Pub Date : 2022-04-18DOI: 10.15294/paramita.v32i1.33248
Z. Zulkarnain
The implementation of digital history media in history learning during the COVID-19 pandemic is currently very necessary. By utilizing the existing internet learning media, teaching and learning activities will still be able to be carried out even from their respective homes. This is not only to break the chain of spread of COVID-19 but also to prepare students of SMA Negeri 8 Yogyakarta to gace the upcoming discourse of society 5.0. This research was conducted using a qualitative method and a phenomenological approach. The results of this study indicate that in general SMA N 8 Yogyakarta and it is educational apparatus have implemented this digital history, starting from workshops for subject teacher to map learning strategies, implementation, controlling and evaluation well. Apart from the advantages, disadvantages and various obstacles faced, this digital history media has proven to be able to be an alternative for appropriate teaching and learning activities during the pandemic.Penerapan media sejarah digital dalam pembelajaran sejarah di masa pandemi COVID-19 saat ini sangat diperlukan. Dengan memanfaatkan media pembelajaran internet yang ada, kegiatan belajar mengajar akan tetap dapat dilaksanakan walaupun dari rumah masing-masing. Hal ini tidak hanya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 tetapi juga untuk mempersiapkan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta menghadapi wacana masyarakat 5.0 mendatang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum SMA N 8 Yogyakarta beserta aparatur pendidikannya telah menerapkan sejarah digital ini, mulai dari workshop untuk guru mata pelajaran hingga memetakan strategi pembelajaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi dengan baik. Terlepas dari kelebihan, kekurangan dan berbagai kendala yang dihadapi, media sejarah digital ini terbukti mampu menjadi alternatif kegiatan belajar mengajar yang tepat di masa pandemi.Cite this article: Zulkarnain. (2022). Utilization of Digital History as A History Learning Media during Covid-19 Pandemic (Case Study on SMA Negeri 8 Yogyakarta). Paramita: Historical Studies Journal, 32(1), 149-158. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.33248
在新冠肺炎大流行期间,在历史学习中实施数字历史媒体目前是非常必要的。通过利用现有的互联网学习媒体,教学活动仍然可以在各自的家中进行。这不仅是为了打破新冠肺炎的传播链,也是为了让SMA Negeri 8 Yogyakarta的学生做好准备,迎接即将到来的社会5.0讨论。这项研究采用了定性方法和现象学方法。本研究的结果表明,一般来说,SMA N 8 Yogyakarta及其教育机构已经实施了这一数字历史,从学科教师的研讨会开始,很好地规划学习策略、实施、控制和评估。除了面临的优势、劣势和各种障碍外,这种数字历史媒体已被证明能够在疫情期间成为适当教学活动的替代品。在当前新冠肺炎大流行的历史学习中,数字媒体报道是非常必要的。利用现有的互联网学习媒体,即使在家里也可以开展学习活动。这不仅是为了切断新冠肺炎分销链的眼睛,也是为了让日惹8州的高中生做好准备,迎接即将到来的5.0人口的期望。本研究采用了定性方法和现象学方法。本研究的结果表明,在日惹N8普通高中及其教育机构中,从研讨会到教师,再到学习策略的制定、实施、控制和评估,都很好地应用了这一数字历史。尽管面临着优势、缺点和各种控制,但这种数字历史媒体已被证明是在疫情期间学习的替代品。引用本文:Zulkarnain。(2022)。在新冠肺炎大流行期间利用数字历史作为历史学习媒体(以日惹8号SMA Negeri为例研究)。〔UNK〕帕拉米塔:《历史研究杂志》,〔UNK】32(1),149-158。http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.33248
{"title":"Utilization of Digital History as A History Learning Media during Covid-19 Pandemic (Case Study on SMA Negeri 8 Yogyakarta)","authors":"Z. Zulkarnain","doi":"10.15294/paramita.v32i1.33248","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/paramita.v32i1.33248","url":null,"abstract":"The implementation of digital history media in history learning during the COVID-19 pandemic is currently very necessary. By utilizing the existing internet learning media, teaching and learning activities will still be able to be carried out even from their respective homes. This is not only to break the chain of spread of COVID-19 but also to prepare students of SMA Negeri 8 Yogyakarta to gace the upcoming discourse of society 5.0. This research was conducted using a qualitative method and a phenomenological approach. The results of this study indicate that in general SMA N 8 Yogyakarta and it is educational apparatus have implemented this digital history, starting from workshops for subject teacher to map learning strategies, implementation, controlling and evaluation well. Apart from the advantages, disadvantages and various obstacles faced, this digital history media has proven to be able to be an alternative for appropriate teaching and learning activities during the pandemic.Penerapan media sejarah digital dalam pembelajaran sejarah di masa pandemi COVID-19 saat ini sangat diperlukan. Dengan memanfaatkan media pembelajaran internet yang ada, kegiatan belajar mengajar akan tetap dapat dilaksanakan walaupun dari rumah masing-masing. Hal ini tidak hanya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 tetapi juga untuk mempersiapkan siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta menghadapi wacana masyarakat 5.0 mendatang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum SMA N 8 Yogyakarta beserta aparatur pendidikannya telah menerapkan sejarah digital ini, mulai dari workshop untuk guru mata pelajaran hingga memetakan strategi pembelajaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi dengan baik. Terlepas dari kelebihan, kekurangan dan berbagai kendala yang dihadapi, media sejarah digital ini terbukti mampu menjadi alternatif kegiatan belajar mengajar yang tepat di masa pandemi.Cite this article: Zulkarnain. (2022). Utilization of Digital History as A History Learning Media during Covid-19 Pandemic (Case Study on SMA Negeri 8 Yogyakarta). Paramita: Historical Studies Journal, 32(1), 149-158. http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v32i1.33248 ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49237605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.29782
Hasto Kristiyanto, A. Octavian
The Russo-Japanese War (1904-1905) was an essential milestone in war history in the 20th century, especially in Asia. For the first time in a modern war, Japan, which was positioned as the representative of the colored nation (Asia), succeeded in defeating Russia, which was considered to represent the white nation (Europe) which was identical to the face of imperialism-colonialism. Departing from this reality, this study intends to specifically analyze the history of the Russo- Japanese war and its influence on the rise of Indonesian nationalism. Regarding methodology, this research uses a qualitative approach with critical discourse analysis, which critically-synchronously examines the discourse of the history of the Russo-Japanese War. The collecting data using references and Forum Group Discussion (FGD) by inviting five experts. The results of this study appointment: (1) the spirit of nationalism movement when it is loaded with cosmopolitanism, which is influenced by the global geopolitical constellation; (2) Japan’s victory in the Russo-Japanese War was used by national movement figures to raise nationalism against colonialism; and (3) The strategy and superiority of Japan provided the basis for inspiration on the importance of modernity and the insight of the Indonesian nationality to be equal with European nations. This study implies that in building Indonesian nationalism, Sukarno adopted the spirit of Japanese modernization as part of his strategic culture. On the other hand, Sukarno also gave a critical view of imperialism and the expansionist movement of the Japanese “Lebensraum” in Asia.Perang Rusia-Jepang (1904-1905) merupakan tonggak penting dalam sejarah perang di abad ke-20, terutama di Asia. Untuk pertama kalinya dalam perang modern, Jepang yang diposisikan sebagai wakil bangsa kulit berwarna (Asia), berhasil mengalahkan Rusia yang dianggap mewakili bangsa kulit putih (Eropa) yang identik dengan wajah imperialisme- kolonialisme. Berangkat dari kenyataan tersebut, penelitian ini bermaksud menganalisis secara khusus sejarah perang Rusia-Jepang dan pengaruhnya terhadap kebangkitan nasionalisme Indonesia. Dari segi metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis wacana kritis, yang mengkaji secara kritis wacana sejarah Perang Rusia-Jepang. Pengumpulan data menggunakan referensi dan Forum Group Discussion (FGD) dengan mengundang lima pakar. Hasil kajian ini mengangkat: (1) semangat gerakan nasionalisme yang sarat dengan kosmopolitanisme, yang dipengaruhi oleh konstelasi geopolitik global; (2) Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk membangkitkan nasionalisme melawan kolonialisme; dan (3) Strategi dan keunggulan Jepang menjadi dasar inspirasi pentingnya modernitas dan wawasan kebangsaan Indonesia sejajar dengan bangsa Eropa. Kajian ini menyiratkan bahwa dalam membangun nasionalisme Indonesia, Sukarno mengadopsi semangat modernisasi Jepang sebagai ba
