Buduran sugar factory in its time continued to develop well and became a sugar contributor in Karesidan Surabaya. This Buduran sugar factory became one of the most successful factories of its time, with its production and area of sugar cane continuously growing. It is important to write the history of the Buduran sugar factory because it is only very small and can also contribute to the archives of the Mpu Tantular Museum as a place for learning from all walks of life. Penelitian ini mencoba menguraikan sejarah perkembangan pabrik gula Buduran pada tahun 1835 hingga 1930 yang akan bermanfaat bagi Museum Mpu Tantular. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas beberapa tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sidoarjo pada masa kolonial Belanda menjadi wilayah areal industri gula, hal tersebut disebabkan karena wilayahnya yang cocok untuk ditanami tebu, maka pemerintah kolonial mengeksploitasi dengan membangun pabrik gula disana. Salah satu pabrik gula di Sidoarjo yang pernah berdiri pada masa kolonial adalah pabrik gula Buduran, pada masa kini pabrik gula Buduran sudah beralih fungsi menjadi tempat gudang penyimpanan zeni. Melihat masa lalu, bahwa pabrik gula Buduran ini pada masanya terus berkembang dengan baik dan menjadi penyumbang gula di Karesidenan Surabaya. Pabrik gula Buduran ini menjadi salah satu pabrik yang sukses pada masanya, dengan terus berkembang hasil produksi dan luas lahan tebunya. Pentingnya menulis sejarah dari pabrik gula Buduran, karena hanya sedikit sekali dan juga dapat memberi sumbangsi arsip terhadap Museum Mpu Tantular sebagai tempat pembelajaran dari semua kalangan. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84329584","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-30DOI: 10.17977/um081v2i12022p29-42
H. Hartono
This article aims to examine the history and origins, the process of implementation and the symbolic meaning contained in the Siraman Gong Kyai Pradah Ceremony. The method used in the preparation of this article is the literature review method. The sources used are books, articles, journals, theses, and other relevant sources. The Gong Kyai Pradah ceremony is a tradition and local wisdom that is owned by the people of Sutojayan District, Blitar Regency. This tradition is held routinely from generation to generation, on every 12th of Rabiul Awal and 1st Shawwal of the hijriyah calendar which is in Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. This ceremony is intended as an expression of gratitude to Allah SWT and respect for the Prophet Muhammad. Besides that, it is also a means of praying and conveying hope regarding safety, welfare, security, health and harmony. This tradition has become a tourism potential and a magnet that can attract tourists. The Gong Kyai Pradah ceremony is transformed into an identity attached to Sutojayan District and Blitar Regency. In the future, this ceremony must be continuously carried out and preserved not eroded by the times. Apart from that, with preservation, future generations will also be able to witness a tradition and local wisdom that is inherent and ingrained in existence and is carried out. Artikel ini memiliki tujuan untuk mengkaji sejarah dan asal usul, proses pelaksanaan dan makna simbolik yang ada dalam Upacara Siraman Gong Kyai Pradah. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode kajian pustaka. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, artikel, jurnal, skripsi, dan sumber lain yang relevan. Upacara Gong Kyai Pradah merupakan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Tradisi ini digelar secara rutin secara turun-temurun, pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan 1 Syawal penanggalan hijriyah yang dipusatkan di Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. Upacara ini ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menjadi sarana untuk berdoa dan menyampaikan harapan mengenai keselamatan, kesejahteraan, keamanan, kesehatan, dan kerukunan. Tradisi ini menjadi sebuah potensi wisata dan magnet yang mampu menarik wisatawan. Upacara siraman Gong Kyai Pradah ini bertransformasi menjadi identitas yang melekat pada Kecamatan Sutojayan dan Kabupaten Blitar. Di masa yang akan datang, upacara ini harus terus dilaksanakan dan dijaga kelestariannya agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Selain itu dengan adanya pelestarian, generasi penerus di masa depan juga dapat menyaksikan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang sudah melekat dan mendarah daging ini tetap ada dan dilaksanakan.
