首页 > 最新文献

Paramita Historical Studies Journal最新文献

英文 中文
The Influence of Javanese Political Concept of Power on President Sukarno 爪哇政治权力观对苏加诺总统的影响
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.28928
Baskara T. Wardaya
Various studies have shown a strong connection between political leaders’ views and practices with the culture and tradition of their upbringing. The culture and tradition would then become a prism through which the leaders understand themselves and comprehend their political dynamics while trying to play a particular role in it.  This was also the case with Sukarno, the first president of Indonesia. Being born and raised on the island of Java, Sukarno was greatly influenced by the Javanese concepts of power, especially the concepts about a Javanese ruler’s self-understanding, domestic politics, and international relations. As expressed in many of his speeches and writings, Sukarno deeply understood the Javanese concept of power and tried to operate around the concept. Based on his understanding of the concept, for instance, he considered himself a Javanese ruler. As President of Indonesia, he implemented his knowledge of the Javanese concept of power in his domestic politics as well as in his relations with other nations on the world stage. The influence of the Javanese concept of power, however, was not static. It was as dynamic as to how Sukarno responded to the dynamics of Indonesian and international politics throughout his political career.  Using historical and cultural approaches to Sukarno's political life, this research intends to explore how the Javanese concept of power greatly influenced Sukarno’s political views and practices. It will show that the beliefs and practices helped Sukarno unify Indonesia and obtain international prominence. At the same time, it also led him to the uncelebrated last days of his political life.Berbagai studi telah menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara pandangan dan praktik-praktik politik seorang pemimpin politik dengan budaya dan tradisi yang telah membesarkannya. Budaya dan tradisi itu kemudian menjadi semacam prisma yang digunakan oleh sang pemimpin politik untuk memahami diri-sendiri, untuk memahami dinamika politik di sekitarnya seraya berusaha memainkan peran khusus di dalamnya. Hal ini juga berlaku untuk Sukarno, Presiden pertama Indonesia. Sebagaimana akan ditunjukkan dalam tulisan ini, sebagai seseorang yang dilahirkan di Pulau Jawa, Sukarno amat dipengaruhi oleh konsep Jawa tentang kekuasaan, terutama konsep tentang pemahaman diri seorang penguasa Jawa, tentang politik dalam negeri dan tentang hubungan internasional. Sebagaimana terungkap dalam berbagai pidato dan tulisan-tulisannya, Sukarno tidak hanya sungguh-sungguh memahami konsep kekuasaan Jawa, melainkan juga mencoba untuk memparaktikkan konsep tersebut. Berdasarkan pemahaman atas konsep kekuasaan Jawa, misalnya, ia memandang diri sebagai seorang penguasa Jawa. Sebagai Presiden Indonesia ia juga mengimplementasikan pemahamannya akan konsep kekuasaan Jawa terkait politik dalam negeri maupun hubungan dengan negara-negara lain di panggung dunia. Namun demikian pengaruh itu sama sekali tidak bersifat statis. Pengaruh tersebut bersifat din
各种研究表明,政治领导人的观点和做法与其成长的文化和传统之间有着密切的联系。然后,文化和传统将成为一个棱镜,领导人通过它了解自己,理解自己的政治动态,同时努力在其中发挥特殊作用。苏加诺在爪哇岛出生和长大,深受爪哇人权力观念的影响,尤其是关于爪哇统治者自我理解、国内政治和国际关系的观念。正如他在许多演讲和著作中所表达的那样,苏加诺深刻理解爪哇人的权力概念,并试图围绕这一概念运作。例如,基于他对这个概念的理解,他认为自己是爪哇统治者。作为印度尼西亚总统,他在国内政治以及与世界舞台上其他国家的关系中运用了爪哇人的权力概念。然而,爪哇人权力观念的影响并不是一成不变的。苏加诺在其整个政治生涯中对印尼和国际政治动态的反应同样充满活力。[UNK]本研究采用历史和文化的方法研究苏加诺的政治生活,旨在探讨爪哇人的权力观如何对苏加诺政治观点和实践产生重大影响。它将表明,这些信仰和实践帮助苏加诺统一了印度尼西亚,并获得了国际知名度。与此同时,这也让他走到了政治生涯的最后几天。几项研究表明,政治观点和实践之间有着密切的联系——政治领导人与产生这种联系的文化和传统。然后,文化和传统成为政治领袖用来理解自己的棱镜,理解他周围的政治动态就是试图在其中发挥特殊作用。这也适用于印尼第一任总统苏加诺。正如本文所示,作为一个出生在爪哇岛的人,苏加诺深受爪哇权力观的影响,尤其是爪哇大师对国家政治和国际关系的自我理解。正如苏加诺在他的各种演讲和著作中所揭示的那样,他不仅真正理解了贾瓦权力的概念,而且试图提出这个概念。例如,基于对贾瓦权力概念的理解,他认为自己是贾瓦的主人。作为印度尼西亚总统,他还落实了他对爪哇在该国政治权力或与世界舞台上其他国家关系的理解。然而,它是完全静态的。捐助者是动态的,这与苏加诺对绘图国和全球政治发展的各种政治发展的反应一致。本文运用历史和文化的方法研究苏加诺的政治金字塔,旨在探讨苏加诺政治金字塔和观点是如何受到贾瓦权力观的强烈影响的。它还将展示苏加诺的观点和政治领导力如何帮助他团结印尼和国际知名度。与此同时,这让他结束了不那么愉快的政治生活。
{"title":"The Influence of Javanese Political Concept of Power on President Sukarno","authors":"Baskara T. Wardaya","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.28928","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.28928","url":null,"abstract":"Various studies have shown a strong connection between political leaders’ views and practices with the culture and tradition of their upbringing. The culture and tradition would then become a prism through which the leaders understand themselves and comprehend their political dynamics while trying to play a particular role in it.  