Pub Date : 2022-02-06DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i2.338
Siti Masitah
Konteks gerakan literasi sekolah yaitu mencakup memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui upaya menyeluruh agar menjadikan warga sekolah menjadi pembelajaran literasi sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan gerakan literasi sekolah di SMPN 9 Tanjung Jabung Timur, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi penerapan gerakan literasi sekolah di SMPN 9 Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini adalah jenis penilian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi dari sumber data. Analisis data dimulai saat penulis mengumpulkan data, dengan cara pengorganisasian, pemecahan, sintesis, menentukan pola, memilah data yang penting dan tidak dengan mengacu pada kontribusi pada upaya menjawab fokus penelitian gerakan literasi sekolah. Sekolah merdeka belajar adalah gerakan baru yang di rancang oleh merupakan slogan sekolah cikal yang di bentuk oleh Najelaa shihab sekolah cikal dan kampus cikal mendaftarkan hak pada tanggal 1 maret 2018 untuk menetapakan merek merdeka belajar ke director jenderal Hak dan kekayaan intelektual kementrian Hukum dan Hal Asasi Manusia,Tujuanya melindunggi keberlangsungan upaya upaya yang telah dilakukan selama ini.tujuannya adalah untuk mengerakan pendidikan dan di prktekan dalam kurikulum,pelatihan,publikasi yayasan guru belajar.atas masukan berbagai pihak dan permintaan kemendikbud,pada tanggal 14 Agustus 2020 ,najella shihab menghibahkan merek merdeka belajar ke kemndikbud melalui keterangan majalah tempo,co .penyerahannya tampa biaya dan kompensasi apapun demi pendidkan.
{"title":"PENERAPAN GERAKAN LITERASI MAPEL PAI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA MENUJU ERA MERDEKA BELAJAR PASCA PADEMI COVID -19 DI SMPN 9 TANJUNG JABUNG TIMUR","authors":"Siti Masitah","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i2.338","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i2.338","url":null,"abstract":"Konteks gerakan literasi sekolah yaitu mencakup memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui upaya menyeluruh agar menjadikan warga sekolah menjadi pembelajaran literasi sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan gerakan literasi sekolah di SMPN 9 Tanjung Jabung Timur, dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja pendukung dan penghambat implementasi penerapan gerakan literasi sekolah di SMPN 9 Tanjung Jabung Timur. Penelitian ini adalah jenis penilian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi dari sumber data. Analisis data dimulai saat penulis mengumpulkan data, dengan cara pengorganisasian, pemecahan, sintesis, menentukan pola, memilah data yang penting dan tidak dengan mengacu pada kontribusi pada upaya menjawab fokus penelitian gerakan literasi sekolah. \u0000Sekolah merdeka belajar adalah gerakan baru yang di rancang oleh merupakan slogan sekolah cikal yang di bentuk oleh Najelaa shihab sekolah cikal dan kampus cikal mendaftarkan hak pada tanggal 1 maret 2018 untuk menetapakan merek merdeka belajar ke director jenderal Hak dan kekayaan intelektual kementrian Hukum dan Hal Asasi Manusia,Tujuanya melindunggi keberlangsungan upaya upaya yang telah dilakukan selama ini.tujuannya adalah untuk mengerakan pendidikan dan di prktekan dalam kurikulum,pelatihan,publikasi yayasan guru belajar.atas masukan berbagai pihak dan permintaan kemendikbud,pada tanggal 14 Agustus 2020 ,najella shihab menghibahkan merek merdeka belajar ke kemndikbud melalui keterangan majalah tempo,co .penyerahannya tampa biaya dan kompensasi apapun demi pendidkan.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"161 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87989705","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.295
Hj. Yanawati
Kompetensi guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Standar kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional, sosial, spiritual dan leadership. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, maka peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Untuk menambah standar kualitas guru, Kemendikbud akan mengajukan tiga pola pembinaan guru, yaitu uji kompetensi, penilaian kinerja (PKG), dan diklat secara berkelanjutan dan berjenjang (PKB). Salah satu dari sekian banyak kegiatan PKB untuk pengembangan diri adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan yang dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini relatif lebih mandiri dan berbeda-beda antara satu guru dengan guru yang lain dalam satu sekolah, maupun antar satu sekolah dengan sekolah lain. Secara teknis kegiatan ini juga tidak diatur secara baku, hal ini sangat mungkin akan menimbulkan berbagai kendala bagi guru, bahkan mungkin dapat muncul kerancuan. Kesemuannya ini dikhawatirkan akan mengakibatkan hal yang kontra produktif, khususnya yang terkait dengan pencapaian standar-standar peningkatan kompetensi guru yang seharusnya dipenuhi sesuai kebutuhan. Untuk meminimalisasi berbagai kekuaran yang ada, maka diperlukan model yang dapat memfasilitasi kegiatan ini secara komprehensip, sehingga pelaksanaannya dapat lebih terstandar. Gagasan ini merupakan gagasan penelitian menggunakan jenis Penelitian dan Pengembangan Pendidikan/research and development (R&D). Model yang digunakan adalah R&D model Borg &Gall, yang meliputi sepuluh langkah yaitu: (1) Research and Information Collection, (2) Planning, (3) Develop Preliminary form Product, (4) Preliminary Fieild Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Produc Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, and (10) Disemination and Implementasi.
