Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.11
Diana Laila Ramatillah, Dwi Yunisa Dinli, Mairo Hamid Ipadeola, Rabima Rabima, Ida Paulina, Ahmad Rofii
ABSTRAK Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya yang secara signifikan mengalami kelainan (mental-intelektual, fisik, sosial dan emosi). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan yang diterima anak-anak berkebutuhan khusus di Sumatera Selatan. Ini adalah survei cross-sectional yang dilakukan dikalangan siswa/siswi di SLB Sumatera Selatan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Dari hasil penelitian ini diketahui, laki-laki 53 orang dan perempuan 43 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengobatan yang diterima oleh anak berkebutuhan khusus yaitu DHA (Omega-3) + Vitamin B Complex sebanyak 20 orang (37%) sebesar 20% dipengaruhi oleh sebagian besar yang mengkonsumsi pengobatan pada usia 11-15 tahun. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengobatan dengan tingkat kecerdasan yang ditandai dengan p-value 0.02, yang menunjukan bahwa sebanyak 7 orang (7%) baik dan sedang sebanyak 89 orang (93%). Diketahui juga, ada hubungan yang signifikan antara penyakit penyerta dengan pengobatan ditandai dengan p-value (P < 0.001), dimana diketahui epilepsy sebanyak 35 orang (37%), dan tidak memiliki penyakit penyerta sebanyak 61 orang (63%). DHA (Omega-3) adalah suplemen yang paling banyak diberikan kepada siswa/siswi berkebutuhan khusus pada usia 11-15, dan hanya sedikit siswa yang menerima Dapakote (Divalproex Sodium) dan multivitamin termasuk Vitamin A, B kompleks dan Vitamin C dengan rata-rata tingkat kecerdasan sedang. Hal ini dipengaruhi oleh penyakit penyerta seperti epilepsy. Kata kunci: ABK; Pengobatan; Perkembangan; Variabel Demografi
{"title":"Evaluasi Pengobatan Yang Diterima Anak Berkebutuhan Khusus Di Sumatera Selatan, Indonesia","authors":"Diana Laila Ramatillah, Dwi Yunisa Dinli, Mairo Hamid Ipadeola, Rabima Rabima, Ida Paulina, Ahmad Rofii","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.11","url":null,"abstract":"ABSTRAK \u0000Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya yang secara signifikan mengalami kelainan (mental-intelektual, fisik, sosial dan emosi). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan yang diterima anak-anak berkebutuhan khusus di Sumatera Selatan. Ini adalah survei cross-sectional yang dilakukan dikalangan siswa/siswi di SLB Sumatera Selatan dengan menggunakan kuesioner yang dikelola sendiri. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan convenience sampling. Dari hasil penelitian ini diketahui, laki-laki 53 orang dan perempuan 43 orang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengobatan yang diterima oleh anak berkebutuhan khusus yaitu DHA (Omega-3) + Vitamin B Complex sebanyak 20 orang (37%) sebesar 20% dipengaruhi oleh sebagian besar yang mengkonsumsi pengobatan pada usia 11-15 tahun. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengobatan dengan tingkat kecerdasan yang ditandai dengan p-value 0.02, yang menunjukan bahwa sebanyak 7 orang (7%) baik dan sedang sebanyak 89 orang (93%). Diketahui juga, ada hubungan yang signifikan antara penyakit penyerta dengan pengobatan ditandai dengan p-value (P < 0.001), dimana diketahui epilepsy sebanyak 35 orang (37%), dan tidak memiliki penyakit penyerta sebanyak 61 orang (63%). DHA (Omega-3) adalah suplemen yang paling banyak diberikan kepada siswa/siswi berkebutuhan khusus pada usia 11-15, dan hanya sedikit siswa yang menerima Dapakote (Divalproex Sodium) dan multivitamin termasuk Vitamin A, B kompleks dan Vitamin C dengan rata-rata tingkat kecerdasan sedang. Hal ini dipengaruhi oleh penyakit penyerta seperti epilepsy. \u0000 \u0000Kata kunci: ABK; Pengobatan; Perkembangan; Variabel Demografi","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"103 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117296475","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.59
