Sediaan tablet effervescent menjadi alternatif pilihan untuk menghantarkan bahan aktif obat baik sintesis maupun yang berasal dari bahan alam agar memberikan efek terapi farmasetika maupun minuman bernutrisi di bidang pangan. Bentuk sediaan ini lebih disukai karena praktis, cepat larut dalam air dan rasa menyegarkan sehingga lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet konvensional. Kecepatan dan jumlah bahan aktif yang dapat diabsorbsi dipengaruhi oleh waktu larut tablet dalam medianya. Waktu larut tablet effervescent dipengaruhi oleh konsentrasi keseimbangan sumber basa dan asam, konsentrasi bahan pengikat (PVP), interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat, konsentrasi sumber basa, kondisi kadar air di sekitar tablet, variasi bahan pelicin. Konsentrasi sumber asam mempengaruhi waktu larut tetapi ketidakseimbangan konsentrasi sumber asam dapat mengurangi efek kesegaran. Sehingga perlu optimalisasi sumber asam dan basa agar menghasilkan sediaan tablet effervescent dengan waktu larut yang baik dan memberikan rasa menyegarkan yang sesuai. Kata kunci: Tablet effervescent; waktu larut; rasa menyegarkan
{"title":"Review Waktu Larut Mempengaruhi Kualitas Tablet Effervescent Sediaan Herbal","authors":"Reynelda Juliani Sagala, Putri Rachmawati, Pretty Falena Atmanda Kambira","doi":"10.35617/jfionline.v13i2.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i2.44","url":null,"abstract":"Sediaan tablet effervescent menjadi alternatif pilihan untuk menghantarkan bahan aktif obat baik sintesis maupun yang berasal dari bahan alam agar memberikan efek terapi farmasetika maupun minuman bernutrisi di bidang pangan. Bentuk sediaan ini lebih disukai karena praktis, cepat larut dalam air dan rasa menyegarkan sehingga lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan bentuk sediaan tablet konvensional. Kecepatan dan jumlah bahan aktif yang dapat diabsorbsi dipengaruhi oleh waktu larut tablet dalam medianya. Waktu larut tablet effervescent dipengaruhi oleh konsentrasi keseimbangan sumber basa dan asam, konsentrasi bahan pengikat (PVP), interaksi antara asam sitrat dan asam tartrat, konsentrasi sumber basa, kondisi kadar air di sekitar tablet, variasi bahan pelicin. Konsentrasi sumber asam mempengaruhi waktu larut tetapi ketidakseimbangan konsentrasi sumber asam dapat mengurangi efek kesegaran. Sehingga perlu optimalisasi sumber asam dan basa agar menghasilkan sediaan tablet effervescent dengan waktu larut yang baik dan memberikan rasa menyegarkan yang sesuai. \u0000 \u0000Kata kunci: Tablet effervescent; waktu larut; rasa menyegarkan","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121480761","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i2.64
Delly Ramadon, Rosalina Mesusi Septiani, Salsabila Nursyifa Putri, A. Mun'im
Biji kopi hijau (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) mengandung senyawa kafein dan asam klorogenat yang bermanfaat bagi kesehatan. Dua kandungan utama tersebut dapat diekstraksi menggunakan pelarut Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) yang dikombinasi dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) yang bersifat ramah lingkungan. NADES dapat digunakan untuk mengekstraksi biji kopi hijau, namun pelarutnya tidak dapat diuapkan sehingga hasil akhir yang didapatkan berupa ekstrak cair. Ekstrak cair selama penyimpanan rentan mengalami oksidasi dan pertumbuhan bakteri sehingga dapat mengganggu stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pada penelitian ini, dilakukan penambahan butil hidroksi toluen (BHT) sebagai antioksidan sintetik dan kombinasi metil paraben-propil paraben sebagai pengawet untuk mengetahui pengaruhnya terhadap stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi ekstrak cair NADES biji kopi hijau, serta untuk mengetahui suhu penyimpanan yang paling optimal. Konsentrasi BHT yang ditambahkan pada penelitian ini adalah 10, 20, dan 30 ppm. Konsentrasi kombinasi metil paraben:propil paraben yang ditambahkan adalah 110:55 ppm, 100:50 ppm, dan 90:45 ppm. Masing-masing ekstrak disimpan pada suhu penyimpanan -20°C ± 5°C, 5°C ± 3°C, dan 30°C ± 2°C selama 54 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak cair yang ditambahkan BHT konsentrasi 30 ppm dan kombinasi pengawet konsentrasi 110:55 ppm serta disimpan pada suhu penyimpanan -20°C ± 5°C memiliki stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi paling optimal. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan BHT dan kombinasi pengawet dapat meningkatkan stabilitas ekstrak NADES biji kopi hijau.