{"title":"Model Fasilitasi Peningkatan Kompetensi Guru (Sebuah Gagasan Penelitian & Pengembangan)","authors":"Hj. Yanawati","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.295","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.295","url":null,"abstract":"Kompetensi guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Standar kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional, sosial, spiritual dan leadership. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, maka peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. \u0000Untuk menambah standar kualitas guru, Kemendikbud akan mengajukan tiga pola pembinaan guru, yaitu uji kompetensi, penilaian kinerja (PKG), dan diklat secara berkelanjutan dan berjenjang (PKB). Salah satu dari sekian banyak kegiatan PKB untuk pengembangan diri adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan yang dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah. Pelaksanaan kegiatan ini relatif lebih mandiri dan berbeda-beda antara satu guru dengan guru yang lain dalam satu sekolah, maupun antar satu sekolah dengan sekolah lain. \u0000Secara teknis kegiatan ini juga tidak diatur secara baku, hal ini sangat mungkin akan menimbulkan berbagai kendala bagi guru, bahkan mungkin dapat muncul kerancuan. Kesemuannya ini dikhawatirkan akan mengakibatkan hal yang kontra produktif, khususnya yang terkait dengan pencapaian standar-standar peningkatan kompetensi guru yang seharusnya dipenuhi sesuai kebutuhan. Untuk meminimalisasi berbagai kekuaran yang ada, maka diperlukan model yang dapat memfasilitasi kegiatan ini secara komprehensip, sehingga pelaksanaannya dapat lebih terstandar. \u0000Gagasan ini merupakan gagasan penelitian menggunakan jenis Penelitian dan Pengembangan Pendidikan/research and development (R&D). Model yang digunakan adalah R&D model Borg &Gall, yang meliputi sepuluh langkah yaitu: (1) Research and Information Collection, (2) Planning, (3) Develop Preliminary form Product, (4) Preliminary Fieild Testing, (5) Main Product Revision, (6) Main Field Testing, (7) Operational Produc Revision, (8) Operational Field Testing, (9) Final Product Revision, and (10) Disemination and Implementasi.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82246650","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.290
Muhammad Arsad
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan wujud nyata dari reformasi birokrasi, yang menekankan implementasi manajemen ASN berbasis merit, artinya kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. Oleh karena itu, pengangkatan dan penempatan hendaknya dilaksanakan secara objektif dan kompetitif melalui penilaian kompetensi. mengetahui prinsip kepemimpinan Character of A Leader yang sesuai untuk generasi milenial. Generasi millenial dewasa ini tidak hanya unggul dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, kaum muda ini kini mulai menjadi trendsetter dalam bidang social, politik, budaya dan ekonomi. Di era globalisasi, tidak bisa dipungkiri bahwa seiring berkembangnya teknologi yang berbasis digital application, para generasi millennial rentan akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial, namun di lain sisi, generasi muda ini juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan bangsa sehingga dibutuhkan karakter pemimpin yang sesuai untuk memimpin generasi milenial. Metode yang digunakan dalama penulisan karya ilmiah yaitu studi literatur melalui buku, jurnal, dan berita cetak/online.