Stefanus Lukas, Diana Laila Ramatillah, Yufri Aldi, Fatma Sri Wahyuni, Fransisca Gloria, Michael, Agung Wahyudi, Lita Tri Astari
Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang memiliki bentuk dan perilaku menyerupai virus SARS. Persentase angka kematian nasional adalah 4,23, yang berada di atas angka kematian rata-rata nasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kematian pasien Covid-19 di RS Pemerintah Bengkulu.Dengan tujuan Mengetahui hubungan sosiodemografi dengan luaran klinis pasien COVID-19 di Bengkulu.dengan metode Penelitian kohort retrospektif dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya melibatkan pasien terkonfirmasi COVID-19, dengan total sampel 127 pasien yang dirawat di rumah sakit selama April, Mei, dan Juni 2021.Dan mendapatkan hasil Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pemerintah Bengkulu antara April dan Juni 2021 menggunakan azitromisin atau levofloxacin + oseltamivir + vitamin sebagai pengobatan. Hasil dari infeksi covid-19 memiliki beberapa faktor korelasi yang signifikan: usia (0,0001), pekerjaan (0,0001) dan penyakit penyerta (0,0001). Kesimpulan Outcome klinis terburuk paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita Diabetes dan berusia lebih dari 50 tahun.
{"title":"Hubungan Sosiodemografi dengan Hasil Klinis Pasien Covid-19 di RSUD Bengkulu","authors":"Stefanus Lukas, Diana Laila Ramatillah, Yufri Aldi, Fatma Sri Wahyuni, Fransisca Gloria, Michael, Agung Wahyudi, Lita Tri Astari","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.59","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.59","url":null,"abstract":"Coronavirus disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang memiliki bentuk dan perilaku menyerupai virus SARS. Persentase angka kematian nasional adalah 4,23, yang berada di atas angka kematian rata-rata nasional. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kematian pasien Covid-19 di RS Pemerintah Bengkulu.Dengan tujuan Mengetahui hubungan sosiodemografi dengan luaran klinis pasien COVID-19 di Bengkulu.dengan metode Penelitian kohort retrospektif dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya melibatkan pasien terkonfirmasi COVID-19, dengan total sampel 127 pasien yang dirawat di rumah sakit selama April, Mei, dan Juni 2021.Dan mendapatkan hasil Semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Pemerintah Bengkulu antara April dan Juni 2021 menggunakan azitromisin atau levofloxacin + oseltamivir + vitamin sebagai pengobatan. Hasil dari infeksi covid-19 memiliki beberapa faktor korelasi yang signifikan: usia (0,0001), pekerjaan (0,0001) dan penyakit penyerta (0,0001). Kesimpulan Outcome klinis terburuk paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita Diabetes dan berusia lebih dari 50 tahun.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122179970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah. World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan penyakit diare adalah penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar tahun 2021. Metode : Jenis penelitian ini adalah suatu penelitian observasional analitik dengan jenis penelitian cross sectional, dengan besar sampel sebanyak 91 ibu balita didapatkan dengan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil : Hasil analisis chi-square yaitu hubungan antara keadian diare balita dengan pengetahuan ibu nilai p= 0,000, hubungan antara keadian diare balita dengan status gizi nilai p=0,174, hubungan antara keadian diare balita dengan perilaku mencuci tangan nilai p=0,000, hubungan antara keadian diare balita dengan sumber air bersih nilai p=0,269. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar tahun 2021 dan terdapat hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar tahun 2021.