绿色咖啡豆(Coffea canephora Pierre ex . Froehner)含有咖啡因和对健康有益的盐酸化合物。这两种主要成分都可以用天然深度优化溶剂(nads)来提取,这两种溶剂结合了对环境友好的极端帮助方法。拿德斯可以用来提取绿色咖啡豆,但她的胃无法净化,因此最终只能提取液体。在贮存过程中,液体提取物很容易受到氧化和细菌生长的影响,从而损害物理、化学和微生物的稳定性。在这项研究中,将多路碳氢化合物(BHT)添加为抗氧化剂和甲基-苯酚-苯酚混合物,以防止其对绿色咖啡豆提取物的物理、化学和微生物稳定的影响,并确定最理想的储存温度。这项研究增加的BHT浓度为10、20和30 ppm。甲基帕拉本结合浓度:加重的苯酚为110:55 ppm, 100:50 ppm, 90:45 ppm。各自提取存储温度在- 20°C±5°C, 5°C±3°C, 30°C±2°C 54天。BHT的研究结果表明,液体提取物添加产物浓度30 mtc和防腐剂浓度组合110:55 mtc和存储温度在- 20°C±5°C有最佳的物理、化学和微生物最稳定。这表明加入BHT和防腐剂可以增加绿咖啡豆提取物的稳定性。
{"title":"Pengaruh Antioksidan dan Kombinasi Pengawet terhadap Stabilitas Ekstrak Cair NADES Biji Kopi Hijau","authors":"Delly Ramadon, Rosalina Mesusi Septiani, Salsabila Nursyifa Putri, A. Mun'im","doi":"10.35617/jfionline.v13i2.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i2.64","url":null,"abstract":"Biji kopi hijau (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) mengandung senyawa kafein dan asam klorogenat yang bermanfaat bagi kesehatan. Dua kandungan utama tersebut dapat diekstraksi menggunakan pelarut Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) yang dikombinasi dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) yang bersifat ramah lingkungan. NADES dapat digunakan untuk mengekstraksi biji kopi hijau, namun pelarutnya tidak dapat diuapkan sehingga hasil akhir yang didapatkan berupa ekstrak cair. Ekstrak cair selama penyimpanan rentan mengalami oksidasi dan pertumbuhan bakteri sehingga dapat mengganggu stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Pada penelitian ini, dilakukan penambahan butil hidroksi toluen (BHT) sebagai antioksidan sintetik dan kombinasi metil paraben-propil paraben sebagai pengawet untuk mengetahui pengaruhnya terhadap stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi ekstrak cair NADES biji kopi hijau, serta untuk mengetahui suhu penyimpanan yang paling optimal. Konsentrasi BHT yang ditambahkan pada penelitian ini adalah 10, 20, dan 30 ppm. Konsentrasi kombinasi metil paraben:propil paraben yang ditambahkan adalah 110:55 ppm, 100:50 ppm, dan 90:45 ppm. Masing-masing ekstrak disimpan pada suhu penyimpanan -20°C ± 5°C, 5°C ± 3°C, dan 30°C ± 2°C selama 54 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak cair yang ditambahkan BHT konsentrasi 30 ppm dan kombinasi pengawet konsentrasi 110:55 ppm serta disimpan pada suhu penyimpanan -20°C ± 5°C memiliki stabilitas fisik, kimia, dan mikrobiologi paling optimal. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan BHT dan kombinasi pengawet dapat meningkatkan stabilitas ekstrak NADES biji kopi hijau.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126112133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.115
Sutriyo, Sharon Hanandi, K. Putri, O. Poetri, Syifa Annisa, Ratika Rahmasari
According to Global Burden of Disease reported on 2019, about 1.53 million deaths caused by infectious diseases such as pneumonia and diarrhea. Triclosan is one of the active ingredient commonly used in antibacterial soap as one way to prevent the spread of infectious disease.. However, bacteria resistance against triclosan has been reported. Silver nanoparticles (AgNP) is an alternative antibacterial that potential to be used in liquid hand wash. However AgNp tend to aggregate during storage, thus stabilizer is needed This study aims to synthesize AgNP, formulate the liquid hand wash contain AgNP with polyvinil alcohol as stabilizer, and evaluate its effectiveness against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Salmonella thypi. AgNP was prepared using the chemical reduction method between silver nitrate and sodium borohydride, followed by its characterization using UV-Vis spectrophotometer, TEM, PSA, and AAS. The physical characteristic