{"title":"Kompetensi Kepala Madrasah Era Minelial 2021","authors":"Muhammad Arsad","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.290","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.290","url":null,"abstract":"Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan wujud nyata dari reformasi birokrasi, yang menekankan implementasi manajemen ASN berbasis merit, artinya kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. Oleh karena itu, pengangkatan dan penempatan hendaknya dilaksanakan secara objektif dan kompetitif melalui penilaian kompetensi. mengetahui prinsip kepemimpinan Character of A Leader yang sesuai untuk generasi milenial. Generasi millenial dewasa ini tidak hanya unggul dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, kaum muda ini kini mulai menjadi trendsetter dalam bidang social, politik, budaya dan ekonomi. Di era globalisasi, tidak bisa dipungkiri bahwa seiring berkembangnya teknologi yang berbasis digital application, para generasi millennial rentan akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial, namun di lain sisi, generasi muda ini juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan bangsa sehingga dibutuhkan karakter pemimpin yang sesuai untuk memimpin generasi milenial. Metode yang digunakan dalama penulisan karya ilmiah yaitu studi literatur melalui buku, jurnal, dan berita cetak/online.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83962903","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/JURPENDIGU.V3I1.289
Karidawati
Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya karena proses pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia. Karena unsur manusianya paling menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan. Salah satu unsur manusia yang menentukan kualitas pendidikan adalah tenaga pengajar. Kepribadian pendidik menjadi ukuran pembentukan kepribadian anak didik dalam pendidikan. Pendidik harus bisa menjadi teladan yang patut dicontoh oleh anak didiknya di sekolah sebagai figur yang memiliki kepribadian yang baik. Melalui pendidikan diajarkan bagaimana nilai-nilai kebaikan kepada seseorang, sehingga ia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Di antara solusi yang perlu diperhitungkan dan diupayakan dalam membentuk kepribadian dan perubahan tingkah laku adalah melalui pendidikan agama. Pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi lebih baik dari sebelum ia dididik.
{"title":"PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI PEMBINAAN MENTAL PESERTA DIDIK","authors":"Karidawati","doi":"10.47783/JURPENDIGU.V3I1.289","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/JURPENDIGU.V3I1.289","url":null,"abstract":"Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya karena proses pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia. Karena unsur manusianya paling menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan. Salah satu unsur manusia yang menentukan kualitas pendidikan adalah tenaga pengajar. Kepribadian pendidik menjadi ukuran pembentukan kepribadian anak didik dalam pendidikan. Pendidik harus bisa menjadi teladan yang patut dicontoh oleh anak didiknya di sekolah sebagai figur yang memiliki kepribadian yang baik. \u0000Melalui pendidikan diajarkan bagaimana nilai-nilai kebaikan kepada seseorang, sehingga ia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Di antara solusi yang perlu diperhitungkan dan diupayakan dalam membentuk kepribadian dan perubahan tingkah laku adalah melalui pendidikan agama. Pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi lebih baik dari sebelum ia dididik.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73217261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.292
Parida Parida
Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan (seperti menggambar dan berlari) secara baik dan benar. Untuk belajar memperoleh kemampuan keterampilan-keterampilan jasmani ini, ia tidak hanya cukup dengan latihan dan praktik. Tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory – motor learning (belajar keterampilan indrawi-jasmani). Salah satu kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan kecerdasana anak salah satunya yaitu melalui gerak dan lagu, kegiatan ini dapat memfasilitasi anak anak untuk bermain sambil belajar dengan cara yang menyenangkan, karena usia dini merupakan masa Golden age yang dalam proses pembelajarannya mempunyai hak yang sifatnya bermain, beristirahat dan berekreasi. Proses tersebut digunakan agar seorang anak tidak merasa tertekan. Untuk itu proses pembelajaran harus diciptakan dengan suasana yang kondusif, menyenangkan (bermain sambil belajar) dan dapat menarik perhatian anak serta dapat memotivasinya.
