ABSTRAK Latar Belakang: Bentuk sediaan insektisida elektrik banyak diminati masyarakat, akan tetapi penggunaan insektisida kimiawi berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan. Minyak atsiri bunga cengkeh terbukti bersifat sebagai insektisida terhadap Aedes aegypti, sehingga yang dapat dikembangkan sebagai alternatif pengendalian vektor DBD dalam bentuk sediaan elektrik. Tujuan: Mengetahui efek adultisida minyak atsiri bunga cengkeh sebagai bahan anti nyamuk elektrik terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan post-test only with control group design. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok kontrol dan 4 kelompok uji dengan variasi konsentrasi minyak atsiri bunga cengkeh sebesar 12%, 27%, 48%, 79%. Nyamuk dipaparkan selama 60 menit dalam kandang uji lalu dipindahkan ke holding tube, dibiarkan selama 24 jam dan dihitung presentase mortalitasnya. Pengulangan uji dilakukan sebanyak empat kali dan hasil dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Probit. Hasil: Presentase rerata mortalitas nyamuk pada kontrol negatif, kontrol positif, konsentrasi 12%, 27%, 48% dan 79% secara berurutan adalah 0%, 100%, 8%, 33%, 45%, 61% dengan uji statistik p = 0,011 (p<0,05). Uji probit menunjukkan LC50 = 5,288 dan LC90 = 7,837. Kesimpulan: Minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki efek adultisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dalam bentuk anti nyamuk elektrik. Kata kunci: Aedes aegypti, anti nyamuk elektrik, minyak atsiri, cengkeh,
摘要背景:杀虫剂的形式引起了许多人的兴趣,但使用杀虫剂对环境和健康产生了影响。丁香油被证明是对埃及aegypti的杀虫剂,因此可以发展成一种替代电载体控制DBD矢量。目的:研究丁香油杀虫剂作为驱虫剂对埃及蚊的作用。方法:本研究是一个真正的实验,只有post- only with control group design。该研究由两组控制和四组测试组成,其丁香油浓度变化为12%、27%、48%、79%。蚊子在笼子里暴露60分钟,然后被转移到静置管,24小时,并计算百分比。测试的重复进行了四次,结果是通过kruskaal - wallis测试和Probit测试进行的。结果:蚊子死亡率分布在负控制、正控制、集中12%、27%、48%和79%,顺序为0%、100%、8%、33%、45%、61%,其统计结果为p = 0.011 (p< 0.05)。probit测试显示LC50 = 5.288和LC90 = 7.837。结论:丁香油对埃及伊蚊产生杀虫剂。关键词:埃及蚊蚋、防蚊剂、滑石粉、丁香油、
{"title":"Efek Adultisida Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum) Sebagai Bahan Anti Nyamuk Elektrik Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti","authors":"M. Faris","doi":"10.53366/jimki.v8i3.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v8i3.253","url":null,"abstract":"ABSTRAK Latar Belakang: Bentuk sediaan insektisida elektrik banyak diminati masyarakat, akan tetapi penggunaan insektisida kimiawi berdampak terhadap lingkungan dan kesehatan. Minyak atsiri bunga cengkeh terbukti bersifat sebagai insektisida terhadap Aedes aegypti, sehingga yang dapat dikembangkan sebagai alternatif pengendalian vektor DBD dalam bentuk sediaan elektrik. Tujuan: Mengetahui efek adultisida minyak atsiri bunga cengkeh sebagai bahan anti nyamuk elektrik terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan post-test only with control group design. Penelitian ini terdiri dari 2 kelompok kontrol dan 4 kelompok uji dengan variasi konsentrasi minyak atsiri bunga cengkeh sebesar 12%, 27%, 48%, 79%. Nyamuk dipaparkan selama 60 menit dalam kandang uji lalu dipindahkan ke holding tube, dibiarkan selama 24 jam dan dihitung presentase mortalitasnya. Pengulangan uji dilakukan sebanyak empat kali dan hasil dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Probit. Hasil: Presentase rerata mortalitas nyamuk pada kontrol negatif, kontrol positif, konsentrasi 12%, 27%, 48% dan 79% secara berurutan adalah 0%, 100%, 8%, 33%, 45%, 61% dengan uji statistik p = 0,011 (p<0,05). Uji probit menunjukkan LC50 = 5,288 dan LC90 = 7,837. Kesimpulan: Minyak atsiri bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki efek adultisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dalam bentuk anti nyamuk elektrik. Kata kunci: Aedes aegypti, anti nyamuk elektrik, minyak atsiri, cengkeh,","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"8 5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86349974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Clevia Levana Herryawan, I. Wahyuni, Pudji Lestari, Nurwasis Nurwasis
Latar Belakang : Kelainan refraksi menduduki peringkat ketiga besar penyebab kebutaan. Kelainan refraksi sudah bukan hal yang jarang lagi terjadi pada mahasiswa kedokteran. Paparan sinar biru dari gawai berperan sebagai salah satu penyebab kelainan refraksi. Di era modern ini, dalam pembelajarannya mahasiswa kedokteran seringkali terpapar sinar biru yang berasal dari gawai. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh kebiasaan paparan radiasi blue light terhadap kelainan refraksi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross-sectional. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling dengan mengambil data seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2018. Hasil : Dari 83 subjek penelitian didapatkan 62,7% perempuan, 37,3% laki-laki. 16,9% berusia kurang dari 19 tahun, 51,8% berusia 19 tahun, 22,9% berusia 20 tahun dan 8,4% berusia diatas 20 tahun. P value antara hubungan silinder dengan jarak mata ke gawai 0,727. P value hubungan silinder dengan posisi 0,891. P value hubungan silinder dengan durasi penggunaan gawai 0,140. Hubungan miopi dengan jarak mata ke gawai didapatkan p value 0,702. Hubungan miopi dengan posisi, didapatkan p value 0,382 dan hubungan miopi dengan durasi didapatkan p value 0,552. Pembahasan : Hasil penelitian ini ada yang sejalan dengan penelitian terdahulu namun ada pula yang bertentangan. Hasil yang sama didapatkan karena penggunaan metode yang sama. Sedangkan yang hasilnya bertentangan dikarenakan perbedaan metode penelitian dan juga usia sampel. Simpulan : Tidak adanya hubungan signifikan antara kebiasaan paparan radiasi blue light terhadap kelainan refraksi mata pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2018. Kata Kunci: Gawai, Kelainan Refraksi, Miopia, Radiasi, Silinder, Sinar Biru