of AgNp-liquid hand wash were also evaluated. Further, the antibacterial activity of AgNP-handwash was evaluated by phenol coefficient method. The peak of UV absorption spectrum of colloidal was found at 404.2 nm indicated the presence of AgNP. Ag content in AgNP colloidal was 38.405 mg/Kg ± 0,008. The spherical shape of AgNP was observed. The AgNP size was 65.1 nm with polydispersity index value of 0.543, and zeta potential value was -22.25 mV. The obtained AgNP-hand wash met the Indonesian standard criteria and was stable for 28 days. The best phenol coefficient value was obtained at formulation with addition of 30% AgNP (0.1 for S. typhi, 0.4 for E. coli, and 0.01 for S. aureus).
{"title":"Formulation of Silver Nanoparticles Liquid Hand Wash with Polyvinyl Alcohol as Stabilizer","authors":"Sutriyo, Sharon Hanandi, K. Putri, O. Poetri, Syifa Annisa, Ratika Rahmasari","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.115","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.115","url":null,"abstract":"According to Global Burden of Disease reported on 2019, about 1.53 million deaths caused by infectious diseases such as pneumonia and diarrhea. Triclosan is one of the active ingredient commonly used in antibacterial soap as one way to prevent the spread of infectious disease.. However, bacteria resistance against triclosan has been reported. Silver nanoparticles (AgNP) is an alternative antibacterial that potential to be used in liquid hand wash. However AgNp tend to aggregate during storage, thus stabilizer is needed This study aims to synthesize AgNP, formulate the liquid hand wash contain AgNP with polyvinil alcohol as stabilizer, and evaluate its effectiveness against Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and Salmonella thypi. AgNP was prepared using the chemical reduction method between silver nitrate and sodium borohydride, followed by its characterization using UV-Vis spectrophotometer, TEM, PSA, and AAS. The physical characteristic of AgNp-liquid hand wash were also evaluated. Further, the antibacterial activity of AgNP-handwash was evaluated by phenol coefficient method. The peak of UV absorption spectrum of colloidal was found at 404.2 nm indicated the presence of AgNP. Ag content in AgNP colloidal was 38.405 mg/Kg ± 0,008. The spherical shape of AgNP was observed. The AgNP size was 65.1 nm with polydispersity index value of 0.543, and zeta potential value was -22.25 mV. The obtained AgNP-hand wash met the Indonesian standard criteria and was stable for 28 days. The best phenol coefficient value was obtained at formulation with addition of 30% AgNP (0.1 for S. typhi, 0.4 for E. coli, and 0.01 for S. aureus).","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129224326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Knowledge and adherence to taking medication in patients with hypertension is very important because knowing and adhering in taking antihypertensive drugs can control the blood pressure of people with hypertension. The purpose of this study was to determine the effect of giving flyers on knowledge and adherence to taking medication for hypertensive patients. The method used in this research is a quasi-experimental method, with a non-randomized control group pretest and posttest design which was carried out on 96 respondents with purposive sampling technique. Collecting data for knowledge using the knowledge questionnaire, and adherence using the MMAS-8 scale. Data were analyzed using Wilcoxon test and Mann-Whitney test. The results of the study on hypertensive patients showed that giving flyers had a significant effect on knowledge with a p value = 0.000 and on patient adherence with a p value = 0.000.