{"title":"Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Makassar","authors":"Nurfachanti Fattah, Zulfahmidah Zulfahmidah, Sidrah Darma, Febie Irsandy Syahruddin, Sri Intan Akmal Bakri","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.19","url":null,"abstract":"Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai dengan darah. World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan penyakit diare adalah penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Kota Makassar tahun 2021. Metode : Jenis penelitian ini adalah suatu penelitian observasional analitik dengan jenis penelitian cross sectional, dengan besar sampel sebanyak 91 ibu balita didapatkan dengan teknik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil : Hasil analisis chi-square yaitu hubungan antara keadian diare balita dengan pengetahuan ibu nilai p= 0,000, hubungan antara keadian diare balita dengan status gizi nilai p=0,174, hubungan antara keadian diare balita dengan perilaku mencuci tangan nilai p=0,000, hubungan antara keadian diare balita dengan sumber air bersih nilai p=0,269. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar tahun 2021 dan terdapat hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Panambungan Makassar tahun 2021. \u0000 ","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132966105","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Asam asetilsalisilat merupakan obat analgesik yang masih popular digunakan. Namun asam asetilsalisilat dapat menimbulkan efek samping tukak lambung hingga pendarahan. Penelitian terdahulu telah berhasil mensintesis senyawa baru turunan asam salisilat yaitu asam 4-(klorometil)salisilat yang dapat memberikan efek samping lebih ringan dengan efek farmakologis yang lebih baik dibandingkan asam asetilsalisilat. Dalam perkembangannya telah dilakukan pula formulasi senyawa dalam bentuk tablet. Namun sampai saat ini belum dilakukan uji aktivitas farmakologi untuk memastikan apakah setelah diformulasi masih memberikan efek analgesik yang lebih baik dari asam asetilsalisilat. Tujuan: menguji aktivitas analgesik tablet asam 4-(klorometil)salisilat pada mencit putih dengan metode Hotplate dan Writhing test. Metode: Uji aktivitas analgesik dengan metode Hotplate dilakukan pada mencit putih yang diberikan suspensi tablet uji dan pengamatan dilakukan pada rentang waktu periodik. Uji aktivitas analgesik dengan metode Writhing test dilakukan pada mencit putih yang diinduksi asam asetat 0,6%, dimana suspensi dari tablet uji diberikan 30 menit sebelum pemberian asam asetat. Aktivitas analgesik yang diukur adalah frekuensi geliat dan hasil uji dibandingkan secara statistik dengan one-way ANOVA. Dilakukan pula uji pada asam asetilsalisilat sebagai kontrol positif dan pembawa suspensi sebagai kelompok kontrol negatif. Hasil: Secara statistik dibuktikan bahwa adanya perbedaan bermakna (P<0,05) pada aktivitas analgesik antar kelompok. Kesimpulan: Dari kedua metode tersebut nampak bahwa tablet asam 4-(klorometil)salisilat memberikan aktivitas analgesik yang lebih baik dibandingkan asam asetilsalisilat.
{"title":"Uji Aktivitas Analgesik Tablet Asam 4-(Klorometil)Salisilat pada Mencit Putih dengan Metode Writhing Test dan Hotplate","authors":"Angela Tiffany, Meidelin Ribka Abiati, Kuncoro Foe, Yudy Tjahjono, Caroline, Senny Yesery Esar, Wuryanto Hadinugroho","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.78","url":null,"abstract":"Latar belakang: Asam asetilsalisilat merupakan obat analgesik yang masih popular digunakan. Namun asam asetilsalisilat dapat menimbulkan efek samping tukak lambung hingga pendarahan. Penelitian terdahulu telah berhasil mensintesis senyawa baru turunan asam salisilat yaitu asam 4-(klorometil)salisilat yang dapat memberikan efek samping lebih ringan dengan efek farmakologis yang lebih baik dibandingkan asam asetilsalisilat. Dalam perkembangannya telah dilakukan pula formulasi senyawa dalam bentuk tablet. Namun sampai saat ini belum dilakukan uji aktivitas farmakologi untuk memastikan apakah setelah diformulasi masih memberikan efek analgesik yang lebih baik dari asam asetilsalisilat. Tujuan: menguji aktivitas analgesik tablet asam 4-(klorometil)salisilat pada mencit putih dengan metode Hotplate dan Writhing test. Metode: Uji aktivitas analgesik dengan metode Hotplate dilakukan pada mencit putih yang diberikan suspensi tablet uji dan pengamatan dilakukan pada rentang waktu periodik. Uji aktivitas analgesik dengan metode Writhing test dilakukan pada mencit putih yang diinduksi asam asetat 0,6%, dimana suspensi dari tablet uji diberikan 30 menit sebelum pemberian asam asetat. Aktivitas analgesik yang diukur adalah frekuensi geliat dan hasil uji dibandingkan secara statistik dengan one-way ANOVA. Dilakukan pula uji pada asam asetilsalisilat sebagai kontrol positif dan pembawa suspensi sebagai kelompok kontrol negatif. Hasil: Secara statistik dibuktikan bahwa adanya perbedaan bermakna (P<0,05) pada aktivitas analgesik antar kelompok. Kesimpulan: Dari kedua metode tersebut nampak bahwa tablet asam 4-(klorometil)salisilat memberikan aktivitas analgesik yang lebih baik dibandingkan asam asetilsalisilat.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128712417","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.109