This was also the case with Sukarno, the first president of Indonesia. Being born and raised on the island of Java, Sukarno was greatly influenced by the Javanese concepts of power, especially the concepts about a Javanese ruler’s self-understanding, domestic politics, and international relations. As expressed in many of his speeches and writings, Sukarno deeply understood the Javanese concept of power and tried to operate around the concept. Based on his understanding of the concept, for instance, he considered himself a Javanese ruler. As President of Indonesia, he implemented his knowledge of the Javanese concept of power in his domestic politics as well as in his relations with other nations on the world stage. The influence of the Javanese concept of power, however, was not static. It was as dynamic as to how Sukarno responded to the dynamics of Indonesian and international politics throughout his political career.  Using historical and cultural approaches to Sukarno's political life, this research intends to explore how the Javanese concept of power greatly influenced Sukarno’s political views and practices. It will show that the beliefs and practices helped Sukarno unify Indonesia and obtain international prominence. At the same time, it also led him to the uncelebrated last days of his political life.Berbagai studi telah menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara pandangan dan praktik-praktik politik seorang pemimpin politik dengan budaya dan tradisi yang telah membesarkannya. Budaya dan tradisi itu kemudian menjadi semacam prisma yang digunakan oleh sang pemimpin politik untuk memahami diri-sendiri, untuk memahami dinamika politik di sekitarnya seraya berusaha memainkan peran khusus di dalamnya. Hal ini juga berlaku untuk Sukarno, Presiden pertama Indonesia. Sebagaimana akan ditunjukkan dalam tulisan ini, sebagai seseorang yang dilahirkan di Pulau Jawa, Sukarno amat dipengaruhi oleh konsep Jawa tentang kekuasaan, terutama konsep tentang pemahaman diri seorang penguasa Jawa, tentang politik dalam negeri dan tentang hubungan internasional. Sebagaimana terungkap dalam berbagai pidato dan tulisan-tulisannya, Sukarno tidak hanya sungguh-sungguh memahami konsep kekuasaan Jawa, melainkan juga mencoba untuk memparaktikkan konsep tersebut. Berdasarkan pemahaman atas konsep kekuasaan Jawa, misalnya, ia memandang diri sebagai seorang penguasa Jawa. Sebagai Presiden Indonesia ia juga mengimplementasikan pemahamannya akan konsep kekuasaan Jawa terkait politik dalam negeri maupun hubungan dengan negara-negara lain di panggung dunia. Namun demikian pengaruh itu sama sekali tidak bersifat statis. Pengaruh tersebut bersifat din","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42682737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century 二十世纪初教育对北巴厘岛社会流动性的影响
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.29742
K. Arta, I. Yasa, I. Pageh
This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyan
这项研究旨在考察20世纪初荷兰殖民主义时代教育对北巴厘岛社会流动性的影响。这项研究使用的方法是启发式、来源批评、解释和史学,并辅以社会科学作为分析工具。研究结果显示,北巴厘岛殖民时代的教育体系由两组组成,即小学和中学教育,直到今天的初中水平。荷兰还在乡村建立了一所沃尔克学校。当时教育、设施和基础设施的发展相当不错,现有学校总数为142所。这一教育机构的存在为许多贵族和普通人群体提供了接受教育的机会。这种状况影响了巴厘岛人从封建社会到现代社会结构的变化,在现代社会中,爪哇人经历了垂直的社会流动。这反过来又导致了贵族和贾巴之间的竞争,产生了各种组织,如Surya Kanta和Bali Adnyana。贾巴人创立的Surya Kanta组织开展了一场社会运动,要求社会平等,消除阿贾维拉,使习俗适应时代,消除阿苏蓬敦和阿朗卡希·卡朗胡鲁,并使种姓制度回归宗教原则。本研究旨在研究20世纪初荷兰帝国统治时期,教育对巴厘岛北部社会流动性的影响。本研究使用的方法是启发式、资源批评、解释和史学,并借助社会科学作为分析工具。研究表明,巴厘岛北部的殖民地教育体系由两组组成,即小学和中学教育,直到今天的一年级。新加坡的欧洲拉盖尔学校(ELS)建于1916年,而荷兰英兰舍学校(HIS)于1918年首次在新加坡开设,随后在登巴萨开设,随后是克伦贡和卡兰加西姆。荷兰还在乡村设立了沃尔克斯学校。142所学校很好地展示了教育发展和幼儿保育。这些机构的存在使许多贵族和普通人有机会享受教育。这种情况影响了巴厘岛社会结构的变化,从封建社会到现代社会,工作经历了垂直的社会流动。这反过来又导致了贵族和刺针之间的竞争,因此出现了各种组织,如Surya Kanta和Bali Adnyana。由官员们创立的Kanta叙利亚组织正在进行社会运动,要求社会平等,消除奇迹,使习俗适应时间的演变,消除人口和karanghulus,并将种姓制度恢复到宗教原则。
{"title":"The Impact of Education on Social Mobility in North Bali in the Early XX Century","authors":"K. Arta, I. Yasa, I. Pageh","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.29742","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.29742","url":null,"abstract":"This research was intended to examine the impact of education on social mobility in North Bali during the Dutch colonialism era in the early twentieth century. The method used for this research was heuristics, source criticism, interpretation, and historiography, assisted by social science as an analytical tool. The research findings revealed that the colonial era education system in North Bali consisted of two groups, namely primary and secondary education up to the junior high school level as it is today. Europeesche Lagere School (ELS) in Singaraja was built in 1916, while Hollandsch Inlandsche School (HIS) first opened in 1918 in Singaraja, then in Denpasar, followed by Klungkung and Karangasem.The Netherlands also established a Volks School in villages. The development of education and facilities and infrastructure was quite good at that time as evidenced by the number of existing schools totaling 142. The existence of this educational institution provided opportunities for many groups of aristocrats and ordinary people (jaba) to obtain an education. This condition had an impact on the change in the social structure of the Balinese from feudal to modern, where the jaba experienced vertical social mobility. This in turn resulted in competition among aristocrats and jaba, resulting in various organizations such as Surya Kanta and Bali Adnyana. The Surya Kanta organization, which was founded by the jaba, carried out a social movement by demanding equality in society, eliminating ajawera, adapting custom to the times, eliminating asupundung and alangkahi karanghulu, and returning the caste system to religious principles.