日俄战争(1904-1905)是20世纪战争史上的一个重要里程碑,尤其是在亚洲。在近代战争中,被定位为有色人种(亚洲)代表的日本首次成功击败了与帝国主义、殖民主义相一致的白人(欧洲)代表的俄罗斯。从这一现实出发,本研究拟具体分析日俄战争的历史及其对印尼民族主义兴起的影响。在方法论上,本研究采用批判性话语分析的定性方法,对日俄战争史的话语进行批判性同步考察。数据收集采用参考文献和论坛小组讨论(FGD),邀请了五位专家。研究结果表明:(1)民族主义运动精神在承载世界主义时受到全球地缘政治格局的影响;(2)日本在日俄战争中的胜利被民族运动人士用来煽动反对殖民主义的民族主义;(3)日本的战略和优势为印尼民族的现代性重要性和与欧洲民族平等的洞察力提供了启示基础。研究表明,苏加诺在塑造印尼民族主义的过程中,将日本的现代化精神作为其战略文化的一部分。另一方面,苏加诺也对帝国主义和日本在亚洲的“生存空间”的扩张主义运动提出了批评。Perang russian - japang (1904-1905) merupakan tonggak penting dalam sejarah Perang di abad ke-20, terutama di Asia。Untuk pertama kalinya dalam perang modern, Jepang yang diposisikan sebagai wakil bangsa kulit berwarna(亚洲),berhasil mengalahkan yang dianggap mewakili bangsa kulit putih(欧洲)yang identik dengan wajah帝国主义-殖民主义。Berangkat dari kenyataan tersebut, penelitian ini bermaksud menganalis secara khusus sejarah perang俄罗斯-日本,danpengaruhnya terhadap kebangkitan民族主义印度尼西亚。达里研究方法,penelitian ini mongunakan pendekatan quality dengan分析wacana kritis,杨孟卡吉研究wacana krias wacana sejaran Perang,俄罗斯-日本。彭普兰数据参考丹论坛小组讨论(FGD)邓安蒙顿利马帕卡。(1)民族主义与世界政治主义,地缘政治与世界政治;(2) Kemenangan Jepang dalam Perang russia -Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan national untuk membangkitkan nasionalisme melawan kolonialism;(3)“战略”(strategy)是指“战略”(strategy)、“战略”(strategy)、“战略”(strategy)、“战略”(strategy)、“战略”(strategy)、“战略”(genogulan)、“战略”(genogulan)、“战略”(genogulan)、“战略”(genogulan)、“战略”(genogulan)。印尼的民族主义,苏加诺的现代主义,日本的现代主义战略。Di茜茜公主躺,苏加诺轭memberikan pandangan克里特岛terhadap imperialisme丹gerakan ekspansionis Jepang Di亚洲“生存空间”。
{"title":"Russo-Japanese War: Strategy, Superiority And Its Impact On The Resurrection Of Indonesian Nationalism","authors":"Hasto Kristiyanto, A. Octavian","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.29782","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.29782","url":null,"abstract":"The Russo-Japanese War (1904-1905) was an essential milestone in war history in the 20th century, especially in Asia. For the first time in a modern war, Japan, which was positioned as the representative of the colored nation (Asia), succeeded in defeating Russia, which was considered to represent the white nation (Europe) which was identical to the face of imperialism-colonialism. Departing from this reality, this study intends to specifically analyze the history of the Russo- Japanese war and its influence on the rise of Indonesian nationalism. Regarding methodology, this research uses a qualitative approach with critical discourse analysis, which critically-synchronously examines the discourse of the history of the Russo-Japanese War. The collecting data using references and Forum Group Discussion (FGD) by inviting five experts. The results of this study appointment: (1) the spirit of nationalism movement when it is loaded with cosmopolitanism, which is influenced by the global geopolitical constellation; (2) Japan’s victory in the Russo-Japanese War was used by national movement figures to raise nationalism against colonialism; and (3) The strategy and superiority of Japan provided the basis for inspiration on the importance of modernity and the insight of the Indonesian nationality to be equal with European nations. This study implies that in building Indonesian nationalism, Sukarno adopted the spirit of Japanese modernization as part of his strategic culture. On the other hand, Sukarno also gave a critical view of imperialism and the expansionist movement of the Japanese “Lebensraum” in Asia.Perang Rusia-Jepang (1904-1905) merupakan tonggak penting dalam sejarah perang di abad ke-20, terutama di Asia. Untuk pertama kalinya dalam perang modern, Jepang yang diposisikan sebagai wakil bangsa kulit berwarna (Asia), berhasil mengalahkan Rusia yang dianggap mewakili bangsa kulit putih (Eropa) yang identik dengan wajah imperialisme- kolonialisme. Berangkat dari kenyataan tersebut, penelitian ini bermaksud menganalisis secara khusus sejarah perang Rusia-Jepang dan pengaruhnya terhadap kebangkitan nasionalisme Indonesia. Dari segi metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis wacana kritis, yang mengkaji secara kritis wacana sejarah Perang Rusia-Jepang. Pengumpulan data menggunakan referensi dan Forum Group Discussion (FGD) dengan mengundang lima pakar. Hasil kajian ini mengangkat: (1) semangat gerakan nasionalisme yang sarat dengan kosmopolitanisme, yang dipengaruhi oleh konstelasi geopolitik global; (2) Kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional untuk membangkitkan nasionalisme melawan kolonialisme; dan (3) Strategi dan keunggulan Jepang menjadi dasar inspirasi pentingnya modernitas dan wawasan kebangsaan Indonesia sejajar dengan bangsa Eropa. Kajian ini menyiratkan bahwa dalam membangun nasionalisme Indonesia, Sukarno mengadopsi semangat modernisasi Jepang sebagai ba","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48105464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.26854
Suswandari Suswandari, Nur Fajar Absor, Mohammad Badrus Soleh
Technology has evolved so rapidly, one of the contents which are currently popular on social media is the meme. Meme, which was initially for humor, continues to develop into a platform for critical media to distribute knowledge. Historical themes become interesting things to inform through a meme. Meme readers can find historical details through a meme, which makes history themes exciting, so the history teaching process can use memes as a learning medium. The aims of this study are (1) to explore the perceptions of the meme as history learning media; (2) to organize meme parameters that can be used as history learning media; (3) to choose meme content that can be used as history learning media. This study uses a qualitative analysis method with a case study approach as developed by Robert K. Yin. The data in this study were collected from in-depth interviews, participant observation, and documentation study. The data analysis methodology, meanwhile, uses the model of Creswell. This study took ten samples using the purposive sample from History Education students of FKIP-UHAMKA from semesters 3, 5, and 7. The results showed that memes have the power to be a stimulus for their readers to find out more information. Due to the nature of meme that tends to contain jokes, it makes them easy to read. Using memes as a learning tool allows teachers or lecturers to intersperse the historical learning process while still presenting historical facts in an event. Therefore, history learning can be successful and exciting.Teknologi mengalami perkembangan yang begitu cepat, salah satunya adalah media sosial dengan kontennya yang sedang populer adalah meme. Meme yang awalnya hanya berupa penyampaian humor, kini terus berkembang menjadi media penyampaian informasi hingga media kritik. Tema sejarah menjadi hal yang menarik diinformasikan melalui media sosial yang disebut meme. Para pembaca meme dapat mengetahui info kesejarahan, sehingga dapat digarisbawahi bahwa meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam proses pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah; (2) menyusun kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah; (3) untuk menyeleksi konten meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dikembangkan Robert K. Yin. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data menggunakan model Creswell. Sampel penelitian ini adalah para mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA menggunakan sampel bertujuan yang berjumlah 10 orang dari semester 3, 5, dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan meme sebagai stimulus bagi para pembacanya untuk mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi humor atau lelucon, sehin
科技发展如此之快,目前社交媒体上流行的内容之一就是表情包。Meme最初是为了幽默,后来发展成为批判性媒体传播知识的平台。通过模因,历史主题变成了有趣的事情。模因读者可以通过一个模因找到历史细节,使历史主题变得令人兴奋,因此历史教学过程可以利用模因作为学习媒介。本研究的目的是:(1)探讨模因作为历史学习媒介的认知;(2)组织可作为历史学习媒介的模因参数;(3)选择可以作为历史学习媒介的模因内容。本研究采用了由Robert K. Yin提出的定性分析方法和案例研究方法。本研究采用深度访谈法、参与式观察法和文献研究法收集资料。同时,数据分析方法采用了Creswell模型。本研究采用目的样本从第三、五、七学期的历史教育专业学生中抽取10个样本。结果表明,模因具有刺激读者发现更多信息的能力。由于表情包的性质往往包含笑话,这使得它们很容易阅读。使用模因作为学习工具,可以让教师或讲师在穿插历史学习过程的同时,仍然在一个事件中呈现历史事实。因此,历史学习可以是成功的和令人兴奋的。科技梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦梦Meme yang awalnya hanya berupa penyampaan幽默,kini terus berkembang menjadi媒体penyampaan信息,以及媒体评论。Tema sejarah menjadi hal yang menarik diinformasikan melalui媒体社交yang争议模因。parpembaca meme dapat mengetahui info kesjarahan, sehinga dapat digarisbawahi bahwa meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam propembelajaran sejarah。apadapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah;(2) menyusun标准模因Yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah;(3) untuk menyeleksi konten meme Yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah。Penelitian ini menggunakan方法Penelitian定性dengan penelian研究kasus yang dikembangkan Robert K. Yin。彭普兰的数据是:dilakukan dengan wawancara mendalam,观测和研究文献。Sementara等,技术分析数据,menggunakan模型。Sampel penelitian ini adalah para mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA menggunakan Sampel bertujuan yang berjumlah 10 orang dari学期3,5,dan 7。Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan meme sebagai刺激bagi para penbacanya untuk mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi humor atau leclecon, sehinga ringan untuk dibaca, guru/ dosenat menelingingi propbelajan sejaran menggunakan meme sebagai media penbelajan dengan tetap成员fakta sejarah di dalam suatu peristiwa, sehinga penbelajan sejaran sejarah dapat berlangsung dengan baik danmenarik。