背景:视力下降是导致失明的第三大原因。对于医科学生来说,折射异常并不少见。岩壁的蓝色暴露是折射异常的原因之一。在现代,医学院学生经常接触到来自gawai的蓝色光线。研究是观察蓝光辐射暴露对反射异常的影响。方法:这项研究是对分段设计的分析研究。通过收集2018年Airlangga大学医学院医学院学生的数据,采用完整的抽样技术进行研究样本。结果:在83个研究对象中,有62.7%的女性,37.3%的男性。169%的人不到19岁,51.8%的人19岁,229%的人20岁,8.4%的人超过20岁。P值气缸连接与眼距0.727。P值缸连接位置为0,891。P值圆柱体关系与gawai 0.140的使用持续时间。miopi与眼睛到gawai的关系得到p值0.702。miopi与职位的关系得到p值0.382和miopi的关系得到p值0.552。讨论:本研究的结果与前一项研究一致,但也有相反的研究。同样的方法得到了同样的结果。由于研究方法的不同和样本年龄的不同,结果相互矛盾。结论:2018年Airlangga大学医学院(Airlangga school of school of school of Airlangga school)医科学生中,蓝光辐射暴露于眼部视力缺陷之间存在显著差异。关键词:Gawai,折射率异常,近视,辐射,圆柱体,蓝色射线
{"title":"Pengaruh Kebiasaan Paparan Radiasi Blue Light terhadap Kelainan Refraksi Mata pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2018","authors":"Clevia Levana Herryawan, I. Wahyuni, Pudji Lestari, Nurwasis Nurwasis","doi":"10.53366/jimki.v8i3.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v8i3.257","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Kelainan refraksi menduduki peringkat ketiga besar penyebab kebutaan. Kelainan refraksi sudah bukan hal yang jarang lagi terjadi pada mahasiswa kedokteran. Paparan sinar biru dari gawai berperan sebagai salah satu penyebab kelainan refraksi. Di era modern ini, dalam pembelajarannya mahasiswa kedokteran seringkali terpapar sinar biru yang berasal dari gawai. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh kebiasaan paparan radiasi blue light terhadap kelainan refraksi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan cross-sectional. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik total sampling dengan mengambil data seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2018. Hasil : Dari 83 subjek penelitian didapatkan 62,7% perempuan, 37,3% laki-laki. 16,9% berusia kurang dari 19 tahun, 51,8% berusia 19 tahun, 22,9% berusia 20 tahun dan 8,4% berusia diatas 20 tahun. P value antara hubungan silinder dengan jarak mata ke gawai 0,727. P value hubungan silinder dengan posisi 0,891. P value hubungan silinder dengan durasi penggunaan gawai 0,140. Hubungan miopi dengan jarak mata ke gawai didapatkan p value 0,702. Hubungan miopi dengan posisi, didapatkan p value 0,382 dan hubungan miopi dengan durasi didapatkan p value 0,552. Pembahasan : Hasil penelitian ini ada yang sejalan dengan penelitian terdahulu namun ada pula yang bertentangan. Hasil yang sama didapatkan karena penggunaan metode yang sama. Sedangkan yang hasilnya bertentangan dikarenakan perbedaan metode penelitian dan juga usia sampel. Simpulan : Tidak adanya hubungan signifikan antara kebiasaan paparan radiasi blue light terhadap kelainan refraksi mata pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 2018. Kata Kunci: Gawai, Kelainan Refraksi, Miopia, Radiasi, Silinder, Sinar Biru","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"49 1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79931466","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahulan: Luka bakar kimia mata, luka bakar termal, dan radiasi mewakili kasus-kasus yang sering terjadi pada kasus di unit gawat darurat pada bidang mata. Paparan terhadap cairan tubuh dan cyanoacrylates (super glue) juga sering terjadi. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditindaklanjuti dengan cepat akan mengakibatkan prognosis yang buruk. Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana awal pada luka bakar mata. Metode: Artikel ini dibuat dengan metode literature review, melibatkan 22 pustaka baik buku dan jurnal nasional atau internasional. Hasil: Luka bakar oleh bahan kimia mewakili cedera mata yang paling sering dan berpotensi membuat buta, hal ini merupakan keadaan darurat mata yang membutuhkan penanganan segera dan memulai pengobatan. Mayoritas korban masih muda dan paparan bisa terjadi di rumah, tempat kerja dan dapat juga ada hubungannya dengan tindak kriminal. Pembahasan: Cedera alkali terjadi lebih sering daripada cedera asam. Cedera kimia pada mata menghasilkan kerusakan luas pada epitel permukaan mata, kornea, segmen anterior, dan sel batang yang mengakibatkan kerusakan penglihatan permanen unilateral atau bilateral. Tatalaksana yang cepat dan tepat mungkin merupakan faktor terpenting dalam menentukan hasil akhir. Simpulan: Artikel ini mengulas manajemen darurat dan teknik-teknik baru untuk meningkatkan prognosis pasien dengan cedera luka bakar pada mata. Kata kunci: Alkali, asam, luka bakar kimia, luka bakar termal, mata, radiasi.