{"title":"PENERAPAN METODE GERAK TARI DAN LAGU DAPAT MENINGKATKAN FISIK MOTORIK ANAK DI TK","authors":"Parida Parida","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.292","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.292","url":null,"abstract":"Belajar keterampilan fisik (motor learning) dianggap telah terjadi dalam diri seseorang apabila ia telah memperoleh kemampuan dan keterampilan yang melibatkan penggunaan lengan (seperti menggambar dan berlari) secara baik dan benar. Untuk belajar memperoleh kemampuan keterampilan-keterampilan jasmani ini, ia tidak hanya cukup dengan latihan dan praktik. Tetapi juga memerlukan kegiatan perceptual learning (belajar berdasarkan pengamatan) atau kegiatan sensory – motor learning (belajar keterampilan indrawi-jasmani). Salah satu kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan kecerdasana anak salah satunya yaitu melalui gerak dan lagu, kegiatan ini dapat memfasilitasi anak anak untuk bermain sambil belajar dengan cara yang menyenangkan, karena usia dini merupakan masa Golden age yang dalam proses pembelajarannya mempunyai hak yang sifatnya bermain, beristirahat dan berekreasi. Proses tersebut digunakan agar seorang anak tidak merasa tertekan. Untuk itu proses pembelajaran harus diciptakan dengan suasana yang kondusif, menyenangkan (bermain sambil belajar) dan dapat menarik perhatian anak serta dapat memotivasinya.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88590981","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.294
Sumarto Sumarto
Implementasi Program Moderasi Beragama Kementerian Agama RI merupakan kebijakan yang sudah lama dilakukan oleh Menteri sebelumnya yaitu H. Lukman Hakim Saifuddin sebagai pelopor Moderasi Beragama di Indonesia dan dilanjutkan Menteri berikutnya. Program moderasi beragama yang dilakukan sangat beragam yang tentunya agar menjadi kebiasaan perilaku bagi bangsa Indonesia melalui proses internalisasi nilai – nilai dari moderasi beragama dan kebangsaan. Beberapa program yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI yang penulis sampaikan dalam tulisan ini yaitu Penandatanganan MoU Kementerian Agama RI dengan Perpustakaan Nasional RI, Launching Portal Website Kepustakaan Keagamaan dan Talkshow Literasi Digital Keagamaan. Bersama Menteri Agama RI Gus Yaqut Cholil Qoumas, Kepala Perpustakaan Nasional Drs. Muhammad Syarif Bando, MM, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Prof. Muhammad Ali Ramdhani dan Direktur GTK Madrasah Dr. Muhammad Zein.Launching aksi moderasi beragama yang dihadiri langsung Menteri Agama RI Gus Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pendidikan Nasional Mas Menteri Nadiem Makarim, Ketua Komisi VIII DPRI Yandri Susanto dan Duta Moderasi yaitu Artis Cinta Laura. Tujuannya bias menjadikan moderasi beragama sebagai karakter kehidupan berbangsa dan bernegara.
{"title":"IMPLEMENTASI PROGRAM MODERASI BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI","authors":"Sumarto Sumarto","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.294","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.294","url":null,"abstract":"Implementasi Program Moderasi Beragama Kementerian Agama RI merupakan kebijakan yang sudah lama dilakukan oleh Menteri sebelumnya yaitu H. Lukman Hakim Saifuddin sebagai pelopor Moderasi Beragama di Indonesia dan dilanjutkan Menteri berikutnya. Program moderasi beragama yang dilakukan sangat beragam yang tentunya agar menjadi kebiasaan perilaku bagi bangsa Indonesia melalui proses internalisasi nilai – nilai dari moderasi beragama dan kebangsaan. Beberapa program yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI yang penulis sampaikan dalam tulisan ini yaitu Penandatanganan MoU Kementerian Agama RI dengan Perpustakaan Nasional RI, Launching Portal Website Kepustakaan Keagamaan dan Talkshow Literasi Digital Keagamaan. Bersama Menteri Agama RI Gus Yaqut Cholil Qoumas, Kepala Perpustakaan Nasional Drs. Muhammad Syarif Bando, MM, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Prof. Muhammad Ali Ramdhani dan Direktur GTK Madrasah Dr. Muhammad Zein.Launching aksi moderasi beragama yang dihadiri langsung Menteri Agama RI Gus Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Pendidikan Nasional Mas Menteri Nadiem Makarim, Ketua Komisi VIII DPRI Yandri Susanto dan Duta Moderasi yaitu Artis Cinta Laura. Tujuannya bias menjadikan moderasi beragama sebagai karakter kehidupan berbangsa dan bernegara.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78430545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.285
A. Gani
Proses pembelajaran SKI berarti proses membelajarkan segala aspek fenomena, perkembangan dan permasalahan kehidupan sosial manusia di masyarakat. Dalam pelaksanaannya haruslah diciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga dapat mengembangkan pola pikir peserta didik. Faktor yang penting dalam pembelajaran SKI seyogianya sesuai dengan aspek minat, bakat dan latar belakang peserta didik. Seperti halnya menemukan teknik perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.Salah satu faktor dalam pembelajaran SKI adalah menemukan konsep-konsep yang cocok untuk dilatihkan pada anak seperti termuat dalam standar kompetensi lintas kurikulum yang meliputi memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, pola struktur dan hubungan (Kurikulum; 2004:15). Tujuan penelitian : 1) Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran SKI melalui penggunaan metode Tanya jawab di MI.Hidayatul Mubtadi’in. Memberikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran agar efektif dalam penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran. Peningkatan terlihat bahwa pada siklus 1 dari 15 orang siswa untuk mata pelajaran ski, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas hanya 1 orang siswa atau 7% dan rata-rata nilai adalah 52.67. Sedangkan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas meningkat menjadi 10 orang (67%) dengan rata-rata nilai 68.33. Selanjutnya untuk siklus III atau terakhir, hampir seluruh siswa memperoleh nilai 70 ke atas, yaitu sebanyak 14 orang (93%) dengan rata-rata nilai 83.33, ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru telah mengalami perbaikan pula. Hal ini didorong oleh cara penyajian materi, metode, dan penggunaan media yang sesuai.Penggunaan metode Tanya jawab dalam pembelajaran dan yang sesuai sebaiknya juga dilaksanakan pada pembelajaran materi atau mata pelajaran yang lain.
