首页 > 最新文献

Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies最新文献

英文 中文
Three Sufi Communities Guarding the Earth: A Case Study of Mitigation and Adaptation to Climate Change in Indonesia 三个苏菲派社区守护地球:印度尼西亚减缓和适应气候变化的案例研究
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-12-24 DOI: 10.14421/ajis.2019.572.359-396
M. Ahmad
Prasenjet Duara (2015) accuses divine religions as the cause of the environmental crisis and natural disasters. Duara's thesis was counterattacked by scientists and religionists who stated that religion has the spirit and teachings of careness for the environment. Nevertheless, the arguments they built are still theological, normative and theoretical. This study is an antithesis to the Duara’s statement and at the same time presents evidence based on the primary data that occurred in three Sufi communities. The focus of this study analyzes Sufi activism in Indonesia in safeguarding the earth, as a form of substantial religious responses to the environmental crisis due to climate change. Through the principles and mechanism of qualitative research methods, researchers sought to analyze mitigation and adaptation actions to climate change carried out by the Majlis Zikir Kraton Pekalongan, Jamaah Aoulia Panggang and Pesan Trend Ilmu Giri. The data are obtained through interviews, observation and documentation and they are analyzed interactively. The results of the study revealed that climate change is believed by the Sufis as God’s authority due to human destructive behavior. For Sufis, overcoming climate change must begin with a change in the perspective of human relations, nature and God. In the case of three Sufi communities, religion is not just a doctrine of the relationship between God and humans, but also operational guidance on how to synergize with nature. Through a substantial religious spirit, the Sufis guard the earth through the re-actualization of the narratives of takhalli, tahalli and tajalli, as ecological repentance, ecological movements, and ecological campaigns in mitigating and adapting to climate change. [Prasenjet Duara (2015) menuduh agama-agama samawi sebagai penyebab terjadinya krisis lingkungan dan bencana alam. Tesis Duara mendapat serangan balik dari ilmuwan dan agamawan yang menyatakan bahwa agama memiliki spirit dan ajaran kepedulian terhadap lingkungan. Hanya saja argumen yang mereka bangun masih bersifat teologis, normatif dan teoritis. Kajian ini merupakan antitesa terhadap pernyataan Duara, dan sekaligus menyajikan bukti berdasarkan data-data lapangan  yang terjadi pada tiga komunitas sufi. Fokus kajian ini menganalisis aktivisme kaum sufi di Indonesia dalam menjaga bumi, sebagai bentuk respons kaum beragama subtansial terhadap krisis lingkungan akibat perubahan iklim.  Melalui prinsip dan mekanisme metode penelitian kualitatif, peneliti berusaha menganalisis tindakan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang dilakukan oleh Majelis Zikir Kraton Pekalongan, Jamaah Aoulia Panggang dan Pesan Trend Ilmu Giri Yogyakarta. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dan dianalisis secara interaktif. Hasil kajian mengungkap bahwa perubahan iklim diyakini oleh kaum sufi sebagai otoritas Tuhan yang disebabkan perilaku destruktif manusia. Bagi kaum sufi, mengatasi perubahan iklim harus dimulai da
Prasenjet Duara(2015)指责神圣的宗教是造成环境危机和自然灾害的原因。Duara的论点遭到了科学家和宗教人士的反击,他们声称宗教具有关心环境的精神和教义。然而,他们所建立的论点仍然是神学的、规范的和理论的。这项研究与Duara的说法相反,同时根据三个苏菲社区的主要数据提供了证据。本研究的重点是分析印尼苏菲主义在保护地球上的行动,作为对气候变化造成的环境危机的一种实质性宗教反应。通过定性研究方法的原则和机制,研究人员试图分析Majlis Zikir Kraton Pekalongan、Jamaah aoullia Panggang和Pesan Trend Ilmu Giri针对气候变化采取的减缓和适应行动。数据是通过访谈、观察和记录获得的,并进行交互式分析。研究结果表明,由于人类的破坏性行为,苏菲派认为气候变化是上帝的权威。对于苏菲派来说,克服气候变化必须从改变人类关系、自然和上帝的观点开始。在三个苏菲团体的例子中,宗教不仅仅是关于神与人之间关系的教义,也是关于如何与自然协同的操作指导。通过一种实质性的宗教精神,苏菲派通过重新实现takhalli, tahalli和tajalli的叙述来保护地球,作为减轻和适应气候变化的生态忏悔,生态运动和生态运动。Prasenjet Duara (2015) menuduh agama-agama samawi sebagai penyebab terjadinya krisis lingkungan dan bencana alam。这是神的恩赐,是神的恩赐,是神的恩赐,是神的恩赐,是神的恩赐,是神的恩赐。汉雅·萨迦论证杨·梅里卡·班冈·马西克的理论、规范和理论。中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:中文:在印尼,印尼人民对经济危机的反应是:经济危机的实质是经济危机的实质。日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹。数据与数据的相互作用,观测与文献的相互作用,分析与数据的相互作用。Hasil kajian mengungkap bahwa perubahan iklim diyakini oleh kaum sufi sebagai otoritas Tuhan yang disebabkan peraku摧枯拉谷。Bagi kaum sufi, mengatasi perubahan iklim harus dimulai dari perubahan cara pandang relasi manusia, alam dan Tuhan。Dalam kasus di tiga komunitas苏菲,蜥蜴有些sekedar menjadi doktrin tentang relasi Tuhan dan manusia melainkan轭petunjuk operasional bagaimana bersinergi dengan阿拉姆。[m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m] [m]。
{"title":"Three Sufi Communities Guarding the Earth: A Case Study of Mitigation and Adaptation to Climate Change in Indonesia","authors":"M. Ahmad","doi":"10.14421/ajis.2019.572.359-396","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/ajis.2019.572.359-396","url":null,"abstract":"Prasenjet Duara (2015) accuses divine religions as the cause of the environmental crisis and natural disasters. Duara's thesis was counterattacked by scientists and religionists who stated that religion has the spirit and teachings of careness for the environment. Nevertheless, the arguments they built are still theological, normative and theoretical. This study is an antithesis to the Duara’s statement and at the same time presents evidence based on the primary data that occurred in three Sufi communities. The focus of this study analyzes Sufi activism in Indonesia in safeguarding the earth, as a form of substantial religious responses to the environmental crisis due to climate change. Through the principles and mechanism of qualitative research methods, researchers sought to analyze mitigation and adaptation actions to climate change carried out by the Majlis Zikir Kraton Pekalongan, Jamaah Aoulia Panggang and Pesan Trend Ilmu Giri. The data are obtained through interviews, observation and documentation and they are analyzed interactively. The results of the study revealed that climate change is believed by the Sufis as God’s authority due to human destructive behavior. For Sufis, overcoming climate change must begin with a change in the perspective of human relations, nature and God. In the case of three Sufi communities, religion is not just a doctrine of the relationship between God and humans, but also operational guidance on how to synergize with nature. Through a substantial religious spirit, the Sufis guard the earth through the re-actualization of the narratives of takhalli, tahalli and tajalli, as ecological repentance, ecological movements, and ecological campaigns in mitigating and adapting to climate change. [Prasenjet Duara (2015) menuduh agama-agama samawi sebagai penyebab terjadinya krisis lingkungan dan bencana alam. Tesis Duara mendapat serangan balik dari ilmuwan dan agamawan yang menyatakan bahwa agama memiliki spirit dan ajaran kepedulian terhadap lingkungan. Hanya saja argumen yang mereka bangun masih bersifat teologis, normatif dan teoritis. Kajian ini merupakan antitesa terhadap pernyataan Duara, dan sekaligus menyajikan bukti berdasarkan data-data lapangan  yang terjadi pada tiga komunitas sufi. Fokus kajian ini menganalisis aktivisme kaum sufi di Indonesia dalam menjaga bumi, sebagai bentuk respons kaum beragama subtansial terhadap krisis lingkungan akibat perubahan iklim.  Melalui prinsip dan mekanisme metode penelitian kualitatif, peneliti berusaha menganalisis tindakan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang dilakukan oleh Majelis Zikir Kraton Pekalongan, Jamaah Aoulia Panggang dan Pesan Trend Ilmu Giri Yogyakarta. Data-data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dan dianalisis secara interaktif. Hasil kajian mengungkap bahwa perubahan iklim diyakini oleh kaum sufi sebagai otoritas Tuhan yang disebabkan perilaku destruktif manusia. Bagi kaum sufi, mengatasi perubahan iklim harus dimulai da","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":"11 1","pages":"359-396"},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85245871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 7
Indonesian Interpretation of the Qur’an on Khilāfah: The Case of Quraish Shihab and Yudian Wahyudi on Qur'an, 2: 30-38 印尼对《古兰经》关于Khilāfah的解读:Qraish Shihab和Yudian Wahyudi对《古兰》的解读,2:30-38
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.143-166
M. Djidin, Sahiron Syamsuddin
Today the issue of building al-khilāfah al-islāmīyah (Islamic Caliphate) has been raised by Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). One of its arguments is that it is obligatory, because Qur’an, 2:30 mentions the term khalīfah. However, this argument has been questioned by many Muslim scholars. Some of them are Quraish Shihab and Yudian Wahyudi. In this article a comparative study is conducted in such a way we can provide readers with a ‘direct’ comparasion between Shihab’s and Wahyudi’s thoughts. The emphasis of their differences is shown more clearly than their similarities. Some important points that are discussed here are their interpretations of Qur’an, 2: 30-38. After analyzing their statements expressed in their writings and interviews, we have found that both have the same idea that Qur’an, 2: 30 does not talk about the Islamic Caliphate, and therefore, it cannot be used as an argument for its building. We have also found that they have exegetical differences that might refer to the fact that Shihab has much emphasis on the ‘historical meaning’ of the verses, whereas Wahyudi prefers their ‘significance’ for human beings.[Wacana khilafah Islam di Indonesia menguat seiring dengan kehadiran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Salas satu argumen mereka adalah adanya istilah khalīfah dalam Qur’an, 2: 30. Namun argument tersebut justru menjadi persoalan bagi pemikir muslim lainnya, dua diantaranya Quraish Shihab dan Yudian Wahyudi. Dalam tulisan ini diharapkan pembaca dapat melihat secara langsung perbandingan dua pemikiran tersebut. Beberapa point penting yang diperdebatkan adalah tafsir ayat Qur’an, 2: 30-38. Berdasarkan analisis pada karya tulis dan wawancara, keduanya sama – sama menunjukkan bahwa ayat tersebut di atas tidak membahas al-khilāfah al-islāmīyah. Meskipun keduanya sependapat, masing-masing memberikan tekanan yang berbeda dimana Shihab lebih ke makna historis, sedangkan Wahyudi condong ke signifikasi bagi kemanusiaan.] 