{"title":"Effect of Flyers on Knowledge and Adherence to Medication of Hypertensive Patients","authors":"Husnawati, Reni Zulfitri, Fina Aryani, Septi Muharni, Fitra Ramadhan","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.111","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.111","url":null,"abstract":"Knowledge and adherence to taking medication in patients with hypertension is very important because knowing and adhering in taking antihypertensive drugs can control the blood pressure of people with hypertension. The purpose of this study was to determine the effect of giving flyers on knowledge and adherence to taking medication for hypertensive patients. The method used in this research is a quasi-experimental method, with a non-randomized control group pretest and posttest design which was carried out on 96 respondents with purposive sampling technique. Collecting data for knowledge using the knowledge questionnaire, and adherence using the MMAS-8 scale. Data were analyzed using Wilcoxon test and Mann-Whitney test. The results of the study on hypertensive patients showed that giving flyers had a significant effect on knowledge with a p value = 0.000 and on patient adherence with a p value = 0.000.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124945515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.45
Putri Rachmawati, Reynelda Juliani Sagala, P. Kambira
The Indonesian government recommended sunbathing for 15 to 30 minutes in the morning to deal with the Covid-19 pandemic. Exposure to sunlight will activate the formation of vitamin D, which the body needs for defense against Covid-19 infection. However, excessive sun exposure will cause skin problems, including psoriasis, sarcoidosis, sunburn to skin cancer. One of the protections against sun exposure is the use of sunscreen. Sunscreen protects the skin from UV exposure by two mechanisms, namely, absorbing UV rays or reflecting UV rays. Sunscreen has various dosage forms that are tailored to the needs of consumers. Several dosage forms are preferred because they are easy to use and can be used in groups of children. Sunscreen protection is stated using a photoprotector claim in the form of an SPF value or other claims that support the function of sunscreen. Although SPF has been used worldwide, there are several standard claims for the effectiveness of sunscreens in several countries, such as the broad spectrum and UVA-PA (PA+ to PA++++) claims.
{"title":"A LITERATURE REVIEW OF HERBAL SUNSCREEN’S DOSAGE FORM AND SPF VALUE CLAIM","authors":"Putri Rachmawati, Reynelda Juliani Sagala, P. Kambira","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.45","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.45","url":null,"abstract":"The Indonesian government recommended sunbathing for 15 to 30 minutes in the morning to deal with the Covid-19 pandemic. Exposure to sunlight will activate the formation of vitamin D, which the body needs for defense against Covid-19 infection. However, excessive sun exposure will cause skin problems, including psoriasis, sarcoidosis, sunburn to skin cancer. One of the protections against sun exposure is the use of sunscreen. Sunscreen protects the skin from UV exposure by two mechanisms, namely, absorbing UV rays or reflecting UV rays. Sunscreen has various dosage forms that are tailored to the needs of consumers. Several dosage forms are preferred because they are easy to use and can be used in groups of children. Sunscreen protection is stated using a photoprotector claim in the form of an SPF value or other claims that support the function of sunscreen. Although SPF has been used worldwide, there are several standard claims for the effectiveness of sunscreens in several countries, such as the broad spectrum and UVA-PA (PA+ to PA++++) claims.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124166776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.65
Tiya Fitriani, Siti Nashihah
Saat ini telah banyak sediaan antijerawat yang beredar di pasaran namun tidak sedikit dari obat-obat tersebut memberikan efek samping pada pemakainya. Perlunya alternatif dari alam yang dapat berperan sebagai antibakteri dalam pengobatan jerawat yang memiliki resiko efek samping yang lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun Rambai terhadap bakteri penyebab jerawat Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Ekstraksi dilakukan dengan metode UAE dan diperoleh randemen 9,21%. Skrining fitokimia diperoleh hasil positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid, tanin, saponin dan fenol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi sumuran dengan 4 konsentrasi berbeda yaitu 15%, 25%, 50% dan 75% dengan kontrol positif klindamisin 0,03% dan kontrol negatif DMSO 1%. Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes diperoleh diameter zona hambat berturut-turut 3,3 mm; 4,43 mm; 6,48 mm; dan 8,45 mm, sedangkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis berturut-turut 11,08 mm; 12,27 mm; 15,38 mm; dan 16,78 mm. Hasil uji statistik One Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang menandakan perlakuan tiap kelompok berbeda secara signifikan.