{"title":"Meme as a History Learning Media in The Post-Millennial Generation","authors":"Suswandari Suswandari, Nur Fajar Absor, Mohammad Badrus Soleh","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.26854","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.26854","url":null,"abstract":"Technology has evolved so rapidly, one of the contents which are currently popular on social media is the meme. Meme, which was initially for humor, continues to develop into a platform for critical media to distribute knowledge. Historical themes become interesting things to inform through a meme. Meme readers can find historical details through a meme, which makes history themes exciting, so the history teaching process can use memes as a learning medium. The aims of this study are (1) to explore the perceptions of the meme as history learning media; (2) to organize meme parameters that can be used as history learning media; (3) to choose meme content that can be used as history learning media. This study uses a qualitative analysis method with a case study approach as developed by Robert K. Yin. The data in this study were collected from in-depth interviews, participant observation, and documentation study. The data analysis methodology, meanwhile, uses the model of Creswell. This study took ten samples using the purposive sample from History Education students of FKIP-UHAMKA from semesters 3, 5, and 7. The results showed that memes have the power to be a stimulus for their readers to find out more information. Due to the nature of meme that tends to contain jokes, it makes them easy to read. Using memes as a learning tool allows teachers or lecturers to intersperse the historical learning process while still presenting historical facts in an event. Therefore, history learning can be successful and exciting.Teknologi mengalami perkembangan yang begitu cepat, salah satunya adalah media sosial dengan kontennya yang sedang populer adalah meme. Meme yang awalnya hanya berupa penyampaian humor, kini terus berkembang menjadi media penyampaian informasi hingga media kritik. Tema sejarah menjadi hal yang menarik diinformasikan melalui media sosial yang disebut meme. Para pembaca meme dapat mengetahui info kesejarahan, sehingga dapat digarisbawahi bahwa meme dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk membantu dalam proses pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah persepsi penggunaan meme sebagai media pembelajaran sejarah; (2) menyusun kriteria meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah; (3) untuk menyeleksi konten meme yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran sejarah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dikembangkan Robert K. Yin. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data menggunakan model Creswell. Sampel penelitian ini adalah para mahasiswa pendidikan sejarah FKIP-UHAMKA menggunakan sampel bertujuan yang berjumlah 10 orang dari semester 3, 5, dan 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kekuatan meme sebagai stimulus bagi para pembacanya untuk mengetahui suatu informasi dengan pembawaannya yang cenderung berisi humor atau lelucon, sehin","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43544621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.31428
A. Mulyana
History textbooks are historical writings that have a function in developing educational values, including nationalism. Indonesia has a historical background colonized by the West, so that history textbooks will create nationalism’s value. This study aims to see how nationalism is described in the history textbooks of the two countries through historical events. The method used in this research is content analysis, namely analyzing the textbook’s narrative based on the indicators of the theory of nationalism. The findings of this study are indicators of the idea of nationalism, which includes myths of past glory, ethnicity and diversity, and colonialism in the description of historical events. This study concludes that the indicators of nationalism in history textbooks in Indonesia and Malaysia narrate in an indoctrinating language by placing nationalism as an ideology.Buku teks sejarah adalah tulisan sejarah yang memiliki fungsi dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan, termasuk nasionalisme. Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang dijajah oleh Barat, sehingga buku teks sejarah akan melahirkan nilai nasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana nasionalisme digambarkan dalam buku teks sejarah kedua negara melalui peristiwa sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, yaitu menganalisis narasi buku teks berdasarkan indikator teori nasionalisme. Temuan penelitian ini adalah indikator gagasan nasionalisme, yang meliputi mitos kejayaan masa lalu, etnisitas dan keragaman, dan kolonialisme dalam deskripsi peristiwa sejarah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa indikator nasionalisme dalam buku teks sejarah di Indonesia dan Malaysia dinarasikan dalam bahasa yang indoktrinasi dengan menempatkan nasionalisme sebagai ideologi.
历史教科书是具有培养民族主义等教育价值的历史著作。印度尼西亚有被西方殖民的历史背景,因此历史教科书将创造民族主义的价值。本研究旨在通过历史事件了解两国历史教科书中对民族主义的描述。本研究使用的方法是内容分析,即基于民族主义理论的指标来分析教科书的叙事。本研究的发现是民族主义思想的指标,其中包括过去荣耀的神话,种族和多样性,以及殖民主义在历史事件的描述。本研究的结论是,印尼和马来西亚历史教科书中的民族主义指标,通过将民族主义作为一种意识形态,以一种灌输式的语言进行叙述。Buku teks sejarah adalah tulisan sejarah yang memiliki funsi dalam mengembangkan nilai nilai pendidikan, termasuk民族主义。印尼的民族主义是民族主义,而不是民族主义。Penelitian ini bertujuan untuk melija bagaimana民族主义digambarkan dalam buku teks sejarah kedua negara melija peristiva sejarah。Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalysis, yitu menganalis narasi buku teks berdasarkan指标为民族主义。民族主义,民族主义,民族主义,民族主义,民族主义,民族主义,殖民主义,民族主义,民族主义。Penelitian ini menypulpulkan bahwa指标民族主义dalam buku teks sejarah di印度尼西亚和马来西亚dinarasikan dalam bahasa yang indoktrinasi dengan menempatkan民族主义sebagai意识形态。
{"title":"Narratives of Nationalism in Indonesia and Malaysia’s History Textbooks","authors":"A. Mulyana","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.31428","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.31428","url":null,"abstract":"History textbooks are historical writings that have a function in developing educational values, including nationalism. Indonesia has a historical background colonized by the West, so that history textbooks will create nationalism’s value. This study aims to see how nationalism is described in the history textbooks of the two countries through historical events. The method used in this research is content analysis, namely analyzing the textbook’s narrative based on the indicators of the theory of nationalism. The findings of this study are indicators of the idea of nationalism, which includes myths of past glory, ethnicity and diversity, and colonialism in the description of historical events. This study concludes that the indicators of nationalism in history textbooks in Indonesia and Malaysia narrate in an indoctrinating language by placing nationalism as an ideology.Buku teks sejarah adalah tulisan sejarah yang memiliki fungsi dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan, termasuk nasionalisme. Indonesia memiliki latar belakang sejarah yang dijajah oleh Barat, sehingga buku teks sejarah akan melahirkan nilai nasionalisme. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana nasionalisme digambarkan dalam buku teks sejarah kedua negara melalui peristiwa sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi, yaitu menganalisis narasi buku teks berdasarkan indikator teori nasionalisme. Temuan penelitian ini adalah indikator gagasan nasionalisme, yang meliputi mitos kejayaan masa lalu, etnisitas dan keragaman, dan kolonialisme dalam deskripsi peristiwa sejarah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa indikator nasionalisme dalam buku teks sejarah di Indonesia dan Malaysia dinarasikan dalam bahasa yang indoktrinasi dengan menempatkan nasionalisme sebagai ideologi.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45770323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.28748
R. Gunawan, D. Bandarsyah, W. I. Fauzi, H. Rachmah