今天,印度尼西亚解放党提出了建设伊斯兰哈里发的问题。其中一个论点是它是强制性的,因为《古兰经》2:30提到了khalīfah一词。然而,这一论点遭到了许多穆斯林学者的质疑。其中一些是库莱什·希哈布和尤迪亚·瓦尤迪。在这篇文章中,我们进行了比较研究,这样我们就可以为读者提供希哈布和瓦尤迪思想之间的“直接”比较。他们之间的差异比相似之处更为明显。这里讨论的一些要点是他们对《古兰经》2:30-38的解释。在分析了他们在著作和采访中表达的言论后,我们发现两人都有相同的观点,即《古兰经》2:30没有谈论伊斯兰哈里发,因此,它不能被用作建造哈里发的论据。我们还发现,它们在训诫上存在差异,这可能是因为希哈布非常强调诗句的“历史意义”,而瓦尤迪更喜欢它们对人类的“意义”。[伊斯兰在印度尼西亚的灾难随着印尼解放党(HTI)的出现而变得严重,他们的论点之一是《古兰经》2:30中的灾难。但这一论点只是其他穆斯林思想家的问题,其中两位是库莱什·希哈布和朱迪斯·瓦尤迪。在这篇文章中,读者可以直接看到这两种思想的比较。讨论的一些最重要的观点是对《古兰经》2:30-38的解释。他们两个长得很像。尽管双方都同意,但各自都给出了不同的压力,其中Shihab更具历史意义,而Wahyudi则倾向于对人类意义。]
{"title":"Indonesian Interpretation of the Qur’an on Khilāfah: The Case of Quraish Shihab and Yudian Wahyudi on Qur'an, 2: 30-38","authors":"M. Djidin, Sahiron Syamsuddin","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.143-166","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.143-166","url":null,"abstract":"Today the issue of building al-khilāfah al-islāmīyah (Islamic Caliphate) has been raised by Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). One of its arguments is that it is obligatory, because Qur’an, 2:30 mentions the term khalīfah. However, this argument has been questioned by many Muslim scholars. Some of them are Quraish Shihab and Yudian Wahyudi. In this article a comparative study is conducted in such a way we can provide readers with a ‘direct’ comparasion between Shihab’s and Wahyudi’s thoughts. The emphasis of their differences is shown more clearly than their similarities. Some important points that are discussed here are their interpretations of Qur’an, 2: 30-38. After analyzing their statements expressed in their writings and interviews, we have found that both have the same idea that Qur’an, 2: 30 does not talk about the Islamic Caliphate, and therefore, it cannot be used as an argument for its building. We have also found that they have exegetical differences that might refer to the fact that Shihab has much emphasis on the ‘historical meaning’ of the verses, whereas Wahyudi prefers their ‘significance’ for human beings.[Wacana khilafah Islam di Indonesia menguat seiring dengan kehadiran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Salas satu argumen mereka adalah adanya istilah khalīfah dalam Qur’an, 2: 30. Namun argument tersebut justru menjadi persoalan bagi pemikir muslim lainnya, dua diantaranya Quraish Shihab dan Yudian Wahyudi. Dalam tulisan ini diharapkan pembaca dapat melihat secara langsung perbandingan dua pemikiran tersebut. Beberapa point penting yang diperdebatkan adalah tafsir ayat Qur’an, 2: 30-38. Berdasarkan analisis pada karya tulis dan wawancara, keduanya sama – sama menunjukkan bahwa ayat tersebut di atas tidak membahas al-khilāfah al-islāmīyah. Meskipun keduanya sependapat, masing-masing memberikan tekanan yang berbeda dimana Shihab lebih ke makna historis, sedangkan Wahyudi condong ke signifikasi bagi kemanusiaan.] ","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49540787","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 10
Between the Influence of Customary, Dutch, and Islamic Law: Jaksa Pepitu and Their Place in Cirebon Sultanate History 在习惯法、荷兰法和伊斯兰法的影响之间:Jaksa Pepitu及其在锡伯勒苏丹国历史上的地位
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.117-142
Tendi Tendi, Djoko Marihandono, Abdurakhman Abdurakhman
The field of law is an interesting matter in the study of Indonesian history. The meddling of the various elements of culture and tradition due to political dynamics and power in the nation’s history, making law in Indonesia one type of hybrid entity. The interference of the law was not only seen from its legal products, but also from the bodies given the responsibility to enforce the law at that time. One of the prosecutors’ agency that had existed in the past was Jaksa Pepitu. This study aims to reveal the origins of the Jaksa Pepitu, elaborate on their works in the field of law in Cirebon environment, and describe the legal influences that contributed to the color of this collegial council. By way of historical research methodology and narrative approach, it can be seen that the prosecutor’s council is the agency essential in the practice of law. They were linked to Cirebon princes and  can be appointed through VOC approval. In addition, the actions of the prosecutors can be seen from the position, independence, and authority they have. The various things surrounding the Jaksa Pepitu indicate that it is legal institution influenced by customary, Western and Islamic laws. [Bidang hukum menjadi hal yang menarik dalam kajian sejarah Indonesia. Percampuran pelbagai unsur budaya dan tradisi akibat adanya dinamika politik dan kekuasaan dalam perjalanan bangsa, membuat hukum di Indonesia menjadi salah satu jenis hukum yang bersifat hybrid. Percampuran hukum itu tidak hanya dilihat dari produk hukum yang dihasilkan, namun juga dapat ditelisik dari badan yang diberi tanggung jawab untuk menegakkan hukum pada masa itu. Salah satu badan jaksa yang pernah eksis di masa lalu adalah Jaksa Pepitu. Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan asal muasal Jaksa Pepitu, menguraikan kiprahnya dalam bidang hukum di lingkungan Cirebon, dan mendeskripsikan pengaruh-pengaruh hukum yang turut memberi warna dewan kolegial ini. Dengan metodologi penelitian sejarah dan pendekatan naratif yang dilakukan, dapat diketahui bahwa dewan jaksa itu merupakan badan penanggung jawab bidang hukum. Mereka memiliki keterkaitan dengan para pangeran Cirebon dan dapat diangkat dengan persetujuan VOC. Selain itu, kiprah para jaksa ini dapat dilihat dari posisi, independensi, dan wewenang yang mereka miliki. Adapun pelbagai hal yang mengitari Jaksa Pepitu menunjukkan bahwa mereka ini adalah badan yang dipengaruhi oleh hukum adat, Barat, dan Islam.]