Dona Suzana, Isnani Handayanti
Abstract: Cancer is one of the leading causes of human death in the world. One of the therapies given to cancer patients is chemotherapy which has cytotoxic effects. One of the plants that have the same effect is berenuk or calabash (Crescentia cujete L.) plant, from the family of Bignoniaceae, which grows wild and is often referred to as a poisonous plant. This plant contains napthoquinone as one of cytotoxic chemical compounds and other metabolite secondary such as alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, terpenoids, and anthraquinones. The objective of this study is to determine the cytotoxic activity of ethanolic extract of the fruit of berenuk on Artemia salina Leach larva. The BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method was used for this study. The powder of berenuk fruit flesh was extracted using ethanol. The obtained solvent was evaporated using a rotary evaporator to obtain a thick extract. The extract was tested on A. salina larva that has been prepared and the value of mortality was observed. The result of cytotoxic activity test of ethanolic extract of berenuk fruit on A. salina larva had the LC50 value of 529.386 ppm which is categorized as toxic.
{"title":"Cytotoxic Activity Test Of Ethanolic Extract Of Berenuk Fruit (Crescentia Cujete L.) On Artemia Salina Leach Shrimp Larva Using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method","authors":"Dona Suzana, Isnani Handayanti","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.109","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.109","url":null,"abstract":"Abstract: Cancer is one of the leading causes of human death in the world. One of the therapies given to cancer patients is chemotherapy which has cytotoxic effects. One of the plants that have the same effect is berenuk or calabash (Crescentia cujete L.) plant, from the family of Bignoniaceae, which grows wild and is often referred to as a poisonous plant. This plant contains napthoquinone as one of cytotoxic chemical compounds and other metabolite secondary such as alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, terpenoids, and anthraquinones. The objective of this study is to determine the cytotoxic activity of ethanolic extract of the fruit of berenuk on Artemia salina Leach larva. The BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method was used for this study. The powder of berenuk fruit flesh was extracted using ethanol. The obtained solvent was evaporated using a rotary evaporator to obtain a thick extract. The extract was tested on A. salina larva that has been prepared and the value of mortality was observed. The result of cytotoxic activity test of ethanolic extract of berenuk fruit on A. salina larva had the LC50 value of 529.386 ppm which is categorized as toxic.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123530289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.72
A. Faizah
Mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan interaksi obat-obat yang terjadi pada pasien adalah tanggung jawab apoteker. Interaksi obat-obat dapat meningkatkan efektivitas terapi tetapi juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan sampai toksisitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji interaksi obat-obat yang potensial pada resep pasien dewasa di apotek daerah pesisir Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif selama 3 bulan pada 5 apotek di daerah pesisir Surabaya. Pada penelitian ini diperoleh sebanyak 249 resep dan 85 resep teridentifikasi potensial terjadi interaksi obat-obat. Total interaksi obat-obat potensial terjadi adalah 153 dengan tingkat keparahan interaksi obatobat kontraidikasi (0,7%), serius (18,3%) dan signifikan (35,3%). Jumlah interaksi obat-obat berdasarkan mekanismenya diperoleh farmakokinetika (84,9%), farmakodinamika (13,7%) dan tidak diketahui (1,2%). Apoteker bertanggungjawab dalam menjamin obat yang aman, efektif dan rasional. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi interaksi obat, sehingga dapat mencegah atau meminimalkan bila ada efek interaksi obat yang merugikan.