Writing a historical novel is one of an author’s attempts to engage readers emotionally. A history written in the form of a story can prove to be more interesting since it consists of beautifully arranged words that can vividly draw the past. Even though both novels and textbooks issue certain life of communities, historical novels may encourage their readers to see a phenomenon found in history from different perspectives than those of historians’. For example, a romance novel entitled “Bekasi River” was written based on Pramoedya Ananta Toer’s experience of being isolated during the war against the British army. The problem discussed in this article is about the representation of Indonesia’s history during the war of independence in the novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. This study used a qualitative content analysis method to understand and present ideas and examine historical elements within the novel. This study used content analysis to describe the details and characteristics of historical narratives. The historical narratives were then compared with historians’ study of the revolution in Bekasi. This comparison will show the relationship between the facts and the fiction found in the novel. There are five patterns of the relationship between those facts and fiction: first, the fictionalization of the characters is an imitation of the reality observed by the author. Second, the historians’ description clarifies the novel’s depiction of historical facts. Third, the historians’ narration is depicted in much more detail in the novel; Fourth, the description of facts in the novel consists of historical facts that historians also revealed; Fifth, the novel brings emotional elements to life, which are difficult to be found in historians’ work.Menulis novel sejarah adalah salah satu upaya penulis untuk melibatkan pembaca secara emosional. Sebuah sejarah yang ditulis dalam bentuk cerita bisa menjadi lebih menarik karena terdiri dari kata-kata yang disusun dengan indah yang dapat menggambarkan masa lalu dengan jelas. Meskipun baik novel maupun buku teks mengangkat kehidupan masyarakat tertentu, novel sejarah dapat mendorong pembacanya untuk melihat fenomena yang ditemukan dalam sejarah dari perspektif yang berbeda dari sejarawan. Sebagai contoh, sebuah novel roman berjudul “Sungai Bekasi” ditulis berdasarkan pengalaman Pramoedya Ananta Toer yang diisolasi selama perang melawan tentara Inggris. Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah tentang representasi sejarah Indonesia pada masa perang kemerdekaan dalam novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif untuk memahami dan menyajikan gagasan serta mengkaji unsur-unsur sejarah dalam novel. Penelitian ini menggunakan analisis isi untuk mendeskripsikan detail dan karakteristik narasi sejarah. Narasi sejarah tersebut kemudian dibandingkan dengan studi sejarawan tentang revolusi di Bekasi. Perbandingan ini akan menunjukkan hubungan antara fakta dan fiksi yang ditemu
写一部历史小说是作者试图在情感上吸引读者的一种尝试。以故事的形式书写的历史可能会更有趣,因为它由排列精美的单词组成,可以生动地描绘过去。尽管小说和教科书都讲述了社区的某些生活,但历史小说可能会鼓励读者从与历史学家不同的角度看待历史中的一种现象。例如,一本名为《贝卡西河》的浪漫小说是根据普拉莫迪亚·阿南塔·托尔在与英国军队的战争中被孤立的经历写成的。本文所讨论的问题是关于印度尼西亚独立战争期间的历史在小说《Di Tepi Kali Bekasi?》中的再现。本研究采用定性内容分析的方法来理解和呈现小说中的思想,并考察小说中的历史元素。本研究采用内容分析法来描述历史叙事的细节和特点。然后将这些历史叙述与历史学家对贝卡西革命的研究进行了比较。这种比较将显示小说中的事实与虚构之间的关系。这些事实和小说之间的关系有五种模式:首先,人物的虚构是对作者观察到的现实的模仿。其次,历史学家的叙述澄清了小说对历史事实的描写。第三,历史学家的叙述在小说中被描绘得更加详细;第四,小说中对事实的描述包括历史学家也揭示的历史事实;第五,小说给生活带来了情感元素,这在历史学家的作品中是很难找到的。写历史小说是作家试图在情感上吸引读者的一种尝试。以故事的形式书写的历史可能更有趣,因为它由设计精美的单词组成,可以清楚地描述过去。尽管小说和教科书都讲述了特定社会的生活,但历史小说可以鼓励读者从不同于历史的角度看待历史现象。例如,一本名为《贝卡西河》的小说是根据普拉莫迪亚·阿南塔·托尔的经历写成的,她在与英国军队的战争中被孤立。本文所讨论的问题是关于独立战争期间印尼历史在小说《在贝卡西一边?》中的再现。本研究采用定性内容分析的方法来理解和呈现小说中的思想,并研究小说中的历史元素。本研究采用内容分析法来描述历史叙事的细节和特点。然后将历史之国比作对贝卡西革命的历史研究。这种比较将显示小说中事实与虚构之间的关系。事实与虚构之间的关联有五种模式:首先,人物的虚构是作者观察到的现实的复制。其次,历史描写澄清了小说对历史事实的描写。第三,小说对历史叙事的描写更加细致;第四,小说中的事实描写包括历史学家揭示的历史事实;第五,小说赋予了历史作品中难以找到的情感元素。
{"title":"Representation of the Indonesian Revolution in the Novel Di Tepi Kali Bekasi by Pramoedya Ananta Toer","authors":"R. Gunawan, D. Bandarsyah, W. I. Fauzi, H. Rachmah","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.28748","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.28748","url":null,"abstract":"Writing a historical novel is one of an author’s attempts to engage readers emotionally. A history written in the form of a story can prove to be more interesting since it consists of beautifully arranged words that can vividly draw the past. Even though both novels and textbooks issue certain life of communities, historical novels may encourage their readers to see a phenomenon found in history from different perspectives than those of historians’. For example, a romance novel entitled “Bekasi River” was written based on Pramoedya Ananta Toer’s experience of being isolated during the war against the British army. The problem discussed in this article is about the representation of Indonesia’s history during the war of independence in the novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. This study used a qualitative content analysis method to understand and present ideas and examine historical elements within the novel. This study used content analysis to describe the details and characteristics of historical narratives. The historical narratives were then compared with historians’ study of the revolution in Bekasi. This comparison will show the relationship between the facts and the fiction found in the novel. There are five patterns of the relationship between those facts and fiction: first, the fictionalization of the characters is an imitation of the reality observed by the author. Second, the historians’ description clarifies the novel’s depiction of historical facts. Third, the historians’ narration is depicted in much more detail in the novel; Fourth, the description of facts in the novel consists of historical facts that historians also revealed; Fifth, the novel brings emotional elements to life, which are difficult to be found in historians’ work.Menulis novel sejarah adalah salah satu upaya penulis untuk melibatkan pembaca secara emosional. Sebuah sejarah yang ditulis dalam bentuk cerita bisa menjadi lebih menarik karena terdiri dari kata-kata yang disusun dengan indah yang dapat menggambarkan masa lalu dengan jelas. Meskipun baik novel maupun buku teks mengangkat kehidupan masyarakat tertentu, novel sejarah dapat mendorong pembacanya untuk melihat fenomena yang ditemukan dalam sejarah dari perspektif yang berbeda dari sejarawan. Sebagai contoh, sebuah novel roman berjudul “Sungai Bekasi” ditulis berdasarkan pengalaman Pramoedya Ananta Toer yang diisolasi selama perang melawan tentara Inggris. Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah tentang representasi sejarah Indonesia pada masa perang kemerdekaan dalam novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif untuk memahami dan menyajikan gagasan serta mengkaji unsur-unsur sejarah dalam novel. Penelitian ini menggunakan analisis isi untuk mendeskripsikan detail dan karakteristik narasi sejarah. Narasi sejarah tersebut kemudian dibandingkan dengan studi sejarawan tentang revolusi di Bekasi. Perbandingan ini akan menunjukkan hubungan antara fakta dan fiksi yang ditemu","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47525570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.27051
Muhammad Bagus Sekar Alam, W. Warto, Insiwi Febriary Setiasih
The study aims to explain the dynamics of the political life of NU pesantren ulama (clerics) in the Former Karesidenan Surakarta during the New Order era (1971-1997). The New Order regime attempted to maintain power and created political stability tends to use a repressive approach. One of the social groups that gained political pressure from the New Order regime was the NU pesantren ulama. The New Order Government assessed them as an interested social group seeking to uphold Islamic law and anti-government policy. NU pesantren ulama had experienced political pressure in the various situation in the Former Karesidenan Surakarta. It started from the regulations (Permen No. 12 the Year 1969 and PP No.6 the Year 1970) to the act of political intimidation ahead of the New Order election. From 1971 to the 1997 election, the New Order Regime tried to marginalize the NU Pesantren Ulama’s political role at the grassroots level. The New Order’s repressive policies made NU pesantren ulama in former Karesidenan Surakarta did some acts of experimentation to save the NU Organization and their NU pesantren survival. One of their activities is through the Khittah NU 1984, which provided personal freedom for NU pesantren ulama to choose their political affiliation. The conclusion of this paper shows that the New Order Government is an anti-political party regime that is ruling with an authoritarian approach.Tulisan ini menjelaskan dinamika kehidupan politik ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta pada masa rezim Orde Baru tahun 1971-1997. Rezim Orde Baru dalam upaya mempertahankan kekuasaan dan menciptakan stabilitas politik cenderung menggunakan pendekatan represif. Salah satu kelompok masyarakat yang mendapatkan tekanan politik dari rezim Orde Baru adalah ulama pesantren NU. Mereka dinilai Pemerintah Orde Baru sebagai kelompok sosial yang berusaha menegakkan hukum Islam dan anti kebijakan pemerintah. Tekanan politik dalam berbagai situasi telah dialami ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta. Mulai dari regulasi (Permen No. 12 Tahun 1969 dan PP No.6 Tahun 1970) hingga tindakan intimidasi politik menjelang pemilu-pemilu Orde Baru. Dari Pemilu 1971 sampai Pemilu 1997, rezim Orde Baru berusaha memarjinalkan peran politik ulama pesantren NU di akar rumput. Kebijakan represif Orde Baru ini membuat ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta sering kali bereksperimentasi politik guna menyelamatkan organisasi NU dan kelangsungan hidup pesantrennya. Salah satunya melalui Khittah NU tahun 1984 yang memberikan kebebasan personal ulama pesantren NU dalam menentukan afiliasi politiknya. Kesimpulan tulisan ini menunjukkan usaha depolitisasi terhadap ulama pesantren NU memperkuat fakta bahwa Pemerintah Orde Baru merupakan rezim anti partai politik yang berkuasa dengan pendekatan otoriter.