法律领域是印尼历史研究中一个有趣的问题。由于国家历史上的政治动态和权力,各种文化和传统元素的干预,使印度尼西亚的法律成为一种混合实体。法律的干预不仅体现在其法律产品上,也体现在当时被赋予执法责任的机构上。Jaksa Pepitu是过去存在的检察官机构之一。本研究旨在揭示Jaksa Pepitu的起源,阐述他们在锡伯教环境下在法律领域的工作,并描述促成这个合议庭色彩的法律影响。通过历史研究方法和叙事方法可以看出,检察官委员会是法律实践中必不可少的机构。他们与锡伯教王子有联系,可以通过VOC批准任命。此外,从检察官的地位、独立性和权威可以看出他们的行为。围绕Jaksa Pepitu的各种事物表明,它是受习俗、西方和伊斯兰法律影响的法律制度。[Bidang hukum menjadi hal yang menarik dalam kajian sejarah]印度尼西亚。Percampuran pelbagai unsur budaya dan tradisi akibat adanya dinamika politik dan kekuasaan dalam perjalanan bangsa,成员hukum di Indonesia menjadi salah satu jenis hukum yang bersifat hybrid。Percampuran hukum itu tidak hanya dilihat dari产品hukum yang dihasilkan, namun juga dapat ditelisik dari badan yang diberi tanggung jawab untuk menegakkan hukum pada masa itu。Salah satu badan jaksa yang pernah eksis di masa lalu adalah jaksa Pepitu。Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan asal muasal Jaksa Pepitu, menguraikan kiprahnya dalam bidang hukum di lingkungan Cirebon, danmendeskripsikan pengaruh-pengaruh hukum yang turut成员warna dewan kolalini。登干方法:penpentitian sejarah danpendekatan naratif yang dilakukan, dapat diketahui bawa dewan jaksa, merupakan badan penanggung jawab bidang hukum。Mereka memiliki keterkaitan dengan para pangeran Cirebon dandapat diangkat dengan persetujuan VOC。Selain itu, kiprah para jaksa ini dapat dililihat dari posisi, independensi, dan wewenang yang mereka miliki。[参考译文]Adapun pelbagai hal yang mengitari Jaksa Pepitu menunjukkan bahwa mereka ini adalah badan yang dipengaruhi oleh hukum adat, Barat, dan Islam。
{"title":"Between the Influence of Customary, Dutch, and Islamic Law: Jaksa Pepitu and Their Place in Cirebon Sultanate History","authors":"Tendi Tendi, Djoko Marihandono, Abdurakhman Abdurakhman","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.117-142","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.117-142","url":null,"abstract":"The field of law is an interesting matter in the study of Indonesian history. The meddling of the various elements of culture and tradition due to political dynamics and power in the nation’s history, making law in Indonesia one type of hybrid entity. The interference of the law was not only seen from its legal products, but also from the bodies given the responsibility to enforce the law at that time. One of the prosecutors’ agency that had existed in the past was Jaksa Pepitu. This study aims to reveal the origins of the Jaksa Pepitu, elaborate on their works in the field of law in Cirebon environment, and describe the legal influences that contributed to the color of this collegial council. By way of historical research methodology and narrative approach, it can be seen that the prosecutor’s council is the agency essential in the practice of law. They were linked to Cirebon princes and  can be appointed through VOC approval. In addition, the actions of the prosecutors can be seen from the position, independence, and authority they have. The various things surrounding the Jaksa Pepitu indicate that it is legal institution influenced by customary, Western and Islamic laws. [Bidang hukum menjadi hal yang menarik dalam kajian sejarah Indonesia. Percampuran pelbagai unsur budaya dan tradisi akibat adanya dinamika politik dan kekuasaan dalam perjalanan bangsa, membuat hukum di Indonesia menjadi salah satu jenis hukum yang bersifat hybrid. Percampuran hukum itu tidak hanya dilihat dari produk hukum yang dihasilkan, namun juga dapat ditelisik dari badan yang diberi tanggung jawab untuk menegakkan hukum pada masa itu. Salah satu badan jaksa yang pernah eksis di masa lalu adalah Jaksa Pepitu. Studi ini bertujuan untuk mengungkapkan asal muasal Jaksa Pepitu, menguraikan kiprahnya dalam bidang hukum di lingkungan Cirebon, dan mendeskripsikan pengaruh-pengaruh hukum yang turut memberi warna dewan kolegial ini. Dengan metodologi penelitian sejarah dan pendekatan naratif yang dilakukan, dapat diketahui bahwa dewan jaksa itu merupakan badan penanggung jawab bidang hukum. Mereka memiliki keterkaitan dengan para pangeran Cirebon dan dapat diangkat dengan persetujuan VOC. Selain itu, kiprah para jaksa ini dapat dilihat dari posisi, independensi, dan wewenang yang mereka miliki. Adapun pelbagai hal yang mengitari Jaksa Pepitu menunjukkan bahwa mereka ini adalah badan yang dipengaruhi oleh hukum adat, Barat, dan Islam.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43741435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
A Tale of Two Royal Cities: The Narratives of Islamists' Intolerance in Yogyakarta and Solo 《两个王城的故事:日惹和索罗的伊斯兰主义者的不宽容》
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.25-50
M. N. Azca, Hakimul Ikhwan, Mohammad Zaki Arrobi
The article discusses the narratives of “Islamist” intolerance in two cities of Yogyakarta and Solo in the post-Suharto era. It aims to elucidate the multiplicity of intolerance acts and the complexity of underpinning factors to intolerance. It argues that Islamist intolerance has manifested in various forms, ranging from the ideological, instrumental, and symbolic form. However, these categorizations of ideological, instrumental, and symbolic are not clear-cut and permanent one, but there is always some possible overlap between them. There is also the possibility that the form of intolerance can change in different times and occasions. This study is based on fieldwork research taken during 2014-2016 in both cities. Methodologically, this research-based article used Extended Cased Method (ECM). The data was collected by employing indepth interview and participant observation with secondary sources such as local media and government documents.[Tulisan ini membahas narasi Islam intoleran di dua kota, Solo dan Yogyakarta, pasca rezim Soeharto. Selain itu juga menjelaskan sejumlah aksi intoleran dan kompleksitas faktor-faktor yang berkelindan dalam peristiwa tersebut. Tulisan ini mengajukan argumen bahwa Islam intoleran mempunyairagam bentuk, mulai dari ideologis, instrumentalis hingga simbolis. Meskipun demikian, kategori tersebut tidak bersifat kaku dan permanen, tetapi terkadang bersifat saling overlap satu sama lainnya. Ada kemungkinan juga bentuk intoleran berubah seiring dengan perubahan waktu dan kondisi. Kajian ini berdasarkan pada studi lapangan di dua kota pada rentang waktu 2014-2016. Secara metodologi kajian ini menggunakan pendekatan Extended Cased Method (ECM). Data dikumpulkan melalui serangkaian wawancara mendalam dan observasi partisipatif dengan didukung data sekunder dari arsip daerah dan sejumlah media surat kabar lokal.]