{"title":"UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBAI (Sonneratia Caseolaris (L) Engl) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes DAN Staphylococcus epidermidis","authors":"Tiya Fitriani, Siti Nashihah","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.65","url":null,"abstract":"Saat ini telah banyak sediaan antijerawat yang beredar di pasaran namun tidak sedikit dari obat-obat tersebut memberikan efek samping pada pemakainya. Perlunya alternatif dari alam yang dapat berperan sebagai antibakteri dalam pengobatan jerawat yang memiliki resiko efek samping yang lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun Rambai terhadap bakteri penyebab jerawat Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Ekstraksi dilakukan dengan metode UAE dan diperoleh randemen 9,21%. Skrining fitokimia diperoleh hasil positif mengandung senyawa flavonoid, triterpenoid, tanin, saponin dan fenol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi sumuran dengan 4 konsentrasi berbeda yaitu 15%, 25%, 50% dan 75% dengan kontrol positif klindamisin 0,03% dan kontrol negatif DMSO 1%. Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes diperoleh diameter zona hambat berturut-turut 3,3 mm; 4,43 mm; 6,48 mm; dan 8,45 mm, sedangkan pada bakteri Staphylococcus epidermidis berturut-turut 11,08 mm; 12,27 mm; 15,38 mm; dan 16,78 mm. Hasil uji statistik One Way ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang menandakan perlakuan tiap kelompok berbeda secara signifikan.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133694547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.54
Nathasya Angelia Satya, D. C. Pradana, Abdul Kolib, Citra Ayu Aprilia
Caesalpinia sappan L. is a plant in the Fabaceae family and has long been used as a medicinal plant. Caesalpinia sappan L. wood contains active compounds in brazilin, flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and terpenoids, which have antioxidant, anti-inflammatory, antibacterial, antiviral, and anticancer properties. The purpose of this study was to find out the lethal concentration (LC50) in the aqueous extract of Caesalpinia sappan L. wood using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). LC50 is the concentration value of the compound that causes up to 50% death in Artemia salina Leach. This study used four concentration treatments of 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm, and 50 ppm, and negative control repeated three times. Each concentration and the control negative used 10 Artemia salina Leach larvae. The larval mortality was observed after 24 hours of treatment. An LC50 value of 322.54 ppm indicates an aqueous extract of Caesalpinia sappan L. Therefore, it was moderately toxic in this category.