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak pendidikan terhadap mobilitas sosial di Bali Utara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan bantuan ilmu sosial sebagai alat analisis. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sistem pendidikan zaman kolonial di Bali Utara terdiri dari dua golongan, yaitu pendidikan dasar dan menengah sampai dengan tingkat sekolah menengah pertama seperti sekarang ini. Europeesche Lagere School (ELS) di Singaraja dibangun pada tahun 1916, sedangkan Hollandsch Inlandsche School (HIS) pertama kali dibuka pada tahun 1918 di Singaraja, kemudian di Denpasar, disusul oleh Klungkung dan Karangasem. Belanda juga mendirikan Volks School di desa-desa. Perkembangan pendidikan dan sarana prasarana saat itu cukup baik dibuktikan dengan jumlah sekolah yang ada berjumlah 142. Keberadaan lembaga pendidikan ini memberikan peluang bagi banyak golongan bangsawan dan masyarakat biasa (jaba) untuk mengenyam pendidikan. Kondisi ini berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat Bali dari feodal ke modern, dimana jaba mengalami mobilitas sosial vertikal. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan persaingan antara bangsawan dan jaba, sehingga muncul berbagai organisasi seperti Surya Kanta dan Bali Adnyan","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46689012","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Site and Nationalism: The Significant Value of Liangan Site in History Learning 遗址与民族主义:梁安遗址在历史学习中的重要价值
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.27119
S. Susanti, M. Miftahuddin
Indonesia is vulnerable to facing threats related to national disintegration. It is important for us to present various forms of cultural objects that have noble, togetherness and moral values, in order to maintain the unity and integrity of the nation. The purpose of this study is to determine the importance of Liangan Site as a cultural object to increase a sense of nationalism in history learning. This research was conducted using a mixed method with a sequential explanatory approach. The results showed that Liangan Site had the potential issue to increase a sense of nationalism with a percentage of 76.4%. The results of this study indicate that Liangan Site as a cultural object has the potential to increase a sense of nationalism. Utilization of Liangan Site in learning activities can dig deeper into their imagination about the life of Liangan community in the past. The existence of Liangan Site encourages a sense of pride in students. In this study, it was found that Liangan as a historical site should be utilized as a learning resource with supporting public facilities so that visitors feel comfortable to stay. Liangan Site is expected to become a part of the materials for the development of Hindu-Buddhist Kingdom in Indonesia in History Subject in the first semester of Class X as it has a significant value for the development of the Ancient Mataram Kingdom.Indonesia rentan menghadapi ancaman terkait disintegrasi bangsa. Penting bagi kita untuk menghadirkan berbagai bentuk benda budaya yang memiliki nilai luhur, kebersamaan dan moral, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya Situs Liangan sebagai objek budaya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran dengan pendekatan sekuensial explanatory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Liangan memiliki potensi isu untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan persentase sebesar 76,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Situs Liangan sebagai objek budaya berpotensi meningkatkan rasa nasionalisme. Pemanfaatan Situs Liangan dalam kegiatan pembelajaran dapat menggali lebih dalam imajinasi mereka tentang kehidupan masyarakat Liangan di masa lalu. Keberadaan Situs Liangan mendorong rasa bangga pada siswa. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Liangan sebagai situs sejarah harus dimanfaatkan sebagai sumber belajar dengan fasilitas umum yang mendukung agar pengunjung merasa nyaman untuk menginap. Situs Liangan diharapkan dapat menjadi bagian dari materi pengembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada Mata Pelajaran Sejarah pada semester I Kelas X karena memiliki nilai yang signifikan bagi perkembangan Kerajaan Mataram Kuno.