本研究旨在解释新秩序时代(1971-1997)前卡拉西德南泗水省教士政治生活的动态。新秩序政权试图维持权力和创造政治稳定,倾向于使用镇压手段。从新秩序政权获得政治压力的社会团体之一是NU pesantren ulama。新秩序政府认为他们是维护伊斯兰法律和反政府政策的利益团体。NU pesantren ulama在前雅加达的各种情况下都经历了政治压力。它从条例(1969年第12号永久法令和1970年第6号PP法令)开始,到新秩序选举前的政治恐吓行为。从1971年到1997年的选举,新秩序政权试图边缘化NU Pesantren Ulama在基层的政治角色。新秩序的镇压政策使得前卡拉希德南泗水的NU pesantren ulama做了一些实验来拯救NU组织和他们的NU pesantren生存。他们的活动之一是通过1984年的赤塔民族联盟,该联盟提供了民族联盟代表乌拉玛选择其政治派别的个人自由。本文的结论表明,新秩序政府是一个以威权主义方式执政的反政党政权。1971-1997年,苏里坦当选为政治领袖。苏里坦当选为政治领袖。苏里坦当选为政治领袖。礼赞·奥德·巴鲁·达兰巴雅议员、国会议员、国会议员、稳定政治委员、国会议员、国会议员、国会议员代表。Salah satu kelompok, masyarakat, yang mendapatakan, tekanan,政治领袖,Orde Baru adalah ulama pesantern。Mereka dinilai Pemerintah Orde Baru sebagai kelompok社会yang berusha menegakkan hukum伊斯兰教和anti kebijakan Pemerintah。印尼政界人士表示:“我认为,印尼的政治局势是稳定的。”Mulai dari regulasi (Permen No. 12 at hun 1969, PP No.6 at hun 1970), ingga tindakan intimidasi politika menjelang pemilu-pemilu Orde Baru。Dari Pemilu 1971 sampai Pemilu 1997, rezim Orde Baru berusaha memarjinalkan peran政治代表NU di akar rumput。印尼代表、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员、印尼国会议员。Salah satunya melalui Khittah NU tahun 1984 yang成员kan kebebasan个人乌拉玛代表NU dalam menentukan afiliasi politiknya。“反党派政治”是指反党派政治、反党派政治、反党派政治、反党派政治和反党派政治。
{"title":"Cleric Depoliticization of the NU Pesantren in Former Karesidenan Surakarta at the New Order Era (1971-1997)","authors":"Muhammad Bagus Sekar Alam, W. Warto, Insiwi Febriary Setiasih","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.27051","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.27051","url":null,"abstract":"The study aims to explain the dynamics of the political life of NU pesantren ulama (clerics) in the Former Karesidenan Surakarta during the New Order era (1971-1997). The New Order regime attempted to maintain power and created political stability tends to use a repressive approach. One of the social groups that gained political pressure from the New Order regime was the NU pesantren ulama. The New Order Government assessed them as an interested social group seeking to uphold Islamic law and anti-government policy. NU pesantren ulama had experienced political pressure in the various situation in the Former Karesidenan Surakarta. It started from the regulations (Permen No. 12 the Year 1969 and PP No.6 the Year 1970) to the act of political intimidation ahead of the New Order election. From 1971 to the 1997 election, the New Order Regime tried to marginalize the NU Pesantren Ulama’s political role at the grassroots level. The New Order’s repressive policies made NU pesantren ulama in former Karesidenan Surakarta did some acts of experimentation to save the NU Organization and their NU pesantren survival. One of their activities is through the Khittah NU 1984, which provided personal freedom for NU pesantren ulama to choose their political affiliation. The conclusion of this paper shows that the New Order Government is an anti-political party regime that is ruling with an authoritarian approach.Tulisan ini menjelaskan dinamika kehidupan politik ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta pada masa rezim Orde Baru tahun 1971-1997. Rezim Orde Baru dalam upaya mempertahankan kekuasaan dan menciptakan stabilitas politik cenderung menggunakan pendekatan represif. Salah satu kelompok masyarakat yang mendapatkan tekanan politik dari rezim Orde Baru adalah ulama pesantren NU. Mereka dinilai Pemerintah Orde Baru sebagai kelompok sosial yang berusaha menegakkan hukum Islam dan anti kebijakan pemerintah. Tekanan politik dalam berbagai situasi telah dialami ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta. Mulai dari regulasi (Permen No. 12 Tahun 1969 dan PP No.6 Tahun 1970) hingga tindakan intimidasi politik menjelang pemilu-pemilu Orde Baru. Dari Pemilu 1971 sampai Pemilu 1997, rezim Orde Baru berusaha memarjinalkan peran politik ulama pesantren NU di akar rumput. Kebijakan represif Orde Baru ini membuat ulama pesantren NU di wilayah eks-Keresidenan Surakarta sering kali bereksperimentasi politik guna menyelamatkan organisasi NU dan kelangsungan hidup pesantrennya. Salah satunya melalui Khittah NU tahun 1984 yang memberikan kebebasan personal ulama pesantren NU dalam menentukan afiliasi politiknya. Kesimpulan tulisan ini menunjukkan usaha depolitisasi terhadap ulama pesantren NU memperkuat fakta bahwa Pemerintah Orde Baru merupakan rezim anti partai politik yang berkuasa dengan pendekatan otoriter.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42626352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.22879
E. Kurniawan, E. Suharini
This article reveals Semarang City’s history, an extremely vulnerable area to floods and examines what the government has done to overcome this greatly chronic problem. Its default condition as a lowland city in direct contact with hilly areas and sea makes the potential for floods exhaustive. Thus, it is prone to pluvial, local, and coastal floods. Various policies carried out from the colonial era to the Semarang City government have so far not been able to control floods as expected. Countermeasures using non-structural methods through spatial planning and environmental law enforcement have yielded no specific results. Countermeasures with structural methods such as river normalization or the construction of flood control infrastructure become no more than a dull blade. For years, spatial planning policies have been implemented and many infrastructures have been built, but the threat of flooding is increasing and expanding. It is necessary to change the development paradigm adopted by the government so that it no longer boosts infrastructure and investment, then re-applies the memayu hayuning bawana philosophy.Artikel ini mengungkap sejarah Kota Semarang yang sangat rentan terhadap banjir dan mengkaji apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah yang sangat kronis ini. Kondisi bawaannya sebagai kota dataran rendah yang bersentuhan langsung dengan daerah perbukitan dan laut membuat potensi banjir sangat besar. Sehingga rawan terhadap banjir pluvial, lokal, dan pesisir. Berbagai kebijakan yang dilakukan sejak zaman penjajahan hingga pemerintah Kota Semarang selama ini belum mampu mengendalikan banjir seperti yang diharapkan. Penanggulangan dengan metode non-struktural melalui penataan ruang dan penegakan hukum lingkungan belum membuahkan hasil yang spesifik. Penanggulangan dengan metode struktural seperti normalisasi sungai atau pembangunan infrastruktur pengendalian banjir tidak lebih dari pisau tumpul. Selama bertahun-tahun, kebijakan penataan ruang telah diterapkan dan banyak infrastruktur telah dibangun, tetapi ancaman banjir semakin meningkat dan meluas. Perlu mengubah paradigma pembangunan yang dianut pemerintah agar tidak lagi menggenjot infrastruktur dan investasi, kemudian kembali menerapkan filosofi memayu hayuning bawana.