本文讨论了后苏哈托时代,日惹和梭罗两座城市对“伊斯兰主义者”不宽容的叙述。它的目的是阐明不容忍行为的多样性和不容忍的基础因素的复杂性。它认为,伊斯兰教的不宽容以各种形式表现出来,从意识形态的、工具的和象征的形式。然而,这些意识形态、工具和象征的分类并不是明确和永久的,但它们之间总是存在一些重叠的可能。不容忍的形式也有可能在不同的时间和场合发生变化。本研究基于2014-2016年在这两个城市进行的实地调查。在方法上,这篇基于研究的文章使用了扩展案例方法(ECM)。数据采用深度访谈法和参与式观察法,通过当地媒体和政府文件等二手资料进行收集。[伊斯兰教不宽容,日惹,苏哈托]Selain itu轭menjelaskan sejumlah aksi intoleran丹kompleksitas faktor-faktor杨berkelindan dalam peristiwa于。塔利班认为伊斯兰教不容忍恐怖主义、伊斯兰教意识形态、工具主义和象征主义。Meskipun demikian, kategori terseak bersifat kaku dan permanen, tetappi terkadang bersifat saling重叠satama lainnya。Ada kemungkinan juga bentuk不耐受berubah seiring dengan perubahan waktu dan kondisi。Kajian ini berdasarkan pada studi lapangan di dua kota pada rentang waktu 2014-2016。Secara方法学与扩展案例法(ECM)。[中文]:数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析
{"title":"A Tale of Two Royal Cities: The Narratives of Islamists' Intolerance in Yogyakarta and Solo","authors":"M. N. Azca, Hakimul Ikhwan, Mohammad Zaki Arrobi","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.25-50","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.25-50","url":null,"abstract":"The article discusses the narratives of “Islamist” intolerance in two cities of Yogyakarta and Solo in the post-Suharto era. It aims to elucidate the multiplicity of intolerance acts and the complexity of underpinning factors to intolerance. It argues that Islamist intolerance has manifested in various forms, ranging from the ideological, instrumental, and symbolic form. However, these categorizations of ideological, instrumental, and symbolic are not clear-cut and permanent one, but there is always some possible overlap between them. There is also the possibility that the form of intolerance can change in different times and occasions. This study is based on fieldwork research taken during 2014-2016 in both cities. Methodologically, this research-based article used Extended Cased Method (ECM). The data was collected by employing indepth interview and participant observation with secondary sources such as local media and government documents.[Tulisan ini membahas narasi Islam intoleran di dua kota, Solo dan Yogyakarta, pasca rezim Soeharto. Selain itu juga menjelaskan sejumlah aksi intoleran dan kompleksitas faktor-faktor yang berkelindan dalam peristiwa tersebut. Tulisan ini mengajukan argumen bahwa Islam intoleran mempunyairagam bentuk, mulai dari ideologis, instrumentalis hingga simbolis. Meskipun demikian, kategori tersebut tidak bersifat kaku dan permanen, tetapi terkadang bersifat saling overlap satu sama lainnya. Ada kemungkinan juga bentuk intoleran berubah seiring dengan perubahan waktu dan kondisi. Kajian ini berdasarkan pada studi lapangan di dua kota pada rentang waktu 2014-2016. Secara metodologi kajian ini menggunakan pendekatan Extended Cased Method (ECM). Data dikumpulkan melalui serangkaian wawancara mendalam dan observasi partisipatif dengan didukung data sekunder dari arsip daerah dan sejumlah media surat kabar lokal.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44806854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
Augmenting Science in the Islamic Contemporary World: A Strategic Attempt at Reconstructing the Future 当代伊斯兰世界的科学发展:重建未来的战略尝试
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.197-230
Muqowim Muqowim, Zulkipli Lessy
During five centuries (6th to 11th C.E.), the advancement of science in the Muslim world displayed Muslim civilization as the scientific Mecca. This era saw many other civilizations learning science from Muslims seen as exemplary in modernizing life and sharing guidance for moral conduct. This was accomplished by embedding norms and inventions and as a result of factors such as royal patronage and personal sacrifice. This paper seeks to reclaim historical data through reflection and contextualization. Analysis of relevant past contexts paves a path leading from romanticism and antiquanism into the contemporary world. Secondary resources, such as historical books and journals, reveal how science in Islam was developed and nurtured through patronage, institutional establishment, networking, and other factors, leading to valuable inventions. The Islamic Golden Era of science flourished because Muslims scientists had an ethos motivating them toward discoveries. Key innovating scientists made cities such as Nishapur, Alexandria, Jundishapur, and Damascus become preeminent in scientific invention. This brought rapid development to Muslim life, as well as to the surrounding nations, extending to Greece and India and China. This paper argues that Muslim scientists of today’s world can benefit from the perspective that the Qur’an and hadiths are essential sources of general principles for conducting scientific and technological research. Both are key spirits for encouraging Muslim scientists to conduct rigorous studies.[ Selama 5 abad pertama, 6-11 Masehi, kemajuan ilmu pengetahuan di dunia muslim terwujud pada peradaban muslim di Mekkah. Era ini menunjukkan pelbagai peradaban lain belajar kepada muslim sebagai model kehidupan modern dan petunjuk kehidupan moral. Hal ini teruji oleh norma-norma dan penemuan-penemuan serta hasil akibat dari loyalitas dan keikhlasan. Artikel ini mencoba mengklaim ulang bukti historis melalui refleksi dan kontekstualisasi. Analisa konteks masa lalu yang tepat menghindari dari kecenderungan romantisme dan kekunoan dari pada dunia kontemporer. Sumber sekunder seperti buku dan jurnal, membuktikan bagaimana pengetahuan dalam Islam berkembang dan tumbuh melalui patronase, institusionalisasi, jejaring dan faktor lainnya yang mendukung penemuan baru. Keemasan ilmu masa Islam menjamur karena ilmuwan muslim mempunyai etos yang tinggi pada penjelajahan pengetahuan. Kunci inovasi para ilmuwan telah membuat kota–kota seperti Nishapur, Alexandria, Jundishapur dan Damaskus berkembang menjadi pusat pengetahuan. Perkembangan pesat kehidupan muslim ini akhirnya menyebar ke Yunani, India dan China. Artikel ini menunjukkan bahwa ilmuwan muslim saat ini dapat mengambil manfaat dari perspektif Qur’an dan hadits sebagai sumber utama dalam prinsip-prinsip penelitian ilmiah dan teknologi. Keduanya juga, Qur’an dan hadits, menjadi kunci semangat bagi ilmuwan muslim dalam kajian yang lebih maju.]
在五个世纪(公元前6至11世纪),穆斯林世界的科学进步将穆斯林文明展示为科学麦加。这个时代,许多其他文明向穆斯林学习科学,穆斯林被视为生活现代化和道德行为指导的典范。这是通过嵌入规范和发明实现的,也是王室赞助和个人牺牲等因素的结果。本文试图通过反思和语境化来重新获取历史数据。对过去相关语境的分析为从浪漫主义和古物主义走向当代世界铺平了道路。历史书籍和期刊等次要资源揭示了伊斯兰教科学是如何通过赞助、机构建立、网络和其他因素发展和培育的,从而产生了有价值的发明。伊斯兰科学黄金时代之所以蓬勃发展,是因为穆斯林科学家有一种精神激励他们去发现。关键的创新科学家使尼沙普尔、亚历山大、Jundishapur和大马士革等城市在科学发明方面脱颖而出。这给穆斯林生活以及周边国家带来了快速发展,并延伸到希腊、印度和中国。本文认为,当今世界的穆斯林科学家可以从《古兰经》和圣训是进行科学和技术研究的一般原则的重要来源这一观点中受益。两者都是鼓励穆斯林科学家进行严谨研究的关键精神。[在前5个世纪,6-11 Masehi,穆斯林世界的知识进步发生在麦加的穆斯林文明中。这个时代表明,其他各种文明向穆斯林学习,作为现代生活和道德指导的典范。这是由规范和发明以及忠诚和忠诚的结果所检验的。通过反思和情境化定位。对过去语境的分析避免了当代世界的浪漫主义和英雄主义倾向。书籍和期刊等次要来源证明了伊斯兰教知识是如何通过赞助、制度化、网络化和其他支持新发现的因素发展和增长的。伊斯兰时代的黄金之所以增长,是因为穆斯林科学家在探索知识方面有着崇高的道德观。科学家的关键创新使尼沙普尔、亚历山大、Jundishapur和大马士革等城市成为知识中心。这种穆斯林生活的迅速发展最终传播到了希腊、印度和中国。这篇文章表明,穆斯林科学家现在可以从《古兰经》的观点中受益,并将其作为科学和技术研究原则的主要来源。《古兰经》和《圣训》都是穆斯林科学家在高级研究中精神的关键。]
{"title":"Augmenting Science in the Islamic Contemporary World: A Strategic Attempt at Reconstructing the Future","authors":"Muqowim Muqowim, Zulkipli Lessy","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.197-230","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.197-230","url":null,"abstract":"During five centuries (6th to 11th C.E.), the advancement of science in the Muslim world displayed Muslim civilization as the scientific Mecca. This era saw many other civilizations learning science from Muslims seen as exemplary in modernizing life and sharing guidance for moral conduct. This was accomplished by embedding norms and inventions and as a result of factors such as royal patronage and personal sacrifice. This paper seeks to reclaim historical data through reflection and contextualization. Analysis of relevant past contexts paves a path leading from romanticism and antiquanism into the contemporary world. Secondary resources, such as historical books and journals, reveal how science in Islam was developed and nurtured through patronage, institutional establishment, networking, and other factors, leading to valuable inventions. The Islamic Golden Era of science flourished because Muslims scientists had an ethos motivating them toward discoveries. Key innovating scientists made cities such as Nishapur, Alexandria, Jundishapur, and Damascus become preeminent in scientific invention. This brought rapid development to Muslim life, as well as to the surrounding nations, extending to Greece and India and China. This paper argues that Muslim scientists of today’s world can benefit from the perspective that the Qur’an and hadiths are essential sources of general principles for conducting scientific and technological research. Both are key spirits for encouraging Muslim scientists to conduct rigorous studies.[ Selama 5 abad pertama, 6-11 Masehi, kemajuan ilmu pengetahuan di dunia muslim terwujud pada peradaban muslim di Mekkah. Era ini menunjukkan pelbagai peradaban lain belajar kepada muslim sebagai model kehidupan modern dan petunjuk kehidupan moral. Hal ini teruji oleh norma-norma dan penemuan-penemuan serta hasil akibat dari loyalitas dan keikhlasan. Artikel ini mencoba mengklaim ulang bukti historis melalui refleksi dan kontekstualisasi. Analisa konteks masa lalu yang tepat menghindari dari kecenderungan romantisme dan kekunoan dari pada dunia kontemporer. Sumber sekunder seperti buku dan jurnal, membuktikan bagaimana pengetahuan dalam Islam berkembang dan tumbuh melalui patronase, institusionalisasi, jejaring dan faktor lainnya yang mendukung penemuan baru. Keemasan ilmu masa Islam menjamur karena ilmuwan muslim mempunyai etos yang tinggi pada penjelajahan pengetahuan. Kunci inovasi para ilmuwan telah membuat kota–kota seperti Nishapur, Alexandria, Jundishapur dan Damaskus berkembang menjadi pusat pengetahuan. Perkembangan pesat kehidupan muslim ini akhirnya menyebar ke Yunani, India dan China. Artikel ini menunjukkan bahwa ilmuwan muslim saat ini dapat mengambil manfaat dari perspektif Qur’an dan hadits sebagai sumber utama dalam prinsip-prinsip penelitian ilmiah dan teknologi. Keduanya juga, Qur’an dan hadits, menjadi kunci semangat bagi ilmuwan muslim dalam kajian yang lebih maju.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44295726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