印度尼西亚很容易面临与国家解体有关的威胁。为了维护国家的统一和完整,我们必须展示具有高尚、团结和道德价值的各种形式的文物。本研究的目的是确定梁安遗址作为文化对象的重要性,以增加历史学习中的民族主义意识。本研究采用顺序解释的混合方法进行。结果显示,梁安遗址具有增加民族主义意识的潜在问题,比例为76.4%。本研究结果表明,梁安遗址作为一种文化对象,具有增加民族主义意识的潜力。在学习活动中利用梁安遗址可以更深入地挖掘他们对梁安社区过去生活的想象。梁安遗址的存在激发了学生的自豪感。本研究发现,梁安作为历史遗迹,应将其作为一种学习资源,并配套公共设施,以使游客感到舒适。梁安遗址对古代马塔兰王国的发展具有重要的价值,预计将在X课第一学期的历史科目中成为印度尼西亚印度教-佛教王国发展的一部分材料。印度尼西亚rentan menghadapi和aman terkait disintegrasi bangsa。Penting bagi kita untuk menghadirkan berbagai bentuk benda budaya yang memiliki nilai luhur, kebersamaan dan moral, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa。我是说,我的祖国是伟大的,我的祖国是伟大的,我的祖国是伟大的,我的祖国是伟大的。Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan memede campuran dengan pendekatan sekuenal解释。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Liangan memiliki potentisi isu untuk meningkatkan rasa nasional dendenan代表sebesar 76,4%。哈西尔penelitian ini menunjukkan bahwa Situs Liangan sebagai objek budaya berpotensi脑膜炎katkan rasa民族主义。pmanfaatan Situs Liangan dalam kegiatan pembelajaran dapat menggali lebih dalam imajinasi mereka tentenkehidupan masyarakat Liangan di masa lalu。Keberadaan Situs Liangan mendorong rasa bangga pada siswa。Dalam penelitian ini ditemukan bawa Liangan sebagai situs sejarah harus dimanfaatkan sebagai number belajar denan fasilitas umum yang mendukung agar pengunjung merasa nyaman untuk menginap。Situs Liangan diharapkan dapat menjadi bagian dari materi pengembangan Kerajaan印度教-佛陀印度尼西亚pada Mata Pelajaran Sejarah pada学期I Kelas X karena memiliki nilai yang signikan bagi perkembangan Kerajaan Mataram Kuno。
{"title":"Site and Nationalism: The Significant Value of Liangan Site in History Learning","authors":"S. Susanti, M. Miftahuddin","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.27119","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.27119","url":null,"abstract":"Indonesia is vulnerable to facing threats related to national disintegration. It is important for us to present various forms of cultural objects that have noble, togetherness and moral values, in order to maintain the unity and integrity of the nation. The purpose of this study is to determine the importance of Liangan Site as a cultural object to increase a sense of nationalism in history learning. This research was conducted using a mixed method with a sequential explanatory approach. The results showed that Liangan Site had the potential issue to increase a sense of nationalism with a percentage of 76.4%. The results of this study indicate that Liangan Site as a cultural object has the potential to increase a sense of nationalism. Utilization of Liangan Site in learning activities can dig deeper into their imagination about the life of Liangan community in the past. The existence of Liangan Site encourages a sense of pride in students. In this study, it was found that Liangan as a historical site should be utilized as a learning resource with supporting public facilities so that visitors feel comfortable to stay. Liangan Site is expected to become a part of the materials for the development of Hindu-Buddhist Kingdom in Indonesia in History Subject in the first semester of Class X as it has a significant value for the development of the Ancient Mataram Kingdom.Indonesia rentan menghadapi ancaman terkait disintegrasi bangsa. Penting bagi kita untuk menghadirkan berbagai bentuk benda budaya yang memiliki nilai luhur, kebersamaan dan moral, demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya Situs Liangan sebagai objek budaya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran dengan pendekatan sekuensial explanatory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Liangan memiliki potensi isu untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan persentase sebesar 76,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Situs Liangan sebagai objek budaya berpotensi meningkatkan rasa nasionalisme. Pemanfaatan Situs Liangan dalam kegiatan pembelajaran dapat menggali lebih dalam imajinasi mereka tentang kehidupan masyarakat Liangan di masa lalu. Keberadaan Situs Liangan mendorong rasa bangga pada siswa. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Liangan sebagai situs sejarah harus dimanfaatkan sebagai sumber belajar dengan fasilitas umum yang mendukung agar pengunjung merasa nyaman untuk menginap. Situs Liangan diharapkan dapat menjadi bagian dari materi pengembangan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada Mata Pelajaran Sejarah pada semester I Kelas X karena memiliki nilai yang signifikan bagi perkembangan Kerajaan Mataram Kuno.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46808268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Educational Philosophy of Swami Vivekananda and the Bengali Bhadralok’s search for cultural identity during the second half of the Nineteenth Century 19世纪下半叶,斯瓦米·维韦卡南达的教育哲学和孟加拉巴德拉洛克对文化认同的追求