{"title":"Brine shrimp lethality test on aqueous extract of Caesalpinia Sappan L.","authors":"Nathasya Angelia Satya, D. C. Pradana, Abdul Kolib, Citra Ayu Aprilia","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.54","url":null,"abstract":"Caesalpinia sappan L. is a plant in the Fabaceae family and has long been used as a medicinal plant. Caesalpinia sappan L. wood contains active compounds in brazilin, flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and terpenoids, which have antioxidant, anti-inflammatory, antibacterial, antiviral, and anticancer properties. The purpose of this study was to find out the lethal concentration (LC50) in the aqueous extract of Caesalpinia sappan L. wood using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). LC50 is the concentration value of the compound that causes up to 50% death in Artemia salina Leach. This study used four concentration treatments of 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm, and 50 ppm, and negative control repeated three times. Each concentration and the control negative used 10 Artemia salina Leach larvae. The larval mortality was observed after 24 hours of treatment. An LC50 value of 322.54 ppm indicates an aqueous extract of Caesalpinia sappan L. Therefore, it was moderately toxic in this category.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123745678","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.119
R. Utami, Ikhsan Mauludi Alpasiri, Haiyul Fadhli, Ihsan Ikhtiarudin, Enda Mora, Mustika Furi
Kulit batang tuntun angin (Elaeocarpus floribundus Blume) secara tradisional digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya demam, radang gusi dan rematik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang tumbuhan ini mengandung kadar fenolik total yang signifikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid total dan memberikan gambaran awal potensi aktivitas tabir surya ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol kulit batang tuntun angin. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat. Penentuan kuantitatif kadar flavonoid total dinyatakan sebagai mg Quercetin Equivalent (QE)/gram ekstrak pada panjang gelombang 430 nm menggunakan alat microplate reader. Pengujian aktivitas tabir surya secara in vitro dilakukan melalui penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol mengandung kadar flavonoid total berturut-turut sebesar 9; 15,81 dan 15,56 mgQE/g ekstrak. Ekstrak etilasetat menunjukkan aktivitas tabir surya yang paling baik (proteksi ultra) dibandingkan ekstrak lainnya dengan nilai SPF 44,626; 40,687; 33,710 dan 23,607 untuk masing-masing konsentrasi uji 1000; 800; 600 dan 400 μg/mL. Namun aktivitas ini belum sebaik aktivitas senyawa pembanding benzophenone-3 pada konsentrasi 50 μg/mL dengan nilai SPF 22,646 dengan kategori proteksi ultra.
{"title":"Kadar Flavonoid Total dan Uji In Vitro Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Kulit Batang Tuntun Angin (Elaeocarpus floribundus Blume)","authors":"R. Utami, Ikhsan Mauludi Alpasiri, Haiyul Fadhli, Ihsan Ikhtiarudin, Enda Mora, Mustika Furi","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.119","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.119","url":null,"abstract":"Kulit batang tuntun angin (Elaeocarpus floribundus Blume) secara tradisional digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya demam, radang gusi dan rematik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak kulit batang tumbuhan ini mengandung kadar fenolik total yang signifikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid total dan memberikan gambaran awal potensi aktivitas tabir surya ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol kulit batang tuntun angin. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat. Penentuan kuantitatif kadar flavonoid total dinyatakan sebagai mg Quercetin Equivalent (QE)/gram ekstrak pada panjang gelombang 430 nm menggunakan alat microplate reader. Pengujian aktivitas tabir surya secara in vitro dilakukan melalui penentuan nilai Sun Protection Factor (SPF) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol mengandung kadar flavonoid total berturut-turut sebesar 9; 15,81 dan 15,56 mgQE/g ekstrak. Ekstrak etilasetat menunjukkan aktivitas tabir surya yang paling baik (proteksi ultra) dibandingkan ekstrak lainnya dengan nilai SPF 44,626; 40,687; 33,710 dan 23,607 untuk masing-masing konsentrasi uji 1000; 800; 600 dan 400 μg/mL. Namun aktivitas ini belum sebaik aktivitas senyawa pembanding benzophenone-3 pada konsentrasi 50 μg/mL dengan nilai SPF 22,646 dengan kategori proteksi ultra.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131510501","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.24