The Qur’an, Woman and Nationalism In Indonesia: Ulama Perempuan’s Moral Movement 印度尼西亚的古兰经、妇女和民族主义:乌拉玛·佩伦普安的道德运动
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.83-116
K. Kusmana
This paper discusses how 'ulama perempuan' (Female Muslim woman clerics) use religious sources particularly, Qur’an, in their expression of moral movement as seen in media. It also contends that they try to make identity and sense of belonging by inviting themselves and others to participate in improving the wellbeing and cohesion of Indonesia as the nation. Using a descriptiveanalytic method, the study questions about the factors that have made it possible for some Indonesian ulama perempuan to propose a different view, and what do their movement represent in terms of nationalism? In answering them, the study relies its data on their recommendations both at KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia), April 25-27, 2017, Cirebon, West Java, and press release presented at Istiqlal Mosque, Jakarta on March 1, 2018, as well as two other recommendations that follow. The study finds that 'ulama perempuan' have made an alternative voice using some of religious sources (the Qur’an) and secular ones through their moral movements in improving the status and role of women, the well beings of children, and environment sustainability. Their movement attracts other agents particularly that of media to magnify the voice and make the movement gear as strong alternative message of soft nationalism.[Artikel ini membahas tentang bagaimana ulama perempuan di Indonesia menggunakan sumber hukum, khususnya al Qur’an dalam aktifitas gerakan moral yang terlihat dalam media massa. Mereka juga mencoba menunjukkan identitas dan perasaan kepedulian dengan melibatkan diri dalam perbaikan keadaan dan kesatuan bangsa. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis, tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan mengenai factor-faktor yang membuat gerakan mereka memungkinkan untuk mengajukan pandangan alternatif dan merepresentasikan diri dalam wacana nasionalisme. Untuk menjelaskan hal tersebut, studi ini mendasarkan pada hasil rekomendasi mereka pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama di Cirebon tahun 2017 dan press release mereka di Masjid Istiqlal pada tanggal 1 Maret 2018, termasuk dua rekomendasi lain berikutnya. Artikel ini memberikan kesimpulan bahwa ulama perempuan mampu membuat pandangan alternatif dengan menggunakan sumber hukum Islam (al Qur’an) dan sumber lain melalui gerakan moral dalam mengangkat status dan peran perempuan, kesejahteraan anak-anak dan isu lingkungan yang berkelanjutan. Gerakan mereka juga menarik perhatian media untuk menguatkan pendapat dan gerakan mereka sebagai pesan alternatif dalam nasionalisme moderat.] 
本文讨论了“乌拉玛perempuan”(穆斯林女性神职人员)如何使用宗教资源,特别是古兰经,在媒体上表达道德运动。它还认为,他们试图通过邀请自己和他人参与改善印度尼西亚作为一个国家的福祉和凝聚力来建立身份和归属感。运用描述性分析的方法,研究了一些印尼乌拉玛·帕隆普恩提出不同观点的因素,以及他们的运动在民族主义方面代表了什么?在回答这些问题时,该研究的数据依赖于他们在2017年4月25日至27日在西爪哇省Cirebon举行的KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia)会议上提出的建议,以及2018年3月1日在雅加达Istiqlal清真寺发布的新闻稿,以及随后提出的另外两项建议。研究发现,“乌拉玛perempuan”利用一些宗教资源(古兰经)和世俗资源,通过他们的道德运动,在提高妇女的地位和作用、儿童的福祉和环境可持续性方面发出了另一种声音。他们的运动吸引了其他代理人,特别是媒体,放大声音,使运动成为软民族主义的强烈替代信息。[Artikel ini membahas tentang bagaimana例如perempuan di印尼menggunakan sumber hukum, khususnya al古兰经dalam aktifitas gerakan道德杨terlihat dalam媒体马萨。Mereka juga menunjukkan identitas dan perasaan kepedulian dengan melibatkan diri dalam perbaikan keadaan dan kesatuan bangsa。ini Dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis,颜色mencoba menjawab pertanyaan mengenai factor-faktor杨membuat gerakan mereka memungkinkan为她mengajukan pandangan alternatif丹merepresentasikan diri dalam wacana nasionalisme。Untuk menjelaskan haltersebut, studi ini mendasarkan pada hasil rekomendasi mereka pada Kongres Ulama Perempuan印度尼西亚(KUPI) pertama di Cirebon tahun 2017年新闻稿mereka di Masjid Istiqlal pada tanggal 1市场2018年,termasuk dua rekomendasi lain berikutnya。阿蒂克尔尼成员,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人,阿蒂克尔尼人。民粹党是一个民族主义的中庸,民粹党是民族主义的中庸。
{"title":"The Qur’an, Woman and Nationalism In Indonesia: Ulama Perempuan’s Moral Movement","authors":"K. Kusmana","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.83-116","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.83-116","url":null,"abstract":"This paper discusses how 'ulama perempuan' (Female Muslim woman clerics) use religious sources particularly, Qur’an, in their expression of moral movement as seen in media. It also contends that they try to make identity and sense of belonging by inviting themselves and others to participate in improving the wellbeing and cohesion of Indonesia as the nation. Using a descriptiveanalytic method, the study questions about the factors that have made it possible for some Indonesian ulama perempuan to propose a different view, and what do their movement represent in terms of nationalism? In answering them, the study relies its data on their recommendations both at KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia), April 25-27, 2017, Cirebon, West Java, and press release presented at Istiqlal Mosque, Jakarta on March 1, 2018, as well as two other recommendations that follow. The study finds that 'ulama perempuan' have made an alternative voice using some of religious sources (the Qur’an) and secular ones through their moral movements in improving the status and role of women, the well beings of children, and environment sustainability. Their movement attracts other agents particularly that of media to magnify the voice and make the movement gear as strong alternative message of soft nationalism.[Artikel ini membahas tentang bagaimana ulama perempuan di Indonesia menggunakan sumber hukum, khususnya al Qur’an dalam aktifitas gerakan moral yang terlihat dalam media massa. Mereka juga mencoba menunjukkan identitas dan perasaan kepedulian dengan melibatkan diri dalam perbaikan keadaan dan kesatuan bangsa. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis, tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan mengenai factor-faktor yang membuat gerakan mereka memungkinkan untuk mengajukan pandangan alternatif dan merepresentasikan diri dalam wacana nasionalisme. Untuk menjelaskan hal tersebut, studi ini mendasarkan pada hasil rekomendasi mereka pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama di Cirebon tahun 2017 dan press release mereka di Masjid Istiqlal pada tanggal 1 Maret 2018, termasuk dua rekomendasi lain berikutnya. Artikel ini memberikan kesimpulan bahwa ulama perempuan mampu membuat pandangan alternatif dengan menggunakan sumber hukum Islam (al Qur’an) dan sumber lain melalui gerakan moral dalam mengangkat status dan peran perempuan, kesejahteraan anak-anak dan isu lingkungan yang berkelanjutan. Gerakan mereka juga menarik perhatian media untuk menguatkan pendapat dan gerakan mereka sebagai pesan alternatif dalam nasionalisme moderat.] ","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42860226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Expansion of Agricultural Zakat Revenue in Malaysia on the Basis of the Current Maslahah 在当前马沙拉哈的基础上扩大马来西亚农业Zakat收入
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/AJIS.2019.571.231-256
Muhamad Firdaus Ab Rahman, H. A. A. Thaidi, A. S. Baharuddin, Azman Ab. Rahman, Siti Farahiyah Ab Rahim
The reality concerning the agricultural zakat in Malaysia only impose the zakah on the paddy crops based solely on the opinion of Imam Shafi`i rather than an opinion of other scholars. This paper aims to critically examine the agricultural zakat in Islam based on Malaysian context and analyse the transformation of expanding the agricultural zakat based on the objective of Shariah. A qualitative methodology was employed to analyse the data through inductive, deductive, comparative and field research. As for the field research, the study has conducted semi-structured interviews with the Zakat Corporation, Islamic Religious Council and Mufti`s Department in the selected states in Malaysia, namely: Selangor, Penang, Terengganu and Sarawak. The finding demonstrated that the revenue of the agricultural-based zakat could be expanded according to the view held by Imam Hanafi and its benefit to the current agricultural economy. Thus, this paper proposes that every State’s Zakat Corporations and Islamic Religious Councils in Malaysia should reassess the existing ruling and legal framework of agricultural zakat in order to realize its revenue expansion as an effective solution for the current zakat collection. [Realitas zakat pertanian di Malaysia lebih mengutamakan qaul Imam Shafi`i dibandingkan dengan qaul-qaul mazhab lain. Pengelolaan zakat di Malaysia hanya dikenakan pada zakat pertanian dan terbatas kepada makanan pokok, yaitu padi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis zakat pertanian dalam konteks Malaysia serta mengkaji transformasi isu meluaskan zakat pertanian kepada tanaman selain padi berdasarkan maqasid syari’ah. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dimana analisis data menggunakan kaedah induktif, deskriptif, dan komparatif. Kajian lapangan juga dilakukan dalam bentuk wawancara dengan Jabatan Mufti Negeri dan Baitulmal Negeri di Malaysia; seperti Selangor, Pulau Pinang, Perlis, Terengganu dan Sarawak. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil zakat pertanian dapat diperluas berdasarkan pendapat Imam Abu Hanifah yang lebih sesuai dengan maslahah ekonomi pertanian saat ini di Malaysia. Dengan demikian, studi ini mengusulkan bahwa lembaga zakat setiap negeri dan Dewan Agama Islam di Malaysia harus mengkaji kembali kerangka hukum zakat pertanian yang ada dalam rangka merealisasikan ekspansi penghasilannya sebagai solusi efektif untuk pengumpulan zakat saat ini.]