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.31708
S. Bose
The British government introduced Western education first in Bengal during the nineteenth century to produce clerks to run the administration cheaply and create a group of loyal servants. However, the educated Bengali bhadralok or the elites of Bengali society, who emerged as a renter class during the British period, soon became the object of racist ridicule by the British. As a result, a critique against blind imitation of western civilization was developed among a section of the Hindu Bengali bhadralok. In the light of these developments, this article tries to evaluate the educational ideas of Swami Vivekananda (original name Narendranath Datta, 1863-1902), a great Hindu monk of India, and attempts to find out how his educational philosophy contributed to the socio-cultural rejuvenation of the Bengalis. This article found that his critique of the colonial educational policy and his ideas on Man-making education enlightened the Bengalis and contributed significantly to the national awakening of the Indians. Moreover, his educational philosophy does not lose its validity even today.Pemerintah Inggris memperkenalkan pendidikan Barat pertama kali di Bengal selama abad kesembilan belas untuk menghasilkan juru tulis untuk menjalankan administrasi dengan murah dan menciptakan sekelompok pelayan yang setia. Namun, bhadralok Bengali terpelajar atau elit masyarakat Bengali, yang muncul sebagai kelas penyewa selama periode Inggris, segera menjadi objek ejekan rasis oleh Inggris. Akibatnya, kritik terhadap tiruan buta peradaban barat dikembangkan di antara bagian bhadralok Hindu Bengali. Berdasarkan perkembangan tersebut, artikel ini mencoba mengevaluasi gagasan pendidikan Swami Vivekananda (nama asli Narendranath Datta, 1863-1902), seorang biksu Hindu besar India, dan mencoba untuk mengetahui bagaimana filsafat pendidikannya berkontribusi pada sosial- peremajaan budaya Bengali. Artikel ini menemukan bahwa kritiknya terhadap kebijakan pendidikan kolonial dan ide-idenya tentang pendidikan penciptaan manusia mencerahkan orang Bengali dan berkontribusi secara signifikan pada kebangkitan nasional orang India. Selain itu, filosofi pendidikannya tidak kehilangan validitasnya bahkan hingga hari ini.
19世纪,英国政府在孟加拉首次引入西方教育,培养办事员,以低廉的成本管理政府,并培养一群忠诚的仆人。然而,受过教育的孟加拉人bhadralok或孟加拉社会的精英,在英国时期以租房阶级的身份出现,很快就成为了英国人种族主义嘲笑的对象。因此,在印度教-孟加拉语bhadralok的一部分人中,形成了一种反对盲目模仿西方文明的批判。鉴于这些发展,本文试图评价印度伟大的印度教僧侣Swami Vivekananda(原名Narendranath Datta,1863-1902)的教育思想,并试图了解他的教育哲学是如何为孟加拉人的社会文化复兴做出贡献的。本文发现,他对殖民地教育政策的批判和他对人的教育思想对孟加拉人产生了启迪,对印度人的民族觉醒做出了重要贡献。此外,他的教育哲学即使在今天也没有失去其有效性。在过去的12个世纪里,英国政府首次在孟加拉引入西方教育,培养出能够廉价管理行政管理的作家,并培养出一群忠诚的仆人。然而,在英国时期以佃农阶级身份出现的孟加拉学者或精英孟加拉社会,很快成为英国人种族主义嘲讽的对象。因此,对西方文明盲目复制的批评在孟加拉印度教的bhadralok部分发展起来。基于这些发展,本文试图对印度大和尚Swami Vivekananda教育(原名Narendranath Datta,1863-1902)的概念进行评价,并试图弄清楚他的教育哲学是如何对孟加拉文化事件做出贡献的。本文发现,其对殖民地教育政策的批评和对人类创造教育的思想分散了孟加拉人的注意力,对印度民族起义起到了重要作用。此外,即使在今天,他的教育哲学也没有失去其有效性。
{"title":"Educational Philosophy of Swami Vivekananda and the Bengali Bhadralok’s search for cultural identity during the second half of the Nineteenth Century","authors":"S. Bose","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.31708","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.31708","url":null,"abstract":"The British government introduced Western education first in Bengal during the nineteenth century to produce clerks to run the administration cheaply and create a group of loyal servants. However, the educated Bengali bhadralok or the elites of Bengali society, who emerged as a renter class during the British period, soon became the object of racist ridicule by the British. As a result, a critique against blind imitation of western civilization was developed among a section of the Hindu Bengali bhadralok. In the light of these developments, this article tries to evaluate the educational ideas of Swami Vivekananda (original name Narendranath Datta, 1863-1902), a great Hindu monk of India, and attempts to find out how his educational philosophy contributed to the socio-cultural rejuvenation of the Bengalis. This article found that his critique of the