本文旨在研究西拉曼贡盖普拉达仪式的历史和起源,实施过程和象征意义。本文的制备方法为文献综述法。所使用的资料来源是书籍、文章、期刊、论文和其他相关资料。Gong Kyai Pradah仪式是由Blitar摄政Sutojayan区人民拥有的传统和当地智慧。这一传统是代代相传的,在每12 Rabiul Awal和hijriyah历的第1 Shawwal举行,这是在Alun-Alun Kawedanan Lodoyo。这个仪式是为了表达对安拉的感激和对先知穆罕默德的尊重。除此之外,它也是一种祈祷和表达对安全、福利、安全、健康和和谐的希望的方式。这一传统已经成为一种旅游潜力和吸引游客的磁石。Gong Kyai Pradah仪式转变为Sutojayan区和Blitar摄政的身份。在未来,这一仪式必须继续进行和保存,不被时代侵蚀。除此之外,通过保护,后代也将能够见证一种固有的、根深蒂固的存在和发扬的传统和当地智慧。Artikel ini memiliki tujuan untuk mengkaji sejarah dan asal usul,提议pelaksanaan dan makna象征着yang ada dalam Upacara Siraman Gong Kyai Pradah。Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah Metode kajian pustaka。沈柏杨digunakan adalah buku-buku, artikel, journal, skripsi, dan沈柏杨相关。Upacara Gong Kyai Pradah merupakan sebuah tradisi dan kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar。Tradisi ini digelar secara rutin secara turun-temurun, padseap tanggal 12 Rabiul Awal和1 Syawal penanggalan hijriyah yang dipusatkan di Alun-Alun Kawedanan Lodoyo。Upacara ini ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW。Selain itu juga menjadi sarana untuk berdoa dan menyampaikan harapan mengenai keselamatan, kesejahteraan, keamanan, kesehatan, dan kerukunan。传统意义上说,电势和磁体是相互联系的。Upacara siraman Gong Kyai Pradah ini bertransformasi menjadi identias yang melekat pada Kecamatan Sutojayan dan Kabupaten Blitar。dimasa yang akan datang, upacara ini harus terus, dijaga kelestariannya, agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman。在当地,当地的农民都是农民,他们都是农民,他们都是农民,他们都是农民,他们都是农民,他们都是农民,他们都是农民。
{"title":"Dinamika perkembangan Upacara Siraman Gong Kyai Pradah sebagai kearifan lokal di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar abad XVII-XX Masehi","authors":"H. Hartono","doi":"10.17977/um081v2i12022p29-42","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i12022p29-42","url":null,"abstract":"This article aims to examine the history and origins, the process of implementation and the symbolic meaning contained in the Siraman Gong Kyai Pradah Ceremony. The method used in the preparation of this article is the literature review method. The sources used are books, articles, journals, theses, and other relevant sources. The Gong Kyai Pradah ceremony is a tradition and local wisdom that is owned by the people of Sutojayan District, Blitar Regency. This tradition is held routinely from generation to generation, on every 12th of Rabiul Awal and 1st Shawwal of the hijriyah calendar which is in Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. This ceremony is intended as an expression of gratitude to Allah SWT and respect for the Prophet Muhammad. Besides that, it is also a means of praying and conveying hope regarding safety, welfare, security, health and harmony. This tradition has become a tourism potential and a magnet that can attract tourists. The Gong Kyai Pradah ceremony is transformed into an identity attached to Sutojayan District and Blitar Regency. In the future, this ceremony must be continuously carried out and preserved not eroded by the times. Apart from that, with preservation, future generations will also be able to witness a tradition and local wisdom that is inherent and ingrained in existence and is carried out. Artikel ini memiliki tujuan untuk mengkaji sejarah dan asal usul, proses pelaksanaan dan makna simbolik yang ada dalam Upacara Siraman Gong Kyai Pradah. Metode yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode kajian pustaka. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, artikel, jurnal, skripsi, dan sumber lain yang relevan. Upacara Gong Kyai Pradah merupakan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Tradisi ini digelar secara rutin secara turun-temurun, pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dan 1 Syawal penanggalan hijriyah yang dipusatkan di Alun-Alun Kawedanan Lodoyo. Upacara ini ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu juga menjadi sarana untuk berdoa dan menyampaikan harapan mengenai keselamatan, kesejahteraan, keamanan, kesehatan, dan kerukunan. Tradisi ini menjadi sebuah potensi wisata dan magnet yang mampu menarik wisatawan. Upacara siraman Gong Kyai Pradah ini bertransformasi menjadi identitas yang melekat pada Kecamatan Sutojayan dan Kabupaten Blitar. Di masa yang akan datang, upacara ini harus terus dilaksanakan dan dijaga kelestariannya agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Selain itu dengan adanya pelestarian, generasi penerus di masa depan juga dapat menyaksikan sebuah tradisi dan kearifan lokal yang sudah melekat dan mendarah daging ini tetap ada dan dilaksanakan. ","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"244 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76320672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Environmental history has recently become a popular topic. Environmental history, on