{"title":"EVALUASI INTERAKSI OBAT-OBAT PADA PASIEN DEWASA DI APOTEK PESISIR SURABAYA","authors":"A. Faizah","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.72","url":null,"abstract":"Mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan interaksi obat-obat yang terjadi pada pasien adalah tanggung jawab apoteker. Interaksi obat-obat dapat meningkatkan efektivitas terapi tetapi juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan sampai toksisitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji interaksi obat-obat yang potensial pada resep pasien dewasa di apotek daerah pesisir Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode retrospektif selama 3 bulan pada 5 apotek di daerah pesisir Surabaya. Pada penelitian ini diperoleh sebanyak 249 resep dan 85 resep teridentifikasi potensial terjadi interaksi obat-obat. Total interaksi obat-obat potensial terjadi adalah 153 dengan tingkat keparahan interaksi obatobat kontraidikasi (0,7%), serius (18,3%) dan signifikan (35,3%). Jumlah interaksi obat-obat berdasarkan mekanismenya diperoleh farmakokinetika (84,9%), farmakodinamika (13,7%) dan tidak diketahui (1,2%). Apoteker bertanggungjawab dalam menjamin obat yang aman, efektif dan rasional. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi interaksi obat, sehingga dapat mencegah atau meminimalkan bila ada efek interaksi obat yang merugikan.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114686181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.84
Ida Ayu Manik Partha Sutema, Pande Ni Nuhung Sukmantari, Dhiancinantyan Windidaca Brata Putri
Latar Belakang: faringitis dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Faringitis merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam peringkat ke tiga pada pola 10 penyakit terbanyak di puskesmas tahun 2017. Tujuan: penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas terapi antibiotik pada faringitis akut berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor dan berdasarkan parameter tepat dosis, tepat indikasi, tepat waktu pemberian, tepat frekuensi pemerian serta waspada efek samping obat. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode retrospektif cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan sampel berasal dari data sekunder dengan mengobservasi data rekam medis pasien faringitis di Puskesmas Kota Denpasar pada bulan februari – April tahun 2022. Hasil: Dilihat dari rasionalitas terapi antibiotik berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor didapatkan hasil bahwa 70,22% kasus pada penelitian ini masih belum tepat pemberian antibiotik berdasarkan indikasinya. Dilihat dari rasionalitas penggunaan antibiotik pada faringitis berdasarkan kriteria tepat dosis, tepat indikasi, tepat waktu pemberian, tepat frekuensi pemerian serta waspada efek samping obat. Pasien tidak tepat dosis sebanyak (39,40%) dikarenakan dosis yang diterima lebih rendah dari dosis yang tertera pada literatur. lama pemberian antibiotik pasien yang tidak tepat sebanyak 86,36%. Seluruh pasien tepat frekuensi pemakaian antibiotik dan tidak ada yang mengalami efek samping obat. Simpulan: disimpulkan bahwa rasionalitas terapi antibiotik berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor di Puskesmas Kota Denpasar masih belum tepat. Saran dari peneliti terhadap petugas agar menuliskan gejala pasien secara detil dan perlu dilakukan evaluasi terhadap penggunaan antibiotika pada faringitis dalam upaya mengurangi penggunaan antibiotika yang tidak perlu sesuai dengan kriteria centor.