colonial educational policy and his ideas on Man-making education enlightened the Bengalis and contributed significantly to the national awakening of the Indians. Moreover, his educational philosophy does not lose its validity even today.Pemerintah Inggris memperkenalkan pendidikan Barat pertama kali di Bengal selama abad kesembilan belas untuk menghasilkan juru tulis untuk menjalankan administrasi dengan murah dan menciptakan sekelompok pelayan yang setia. Namun, bhadralok Bengali terpelajar atau elit masyarakat Bengali, yang muncul sebagai kelas penyewa selama periode Inggris, segera menjadi objek ejekan rasis oleh Inggris. Akibatnya, kritik terhadap tiruan buta peradaban barat dikembangkan di antara bagian bhadralok Hindu Bengali. Berdasarkan perkembangan tersebut, artikel ini mencoba mengevaluasi gagasan pendidikan Swami Vivekananda (nama asli Narendranath Datta, 1863-1902), seorang biksu Hindu besar India, dan mencoba untuk mengetahui bagaimana filsafat pendidikannya berkontribusi pada sosial- peremajaan budaya Bengali. Artikel ini menemukan bahwa kritiknya terhadap kebijakan pendidikan kolonial dan ide-idenya tentang pendidikan penciptaan manusia mencerahkan orang Bengali dan berkontribusi secara signifikan pada kebangkitan nasional orang India. Selain itu, filosofi pendidikannya tidak kehilangan validitasnya bahkan hingga hari ini.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48382928","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Architectural Glory and Cultural fusion of Indo-Islamic and Bundeli Architecture during the Later Medieval Period 中世纪后期印度-伊斯兰与邦德利建筑的建筑荣耀与文化融合
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.31553
V. Shrivastava
This article analyzes the glory and article fusion of Indo Islamic in South Asia during the Period of Pran Nath Temple Prana.  In this research paper, after studying the primary source material available in Prannath temple, Panna, new facts have been compiled and analyzed from them, and new facts have been exposed. An intensive field survey has also been used in this research paper to shed light on the untouched points.  Research result shows that: (1) In this region of Bundelkhand, the temple of Mahamati Prannath has become the center of religious tourism. Thousands of pilgrims have come over here in the Winter Festival in November every year after Dushahara for Sharad Purnima International Festival, (2) The temple of Prannath has become the architectural hub in Bundelkhand and provides so many primary sources to the researcher. Kuljam Swaroop, the pious Grantha of Pranami Sect, have preserved here in original form. This holy and religious grantha gives us valuable information for the regional history of Bundelkhand. (3) The temple of Prannath is a vast center of Communal harmony and Hindu-Muslim unity in this region (4) The Temple of Prannath provides a primary historical source regarding local history, history of Rulers of Bundelkhand, especially Maharaja Chatrasal, who was the disciple of Mahamati Prannath. The heritage of Bundeli and Islamic Architecture is very important for tourism objects.Artikel ini menganalisis kejayaan dan peleburan artikel Indo Islam di Asia Selatan pada Masa Prana Kuil Pran Nath. Dalam makalah penelitian ini, setelah mempelajari bahan sumber utama yang tersedia di Candi Prannath, Panna, fakta-fakta baru telah dikumpulkan dan dianalisis darinya, dan fakta-fakta baru telah terungkap. Sebuah survei lapangan intensif juga telah digunakan dalam makalah penelitian ini untuk menjelaskan poin-poin yang belum tersentuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Di kawasan Bundelkhand ini, Candi Mahamati Prannath menjadi pusat wisata religi. Ribuan peziarah telah datang ke sini dalam Festival Musim Dingin pada bulan November setiap tahun setelah Dushahara untuk Festival Internasional Sharad Purnima, (2) Kuil Prannath telah menjadi pusat arsitektur di Bundelkhand dan menyediakan begitu banyak sumber utama bagi peneliti. Kuljam Swaroop, Grantha yang saleh dari Sekte Pranami, telah diawetkan di sini dalam bentuk aslinya. Grantha suci dan religius ini memberi kita informasi berharga untuk sejarah regional Bundelkhand. (3) Kuil Prannath adalah pusat luas kerukunan Komunal dan persatuan Hindu-Muslim di wilayah ini (4) Kuil Prannath menyediakan sumber sejarah utama mengenai sejarah lokal, sejarah Penguasa Bundelkhand, terutama Maharaja Chatrasal, yang murid Mahamati Pranath. Peninggalan Bundeli dan Arsitektur Islam sangat penting untuk objek wisata.