the other contrary, is still a neglected historical specialization in Indonesia. Environmental history, including past natural disasters, is an interesting topic to study. Volcanic eruptions are a natural occurrence that has received little attention by researchers. Mount Bromo's eruption in 1995 became a historical event that historians should research and reconstruct.In 1995, it lasted for several months, with increasing volcanic activity that continues to occur, causing environmental and social impacts. Mount Bromo, which is included of the Bromo Tengger Semeru National Park's conservation area, contributes to the tourism aspect. To deal with all of the risks that occurred during the 1995 eruption of Mount Bromo, the government, the Great Hall of Bromo Tengger Semeru, and the local community made mitigation efforts. This research uses the historical method, which entails a thorough examination of archival sources, newspapers, articles, books, maps, and interviews with relevant parties. The facts about Mount Bromo's 1995 eruption, including its ecological impacts and mitigation efforts, are presented in this study.
{"title":"Sejarah erupsi Gunung Bromo 1995: kajian dampak dan upaya mitigasinya di Kecamatan Sukapura","authors":"Hasna Fauziah Noorsy, Blasius Suprapta, Ronal Ridhoi","doi":"10.17977/um081v2i12022p93-107","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i12022p93-107","url":null,"abstract":"Environmental history has recently become a popular topic. Environmental history, on the other contrary, is still a neglected historical specialization in Indonesia. Environmental history, including past natural disasters, is an interesting topic to study. Volcanic eruptions are a natural occurrence that has received little attention by researchers. Mount Bromo's eruption in 1995 became a historical event that historians should research and reconstruct.In 1995, it lasted for several months, with increasing volcanic activity that continues to occur, causing environmental and social impacts. Mount Bromo, which is included of the Bromo Tengger Semeru National Park's conservation area, contributes to the tourism aspect. To deal with all of the risks that occurred during the 1995 eruption of Mount Bromo, the government, the Great Hall of Bromo Tengger Semeru, and the local community made mitigation efforts. This research uses the historical method, which entails a thorough examination of archival sources, newspapers, articles, books, maps, and interviews with relevant parties. The facts about Mount Bromo's 1995 eruption, including its ecological impacts and mitigation efforts, are presented in this study.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90197053","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-30DOI: 10.17977/um081v2i12022p1-12
Faniesa Ardianti Mahdiyar, Naning Siregar Pribumi, S. Nabila, Ari Sapto
Who would have thought that Madura Island, which was surrounded by the expanse of the Java Sea, used to have access to modern transportation, namely trains. The railway line in Madura had been built during the Dutch Colonial Government and its use developed over time. The use of trains during the Dutch colonial administration is known to have first functioned as transportation of local commodities, especially salt commodities, which was centered in Sumenep, then changed to public transportation that can be used by the surrounding community. As for the formulation of the problem to be discussed, the first is to find out the background of the founding of Madoera Stoomtram Maatschappij. Second, to find out the function of the train run by Madoera Stoomtram Maatschappij in salt transportation activities to become a means of public transportation in Madura. Then, the third, to find out the reason for Madoera Stoomtram Maatschappij's cessation of operations. The research method used is the historical research method. Siapa sangka jika Pulau Madura yang dikelilingi hamparan Laut Jawa dulunya memiliki akses transportasi modern, yakni kereta api. Jalur kereta api di Madura telah dibangun pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan penggunaannya berkembang seiring berjalannya waktu. Penggunaan kereta api pada masa pemerintahan kolonial Belanda diketahui pertama kali berfungsi sebagai pengangkutan komoditas lokal, khususnya komoditas garam yang berpusat di Sumenep, kemudian berganti menjadi alat transportasi umum yang sudah bisa digunakan oleh masyarakat sekitar. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Kedua, untuk mengetahui fungsi kereta api yang dijalankan oleh Madoera Stoomtram Maatschappij dalam kegiatan pengangkutan garam hingga menjadi alat transportasi umum di Madura. Kemudian, yang ketiga, untuk mengetahui alasan berhenti operasinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah.