{"title":"Diagnosis Dan Tatalaksana Luka Bakar Pada Mata","authors":"Diptha Renggani Putri, R. Himayani","doi":"10.53366/JIMKI.V8I2.124","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/JIMKI.V8I2.124","url":null,"abstract":"Pendahulan: Luka bakar kimia mata, luka bakar termal, dan radiasi mewakili kasus-kasus yang sering terjadi pada kasus di unit gawat darurat pada bidang mata. Paparan terhadap cairan tubuh dan cyanoacrylates (super glue) juga sering terjadi. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditindaklanjuti dengan cepat akan mengakibatkan prognosis yang buruk. \u0000Tujuan: Untuk mengetahui diagnosis dan tatalaksana awal pada luka bakar mata. \u0000Metode: Artikel ini dibuat dengan metode literature review, melibatkan 22 pustaka baik buku dan jurnal nasional atau internasional. \u0000Hasil: Luka bakar oleh bahan kimia mewakili cedera mata yang paling sering dan berpotensi membuat buta, hal ini merupakan keadaan darurat mata yang membutuhkan penanganan segera dan memulai pengobatan. Mayoritas korban masih muda dan paparan bisa terjadi di rumah, tempat kerja dan dapat juga ada hubungannya dengan tindak kriminal. \u0000Pembahasan: Cedera alkali terjadi lebih sering daripada cedera asam. Cedera kimia pada mata menghasilkan kerusakan luas pada epitel permukaan mata, kornea, segmen anterior, dan sel batang yang mengakibatkan kerusakan penglihatan permanen unilateral atau bilateral. Tatalaksana yang cepat dan tepat mungkin merupakan faktor terpenting dalam menentukan hasil akhir. \u0000Simpulan: Artikel ini mengulas manajemen darurat dan teknik-teknik baru untuk meningkatkan prognosis pasien dengan cedera luka bakar pada mata. \u0000 \u0000Kata kunci: Alkali, asam, luka bakar kimia, luka bakar termal, mata, radiasi.","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"438 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88098934","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hipertensi adalah kondisi paling banyak terjadi pada manusia saat ini. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada organ, seperti penyakit kardiovaskular, ginjal dan serebrovaskular. Untuk mengobati dan mencegah kerusakan lebih lanjut ini dibutuhkan sesuatu yang dapat mengatasi kondisi ini dengan efek samping terendah. Saat ini, jamu sangat populer karena mengandung antioksidan dan lain-lain yang dapat menjadi pilihan lain untuk mengobati penyakit. Salah satunya adalah Nigella sativa dengan kandungan utama yaitu thymoquinone dan polyphenol. Nigella sativa memiliki efek diuretik untuk membuat diuresis sehingga ini dapat menurunkan tekanan darah dalam kondisi hipertensi. Selain itu, Nigella sativa memiliki mekanisme lain untuk membuat tekanan darah lebih rendah dalam kondisi hipertensi.Kata Kunci: Hipertensi, Nigella sativa, Diuretik
{"title":"EFEK DIURETIK NIGELLA SATIVA SEBAGAI TERAPI HIPERTENSI","authors":"Fadila Rahayu","doi":"10.53366/jimki.v7i1.381","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i1.381","url":null,"abstract":"Hipertensi adalah kondisi paling banyak terjadi pada manusia saat ini. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada organ, seperti penyakit kardiovaskular, ginjal dan serebrovaskular. Untuk mengobati dan mencegah kerusakan lebih lanjut ini dibutuhkan sesuatu yang dapat mengatasi kondisi ini dengan efek samping terendah. Saat ini, jamu sangat populer karena mengandung antioksidan dan lain-lain yang dapat menjadi pilihan lain untuk mengobati penyakit. Salah satunya adalah Nigella sativa dengan kandungan utama yaitu thymoquinone dan polyphenol. Nigella sativa memiliki efek diuretik untuk membuat diuresis sehingga ini dapat menurunkan tekanan darah dalam kondisi hipertensi. Selain itu, Nigella sativa memiliki mekanisme lain untuk membuat tekanan darah lebih rendah dalam kondisi hipertensi.Kata Kunci: Hipertensi, Nigella sativa, Diuretik","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"78 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84306772","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Terdapat overlap antara penyakit serebrovaskular dan penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular khususnya jantung sering terjadi pada pasien stroke, dan kelainan jantung juga sering terjadi diikuti setelah stroke. Hal yang paling serius diantaranya infark miokard akut (IMA), gagal jantung, aritmia seperti takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel, atau fibrilasi atrium, hingga henti jantung. Pasien dengan aterosklerosis serebral sering juga memiliki penyakit arteri koroner (PAK) atau penyakit pembuluh darah perifer (PAP). Sebaliknya, pasien dengan PAK atau PAP memiliki risiko stroke yang lebih besar. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit serebrovaskular memiliki risiko yang signifikan untuk terjadinya IMA atau kematian pembuluh darah setelah terjadi stroke, dan dengan penyakit jantung sebagai penyebab kematian yang paling mungkin pada pasien stroke dari waktu ke waktu. Pada suatu penelitian lain pasien yang terjadi stroke akut dan dirawat inap, terjadi kematian yang disebabkan oleh jantung pada 35/846 pasien (4%) dan dengan kelainan jantung yang serius dalam tiga bulan pertama pasca stroke terjadi pada 161/846 pasien (19%). Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadi kelainan jantung yang serius yaitu stroke dengan klinis yang buruk, riwayat gagal jantung, dan disfungsi ginjal (kadar kreatinin > 1,3 mg/dl). Temuan EKG terkait dengan peningkatan risiko diatas yaitu extra ventricular beats dan interval QT yang memanjang. Biasanya yang paling sering menjadi penyebab stroke yang disebabkan oleh jantung dapat diidentifikasi jika diawali terjadi gangguan serebrovaskular. Dengan demikian menjadi penting untuk menggambarkan apakah masalah-masalah tersebut adalah masalah sekunder akibat stroke, bersifat kebetulan, atau menjadi penyebab langsung stroke.
{"title":"KOMPLIKASI PADA JANTUNG DAN ABNORMALITAS EKG PASCA STROKE","authors":"Vincha Rahma Luqman, Zam Zanariah","doi":"10.53366/jimki.v7i2.57","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.57","url":null,"abstract":"Terdapat overlap antara penyakit serebrovaskular dan penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular khususnya jantung sering terjadi pada pasien stroke, dan kelainan jantung juga sering terjadi diikuti setelah stroke. Hal yang paling serius diantaranya infark miokard akut (IMA), gagal jantung, aritmia seperti takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel, atau fibrilasi atrium, hingga henti jantung. Pasien dengan aterosklerosis serebral sering juga memiliki penyakit arteri koroner (PAK) atau penyakit pembuluh darah perifer (PAP). Sebaliknya, pasien dengan PAK atau PAP memiliki risiko stroke yang lebih besar. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit serebrovaskular memiliki risiko yang signifikan untuk terjadinya IMA atau kematian pembuluh darah setelah terjadi stroke, dan dengan penyakit jantung sebagai penyebab kematian yang paling mungkin pada pasien stroke dari waktu ke waktu. \u0000Pada suatu penelitian lain pasien yang terjadi stroke akut dan dirawat inap, terjadi kematian yang disebabkan oleh jantung pada 35/846 pasien (4%) dan dengan kelainan jantung yang serius dalam tiga bulan pertama pasca stroke terjadi pada 161/846 pasien (19%). Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadi kelainan jantung yang serius yaitu stroke dengan klinis yang buruk, riwayat gagal jantung, dan disfungsi ginjal (kadar kreatinin > 1,3 mg/dl). Temuan EKG terkait dengan peningkatan risiko diatas yaitu extra ventricular beats dan interval QT yang memanjang. \u0000Biasanya yang paling sering menjadi penyebab stroke yang disebabkan oleh jantung dapat diidentifikasi jika diawali terjadi gangguan serebrovaskular. Dengan demikian menjadi penting untuk menggambarkan apakah masalah-masalah tersebut adalah masalah sekunder akibat stroke, bersifat kebetulan, atau menjadi penyebab langsung stroke.","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91014661","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stigma kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) tergambar dalam sikap sinis, perasaan akan ketakutan yang berlebihan serta pengalaman negatif terhadap ODHA. Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan di berbagai bidang kegiatan masyarakat seperti dunia pendidikan, kerja dan layanan kesehatan merupakan bentuk stigma yang sering terjadi. 1 Diskriminasi adalah bentuk pembatasan ekspresi ataupun pencegahan seseorang terhadap suatu akses pelayanan. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) seringkali dijadikan sebagai sasaran diskriminasi di masyarakat. Bahkan tidak jarang mereka mengalami pengucilan oleh masyarakat sekitar. Baru baru ini 14 murid SD yang mengidap HIV di Solo dikecam oleh orangtua siswa lainnya agar dikeluarkan dari sekolah mereka dikarenakan orangtua siswa lainnya takut anak-anak mereka tertular HIV.2 Hal yang serupa terjadi pada 3 anak pengidap HIV di Samosir, mereka terancam diusir dari sekolah bahkan masyarakat mengultimatum agar ketiganya diusir dari Kabupaten Samosir. Alasan yang sama dilontarkan oleh masyarakat setempat yang takut bila anak-anak mereka tertular HIV dari ketiga anak tersebut.3 Tidak hanya didalam negeri, berbagai diskriminasi juga diterima oleh penderitanya diluar negeri. “Putriku menolak pergi kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Putriku meninggal karena takut akan stigma dan diskriminasi yang dicap oleh masyarakat”. Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang nenek dari Ghana yang kehilangan putrinya yang juga merupakan ODHA.4 Penelitian Maharani (2014) yang bertujuan untuk mengetahui informasi tentang stigma dan diskriminasi terhadap ODHA pada pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru bahwa diskriminasi dalam bentuk dilecehkan secara lisan dengan mengatakan penyakit HIV dengan nada lantang, pemberian makan dibawah pintu, seprai tidak diganti-ganti dan sebagainya. Meskipun telah mendapat pelatihan, masih ada petugas kesehatan yang merasa cemas ketika berhadpaan pasien ODHA terutama di ruang rawat inap. Berikut penuturannya: “Yaaa pada saat menangani pasien HIV/AIDS perasaan cemas pasti adalah., karena kita tidak tau pori-pori tangan kita terluka.. tubuh kita terluka, sandal kita, mungkin pada saat operasi kejatuhan cairan darah, ketuban pada saat section itu biasanya muncrat.. tetap kita ada cemas dalam menanganinya” Penuturan lainnya diungkap oleh ODHA yang berkunjung ke dokter gigi. Berikut penuturannya: “Waktu saya pergi ke dokter gigi, jadi pas saya duduk dikursi pelayanannya,, ibuk itu kan pegang status RM saya,, tanpa sengaja dia liat kode nomornya saya,, langsung berubah ekspresinya terkejut melihat kode itu, (saya liat sendiri ekspresinya berubah), dokter itu tiba-tiba menoleh kekamar belakang membilang ke perawatnya, “heeehh kok nggak bilang itu pasien HIV (dengan suara agak berisik), kemudian dokter itu balik lagi ,, dia pake sarung tangan , masker, kacamata, disuruhnya saya membuka mulut.. kemudian diliatnya.., Oh ini nggak pa pa.. (padahal waktu itu gigi saya berlobang,, jadi ni
{"title":"PELAJARI HIV, HENTIKAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA)","authors":"Ridwan Balatif","doi":"10.53366/jimki.v7i2.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.52","url":null,"abstract":"Stigma kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) tergambar dalam sikap sinis, perasaan akan ketakutan yang berlebihan serta pengalaman negatif terhadap ODHA. Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan di berbagai bidang kegiatan masyarakat seperti dunia pendidikan, kerja dan layanan kesehatan merupakan bentuk stigma yang sering terjadi. 1 Diskriminasi adalah bentuk pembatasan ekspresi ataupun pencegahan seseorang terhadap suatu akses pelayanan. \u0000 \u0000ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) seringkali dijadikan sebagai sasaran diskriminasi di masyarakat. Bahkan tidak jarang mereka mengalami pengucilan oleh masyarakat sekitar. Baru baru ini 14 murid SD yang mengidap HIV di Solo dikecam oleh orangtua siswa lainnya agar dikeluarkan dari sekolah mereka dikarenakan orangtua siswa lainnya takut anak-anak mereka tertular HIV.2 Hal yang serupa terjadi pada 3 anak pengidap HIV di Samosir, mereka terancam diusir dari sekolah bahkan masyarakat mengultimatum agar ketiganya diusir dari Kabupaten Samosir. Alasan yang sama dilontarkan oleh masyarakat setempat yang takut bila anak-anak mereka tertular HIV dari ketiga anak tersebut.3 \u0000 \u0000 Tidak hanya didalam negeri, berbagai diskriminasi juga diterima oleh penderitanya diluar negeri. “Putriku menolak pergi kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Putriku meninggal karena takut akan stigma dan diskriminasi yang dicap oleh masyarakat”. Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang nenek dari Ghana yang kehilangan putrinya yang juga merupakan ODHA.4 \u0000 \u0000Penelitian Maharani (2014) yang bertujuan untuk mengetahui informasi tentang stigma dan diskriminasi terhadap ODHA pada pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru bahwa diskriminasi dalam bentuk dilecehkan secara lisan dengan mengatakan penyakit HIV dengan nada lantang, pemberian makan dibawah pintu, seprai tidak diganti-ganti dan sebagainya. Meskipun telah mendapat pelatihan, masih ada petugas kesehatan yang merasa cemas ketika berhadpaan pasien ODHA terutama di ruang rawat inap. Berikut penuturannya: \u0000“Yaaa pada saat menangani pasien HIV/AIDS perasaan cemas pasti adalah., karena kita tidak tau pori-pori tangan kita terluka.. tubuh kita terluka, sandal kita, mungkin pada saat operasi kejatuhan cairan darah, ketuban pada saat section itu biasanya muncrat.. tetap kita ada cemas dalam menanganinya” \u0000 \u0000Penuturan lainnya diungkap oleh ODHA yang berkunjung ke dokter gigi. Berikut penuturannya: \u0000“Waktu saya pergi ke dokter gigi, jadi pas saya duduk dikursi pelayanannya,, ibuk itu kan pegang status RM saya,, tanpa sengaja dia liat kode nomornya saya,, langsung berubah ekspresinya terkejut melihat kode itu, (saya liat sendiri ekspresinya berubah), dokter itu tiba-tiba menoleh kekamar belakang membilang ke perawatnya, “heeehh kok nggak bilang itu pasien HIV (dengan suara agak berisik), kemudian dokter itu balik lagi ,, dia pake sarung tangan , masker, kacamata, disuruhnya saya membuka mulut.. kemudian diliatnya.., Oh ini nggak pa pa.. (padahal waktu itu gigi saya berlobang,, jadi ni","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"129 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83301441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Leonard Christianto Singjie, Immanuel Felix, Reynaldo Halomoan Siregar