本文分析了普兰那寺时期南亚地区印度-伊斯兰的辉煌与文章融合。在本研究论文中,在研究了潘那Prannath寺庙的原始资料后,从中整理和分析了新的事实,并揭示了新的情况。在这篇研究论文中,还进行了深入的实地调查,以阐明未触及的问题。UNK]研究结果表明:(1)在Bundelkhand地区,Mahamati Prannath寺庙已成为宗教旅游的中心。每年11月,在杜沙哈拉国际节之后的冬季,成千上万的朝圣者来到这里参加沙拉德·普尼马国际节。(2)Prannath神庙已成为Bundelkhand的建筑中心,为研究人员提供了许多主要来源。普拉那米派的虔诚奶奶Kuljam Swaroop以原始形式保存在这里。这座神圣而虔诚的奶奶为我们了解邦德尔坎德的地区历史提供了宝贵的信息。(3) Prannath寺庙是该地区社区和谐和印度教-穆斯林团结的巨大中心(4)Prannath寺提供了有关当地历史、Bundelkhand统治者历史的主要历史来源,尤其是Maharaja Chatrasal,他是Mahamati Prannath的弟子。Bundeli和伊斯兰建筑的遗产对旅游对象来说非常重要。本文分析了中世纪印度伊斯兰教文章在南亚的成功与传播。在这项研究中,在研究了潘纳Candi Prannath的主要来源后,从中收集和分析了新的事实,并揭示了新的情况。本研究还采用了深入的实地调查来解释未触及的点。研究表明:(1)在Bundelkhand地区,Candi Observer Prannath成为宗教旅行的中心。每年11月,在杜沙哈拉国际沙拉德·普尼马节之后的冬季节上,成千上万的节日来到这里。(2)Prannath寺庙已成为Bundelkhand的建筑中心,为研究人员提供了许多主要来源。Kuljam Swaroop,Pranami教派的正义Grantha,以其原始形式保存在这里。这座神圣而虔诚的Grantha为我们提供了关于Bundelkhand地区历史的宝贵信息。(3) Prannath寺庙是该地区市政财富和印度教-穆斯林联盟的中心(4)Prannath寺提供了有关当地历史的主要历史来源,Bundelkhand勋爵的历史,特别是查特拉萨尔皇帝的历史,他是Pranath观察员的学生。离开Bundeli和伊斯兰建筑对旅行对象来说非常重要。
{"title":"Architectural Glory and Cultural fusion of Indo-Islamic and Bundeli Architecture during the Later Medieval Period","authors":"V. Shrivastava","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.31553","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.31553","url":null,"abstract":"This article analyzes the glory and article fusion of Indo Islamic in South Asia during the Period of Pran Nath Temple Prana.  In this research paper, after studying the primary source material available in Prannath temple, Panna, new facts have been compiled and analyzed from them, and new facts have been exposed. An intensive field survey has also been used in this research paper to shed light on the untouched points.  Research result shows that: (1) In this region of Bundelkhand, the temple of Mahamati Prannath has become the center of religious tourism. Thousands of pilgrims have come over here in the Winter Festival in November every year after Dushahara for Sharad Purnima International Festival, (2) The temple of Prannath has become the architectural hub in Bundelkhand and provides so many primary sources to the researcher. Kuljam Swaroop, the pious Grantha of Pranami Sect, have preserved here in original form. This holy and religious grantha gives us valuable information for the regional history of Bundelkhand. (3) The temple of Prannath is a vast center of Communal harmony and Hindu-Muslim unity in this region (4) The Temple of Prannath provides a primary historical source regarding local history, history of Rulers of Bundelkhand, especially Maharaja Chatrasal, who was the disciple of Mahamati Prannath. The heritage of Bundeli and Islamic Architecture is very important for tourism objects.Artikel ini menganalisis kejayaan dan peleburan artikel Indo Islam di Asia Selatan pada Masa Prana Kuil Pran Nath. Dalam makalah penelitian ini, setelah mempelajari bahan sumber utama yang tersedia di Candi Prannath, Panna, fakta-fakta baru telah dikumpulkan dan dianalisis darinya, dan fakta-fakta baru telah terungkap. Sebuah survei lapangan intensif juga telah digunakan dalam makalah penelitian ini untuk menjelaskan poin-poin yang belum tersentuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Di kawasan Bundelkhand ini, Candi Mahamati Prannath menjadi pusat wisata religi. Ribuan peziarah telah datang ke sini dalam Festival Musim Dingin pada bulan November setiap tahun setelah Dushahara untuk Festival Internasional Sharad Purnima, (2) Kuil Prannath telah menjadi pusat arsitektur di Bundelkhand dan menyediakan begitu banyak sumber utama bagi peneliti. Kuljam Swaroop, Grantha yang saleh dari Sekte Pranami, telah diawetkan di sini dalam bentuk aslinya. Grantha suci dan religius ini memberi kita informasi berharga untuk sejarah regional Bundelkhand. (3) Kuil Prannath adalah pusat luas kerukunan Komunal dan persatuan Hindu-Muslim di wilayah ini (4) Kuil Prannath menyediakan sumber sejarah utama mengenai sejarah lokal, sejarah Penguasa Bundelkhand, terutama Maharaja Chatrasal, yang murid Mahamati Pranath. Peninggalan Bundeli dan Arsitektur Islam sangat penting untuk objek wisata.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48946658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
The Creative History Teacher as A Creative Historian 作为创造性历史学家的创造性历史教师
Pub Date : 2021-10-02 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I2.31341
N. Supriatna
This article included the author’s analysis results which referred to the history learning process findings in schools and the theoretical aspects of creativity regarding creative history teachers. The author made an analogy for a creative history teacher as a creative historian. The paper combined two different approaches in the History education field and in cognitive psychology. The first approach used cognitive aspects of thinking developed by Vygotsky related to the ability of imagination. The second approach used the historical method from Collingwood in interpreting historical data and facts that also used imagination. The first approach analyzed how history produces creative history learning to cultivate students’ creative thinking abilities. At the same