A. Anggriani, Fita Rahmawati, Izyan A. Wahab
Pasien lanjut usia atau geriatri rentan terhadap berbagai masalah klinis yang timbul akibat proses degeneratif dan berpengaruh dalam menjalankan kegiatan pribadi sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain yang disebut caregiver. Seorang caregiver, selain membantu kegiatan pribadi pasien geriatri, juga berperan penuh dalam proses penyembuhan pasien. Hal ini dapat mengakibatkan caregiver akan memiliki beban mental yang harus diperhatikan agar proses caregiving pada pasien lanjut usia dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aspek penguasaan emosional individu caregiver serta menelaah perannya dalam proses pengobatan pasien geriatri, terutama pada kepatuhan penggunaan obat. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang melibatkan 131 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap caregiver pasien usia lanjut yang mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas daerah Sulawesi Selatan. Instrumen kuesioner Pearlin Mastery Score digunakan untuk mengukur penguasaan emosional individu caregiver, dan pill count method untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien. Analisis data menggunakan statistik deskriptif terkait data demografi pasien dan caregiver serta Spearman-rho untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan angka koefisien korelasi sebesar 0,417** yaitu tingkat hubungan antara variabel penguasaan emosional caregiver terhadap tingkat kepatuhan pasien geriatri adalah sebesar 0,417 atau korelasi sedang dengan hubungan antar variabel searah dan bernilai signifikan (p<0,05). Semakin tinggi tingkat penguasaan emosional caregiver maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien geriatri. Kata kunci: Geriatri, Caregiver, Preventive Health Behaviour, Kepatuhan Penggunaan Obat
{"title":"Preventive Health Behaviors Pada Caregiver Pasien Lansia Dan Hubungannya Dengan Kepatuhan Pengobatan Di Sulawesi Selatan","authors":"A. Anggriani, Fita Rahmawati, Izyan A. Wahab","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.24","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.24","url":null,"abstract":"Pasien lanjut usia atau geriatri rentan terhadap berbagai masalah klinis yang timbul akibat proses degeneratif dan berpengaruh dalam menjalankan kegiatan pribadi sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain yang disebut caregiver. Seorang caregiver, selain membantu kegiatan pribadi pasien geriatri, juga berperan penuh dalam proses penyembuhan pasien. Hal ini dapat mengakibatkan caregiver akan memiliki beban mental yang harus diperhatikan agar proses caregiving pada pasien lanjut usia dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aspek penguasaan emosional individu caregiver serta menelaah perannya dalam proses pengobatan pasien geriatri, terutama pada kepatuhan penggunaan obat. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang melibatkan 131 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap caregiver pasien usia lanjut yang mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas daerah Sulawesi Selatan. Instrumen kuesioner Pearlin Mastery Score digunakan untuk mengukur penguasaan emosional individu caregiver, dan pill count method untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien. Analisis data menggunakan statistik deskriptif terkait data demografi pasien dan caregiver serta Spearman-rho untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis menunjukkan angka koefisien korelasi sebesar 0,417** yaitu tingkat hubungan antara variabel penguasaan emosional caregiver terhadap tingkat kepatuhan pasien geriatri adalah sebesar 0,417 atau korelasi sedang dengan hubungan antar variabel searah dan bernilai signifikan (p<0,05). Semakin tinggi tingkat penguasaan emosional caregiver maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien geriatri. \u0000Kata kunci: Geriatri, Caregiver, Preventive Health Behaviour, Kepatuhan Penggunaan Obat \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129699435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v13i1.9