{"title":"Evaluasi Rasionalitas Terapi Antibiotik Pada Faringitis Akut di Puskesmas Kota Denpasar","authors":"Ida Ayu Manik Partha Sutema, Pande Ni Nuhung Sukmantari, Dhiancinantyan Windidaca Brata Putri","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.84","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.84","url":null,"abstract":"Latar Belakang: faringitis dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Faringitis merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam peringkat ke tiga pada pola 10 penyakit terbanyak di puskesmas tahun 2017. Tujuan: penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas terapi antibiotik pada faringitis akut berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor dan berdasarkan parameter tepat dosis, tepat indikasi, tepat waktu pemberian, tepat frekuensi pemerian serta waspada efek samping obat. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan metode retrospektif cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan sampel berasal dari data sekunder dengan mengobservasi data rekam medis pasien faringitis di Puskesmas Kota Denpasar pada bulan februari – April tahun 2022. Hasil: Dilihat dari rasionalitas terapi antibiotik berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor didapatkan hasil bahwa 70,22% kasus pada penelitian ini masih belum tepat pemberian antibiotik berdasarkan indikasinya. Dilihat dari rasionalitas penggunaan antibiotik pada faringitis berdasarkan kriteria tepat dosis, tepat indikasi, tepat waktu pemberian, tepat frekuensi pemerian serta waspada efek samping obat. Pasien tidak tepat dosis sebanyak (39,40%) dikarenakan dosis yang diterima lebih rendah dari dosis yang tertera pada literatur. lama pemberian antibiotik pasien yang tidak tepat sebanyak 86,36%. Seluruh pasien tepat frekuensi pemakaian antibiotik dan tidak ada yang mengalami efek samping obat. Simpulan: disimpulkan bahwa rasionalitas terapi antibiotik berdasarkan diagnose melalui pendekatan skor centor di Puskesmas Kota Denpasar masih belum tepat. Saran dari peneliti terhadap petugas agar menuliskan gejala pasien secara detil dan perlu dilakukan evaluasi terhadap penggunaan antibiotika pada faringitis dalam upaya mengurangi penggunaan antibiotika yang tidak perlu sesuai dengan kriteria centor.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132580134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit COVID-19 merupakan penyakit yang dapat menular, sehingga dapat berpotensi terjadinya peningkatan jumlah kasus COVID-19. Apabila terjadi peningkatan kejadian atau pravelensi, maka akan menimbulkan permasalahan terkait biaya dan hasil dari suatu intevensi, oleh karena itu, diperlukan analisis efektivitas biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya yang lebih cost-effective dari pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen dengan dan tanpa diberikan remdesivir. Penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas biaya yang memperhitungkan nilai ACER dan ICER. Data yang digunakan yaitu data retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, didapatkanlah sampel pada penelitian ini berjumlah 34 kasus. Hasil penelitian menunjukan total rata-rata biaya medis langsung kelompok remdesivir, yaitu Rp.32.399.532 dengan efektivitas sebesar 47%, sedangkan pada kelompok non remdesivir total rata-rata biaya medis langsung, yaitu Rp.26.853.729 dengan efektivitas sebesar 41%. Nilai ACER yang diperoleh pada penelitian ini, yaitu Rp.688.490 pada kelompok remdesivir dan Rp.654.969 pada kelompok non remdesivir. Hasil perhitungan ICER pada penelitian ini, yaitu Rp.924.301 perhari lama rawat inap. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelompok terapi pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen tanpa diberikan remdesivir lebih cost-effective dibandingkan dengan terapi kelompok pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen dengan diberikan remdesivir. Kata kunci: Remdesivir; Terapi Oksigen; Covid-19; Analisis Efektivitas Biaya