这篇文章揭示了三宝垄市的历史,一个极易受洪水影响的地区,并探讨了政府为克服这个严重的长期问题所做的工作。它的默认条件是一个低地城市,与丘陵地区和海洋直接接触,这使得洪水的可能性非常大。因此,它容易发生洪水、局部洪水和沿海洪水。从殖民时代到三宝垄市政府的各种政策至今未能像预期的那样控制洪水。通过空间规划和环境执法等非结构性方法采取的对策没有取得具体成果。采用结构方法的对策,如河流正常化或防洪基础设施建设,只不过是一把钝刀。多年来,空间规划政策得到了实施,许多基础设施得到了建设,但洪水的威胁正在增加和扩大。有必要改变政府采取的发展模式,不再推动基础设施和投资,然后重新应用memayu hayuning bawana哲学。阿蒂克尼尼蒙噶拉西贾拉哥打三宝郎,杨噶拉人,丹噶拉人,杨噶拉人,杨噶拉人,杨噶拉人,杨噶拉人,杨噶拉人,杨噶拉人。Kondisi bawaannya sebagai kota dataran rendah yang bersentuhan langsung dengan daerah perbukitan danlaut成员潜在的banjir sangat besar。sehinga rawan terhadap banjir雨,当地,丹总统。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Penanggulangan dengan方法,非结构性千层结构,penangangan runang, penangangan hukum, lingkungan belum, mebuahkan hasil yang。Penanggulangan dengan方法结构分离正常化,sungai atau penbangunan基础设施pengendalian banjir tidak lebih dari pisau tumpul。Selama bertahun-tahun, kebijakan penataan ruang telah diterapkan dan banyak基础设施,telah dibangan, tetapi anaman banjir semakin meningkat dan meluas。Perlu mengubah paradigm pembangunan yang dianut pemerintah agar tidak lagi menggenjot基础设施和投资,kemudian kembali menerapkan filosofi memayu hayuning bawana。
{"title":"Flood Disaster in Semarang City from Colonial to Reformasi: A Review of its Management","authors":"E. Kurniawan, E. Suharini","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.22879","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.22879","url":null,"abstract":"This article reveals Semarang City’s history, an extremely vulnerable area to floods and examines what the government has done to overcome this greatly chronic problem. Its default condition as a lowland city in direct contact with hilly areas and sea makes the potential for floods exhaustive. Thus, it is prone to pluvial, local, and coastal floods. Various policies carried out from the colonial era to the Semarang City government have so far not been able to control floods as expected. Countermeasures using non-structural methods through spatial planning and environmental law enforcement have yielded no specific results. Countermeasures with structural methods such as river normalization or the construction of flood control infrastructure become no more than a dull blade. For years, spatial planning policies have been implemented and many infrastructures have been built, but the threat of flooding is increasing and expanding. It is necessary to change the development paradigm adopted by the government so that it no longer boosts infrastructure and investment, then re-applies the memayu hayuning bawana philosophy.Artikel ini mengungkap sejarah Kota Semarang yang sangat rentan terhadap banjir dan mengkaji apa yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah yang sangat kronis ini. Kondisi bawaannya sebagai kota dataran rendah yang bersentuhan langsung dengan daerah perbukitan dan laut membuat potensi banjir sangat besar. Sehingga rawan terhadap banjir pluvial, lokal, dan pesisir. Berbagai kebijakan yang dilakukan sejak zaman penjajahan hingga pemerintah Kota Semarang selama ini belum mampu mengendalikan banjir seperti yang diharapkan. Penanggulangan dengan metode non-struktural melalui penataan ruang dan penegakan hukum lingkungan belum membuahkan hasil yang spesifik. Penanggulangan dengan metode struktural seperti normalisasi sungai atau pembangunan infrastruktur pengendalian banjir tidak lebih dari pisau tumpul. Selama bertahun-tahun, kebijakan penataan ruang telah diterapkan dan banyak infrastruktur telah dibangun, tetapi ancaman banjir semakin meningkat dan meluas. Perlu mengubah paradigma pembangunan yang dianut pemerintah agar tidak lagi menggenjot infrastruktur dan investasi, kemudian kembali menerapkan filosofi memayu hayuning bawana.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47864522","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.30512
Evita Pratiwi, Sarkawi B Husain
This article discusses the implementation of schools for European children to the birth of the Bumiputera elite in Bojonegoro in 1892-1942. The ethical politics that were introduced in the early 20th century had a significant influence on the development of colonial education in Bojonegoro. In addition, the awareness of the colonial education presence for European children during the Dutch colonial rule also influenced the presence of European elementary schools in this city. It was purposed to facilitate the majority of European children whose parents were colonial employees, plantation owners, or the gas industry. This article is the result of research using historical methods, namely, source collection, source verification or criticism, analysis, and writing or historiography. The first European Elementary School (Europeesche Lagere School) opened in Bojonegoro in 1892 which was located in the Bojonegoro District. This school applied the same rules as schools in the Netherlands. Initially the school only accepted students of European nationality, but in later development it also accepted Bumiputera children with strict conditions. The school, which was intended to produce European educated people, then also gave birth to a new intellectual elite called as Bumiputera, who later became the driving force for movement and press organizations.Artikel ini membahas tentang penyelenggaraan sekolah untuk anak-anak Eropa hingga lahirnya elit bumiputera yang ada di Bojonegoro pada tahun 1892-1942. Politik etis yang digulirkan pada awal abad ke-20 memberi pengaruh yang signifikan terhadap berkembangnya pendidikan kolonial di Bojonegoro. Selain itu, kesadaran untuk hadirnya pendidikan kolonial untuk anak-anak Eropa pada masa pemerintahan kolonial Belanda turut berpengaruh pada hadirnya sekolah dasar Eropa di kota ini. Hal ini untuk memfasilitasi banyakanya anak-anak Eropa yang orang tuanya menjadi pegawai kolonial, pemilik perkebunan, atau industri gas. Artikel ini merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode sejarah yaitu, pengumpulan sumber, verifikasi atau kritik sumber, analisis, dan penulisan atau historiografi. Sekolah Dasar Eropa (Europeesche Lagere School) pertama yang dibuka di Bojonegoro yakni pada tahun 1892 yang berlokasi di Distrik Bojonegoro. Sekolah ini menerapkan peraturan yang sama dengan sekolah yang ada di Belanda. Awalnya sekolah hanya menerima murid-murid berkebangsaan Eropa, namun dalam perkembangan kemudian juga menerima anak-anak bumiputera dengan persyaratan yang ketat. Sekolah yang diperuntukkan untuk mencetak kaum terdidik Eropa, kemudian juga melahirkan elit intelektual baru bumiputera yang kemudian menjadi penggerak organisasi pergerakan dan pers.