Pendahuluan: Penyakit kardiovaskular adalah penyakit dengan tingkat kematian tertinggidi dunia. Angka kematian di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 37%. Salah satupenyebab penyakit kardiovaskular adalah penyakit autoimun. Artritis Reumatoid (RA)adalah penyakit autoimun yang sering menimbulkan komplikasi penyakit kardiovaskuler.Tatalaksana yang tepat pada penyakit RA akan mencegah komplikasi kardiovaskuler.Pembahasan: Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis yang berdampak padapersendian. Inflamasi kronis ini juga menyebabkan efek pada pembuluh darah denganmenyebabkan terbentuknya aterosklerosis. Pada pasien RA, aterosclerosis disebabkanoleh sitokin proinflamasi, seperti IL-6 dan TNF-α, yang mengaktivasi reaksi imun danmenyebabkan terbentuknya plak hingga dapat menyebabkan ruptur. Selain prosesinflamasi, obat antiinflamasi non steroid yang seringkali digunakan untuk mengobati RA,juga dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak 2-3 kali. OAINSmemiliki hubungan dengan apoptosis sel dan memiliki efek kardiotoksik akibat peningkatanROS dan kolesterol yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular. Beberapapenelitian menemukan anti-IL-1β antibodi monoklonal yang disebut Canakinumab. IL-1βadalah mediator inflamasi yang poten. Canakinumab bekerja dengan cara menetralisirsinyal dari IL-1β dan menurunkan inflamasi pada pasien dengan penyakit autoimunsehingga mengurangi kemungkinan pasien terkena penyakit kardiovaskular. Penelitianyang dilakukan untuk mengetahui dosis poten Canakinumab, menemukan bahwa 150 mgCanakinumab selama dua minggu adalah dosis paling poten. Kesimpulan: Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa antibodi monoklonal dapatdigunakan sebagai terapi pilihan pada penderita RA untuk mencegah terjadinya penyakitkardiovaskular terkait dengan RA.
{"title":"PENGGUNAAN ANTIBODI MONOKLONAL SEBAGAI TERAPI PILIHAN PADA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI KARDIOVASKULER","authors":"Leonard Christianto Singjie, Immanuel Felix, Reynaldo Halomoan Siregar","doi":"10.53366/jimki.v7i2.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.85","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Penyakit kardiovaskular adalah penyakit dengan tingkat kematian tertinggidi dunia. Angka kematian di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 37%. Salah satupenyebab penyakit kardiovaskular adalah penyakit autoimun. Artritis Reumatoid (RA)adalah penyakit autoimun yang sering menimbulkan komplikasi penyakit kardiovaskuler.Tatalaksana yang tepat pada penyakit RA akan mencegah komplikasi kardiovaskuler.Pembahasan: Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis yang berdampak padapersendian. Inflamasi kronis ini juga menyebabkan efek pada pembuluh darah denganmenyebabkan terbentuknya aterosklerosis. Pada pasien RA, aterosclerosis disebabkanoleh sitokin proinflamasi, seperti IL-6 dan TNF-α, yang mengaktivasi reaksi imun danmenyebabkan terbentuknya plak hingga dapat menyebabkan ruptur. Selain prosesinflamasi, obat antiinflamasi non steroid yang seringkali digunakan untuk mengobati RA,juga dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak 2-3 kali. OAINSmemiliki hubungan dengan apoptosis sel dan memiliki efek kardiotoksik akibat peningkatanROS dan kolesterol yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular. Beberapapenelitian menemukan anti-IL-1β antibodi monoklonal yang disebut Canakinumab. IL-1βadalah mediator inflamasi yang poten. Canakinumab bekerja dengan cara menetralisirsinyal dari IL-1β dan menurunkan inflamasi pada pasien dengan penyakit autoimunsehingga mengurangi kemungkinan pasien terkena penyakit kardiovaskular. Penelitianyang dilakukan untuk mengetahui dosis poten Canakinumab, menemukan bahwa 150 mgCanakinumab selama dua minggu adalah dosis paling poten. Kesimpulan: Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa antibodi monoklonal dapatdigunakan sebagai terapi pilihan pada penderita RA untuk mencegah terjadinya penyakitkardiovaskular terkait dengan