马来西亚农业天课的现实只是基于伊玛目沙菲的观点而不是其他学者的观点,将天课强加给水稻作物。本文旨在以马来西亚为背景,批判性地审视伊斯兰教中的农业天课,并以伊斯兰教法为目标,分析扩大农业天课的转变。采用定性方法,通过归纳、演绎、比较和实地研究对数据进行分析。在实地研究方面,该研究对马来西亚选定州的Zakat公司、伊斯兰宗教委员会和Mufti’s Department进行了半结构化访谈,这些州分别是:雪兰莪州、槟城州、登加奴州和砂拉越州。这一发现表明,根据伊玛目哈纳菲的观点及其对当前农业经济的好处,以农业为基础的天课的收入可以扩大。因此,本文建议马来西亚每个州的天课公司和伊斯兰宗教委员会都应该重新评估农业天课的现有裁决和法律框架,以实现其收入扩张,作为当前天课征收的有效解决方案。在马来西亚,天课比天课好。除了诉讼。本研究采用定性方法,数据分析采用归纳、描述性和比较性方法。还以采访马来西亚穆夫提州和拜图勒马尔州政府的形式进行了实地研究;像雪兰莪州、槟榔屿、佩里斯、愤怒和砂拉越。结果表明,Abu Hanifah牧师认为,农业支出可以扩大,更符合马来西亚当前的经济问题。因此,该研究建议,每个国家的慈善机构和马来西亚伊斯兰理事会应该重新审查农业慈善框架,以实现扩大其收入,作为当前慈善募捐的有效解决方案。]
{"title":"Expansion of Agricultural Zakat Revenue in Malaysia on the Basis of the Current Maslahah","authors":"Muhamad Firdaus Ab Rahman, H. A. A. Thaidi, A. S. Baharuddin, Azman Ab. Rahman, Siti Farahiyah Ab Rahim","doi":"10.14421/AJIS.2019.571.231-256","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2019.571.231-256","url":null,"abstract":"The reality concerning the agricultural zakat in Malaysia only impose the zakah on the paddy crops based solely on the opinion of Imam Shafi`i rather than an opinion of other scholars. This paper aims to critically examine the agricultural zakat in Islam based on Malaysian context and analyse the transformation of expanding the agricultural zakat based on the objective of Shariah. A qualitative methodology was employed to analyse the data through inductive, deductive, comparative and field research. As for the field research, the study has conducted semi-structured interviews with the Zakat Corporation, Islamic Religious Council and Mufti`s Department in the selected states in Malaysia, namely: Selangor, Penang, Terengganu and Sarawak. The finding demonstrated that the revenue of the agricultural-based zakat could be expanded according to the view held by Imam Hanafi and its benefit to the current agricultural economy. Thus, this paper proposes that every State’s Zakat Corporations and Islamic Religious Councils in Malaysia should reassess the existing ruling and legal framework of agricultural zakat in order to realize its revenue expansion as an effective solution for the current zakat collection. [Realitas zakat pertanian di Malaysia lebih mengutamakan qaul Imam Shafi`i dibandingkan dengan qaul-qaul mazhab lain. Pengelolaan zakat di Malaysia hanya dikenakan pada zakat pertanian dan terbatas kepada makanan pokok, yaitu padi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis secara kritis zakat pertanian dalam konteks Malaysia serta mengkaji transformasi isu meluaskan zakat pertanian kepada tanaman selain padi berdasarkan maqasid syari’ah. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dimana analisis data menggunakan kaedah induktif, deskriptif, dan komparatif. Kajian lapangan juga dilakukan dalam bentuk wawancara dengan Jabatan Mufti Negeri dan Baitulmal Negeri di Malaysia; seperti Selangor, Pulau Pinang, Perlis, Terengganu dan Sarawak. Hasil kajian menunjukkan bahwa hasil zakat pertanian dapat diperluas berdasarkan pendapat Imam Abu Hanifah yang lebih sesuai dengan maslahah ekonomi pertanian saat ini di Malaysia. Dengan demikian, studi ini mengusulkan bahwa lembaga zakat setiap negeri dan Dewan Agama Islam di Malaysia harus mengkaji kembali kerangka hukum zakat pertanian yang ada dalam rangka merealisasikan ekspansi penghasilannya sebagai solusi efektif untuk pengumpulan zakat saat ini.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41804772","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
The Changing Image of Islam in Japan: The Role of Civil Society in Disseminating better Information about Islam 日本伊斯兰教形象的变化:公民社会在传播更好的伊斯兰教信息中的作用
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-29 DOI: 10.14421/ajis.2019.571.51-82
I. Yulita, Susy Ong
This research focuses on the changing of image on Islam in Japan and the efforts of Japan’s civil society to eradicate Islam’s negative image created by Japan’s mass media. In preparation for the coming 2020 Olympic Games, the government, the local NGO, and even individual are taking initiatives to create a Muslim-friendly atmosphere. We try to look into their efforts to disseminate information, as well as to counter demagogues about Islam and Muslim. We have conducted in-depth interviews with 10 Muslims residing in Japan added with 2 respondents taken from book, and compared their stories with Japanese articles, books, and academic journals. Our conclusion is that despite the success in making Japanese society more amicable to foreign Muslims, the human relations problems within the Muslim community must take prioritize to improve the response of Japanese society. [Tulisan ini fokus pada perubahan citra Islam di Jepang dan usaha lembaga swadaya masyarakat (NGO) untuk mengurangi citra negatif Islam yang dibentuk oleh media massa Jepang. Menjelang pekan olahraga Olimpiade 2020, pemerintah, NGO lokal dan sebagian individu mengambil inisiatif menciptakan suasana yang ramah bagi muslim. Kami mengamati usaha mereka dalam merespon informasi yang menyudutkan agama Islam dan pemeluknya. Kami melakukan wawancara mendalam dengan 10 penduduk muslim di Jepang serta 2 informan literer. Kemudian kami membandingkan cerita mereka dengan berita, jurnal dan buku yang terbit di Jepang yang terkait dengan Islam. Meskipun mereka cukup berhasil meyakinkan masyarakat Jepang, tetapi persoalan hubungan antar sesama kelompok muslim perlu menjadi prioritas dalam rangka meningkatkan respon positif masyarakat Jepang.]