{"title":"Europeesche Lagere School and the Birth of Bumiputera Intellectual Elite in Bojonegoro, East Java","authors":"Evita Pratiwi, Sarkawi B Husain","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.30512","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.30512","url":null,"abstract":"This article discusses the implementation of schools for European children to the birth of the Bumiputera elite in Bojonegoro in 1892-1942. The ethical politics that were introduced in the early 20th century had a significant influence on the development of colonial education in Bojonegoro. In addition, the awareness of the colonial education presence for European children during the Dutch colonial rule also influenced the presence of European elementary schools in this city. It was purposed to facilitate the majority of European children whose parents were colonial employees, plantation owners, or the gas industry. This article is the result of research using historical methods, namely, source collection, source verification or criticism, analysis, and writing or historiography. The first European Elementary School (Europeesche Lagere School) opened in Bojonegoro in 1892 which was located in the Bojonegoro District. This school applied the same rules as schools in the Netherlands. Initially the school only accepted students of European nationality, but in later development it also accepted Bumiputera children with strict conditions. The school, which was intended to produce European educated people, then also gave birth to a new intellectual elite called as Bumiputera, who later became the driving force for movement and press organizations.Artikel ini membahas tentang penyelenggaraan sekolah untuk anak-anak Eropa hingga lahirnya elit bumiputera yang ada di Bojonegoro pada tahun 1892-1942. Politik etis yang digulirkan pada awal abad ke-20 memberi pengaruh yang signifikan terhadap berkembangnya pendidikan kolonial di Bojonegoro. Selain itu, kesadaran untuk hadirnya pendidikan kolonial untuk anak-anak Eropa pada masa pemerintahan kolonial Belanda turut berpengaruh pada hadirnya sekolah dasar Eropa di kota ini. Hal ini untuk memfasilitasi banyakanya anak-anak Eropa yang orang tuanya menjadi pegawai kolonial, pemilik perkebunan, atau industri gas. Artikel ini merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode sejarah yaitu, pengumpulan sumber, verifikasi atau kritik sumber, analisis, dan penulisan atau historiografi. Sekolah Dasar Eropa (Europeesche Lagere School) pertama yang dibuka di Bojonegoro yakni pada tahun 1892 yang berlokasi di Distrik Bojonegoro. Sekolah ini menerapkan peraturan yang sama dengan sekolah yang ada di Belanda. Awalnya sekolah hanya menerima murid-murid berkebangsaan Eropa, namun dalam perkembangan kemudian juga menerima anak-anak bumiputera dengan persyaratan yang ketat. Sekolah yang diperuntukkan untuk mencetak kaum terdidik Eropa, kemudian juga melahirkan elit intelektual baru bumiputera yang kemudian menjadi penggerak organisasi pergerakan dan pers. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49022332","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.31554
M. M. Noor
The Chinese revolutions were the standard-bearers of the world revolution that influenced many independence fighters in colonialized countries. Feudalism, militarism and imperialism were the main ‘enemies’ to the masses that trapped them in the various social inequities of poverty, exploitation and subjugation. Self-worth and national pride were the drivers of the Chinese Revolution as they embedded Chinese nationalism within Marx-Lenin's revolutionary strategy. However, the formation, organization and revolutionary struggle of the Chinese Communist Party was defined and controlled by the Communist International (Comintern) and Stalin that placed them in a straitjacket beyond the border of the Chinese society. A two-stage revolutionary strategy was to be applied in China where the infant CCP must work with Kuomintang (KMT) to gain national liberation of China from imperialism, militarism and feudalism under the leadership of Dr Sun Yat-sen to Chiang Kai-shek. However, defining the changing society in China from afar blinded Stalin interpretation of Marx-Lenin theses as a revolution from below was trigged by the peasant uprisings and KMT’s voices are national revolution but in practice is reactionary. KMT’s voices of revolutionary vigour are to obtain Russian aid and military support but in realpolitik, it massacres the peasants and the labourers who rebel and jeopardies their militarist-capitalist-imperialist agenda. Students of contemporary societal and political change could learn from the Tragedy of the Chinese Revolution, where the body of knowledge applied was socially blinded to the changing social reality of the locality.Revolusi Cina adalah pembawa standar revolusi dunia yang mempengaruhi banyak pejuang kemerdekaan di negara-negara terjajah. Feodalisme, militerisme, dan imperialisme adalah 'musuh' utama massa yang menjebak mereka dalam berbagai ketidakadilan sosial berupa kemiskinan, eksploitasi dan penaklukan. Hal ini mendorong terjadinya revolusi. Harga diri dan kebanggaan nasional adalah pendorong Revolusi Cina karena mereka menanamkan nasionalisme Cina dalam strategi revolusioner Marx-Lenin. Namun, pembentukan, organisasi dan perjuangan revolusioner Partai Komunis Tiongkok ditentukan dan dikendalikan oleh Komunis Internasional (Komintern) dan Stalin yang menempatkan mereka dalam jaket pengekang di luar batas masyarakat Tiongkok. Strategi revolusioner dua tahap akan diterapkan di Tiongkok di mana PKC yang masih bayi harus bekerja dengan Kuomintang (KMT) untuk mendapatkan pembebasan nasional Tiongkok dari imperialisme, militerisme, dan feodalisme di bawah kepemimpinan Dr Sun Yat-sen ke Chiang Kai-shek. Namun, mendefinisikan masyarakat yang berubah di Cina dari interpretasi Stalin yang membutakan atas tesis Marx-Lenin sebagai revolusi dari bawah dipicu oleh pemberontakan petani dan suara KMT adalah revolusi nasional tetapi dalam praktiknya adalah reaksioner. Suara kekuatan revolusioner KMT adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan m
中国革命是世界革命的旗手,影响了许多殖民地国家的独立战士。封建主义、军国主义和帝国主义是人民群众的主要“敌人”,它们把人民群众困在各种社会不平等的贫困、剥削和奴役之中。自我价值和民族自豪感是中国革命的驱动力,因为它们将中国的民族主义嵌入了马克思列宁的革命战略中。然而,中国共产党的形成、组织和革命斗争是由共产国际和斯大林定义和控制的,这使他们被置于中国社会边界之外的束缚之中。中国实行两阶段革命战略,新生的中国共产党必须与国民党合作,在孙中山到蒋介石的领导下,从帝国主义、军国主义和封建主义中获得民族解放。然而,远观中国社会的变化,使斯大林对马克思列宁理论的解释变得模糊,认为这是一场由农民起义引发的自下而上的革命,国民党的声音是民族革命,但实际上是反动的。国民党的革命声势是为了获得俄罗斯的援助和军事支持,但在现实政治中,它屠杀了反抗的农民和工人,危及了他们的军国主义-资本主义-帝国主义议程。研究当代社会和政治变化的学生可以从中国革命的悲剧中学习,那里的知识体系对当地不断变化的社会现实是社会盲目的。中国革命,中国革命,中国革命,中国革命,中国革命,中国革命封建主义,军国主义,和帝国主义adalah 'musuh' utama massa yang menjebak mereka berbagai ketidakadilan社会分裂,ekspploitasi dan penaklukan。我想要的是一场革命。中国革命家马克思-列宁,中国革命家马克思-列宁。Namun, pembentukan,组织为perjuangan革命者Partai Komunis Tiongkok ditentukan dan dikendalikan oleh Komunis international(共产国际)dan Stalin yang menempatkan mereka dalam, pengekang di luar batas masyarakat Tiongkok。战略革命家dua tahap akan diterapkan di Tiongkok di mana PKC yang masih bayi harus bekerja denan国民党(国民党)untuk mendapatkan penbasan国民党(国民党)untuk mendapatkan penbasan民族主义Tiongkok dari帝国主义,军国主义,但封建主义dibawah bawah保持不变孙中山先生蒋介石。Namun, mendefinisikan masyarakat yang berubah di china, dari interpretation is斯大林,yang membutakan attesis马克思列宁,sebagai revolusi dari bawah dipicu oleh pemberontakan petani dansuara国民党,adalah revolusi national tetapi dalam praktiknya adalah reaksioner。Suara kekuatan革命者KMT adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan militer俄罗斯tetapi dalam politik nyata,国民党成员banbantai para petani dan buruh yang成员dandanbahayakan议程军国主义-资本主义-帝国主义mereka。马哈西瓦·佩鲁巴汉社会和政治kontemporer dapat belajar dari Tragedi revolutionusi china, di mana tubuh pengetahuan yang diterapkan secara social dibutakan oleh realitas social yang berubah dari lokalitas。