{"title":"ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PASIEN COVID-19 MENGGUNAKAN TERAPI OKSIGEN DAN REMDESIVIR DI RSUD KABUPATEN TANGERANG","authors":"Yusransyah Yusransyah, Baharudin Udin, Mursyid Abdillah, Yudi Murdianto, Elisabeth Soraya Uli, Nana Suryana","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.75","url":null,"abstract":"Penyakit COVID-19 merupakan penyakit yang dapat menular, sehingga dapat berpotensi terjadinya peningkatan jumlah kasus COVID-19. Apabila terjadi peningkatan kejadian atau pravelensi, maka akan menimbulkan permasalahan terkait biaya dan hasil dari suatu intevensi, oleh karena itu, diperlukan analisis efektivitas biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas biaya yang lebih cost-effective dari pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen dengan dan tanpa diberikan remdesivir. Penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas biaya yang memperhitungkan nilai ACER dan ICER. Data yang digunakan yaitu data retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, didapatkanlah sampel pada penelitian ini berjumlah 34 kasus. Hasil penelitian menunjukan total rata-rata biaya medis langsung kelompok remdesivir, yaitu Rp.32.399.532 dengan efektivitas sebesar 47%, sedangkan pada kelompok non remdesivir total rata-rata biaya medis langsung, yaitu Rp.26.853.729 dengan efektivitas sebesar 41%. Nilai ACER yang diperoleh pada penelitian ini, yaitu Rp.688.490 pada kelompok remdesivir dan Rp.654.969 pada kelompok non remdesivir. Hasil perhitungan ICER pada penelitian ini, yaitu Rp.924.301 perhari lama rawat inap. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelompok terapi pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen tanpa diberikan remdesivir lebih cost-effective dibandingkan dengan terapi kelompok pasien COVID-19 yang menggunakan terapi oksigen dengan diberikan remdesivir. \u0000Kata kunci: Remdesivir; Terapi Oksigen; Covid-19; Analisis Efektivitas Biaya","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129302583","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v14i1.81
Krismayadi Krismayadi, Shelly Taurhesia, Siti Umrah Noor
Kulit buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) dan kulit buah mangga (Mangifera indica L.) mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase. Kedua aktivitas tersebut bermanfaat untuk pencerah kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase dari masing-masing ekstrak kulit buah nanas (EKBN) dan ekstrak kulit buah mangga (EKBM), serta kombinasinya dengan rasio 2:1; 1:1; 1:2. Kombinasi yang memberikan nilai terbaik untuk aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetiknya. Aktivitas antioksidan masing-masing ekstrak dan kombinasinya ditentukan dengan metode DPPH, setelah diperoleh nilai IC50 antioksidan, kemudian dilakukan uji aktivitas inhibisi enzim tyrosinase. Hasil penelitian menunjukan bahwa EKBN; EKBM; kombinasi EKBN dan EKBM dengan ratio 2:1, 1:1, 1:2 memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut: 618,42 ppm, 10,29 ppm, 30,73 ppm, 20,20 ppm dan 18,04 ppm, sedangkan aktivitas penghambat tiroinase dengan nilai IC50 berturut-turut 5.019,98 ppm, 930,85 ppm, 1.992,31 ppm, 2.070,89 ppm dan 2.839,75 ppm. Terdapat korelasi kuantitatif antara IC50 ekstrak kombinasi dengan bobotnya. kombinasi EKBN dan EKBM, 1:2 memberikan hasil aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai IC50 18,04 ppm (sangat kuat) dan kombinasi EKBN dan EKBM, 2:1 memberikan hasil aktivitas penghambat tirosinase terbaik dengan nilai IC50 tirosinase 1.992,31 ppm. Kombinasi EKBN dan EKBM, 1:2 berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetiknya seperti serum, spray liquid, dan lainnya . Katakunci : Limbah kulit buah, Ananas comosus (L.) Merr, Mangifera indica L, antioksidan, penghambat tyrosinase