本研究的重点是日本对伊斯兰教形象的变化,以及日本公民社会为消除日本大众媒体对伊斯兰教的负面形象所做的努力。为了准备即将到来的2020年奥运会,政府、当地非政府组织,甚至个人都在主动创造一个对穆斯林友好的氛围。我们试图调查他们传播信息的努力,以及反击关于伊斯兰教和穆斯林的煽动者。我们对居住在日本的10名穆斯林进行了深度访谈,其中2名受访者来自书籍,并将他们的故事与日本的文章,书籍和学术期刊进行了比较。我们的结论是,尽管在使日本社会对外国穆斯林更加友好方面取得了成功,但必须优先考虑穆斯林社区内部的人际关系问题,以改善日本社会的反应。[Tulisan ini fokus pada perubahan citra Islam di Jepang dan usaha lembaga swadaya masyarakat](非政府组织)untuk mengurangi citra negative Islam yang dibentuk oleh media massa Jepang。Menjelang pekan olahraga 2020年奥运会,pemerintah,非政府组织,当地丹·赛巴吉亚人,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国,蒙古国。Kami mengamati usaha mereka dalam merespon informasi yang menyudutkan agama Islam dan pemeluknya。Kami melakukan wawancara mendalam dengan 10 penduduk muslim di Jepang serta 2情报员文学工作者。Kemudian kami membandingkan cerita mereka dengan berita, journal dan buku yang terbit di Jepang yang terkait dengan Islam。[中文][中文]:[中文]:[中文]:[中文]:[中文]:[中文]:
{"title":"The Changing Image of Islam in Japan: The Role of Civil Society in Disseminating better Information about Islam","authors":"I. Yulita, Susy Ong","doi":"10.14421/ajis.2019.571.51-82","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/ajis.2019.571.51-82","url":null,"abstract":"This research focuses on the changing of image on Islam in Japan and the efforts of Japan’s civil society to eradicate Islam’s negative image created by Japan’s mass media. In preparation for the coming 2020 Olympic Games, the government, the local NGO, and even individual are taking initiatives to create a Muslim-friendly atmosphere. We try to look into their efforts to disseminate information, as well as to counter demagogues about Islam and Muslim. We have conducted in-depth interviews with 10 Muslims residing in Japan added with 2 respondents taken from book, and compared their stories with Japanese articles, books, and academic journals. Our conclusion is that despite the success in making Japanese society more amicable to foreign Muslims, the human relations problems within the Muslim community must take prioritize to improve the response of Japanese society. [Tulisan ini fokus pada perubahan citra Islam di Jepang dan usaha lembaga swadaya masyarakat (NGO) untuk mengurangi citra negatif Islam yang dibentuk oleh media massa Jepang. Menjelang pekan olahraga Olimpiade 2020, pemerintah, NGO lokal dan sebagian individu mengambil inisiatif menciptakan suasana yang ramah bagi muslim. Kami mengamati usaha mereka dalam merespon informasi yang menyudutkan agama Islam dan pemeluknya. Kami melakukan wawancara mendalam dengan 10 penduduk muslim di Jepang serta 2 informan literer. Kemudian kami membandingkan cerita mereka dengan berita, jurnal dan buku yang terbit di Jepang yang terkait dengan Islam. Meskipun mereka cukup berhasil meyakinkan masyarakat Jepang, tetapi persoalan hubungan antar sesama kelompok muslim perlu menjadi prioritas dalam rangka meningkatkan respon positif masyarakat Jepang.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":"2 1","pages":"51-82"},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78921372","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Muhammadiyah’s Moderation Stance in the 2019 General Election: Critical Views from Within 穆罕默迪耶在2019年大选中的温和立场:来自内部的批评观点
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-06-01 DOI: 10.14421/ajis.2019.571.1-24
Haedar Nashir, Zuli Qodir, Achmad Nurmandi, H. Jubba, Mega Hidayati
This study focuses on the way in which Muhammadiyah, one of Indonesia’s largest Islamic organizations, stood in the 2019 General Election. Like its counterpart Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah has marked the moderation of Islam in Indonesia, different from Islam elsewhere in the Middle East. Since its establishment, Muhammadiyah has urged its members not to join any specific political party, but rather to take a moderate position in political pragmatism and support patriotism in broader national interest. Likewise, in the 2019 election, Muhammadiyah did not organizationally support any candidates, citing its “middle way” approach. However, this study identifies a dualism in the political attitudes of Muhammadiyah’s elites. Even without official orders or prohibitions from the central leadership, some Muhammadiyah members got involved and carried their organization’s attributes to support certain candidates, resulting in political division within the organization. Some members of the organization took a clear political stance, whereas others remain neutral. This created tension within the organization in both elite and grass-root level. The main data for this study were collected through interviews, unstructured discussions, and focus group discussions with several Muhammadiyah elites.[Artikel ini melihat posisi yang diambil salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, dalam Pemilu 2019. Bersamaan dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah menjadi penanda moderasi Islam di Indonesia yang berbeda dengan Islam di tempat lain. Sejak didirikan, Muhammadiyah telah menandaskan untuk tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu, tetapi mengambil posisi moderat dalam perpolitikan dan mendukung patriotisme demi kepentingan nasional yang lebih luas. Demikian juga, dalam Pemilu 2019, Muhammadiyah secara resmi tidak mendukung calon mana pun berdasarkan konsep “jalan tengah”. Namun, penelitian ini mengidentifikasi adanya dualisme dalam sikap politik para elit Muhammadiyah. Tidak adanya perintah atau larangan resmi dari pusat, banyak anggota Muhammadiyah yang membawa atribut organisasi dan terlibat aktivitas politik serta mendukung kandidat tertentu. Ini berakibat munculnya keterbelahan politik dalam Muhammadiyah. Beberapa anggota mengambil sikap politik yang jelas, sedangkan yang lain tetap netral. Ini menimbulkan ketegangan dalam organisasi, baik di tingkat elit maupun akar rumput. Data utama untuk penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, diskusi tidak terstruktur, dan diskusi kelompok terfokus dengan beberapa elit Muhammadiyah.]
这项研究的重点是印尼最大的伊斯兰组织之一穆罕默迪耶在2019年大选中的表现。与Nahdlatul Ulama一样,Muhammadiyah标志着印度尼西亚伊斯兰教的温和,不同于中东其他地方的伊斯兰教。自成立以来,Muhammadiyah一直敦促其成员不要加入任何特定的政党,而是在政治实用主义方面采取温和的立场,并从更广泛的国家利益出发支持爱国主义。同样,在2019年的选举中,穆罕默德没有在组织上支持任何候选人,理由是其“中间路线”。然而,这项研究发现,穆罕默德精英的政治态度存在双重性。即使没有中央领导层的官方命令或禁令,穆罕默迪耶的一些成员也参与其中,并利用其组织的特点支持某些候选人,导致该组织内部的政治分裂。该组织的一些成员采取了明确的政治立场,而另一些成员则保持中立。这在组织内部造成了精英和基层的紧张关系。本研究的主要数据是通过采访、非结构化讨论和与几位穆罕默德精英的焦点小组讨论收集的。[本文探讨了印度尼西亚最大的伊斯兰组织之一穆罕默迪耶在2019年选举中的立场。与Nahdlatul Ulama一起,Muhammadiyah成为印度尼西亚伊斯兰温和的标志,这与其他地方的伊斯兰教不同。自成立以来,穆罕默迪亚一直强调不要与某些政党交情,而是在政治上采取温和立场,支持爱国主义,以维护更广泛的国家利益。同样,在2019年的选举中,穆罕默迪耶正式不支持任何基于“中间路线”概念的候选人。然而,这项研究在穆罕默德精英的政治态度中发现了二元论。该中心没有官方命令或禁令,许多穆罕默迪耶成员具有组织特征,参与政治活动并支持某些候选人。这导致了穆罕默德的政治压迫。一些成员采取了明确的政治立场,而另一些成员则保持中立。它在组织中造成紧张,无论是精英还是基层。这项研究的主要数据是通过采访、非结构化讨论和与几位穆罕默德精英的小组讨论收集的。]
{"title":"Muhammadiyah’s Moderation Stance in the 2019 General Election: Critical Views from Within","authors":"Haedar Nashir, Zuli Qodir, Achmad Nurmandi, H. Jubba, Mega Hidayati","doi":"10.14421/ajis.2019.571.1-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/ajis.2019.571.1-24","url":null,"abstract":"This study focuses on the way in which Muhammadiyah, one of Indonesia’s largest Islamic organizations, stood in the 2019 General Election. Like its counterpart Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah has marked the moderation of Islam in Indonesia, different from Islam elsewhere in the Middle East. Since its establishment, Muhammadiyah has urged its members not to join any specific political party, but rather to take a moderate position in political pragmatism and support patriotism in broader national interest. Likewise, in the 2019 election, Muhammadiyah did not organizationally support any candidates, citing its “middle way” approach. However, this study identifies a dualism in the political attitudes of Muhammadiyah’s elites. Even without official orders or prohibitions from the central leadership, some Muhammadiyah members got involved and carried their organization’s attributes to support certain candidates, resulting in political division within the organization. Some members of the organization took a clear political stance, whereas others remain neutral. This created tension within the organization in both elite and grass-root level. The main data for this study were collected through interviews, unstructured discussions, and focus group discussions with several Muhammadiyah elites.