RA.","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75047073","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT Background: Long term consumption of Monosodium Glutamate (MSG) in excess isreported induced liver damage. Toxic effect in liver are due to the degeneration andnecrosis of hepatocytes, which also increases lipid peroxidation. Antioxidant in galangal rhizome is expected to repair liver damage caused by free radicals in MSG. Method: This study is an experimental research with Post Test Only Control Group Design. The samples in this study are 25 mice divided into 5 groups which are, negative control (not given any treatment), positive control (given MSG 4 mg/gBW for 14 days), treatment 1 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 14 mg/20 gBW for7 days), treatment 2 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 28 mg/20 gBW for 7 days), and treatment 3 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 56 mg/20 gBW for 7 days). Then surgery was needed for histopathological examination. Results: Based on mean scoring results, the results showed calculation of liver cell degeneration for positive control (11,8), negative control (5,2), treatment 1 (10,6), treatment 2 (8,4), and treatment 3 (7,6). Based on the test results One Way ANOVA, the result showed the value of p=0,001 for liver histopathological appearance of mice. Conclusion: There is an effect of ethanol extract of galangal rhizome to the liver histopathological appearance of male mice.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (ALPINIA GALANGA) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT (MUS MUSCULUS L.) YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMATE","authors":"Theodora Agverianti, Muhartono Muhartono, Khairunisa Berawi","doi":"10.53366/jimki.v7i2.58","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.58","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000Background: Long term consumption of Monosodium Glutamate (MSG) in excess isreported induced liver damage. Toxic effect in liver are due to the degeneration andnecrosis of hepatocytes, which also increases lipid peroxidation. Antioxidant in galangal rhizome is expected to repair liver damage caused by free radicals in MSG. \u0000Method: This study is an experimental research with Post Test Only Control Group Design. The samples in this study are 25 mice divided into 5 groups which are, negative control (not given any treatment), positive control (given MSG 4 mg/gBW for 14 days), treatment 1 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 14 mg/20 gBW for7 days), treatment 2 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 28 mg/20 gBW for 7 days), and treatment 3 (given MSG 4 mg/gBW for 14 days continued with ethanol extract of galangal rhizome 56 mg/20 gBW for 7 days). Then surgery was needed for histopathological examination. \u0000Results: Based on mean scoring results, the results showed calculation of liver cell degeneration for positive control (11,8), negative control (5,2), treatment 1 (10,6), treatment 2 (8,4), and treatment 3 (7,6). Based on the test results One Way ANOVA, the result showed the value of p=0,001 for liver histopathological appearance of mice. \u0000Conclusion: There is an effect of ethanol extract of galangal rhizome to the liver histopathological appearance of male mice.","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87840110","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Urinary tract infection (UTI) is a disease caused by bacteria that attack theurinary tract. Pregnant women are one of the risk factors for the occurrenceof UTI and are at risk of causing premature birth and low birth weight (LBW).This case report describes multigravida women with G3P1A1Ah1 with agestational age of 35 weeks less 2 days with complaints of tightness,frequent urination at night and lower back pain. The patient has a history ofcesarean section at the birth of the first child and the incidence of UTI beforemarriage. Blood pressure: 102/71 mmHg with pulse 90 times / minute. FH29 cm with EFW ± 2790 grams, right back, head presentation, had enteredthe pelvis with a 4/5 decline, His palpitations were not palpable, fetal heartrate was 135x / minute and irregular rhythm. On laboratory examinationshows the results of hemoglobin (Hb) examination of 12.8 g / dL and leukocytes exceed the normal threshold (5000-15000 / mm3). The patient isthen given calcium lactate, iron fumarate to maintain pregnancy andamoxicillin to treat UTI in patients. Patients are also educated to maintainthe cleanliness of genital organs to prevent further infection and advise ifwant to start family plan program, patient can use Intrauterine Device (IUD)as contraception.