{"title":"Kombinasi Ekstrak Kulit Buah Nanas Dan Mangga Yang memiliki Aktivitas Antioksidan Dan Inhibisi Tirosinase","authors":"Krismayadi Krismayadi, Shelly Taurhesia, Siti Umrah Noor","doi":"10.35617/jfionline.v14i1.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v14i1.81","url":null,"abstract":"Kulit buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) dan kulit buah mangga (Mangifera indica L.) mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase. Kedua aktivitas tersebut bermanfaat untuk pencerah kulit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase dari masing-masing ekstrak kulit buah nanas (EKBN) dan ekstrak kulit buah mangga (EKBM), serta kombinasinya dengan rasio 2:1; 1:1; 1:2. Kombinasi yang memberikan nilai terbaik untuk aktivitas antioksidan dan penghambat tirosinase berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetiknya. Aktivitas antioksidan masing-masing ekstrak dan kombinasinya ditentukan dengan metode DPPH, setelah diperoleh nilai IC50 antioksidan, kemudian dilakukan uji aktivitas inhibisi enzim tyrosinase. Hasil penelitian menunjukan bahwa EKBN; EKBM; kombinasi EKBN dan EKBM dengan ratio 2:1, 1:1, 1:2 memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 berturut-turut: 618,42 ppm, 10,29 ppm, 30,73 ppm, 20,20 ppm dan 18,04 ppm, sedangkan aktivitas penghambat tiroinase dengan nilai IC50 berturut-turut 5.019,98 ppm, 930,85 ppm, 1.992,31 ppm, 2.070,89 ppm dan 2.839,75 ppm. Terdapat korelasi kuantitatif antara IC50 ekstrak kombinasi dengan bobotnya. kombinasi EKBN dan EKBM, 1:2 memberikan hasil aktivitas antioksidan terbaik dengan nilai IC50 18,04 ppm (sangat kuat) dan kombinasi EKBN dan EKBM, 2:1 memberikan hasil aktivitas penghambat tirosinase terbaik dengan nilai IC50 tirosinase 1.992,31 ppm. Kombinasi EKBN dan EKBM, 1:2 berpotensi untuk dibuat sediaan kosmetiknya seperti serum, spray liquid, dan lainnya . \u0000 \u0000Katakunci : Limbah kulit buah, Ananas comosus (L.) Merr, Mangifera indica L, antioksidan, penghambat tyrosinase","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114800793","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-31DOI: 10.35617/jfionline.v12i1.52
Siti Thannisa Aisiyah Gumanti, Dhigna L. C. P., Via Rifkia
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak. Pemakaian obat-obat antituberkulosis dapat menimbulkan berbagai macam efek samping tergantung dari lamanya pengobatan TB. Berdasarkan kondisi pengobatan TB yang memiliki durasi pemberian obat yang lama serta jenis obat yang banyak, akan muncul risiko tinggi timbulnya efek samping atau toksisitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran efek samping yang timbul pada pasien fase intensif dan lanjutan, mengetahui adanya perbedaan gambaran efek samping yang timbul pada pasien relaps, mengetahui angka kejadian efek samping obat TB di RSUD Kota Bandung, mengetahui prevalensi tertinggi yang menyebabkan kejadian efek samping saat pengobatan TB. Metode penelitian ini penulis menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dengan minimal sampel 34. Hasil uji perbandingan, diperoleh p-value sebesar 0,549 > 0,05 yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara efek samping obat yang timbul pada pasien baru dengan pasien relaps.
{"title":"Monitoring efek samping obat antituberkulosis fase intensif dan lanjutan pasien dewasa tuberkulosis di RSUD Kota Bandung","authors":"Siti Thannisa Aisiyah Gumanti, Dhigna L. C. P., Via Rifkia","doi":"10.35617/jfionline.v12i1.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.35617/jfionline.v12i1.52","url":null,"abstract":"Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak. Pemakaian obat-obat antituberkulosis dapat menimbulkan berbagai macam efek samping tergantung dari lamanya pengobatan TB. Berdasarkan kondisi pengobatan TB yang memiliki durasi pemberian obat yang lama serta jenis obat yang banyak, akan muncul risiko tinggi timbulnya efek samping atau toksisitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran efek samping yang timbul pada pasien fase intensif dan lanjutan, mengetahui adanya perbedaan gambaran efek samping yang timbul pada pasien relaps, mengetahui angka kejadian efek samping obat TB di RSUD Kota Bandung, mengetahui prevalensi tertinggi yang menyebabkan kejadian efek samping saat pengobatan TB. Metode penelitian ini penulis menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dengan minimal sampel 34. Hasil uji perbandingan, diperoleh p-value sebesar 0,549 > 0,05 yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) antara efek samping obat yang timbul pada pasien baru dengan pasien relaps.","PeriodicalId":170986,"journal":{"name":"JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121519073","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}