谁能想到,被广阔的爪哇海包围的马杜拉岛,曾经有过现代化的交通工具,即火车。马都拉的铁路线是在荷兰殖民政府时期修建的,其用途随着时间的推移而发展。据悉,在荷兰殖民统治时期,火车的使用最初是作为当地商品的运输,特别是以苏梅内普为中心的盐商品,然后变成了周围社区可以使用的公共交通工具。对于要讨论的问题的提法,首先是找出Madoera Stoomtram Maatschappij成立的背景。第二,找出马都拉Stoomtram Maatschappij列车在盐运输活动中的作用,使其成为马都拉的公共交通工具。然后,第三,找出Madoera Stoomtram Maatschappij停止运营的原因。研究方法采用历史研究法。Siapa sangka jika Pulau Madura yang dikelilingi hamparan Laut Jawa dulunya memoriliki akses transportasi modern, yakni kereta api。Jalur kereta api di Madura telah dibangun pada masa Pemerintahan殖民Belanda dan penggunaannya berkembang seiring berjalannya waktu。Penggunaan kereta api pada masan permerinakat sebagai pengangkutan komoditas local, khususnya komoditas garam yang berpusat di Sumenep, kemudian berganti menjadi alat transportasi umum yang sudah bisa digunakan oleh masyarakat sekitar。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉,马都拉Kemudian, yang ketiga, untuk mengetahui alasan berhenti operasinya Madoera Stoomtram Maatschappij。Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian sejarah。
{"title":"Madoera Stoomtram Maatschappij: fungsi perkeretaapian sebagai pengangkutan garam hingga transportasi umum di Madura tahun 1897-1987","authors":"Faniesa Ardianti Mahdiyar, Naning Siregar Pribumi, S. Nabila, Ari Sapto","doi":"10.17977/um081v2i12022p1-12","DOIUrl":"https://doi.org/10.17977/um081v2i12022p1-12","url":null,"abstract":"Who would have thought that Madura Island, which was surrounded by the expanse of the Java Sea, used to have access to modern transportation, namely trains. The railway line in Madura had been built during the Dutch Colonial Government and its use developed over time. The use of trains during the Dutch colonial administration is known to have first functioned as transportation of local commodities, especially salt commodities, which was centered in Sumenep, then changed to public transportation that can be used by the surrounding community. As for the formulation of the problem to be discussed, the first is to find out the background of the founding of Madoera Stoomtram Maatschappij. Second, to find out the function of the train run by Madoera Stoomtram Maatschappij in salt transportation activities to become a means of public transportation in Madura. Then, the third, to find out the reason for Madoera Stoomtram Maatschappij's cessation of operations. The research method used is the historical research method. Siapa sangka jika Pulau Madura yang dikelilingi hamparan Laut Jawa dulunya memiliki akses transportasi modern, yakni kereta api. Jalur kereta api di Madura telah dibangun pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan penggunaannya berkembang seiring berjalannya waktu. Penggunaan kereta api pada masa pemerintahan kolonial Belanda diketahui pertama kali berfungsi sebagai pengangkutan komoditas lokal, khususnya komoditas garam yang berpusat di Sumenep, kemudian berganti menjadi alat transportasi umum yang sudah bisa digunakan oleh masyarakat sekitar. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana latar belakang berdirinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Kedua, untuk mengetahui fungsi kereta api yang dijalankan oleh Madoera Stoomtram Maatschappij dalam kegiatan pengangkutan garam hingga menjadi alat transportasi umum di Madura. Kemudian, yang ketiga, untuk mengetahui alasan berhenti operasinya Madoera Stoomtram Maatschappij. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah.","PeriodicalId":40352,"journal":{"name":"Journal of Modern Russian History and Historiography","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91109600","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}