{"title":"PENERAPAN METODE TANYA JAWAB UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN SKI SISWA KELAS VI MADRASAH IBTIDAIYAH","authors":"A. Gani","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.285","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.285","url":null,"abstract":"Proses pembelajaran SKI berarti proses membelajarkan segala aspek fenomena, perkembangan dan permasalahan kehidupan sosial manusia di masyarakat. Dalam pelaksanaannya haruslah diciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga dapat mengembangkan pola pikir peserta didik. Faktor yang penting dalam pembelajaran SKI seyogianya sesuai dengan aspek minat, bakat dan latar belakang peserta didik. Seperti halnya menemukan teknik perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.Salah satu faktor dalam pembelajaran SKI adalah menemukan konsep-konsep yang cocok untuk dilatihkan pada anak seperti termuat dalam standar kompetensi lintas kurikulum yang meliputi memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep, pola struktur dan hubungan (Kurikulum; 2004:15). \u0000Tujuan penelitian : 1) Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran SKI melalui penggunaan metode Tanya jawab di MI.Hidayatul Mubtadi’in. Memberikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran agar efektif dalam penggunaan media pembelajaran dan metode pembelajaran. Peningkatan terlihat bahwa pada siklus 1 dari 15 orang siswa untuk mata pelajaran ski, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas hanya 1 orang siswa atau 7% dan rata-rata nilai adalah 52.67. Sedangkan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas meningkat menjadi 10 orang (67%) dengan rata-rata nilai 68.33. Selanjutnya untuk siklus III atau terakhir, hampir seluruh siswa memperoleh nilai 70 ke atas, yaitu sebanyak 14 orang (93%) dengan rata-rata nilai 83.33, ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru telah mengalami perbaikan pula. Hal ini didorong oleh cara penyajian materi, metode, dan penggunaan media yang sesuai.Penggunaan metode Tanya jawab dalam pembelajaran dan yang sesuai sebaiknya juga dilaksanakan pada pembelajaran materi atau mata pelajaran yang lain.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"99 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90998011","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.291
Nurjana Nurjana
Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, terlihat jelas bahwa Undang-Undang di atas menghendaki guru memiliki kecerdasan emosional, kreatif, mempunyai sikap yang ajeg, mandiri dan mapan, sehingga dalam proses pembelajaran guru secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia yang berimplikasi pada kualitas proses (quality proses) pembelajaran, jaminan kualitas (quality ansurance) produk pembelajaran serta kualitas output (quality produc) sebagai tujuan akhir pembelajaran. Guru yang memiliki EQ yang tinggi senantiasa dapat mengontrol tingkah laku yang kemungkinan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Proses pembelajaran dikelas merupakan suatu interaksi yang melibatkan sikap dan daya kreativitas antara guru dengan sisw2a dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, karena guru selalu berinteraksi langsung denagn siswa, memberikan keteladanan, motivasi dan inspirasi secara terus menerus. Oleh karena itu guru harus selalu bersemangat, berprestasi, dan kreatif dalam berkarya di dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Kaitan kecerdasan emosional denagn kreativitas guru, tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan individu itu sendiri, seorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik memiliki daya kreativitas pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistis serta berjuang untuk merealisasikannya. Kreativitas merupakan perwujudan/pengaktualisasian diri dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Bahkan lebih dari itu bahwa berkreasi dapat bermanfaat bagi diri pribadi, lingkungan, dan juga memberikan kepuasan bagi individu, disamping memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup, khususnya dalam menghadapi Era Pembangunan bersifat Global di Era Milenial.