[Artikel ini melihat posisi yang diambil salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, dalam Pemilu 2019. Bersamaan dengan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah menjadi penanda moderasi Islam di Indonesia yang berbeda dengan Islam di tempat lain. Sejak didirikan, Muhammadiyah telah menandaskan untuk tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu, tetapi mengambil posisi moderat dalam perpolitikan dan mendukung patriotisme demi kepentingan nasional yang lebih luas. Demikian juga, dalam Pemilu 2019, Muhammadiyah secara resmi tidak mendukung calon mana pun berdasarkan konsep “jalan tengah”. Namun, penelitian ini mengidentifikasi adanya dualisme dalam sikap politik para elit Muhammadiyah. Tidak adanya perintah atau larangan resmi dari pusat, banyak anggota Muhammadiyah yang membawa atribut organisasi dan terlibat aktivitas politik serta mendukung kandidat tertentu. Ini berakibat munculnya keterbelahan politik dalam Muhammadiyah. Beberapa anggota mengambil sikap politik yang jelas, sedangkan yang lain tetap netral. Ini menimbulkan ketegangan dalam organisasi, baik di tingkat elit maupun akar rumput. Data utama untuk penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, diskusi tidak terstruktur, dan diskusi kelompok terfokus dengan beberapa elit Muhammadiyah.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44935168","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 26
Polemics on Interfaith Marriage in Indonesia between Rules and Practices 印尼宗教间婚姻的规则与实践论战
IF 0.3 Q1 Arts and Humanities Pub Date : 2019-05-30 DOI: 10.14421/AJIS.2018.562.367-394
Ermi Suhasti, Siti Djazimah, H. Hartini
The Indonesian rules on marriage manage that a marriage is required to be one faith marriage, i.e., a man and woman to embrace the same religion, and prohibits interfaith marriage. However, in practice interfaith marriage is concluded and the couple of such marriage struggled to conduct the marriage and to have the marriage legitimized. One of the ways is to propose a designation or decree from the civil court to officially allow them to marry and to mandate the Civil Marriage Registrar to register their marriages. This article discusses the practice of interfaith marriages based on the permission from the civil courts’ judges in Surakarta. Deploying the socio-legal approach and based on interviews with some relevant persons and on the observation on a number of civil courts’ decrees, this article finds that there are interfaith marriages in Indonesia and interfaith couple struggled to get their marriages officially admitted and legalized by taking the advantage of the legal gap on the issue. This article also argues that there has been divergent legal interpretation within Indonesians which led to legal uncertainty regarding the rules of interfaith marriage in Indonesia.[Peraturan tentang perkawinan di Indonesia mengatur pernikahan satu agama. Pernikahan harus antara wanita dan laki-laki Muslim dan larangan pernikahan beda agama. Banyak praktik pernikahan melakukan ikatan beda agama. Pernikahan ini diilakukan para pasangan dengan berupaya keras dengan cara apapun untuk dapat menikah secara formal. Salah satu cara dengan memohon ijin melalui putusan Pengadilan Negeri. Pengadilan memberikan ijin pernikahan beda agama dan mandat kepada pegawai Pencatat Sipil untuk dicatatankan sebagai pernikahan. Artikel ini mengkaji praktik pernikahan beda agama melalui penetapan Pengadilan Negeri di Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum dengan wawancara dan analisa terhadap beberapa penetapan dalam penyusunan paper. Artikel ini membahas pernikahan beda agama yang dilakukan masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dan mengupayakan secara keras cara dalam pernikahan beda agama. Argumen lain artikel ini adalah pola penafsiran hukum yang beragam dari pasal-pasal Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Tafsir ini membawa pada ketidakmapanan dan ketidakpastian hukum terkait dengan ketentuan pernikahan beda agama di Indonesia.]
印度尼西亚的婚姻规则规定,婚姻必须是一种信仰的婚姻,即一男一女必须信奉同一宗教,并禁止不同信仰的婚姻。然而,在实践中,跨宗教婚姻是缔结的,这种婚姻的夫妇努力进行婚姻并使婚姻合法化。其中一种方法是向民事法庭提出一项指定或法令,正式允许他们结婚,并授权民事婚姻登记员登记他们的婚姻。本文以泗水民事法院法官的许可为基础,讨论跨宗教婚姻的实践。本文运用社会法学方法,通过对一些相关人士的访谈和对一些民事法院法令的观察,发现印度尼西亚存在跨宗教婚姻,跨宗教夫妇利用这一问题上的法律空白,努力使他们的婚姻得到官方承认和合法化。本文还认为,印度尼西亚内部存在不同的法律解释,导致印度尼西亚宗教间婚姻规则的法律不确定性。[Peraturan tentang perkawinan di Indonesia]Pernikahan harus antara wanita dan laki-laki Muslim dan larangan Pernikahan beda agama。我的祖国万岁!我的祖国万岁!Pernikahan ini diilakukan para pasangan dengan berupaya keras dengan cara apapun untuk dapat menikah secara formal。萨拉赫说:“萨拉赫说:‘我希望我能有一个更好的选择。’”尼泊尔人民代表大会成员尼泊尔人民代表大会主席尼泊尔人民代表大会主席尼泊尔人民代表大会主席尼泊尔人民代表大会主席我是说,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。Penelitian ini menggunakan pendekatan生理学hukum dengan wawancara和ananalisa terhadap beberapa penetapan dalam penusuan论文。Artikel ini成员pernikahan beda agama yang dilakukan masyarakat印度尼西亚yang mengalami kesulitan dan mengupayakan secara keras cara dalam pernikahan beda agama。争论的焦点是,在一个国家,一个民族,一个民族,一个民族,一个民族,一个民族,一个民族,一个民族。[au:] Tafsir ini membawa pada ketidakmapanan dan ketidakpastian hukum terkait dengan ketentuan pernikahan beda agama di Indonesia。
{"title":"Polemics on Interfaith Marriage in Indonesia between Rules and Practices","authors":"Ermi Suhasti, Siti Djazimah, H. Hartini","doi":"10.14421/AJIS.2018.562.367-394","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/AJIS.2018.562.367-394","url":null,"abstract":"The Indonesian rules on marriage manage that a marriage is required to be one faith marriage, i.e., a man and woman to embrace the same religion, and prohibits interfaith marriage. However, in practice interfaith marriage is concluded and the couple of such marriage struggled to conduct the marriage and to have the marriage legitimized. One of the ways is to propose a designation or decree from the civil court to officially allow them to marry and to mandate the Civil Marriage Registrar to register their marriages. This article discusses the practice of interfaith marriages based on the permission from the civil courts’ judges in Surakarta. Deploying the socio-legal approach and based on interviews with some relevant persons and on the observation on a number of civil courts’ decrees, this article finds that there are interfaith marriages in Indonesia and interfaith couple struggled to get their marriages officially admitted and legalized by taking the advantage of the legal gap on the issue. This article also argues that there has been divergent legal interpretation within Indonesians which led to legal uncertainty regarding the rules of interfaith marriage in Indonesia.[Peraturan tentang perkawinan di Indonesia mengatur pernikahan satu agama. Pernikahan harus antara wanita dan laki-laki Muslim dan larangan pernikahan beda agama. Banyak praktik pernikahan melakukan ikatan beda agama. Pernikahan ini diilakukan para pasangan dengan berupaya keras dengan cara apapun untuk dapat menikah secara formal. Salah satu cara dengan memohon ijin melalui putusan Pengadilan Negeri. Pengadilan memberikan ijin pernikahan beda agama dan mandat kepada pegawai Pencatat Sipil untuk dicatatankan sebagai pernikahan. Artikel ini mengkaji praktik pernikahan beda agama melalui penetapan Pengadilan Negeri di Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum dengan wawancara dan analisa terhadap beberapa penetapan dalam penyusunan paper. Artikel ini membahas pernikahan beda agama yang dilakukan masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan dan mengupayakan secara keras cara dalam pernikahan beda agama. Argumen lain artikel ini adalah pola penafsiran hukum yang beragam dari pasal-pasal Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Tafsir ini membawa pada ketidakmapanan dan ketidakpastian hukum terkait dengan ketentuan pernikahan beda agama di Indonesia.]","PeriodicalId":42231,"journal":{"name":"Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.3,"publicationDate":"2019-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48527295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 13
期刊
Al-Jamiah-Journal of Islamic Studies
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1