尿路感染(UTI)是一种由细菌攻击尿路引起的疾病。孕妇是尿路感染发生的危险因素之一,有导致早产和低出生体重(LBW)的危险。本病例报告描述了孕龄35周不到2天的G3P1A1Ah1型多孕妇女,主诉为紧致、夜间尿频和腰痛。患者有第一胎剖宫产史及婚前尿路感染发生率。血压:102/71 mmHg,脉搏90次/分钟。FH29 cm, EFW±2790 g,右背,头位,进入骨盆,4/5下降,心悸未见,胎心135次/分,节律不规则。实验室检查显示血红蛋白(Hb) 12.8 g / dL,白细胞超过正常阈值(5000-15000 / mm3)。然后给予乳酸钙、富马酸铁维持妊娠,并给予阿莫西林治疗尿路感染。教育患者保持生殖器官的清洁,防止进一步感染,并建议如果想开始计划生育,患者可以使用宫内节育器(IUD)避孕。
{"title":"WANITA USIA 26 TAHUN, MULTIGRAVIDA HAMIL 35 MINGGU DENGAN DIAGNOSIS INFEKSI SALURAN KEMIH","authors":"M. Adnan","doi":"10.53366/jimki.v7i2.51","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.51","url":null,"abstract":"Urinary tract infection (UTI) is a disease caused by bacteria that attack theurinary tract. Pregnant women are one of the risk factors for the occurrenceof UTI and are at risk of causing premature birth and low birth weight (LBW).This case report describes multigravida women with G3P1A1Ah1 with agestational age of 35 weeks less 2 days with complaints of tightness,frequent urination at night and lower back pain. The patient has a history ofcesarean section at the birth of the first child and the incidence of UTI beforemarriage. Blood pressure: 102/71 mmHg with pulse 90 times / minute. FH29 cm with EFW ± 2790 grams, right back, head presentation, had enteredthe pelvis with a 4/5 decline, His palpitations were not palpable, fetal heartrate was 135x / minute and irregular rhythm. On laboratory examinationshows the results of hemoglobin (Hb) examination of 12.8 g / dL and leukocytes exceed the normal threshold (5000-15000 / mm3). The patient isthen given calcium lactate, iron fumarate to maintain pregnancy andamoxicillin to treat UTI in patients. Patients are also educated to maintainthe cleanliness of genital organs to prevent further infection and advise ifwant to start family plan program, patient can use Intrauterine Device (IUD)as contraception.","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"347 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77321497","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Endometriosis didefinisikan adanya mukosa dengan karakteristik seperti endometrium di luar rongga rahim. Dari teori-teori patogen yang sudah ada (menstruasi retrograde, metaplasia coelomic dan sisa-sisa Mullerian), tidak ada yang menjelaskan jenis endometriosis yang berbeda. Endometriosis tergantung pada estrogen, bermanifestasi pada reproduksi selama bertahun-tahun dan menyebabkan nyeri dan infertilitas. Dismenorea, dispareunia, dyschezia, dan disuria adalah gejala yang paling sering ditemukan. Diagnosis standar dilakukan dengan visualisasi langsung dan pemeriksaan histologis lesi. Nyeri dapat diobati dengan mengeluarkan lesi peritoneum, nodul dalam dan kista ovarium, atau menginduksi penekanan lesi dengan menghilangkan ovulasi dan menstruasi melalui manipulasi hormon dengan progestin, kontrasepsi oral dan agonis hormon pelepas gonadotropin. Terapi medis bersifat simtomatik, bukan cytoreductive; operasi dapat dilakukan jika risiko kekambuhan yang tinggi. Meskipun pengangkatan lesi dianggap sebagai prosedur yang dapat meningkatkan kesuburan, manfaat pada kinerja reproduksi juga menjadi moderate. Teknologi reproduksi berbantuan merupakan alternatif yang valid. Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan 50% risiko kanker epitel ovarium, tetapi intervensi preventif layak dilakukan.
{"title":"DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TERBARU ENDOMETRIOSIS","authors":"Salwa Darin Luqyana, Rodiani Moekroni","doi":"10.53366/jimki.v7i2.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.53366/jimki.v7i2.66","url":null,"abstract":"Endometriosis didefinisikan adanya mukosa dengan karakteristik seperti endometrium di luar rongga rahim. Dari teori-teori patogen yang sudah ada (menstruasi retrograde, metaplasia coelomic dan sisa-sisa Mullerian), tidak ada yang menjelaskan jenis endometriosis yang berbeda. Endometriosis tergantung pada estrogen, bermanifestasi pada reproduksi selama bertahun-tahun dan menyebabkan nyeri dan infertilitas. Dismenorea, dispareunia, dyschezia, dan disuria adalah gejala yang paling sering ditemukan. Diagnosis standar dilakukan dengan visualisasi langsung dan pemeriksaan histologis lesi. Nyeri dapat diobati dengan mengeluarkan lesi peritoneum, nodul dalam dan kista ovarium, atau menginduksi penekanan lesi dengan menghilangkan ovulasi dan menstruasi melalui manipulasi hormon dengan progestin, kontrasepsi oral dan agonis hormon pelepas gonadotropin. Terapi medis bersifat simtomatik, bukan cytoreductive; operasi dapat dilakukan jika risiko kekambuhan yang tinggi. Meskipun pengangkatan lesi dianggap sebagai prosedur yang dapat meningkatkan kesuburan, manfaat pada kinerja reproduksi juga menjadi moderate. Teknologi reproduksi berbantuan merupakan alternatif yang valid. Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan 50% risiko kanker epitel ovarium, tetapi intervensi preventif layak dilakukan. ","PeriodicalId":14697,"journal":{"name":"JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia","volume":"117 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79858138","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}