{"title":"KECERDASAN EMOSIONAL MENINGKATKAN KREATIFITAS GURU DALAM MENGAJAR","authors":"Nurjana Nurjana","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.291","url":null,"abstract":"Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, terlihat jelas bahwa Undang-Undang di atas menghendaki guru memiliki kecerdasan emosional, kreatif, mempunyai sikap yang ajeg, mandiri dan mapan, sehingga dalam proses pembelajaran guru secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia yang berimplikasi pada kualitas proses (quality proses) pembelajaran, jaminan kualitas (quality ansurance) produk pembelajaran serta kualitas output (quality produc) sebagai tujuan akhir pembelajaran. \u0000Guru yang memiliki EQ yang tinggi senantiasa dapat mengontrol tingkah laku yang kemungkinan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Proses pembelajaran dikelas merupakan suatu interaksi yang melibatkan sikap dan daya kreativitas antara guru dengan sisw2a dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam suasana edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, karena guru selalu berinteraksi langsung denagn siswa, memberikan keteladanan, motivasi dan inspirasi secara terus menerus. Oleh karena itu guru harus selalu bersemangat, berprestasi, dan kreatif dalam berkarya di dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas. \u0000Kaitan kecerdasan emosional denagn kreativitas guru, tergantung pada kondisi dalam lingkungan dan individu itu sendiri, seorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik memiliki daya kreativitas pribadi yang tinggi, memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistis serta berjuang untuk merealisasikannya. Kreativitas merupakan perwujudan/pengaktualisasian diri dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Bahkan lebih dari itu bahwa berkreasi dapat bermanfaat bagi diri pribadi, lingkungan, dan juga memberikan kepuasan bagi individu, disamping memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup, khususnya dalam menghadapi Era Pembangunan bersifat Global di Era Milenial.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85240215","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.288
Nafrizal Nafrizal
Upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa terhadap materi pembelajaran dapat dilakukan jika minat dan perhatian siswa terfokus untuk memfokuskan minat dan perhatian siswa pada pembelajaran, dapat dilakukan berbagai macam cara misalnya dengan memotivasi, mengikut sertakan siswa untuk bertanya atau menanggapi materi pelajaran yang disajikan dan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menantang. Pembelajaran dapat berlangsung efektif, menarik minat dan perhatian serta menyenagkan jika guru yang mengajar dan siswa yang berperan aktif. Sebagai motivator, fasilitator pembelajaran guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif, agar siswa belajar lebih tertarik, tertantang dan termotivasi. Kondisi seperti dapat diciptakan jika guru mampu memilih variasi metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang hendak disajikan. Metode yang baik adalah metode yang membuat siswa belajar aktif dalam kegiatan, kreatif mencari alternatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi, konstruktif dalam membangun atau mengadukan bebarapa masalah menjadi lebih baik dan dapat belajar menemukan hal-hal yang baru.
{"title":"PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU (PKP) DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA","authors":"Nafrizal Nafrizal","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.288","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.288","url":null,"abstract":"Upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa terhadap materi pembelajaran dapat dilakukan jika minat dan perhatian siswa terfokus untuk memfokuskan minat dan perhatian siswa pada pembelajaran, dapat dilakukan berbagai macam cara misalnya dengan memotivasi, mengikut sertakan siswa untuk bertanya atau menanggapi materi pelajaran yang disajikan dan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan menantang. Pembelajaran dapat berlangsung efektif, menarik minat dan perhatian serta menyenagkan jika guru yang mengajar dan siswa yang berperan aktif. Sebagai motivator, fasilitator pembelajaran guru harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif, agar siswa belajar lebih tertarik, tertantang dan termotivasi. \u0000Kondisi seperti dapat diciptakan jika guru mampu memilih variasi metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang hendak disajikan. Metode yang baik adalah metode yang membuat siswa belajar aktif dalam kegiatan, kreatif mencari alternatif dalam pemecahan masalah yang dihadapi, konstruktif dalam membangun atau mengadukan bebarapa masalah menjadi lebih baik dan dapat belajar menemukan hal-hal yang baru.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84297711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.47783/jurpendigu.v3i1.293
Qamariyah Qamariyah
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
{"title":"PEMBELAJARAN ONLINE (DARING) DI TENGAH PANDEMI-COVID19-2021 TANTANGAN YANG MENDEWASAKAN ANAK","authors":"Qamariyah Qamariyah","doi":"10.47783/jurpendigu.v3i1.293","DOIUrl":"https://doi.org/10.47783/jurpendigu.v3i1.293","url":null,"abstract":"Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online). \u0000Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). \u0000Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.","PeriodicalId":17690,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Guru","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84189718","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}