E. D. Utami, Ika Puspitasari, Rizka Humardewayanti Asdie, Endang Lukitaningsih, Andaru Dahesihdewi
Latar belakang: Amikasin digunakan untuk infeksi serius gram negatif resisten gentamisin dan tobramisin. Insidensi nefrotoksisitasnya 3-13%, >90% diekskresikan tidak berubah melalui ginjal dan akumulasi dapat terjadi pada disfungsi ginjal. Tujuan: Mengetahui profil penggunaan amikasin pada pasien dewasa berdasarkan fungsi ginjalnya serta hubungan fungsi ginjal terhadap kondisi keluar RS dan length of stay. Metode: Penelitian cross-sectional secara retrospektif dengan pengambilan data RM pasien ≥18tahun rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2020 yang diterapi amikasin (total sampling). Karakteristik dan profil penggunaan dianalisis deskriptif. Uji Chi-Square untuk mengetahui perbedaan proporsinya pada pasien ginjal normal dibandingkan gangguan ginjal, serta hubungan fungsi ginjal dengan kondisi KRS dan LOS. Hasil: Dari 78 subyek, mayoritas fungsi ginjalnya normal, kondisi KRS tidak membaik, dan LOS 4-63 hari. Mayoritas dari 98 regimen amikasin merupakan terapi empiris, kombinasi antibiotik, rute IV-infus, untuk indikasi sepsis/syok-sepsis+pneumonia; median dosis 14,3mg/kgBB/hari, interval 12jam, dan durasi 5hari. Hasil Chi-Square menunjukkan proporsi CrCl, jenis infeksi, komorbid, interval dan durasi amikasin berbeda signifikan (p<0,05) antara pasien ginjal normal dan gangguan ginjal. Terdapat hubungan signifikan antara fungsi ginjal dengan kondisi KRS (p=0,003, OR=4,58), namun tidak dengan LOS. Kesimpulan : Fungsi ginjal berasosiasi positif dengan kondisi KRS pasien. Perlu penelitian lanjutan untuk mengevaluasi pendosisan amikasin berdasarkan fungsi ginjal.
{"title":"Amikasin: Profil Penggunaan pada Pasien Dewasa Rawat Inap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta berdasarkan Fungsi Ginjal","authors":"E. D. Utami, Ika Puspitasari, Rizka Humardewayanti Asdie, Endang Lukitaningsih, Andaru Dahesihdewi","doi":"10.35617/jfionline.v13i1.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v13i1.9","url":null,"abstract":"Latar belakang: Amikasin digunakan untuk infeksi serius gram negatif resisten gentamisin dan tobramisin. Insidensi nefrotoksisitasnya 3-13%, >90% diekskresikan tidak berubah melalui ginjal dan akumulasi dapat terjadi pada disfungsi ginjal. \u0000Tujuan: Mengetahui profil penggunaan amikasin pada pasien dewasa berdasarkan fungsi ginjalnya serta hubungan fungsi ginjal terhadap kondisi keluar RS dan length of stay. \u0000Metode: Penelitian cross-sectional secara retrospektif dengan pengambilan data RM pasien ≥18tahun rawat inap di RSUP Dr. Sardjito tahun 2020 yang diterapi amikasin (total sampling). Karakteristik dan profil penggunaan dianalisis deskriptif. Uji Chi-Square untuk mengetahui perbedaan proporsinya pada pasien ginjal normal dibandingkan gangguan ginjal, serta hubungan fungsi ginjal dengan kondisi KRS dan LOS. \u0000Hasil: Dari 78 subyek, mayoritas fungsi ginjalnya normal, kondisi KRS tidak membaik, dan LOS 4-63 hari. Mayoritas dari 98 regimen amikasin merupakan terapi empiris, kombinasi antibiotik, rute IV-infus, untuk indikasi sepsis/syok-sepsis+pneumonia; median dosis 14,3mg/kgBB/hari, interval 12jam, dan durasi 5hari. Hasil Chi-Square menunjukkan proporsi CrCl, jenis infeksi, komorbid, interval dan durasi amikasin berbeda signifikan (p<0,05) antara pasien ginjal normal dan gangguan ginjal. Terdapat hubungan signifikan antara fungsi ginjal dengan kondisi KRS (p=0,003, OR=4,58), namun tidak dengan LOS. \u0000Kesimpulan : Fungsi ginjal berasosiasi positif dengan kondisi KRS pasien. Perlu penelitian lanjutan untuk mengevaluasi pendosisan amikasin berdasarkan fungsi ginjal.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129528857","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}