{"title":"Revolutionary Theses, Social Reality, and the Tragedy of the Chinese Revolution","authors":"M. M. Noor","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.31554","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.31554","url":null,"abstract":"The Chinese revolutions were the standard-bearers of the world revolution that influenced many independence fighters in colonialized countries. Feudalism, militarism and imperialism were the main ‘enemies’ to the masses that trapped them in the various social inequities of poverty, exploitation and subjugation. Self-worth and national pride were the drivers of the Chinese Revolution as they embedded Chinese nationalism within Marx-Lenin's revolutionary strategy. However, the formation, organization and revolutionary struggle of the Chinese Communist Party was defined and controlled by the Communist International (Comintern) and Stalin that placed them in a straitjacket beyond the border of the Chinese society. A two-stage revolutionary strategy was to be applied in China where the infant CCP must work with Kuomintang (KMT) to gain national liberation of China from imperialism, militarism and feudalism under the leadership of Dr Sun Yat-sen to Chiang Kai-shek. However, defining the changing society in China from afar blinded Stalin interpretation of Marx-Lenin theses as a revolution from below was trigged by the peasant uprisings and KMT’s voices are national revolution but in practice is reactionary. KMT’s voices of revolutionary vigour are to obtain Russian aid and military support but in realpolitik, it massacres the peasants and the labourers who rebel and jeopardies their militarist-capitalist-imperialist agenda. Students of contemporary societal and political change could learn from the Tragedy of the Chinese Revolution, where the body of knowledge applied was socially blinded to the changing social reality of the locality.Revolusi Cina adalah pembawa standar revolusi dunia yang mempengaruhi banyak pejuang kemerdekaan di negara-negara terjajah. Feodalisme, militerisme, dan imperialisme adalah 'musuh' utama massa yang menjebak mereka dalam berbagai ketidakadilan sosial berupa kemiskinan, eksploitasi dan penaklukan. Hal ini mendorong terjadinya revolusi. Harga diri dan kebanggaan nasional adalah pendorong Revolusi Cina karena mereka menanamkan nasionalisme Cina dalam strategi revolusioner Marx-Lenin. Namun, pembentukan, organisasi dan perjuangan revolusioner Partai Komunis Tiongkok ditentukan dan dikendalikan oleh Komunis Internasional (Komintern) dan Stalin yang menempatkan mereka dalam jaket pengekang di luar batas masyarakat Tiongkok. Strategi revolusioner dua tahap akan diterapkan di Tiongkok di mana PKC yang masih bayi harus bekerja dengan Kuomintang (KMT) untuk mendapatkan pembebasan nasional Tiongkok dari imperialisme, militerisme, dan feodalisme di bawah kepemimpinan Dr Sun Yat-sen ke Chiang Kai-shek. Namun, mendefinisikan masyarakat yang berubah di Cina dari interpretasi Stalin yang membutakan atas tesis Marx-Lenin sebagai revolusi dari bawah dipicu oleh pemberontakan petani dan suara KMT adalah revolusi nasional tetapi dalam praktiknya adalah reaksioner. Suara kekuatan revolusioner KMT adalah untuk mendapatkan bantuan dan dukungan m","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47296274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-02DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.25752
Sri Pajriah, A’an Suryana
This study aims to describe the character values of Kawali’s Inscription and the implementation of local wisdom-based character values on Kawali’s Inscription in history learning. This research method is descriptive qualitative with a case study strategy. Data collection was carried out by observation on history learning activities in the classroom and Kawali’s inscription; informant interviews were conducted by teachers, students and officers of the Astana Gede Kawali Site; and the analysis of documents, syllabus and lesson plans. Purposive sampling and time sampling were used in this study. To find data validity, data triangulation was used. Data analysis used interactive analysis consists of collecting, reducing, presenting data and drawing conclusions. The results of this study indicate the character values in Kawali’s Inscription consist of having the character values of just, hard-working, peace-loving, democratic, respectful, honest, independent, religious, tolerant, caring socially, caring for the environment. The syllabus and lesson plans reflect the implementation of character values based on local wisdom on Kawali’s inscription in learning history. The teacher designs and implements history learning by integrating historical subject matter with the surrounding environment to explore the potential of character values in Kawali’s Inscription to form better, adaptive and positive student characters to meet life’s needs and face challenges in solving everyday problems.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter Prasasti Kawali dan implementasi nilai karakter berbasis kearifan lokal pada Prasasti Kawali dalam pembelajaran sejarah. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap kegiatan pembelajaran sejarah di kelas dan prasasti Kawali; wawancara informan dilakukan oleh guru, siswa dan petugas Situs Astana Gede Kawali; dan analisis dokumen, silabus dan RPP. Purposive sampling dan time sampling digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui validitas data digunakan triangulasi data. Analisis data yang digunakan analisis interaktif terdiri dari pengumpulan, reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai-nilai karakter dalam Prasasti Kawali terdiri dari memiliki nilai karakter adil, pekerja keras, cinta damai, demokratis, hormat, jujur, mandiri, religius, toleran, peduli sosial, peduli lingkungan. Silabus dan RPP mencerminkan penerapan nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal pada prasasti Kawali dalam pembelajaran sejarah. Guru merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan materi pelajaran sejarah dengan lingkungan sekitar untuk menggali potensi nilai-nilai karakter dalam Prasasti Kawali untuk membentuk karakter siswa yang lebih baik, adaptif dan positif untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menghadapi tantangan dalam memecahkan masalah sehari-hari.
本研究旨在描述《卡瓦利铭文》中的人物价值观,以及以地方智慧为基础的《卡瓦利铭》人物价值观在历史学习中的实施。该研究方法采用描述性、定性和案例研究策略。通过观察课堂上的历史学习活动和卡瓦利的题词进行数据收集;Astana Gede Kawali遗址的教师、学生和官员对举报人进行了访谈;以及对文件、教学大纲和课程计划的分析。本研究采用目的抽样和时间抽样两种方法。为了找到数据的有效性,使用了数据三角测量。数据分析采用交互式分析,包括收集、减少、呈现数据和得出结论。研究结果表明,卡瓦利铭文中的人格价值观包括公正、勤劳、爱好和平、民主、尊重、诚实、独立、宗教、宽容、关心社会、关心环境等人格价值观。教学大纲和课程计划反映了基于当地智慧的卡瓦利铭文在学习历史中的性格价值观的实施。教师通过将历史题材与周围环境相结合来设计和实施历史学习,以探索卡瓦利铭文中人物价值观的潜力,从而形成更好、适应性强、积极的学生性格,以满足生活需求,并在解决日常问题时面临挑战。本研究旨在描述控制实践品格的价值,并在借鉴历史学习中控制实践的基础上,落实控制实践品格价值。这种研究方法是定性描述和案例研究策略。数据收集是通过观察卡瓦利课堂和实践中的历史学习活动进行的;教师、学生和现场官员Astana Gede Kawali对线人的采访;以及文档分析、silabus和RPP。本研究采用目的抽样和时间抽样两种方法。为了确定数据的有效性,使用了数据三角测量。采用交互分析法对数据进行分析,包括数据的收集、还原、数据处理和结论的得出。研究结果表明,卡瓦尔实践中的人格价值观包括公平人格价值观、努力工作、爱好和平、民主、尊重、诚实、独立、宗教、宽容、社会关怀、环境关怀。Silabus和RPP反映了基于局部意义的字符值在历史学习控制实践中的应用。教师通过将历史学科与周围环境相结合来设计和实施历史学习,以挖掘卡瓦尔实践中性格价值观的潜力,形成更好、适应和积极的学生性格,以满足生活需求,并在解决日常问题时面临挑战。
{"title":"Local Wisdom-Based Character Values on Kawali’s Inscription In History Learning","authors":"Sri Pajriah, A’an Suryana","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.25752","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.25752","url":null,"abstract":"This study aims to describe the character values of Kawali’s Inscription and the implementation of local wisdom-based character values on Kawali’s Inscription in history learning. This research method is descriptive qualitative with a case study strategy. Data collection was carried out by observation on history learning activities in the classroom and Kawali’s inscription; informant interviews were conducted by teachers, students and officers of the Astana Gede Kawali Site; and the analysis of documents, syllabus and lesson plans. Purposive sampling and time sampling were used in this study. To find data validity, data triangulation was used. Data analysis used interactive analysis consists of collecting, reducing, presenting data and drawing conclusions. The results of this study indicate the character values in Kawali’s Inscription consist of having the character values of just, hard-working, peace-loving, democratic, respectful, honest, independent, religious, tolerant, caring socially, caring for the environment. The syllabus and lesson plans reflect the implementation of character values based on local wisdom on Kawali’s inscription in learning history. The teacher designs and implements history learning by integrating historical subject matter with the surrounding environment to explore the potential of character values in Kawali’s Inscription to form better, adaptive and positive student characters to meet life’s needs and face challenges in solving everyday problems.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter Prasasti Kawali dan implementasi nilai karakter berbasis kearifan lokal pada Prasasti Kawali dalam pembelajaran sejarah. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap kegiatan pembelajaran sejarah di kelas dan prasasti Kawali; wawancara informan dilakukan oleh guru, siswa dan petugas Situs Astana Gede Kawali; dan analisis dokumen, silabus dan RPP. Purposive sampling dan time sampling digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui validitas data digunakan triangulasi data. Analisis data yang digunakan analisis interaktif terdiri dari pengumpulan, reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai-nilai karakter dalam Prasasti Kawali terdiri dari memiliki nilai karakter adil, pekerja keras, cinta damai, demokratis, hormat, jujur, mandiri, religius, toleran, peduli sosial, peduli lingkungan. Silabus dan RPP mencerminkan penerapan nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal pada prasasti Kawali dalam pembelajaran sejarah. Guru merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah dengan mengintegrasikan materi pelajaran sejarah dengan lingkungan sekitar untuk menggali potensi nilai-nilai karakter dalam Prasasti Kawali untuk membentuk karakter siswa yang lebih baik, adaptif dan positif untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menghadapi tantangan dalam memecahkan masalah sehari-hari.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45528288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}