time, the second approach resulted from creative historiography as a historian’s creative work, which can also be seen in history textbooks for history subjects in schools. Both approaches that seem classic lead to creative thinking skills, both for history teachers and historians, including history textbook writers. Both approaches are also enriched with contemporary theoretical aspects, especially in the pedagogical aspect. This article focused on several history teachers who teach at senior high schools in Bandung. Some are also students of the Master Program in History Education, Graduate School of the Indonesia University of Education (UPI). They were used as resource persons through dialogue and observation and the Field Experience Program (PPL) implementation for prospective History teachers.Artikel ini berisi hasil analisis penulis yang mengacu pada temuan proses pembelajaran Sejarah di sekolah dan juga mengacu pada aspek teoretis kreativitas mengenai guru Sejarah kreatif. Penulis menganalogikan guru Sejarah kreatif sebagai sejarawan kreatif. Tulisan memadukan dua pendekatan berbeda dalam bidang pendidikan Sejarah dan dalam psikologi kognitif. Pendekatan pertama menggunakan aspek kognitif dalam berpikir yang dikembangkan oleh Vygotsky terkait dengan kemampuan imajinasi. Pendekatan kedua menggunakan metode kesejarahan dari Collingwood dalam menafsir data dan fakta peristiwa Sejarah yang juga menggunakan imajinasi. Pendekatan pertama digunakan untuk menganalisis bagaimana Sejarah menghasilkan pembelajaran Sejarah yang kreatif dengan tujuan menghasilkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Sedangkan pendekatan kedua menghasilkan historiografi kreatif sebagai karya kreatif sejarawan yang juga bisa nampak pada buku teks Sejarah untuk Pelajaran Sejarah di sekolah. Kedua pendekatan yang nampaknya klasik tersebut bermuara pada menghasilkan kemampuan berpikir kreatif, baik berpikir guru Sejarah maupun berpikir sejarawan, termasuk penulis buku teks Sejarah. Kedua pendekatan tersebut juga diperkaya dengan aspek teoretis kontemporer, khususnya dalam aspek pedagogik. Tulisan difokuskan pada beberapa guru Sejarah yang mengajar di SMA di Bandung. Sebagian dari mereka adalah juga sebagai mah
本文包括作者的分析结果,这些结果涉及学校历史学习过程的发现,以及创造性历史教师创造力的理论方面。作者将一位有创造力的历史教师比喻为一位有创造性的历史学家。本文结合了历史教育领域和认知心理学领域的两种不同方法。第一种方法使用了维果茨基发展的与想象力有关的思维的认知方面。第二种方法使用了科林伍德的历史方法来解释历史数据和事实,也使用了想象力。第一种方法分析了历史如何产生创造性的历史学习,以培养学生的创造性思维能力。同时,第二种方法源于创造性史学是历史学家的创造性工作,这也可以在学校历史科目的历史教科书中看到。这两种看似经典的方法都能培养历史教师和历史学家(包括历史教科书作者)的创造性思维技能。这两种方法都丰富了当代理论方面的内容,尤其是在教学方面。本文以万隆高中的几位历史教师为研究对象。一些人也是印度尼西亚教育大学研究生院历史教育硕士项目的学生。他们被用作通过对话和观察以及为未来的历史教师实施实地体验计划(PPL)的资源人员。这篇文章包含了作者的分析结果,涉及到在学校学习历史的过程的发现,也涉及到关于创造性历史教师的创造性的理论方面。作家们把创造性历史的教师看成是一个创造性的历史学家。写作在历史教育和认知心理学领域提出了两种不同的方法。第一种方法是在维果茨基发展的与想象有关的思维中使用认知方面。第二种方法使用科林伍德的历史方法来解释历史事件的数据和事实,也使用想象力。第一种方法用于分析历史如何产生创造性的历史课,以产生受过教育的参与者的创造性思维。而第二种方法将创造性史学作为一种创造性的历史工作来产生,这也可以在学校的历史学习教科书《历史》中看到。这两种看似经典的方法都是关于创造创造性思维,要么是思维历史教师,要么是思考历史学家,包括编写历史教科书。这两种方法在当代理论方面也受到了赞扬,尤其是在教学方面。这篇文章聚焦于一些在万隆高中任教的历史老师。他们中的一些人也是印度尼西亚Pascasarjana大学历史博士项目的学生。他们是通过对话和观察以及历史教师(PPL)实地体验计划的实施而获得的。
{"title":"The Creative History Teacher as A Creative Historian","authors":"N. Supriatna","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I2.31341","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I2.31341","url":null,"abstract":"This article included the author’s analysis results which referred to the history learning process findings in schools and the theoretical aspects of creativity regarding creative history teachers. The author made an analogy for a creative history teacher as a creative historian. The paper combined two different approaches in the History education field and in cognitive psychology. The first approach used cognitive aspects of thinking developed by Vygotsky related to the ability of imagination. The second approach used the historical method from Collingwood in interpreting historical data and facts that also used imagination. The first approach analyzed how history produces creative history learning to cultivate students’ creative thinking abilities. At the same time, the second approach resulted from creative historiography as a historian’s creative work, which can also be seen in history textbooks for history subjects in schools. Both approaches that seem classic lead to creative thinking skills, both for history teachers and historians, including history textbook writers. Both approaches are also enriched with contemporary theoretical aspects, especially in the pedagogical aspect. This article focused on several history teachers who teach at senior high schools in Bandung. Some are also students of the Master Program in History Education, Graduate School of the Indonesia University of Education (UPI). They were used as resource persons through dialogue and observation and the Field Experience Program (PPL) implementation for prospective History teachers.Artikel ini berisi hasil analisis penulis yang mengacu pada temuan proses pembelajaran Sejarah di sekolah dan juga mengacu pada aspek teoretis kreativitas mengenai guru Sejarah kreatif. Penulis menganalogikan guru Sejarah kreatif sebagai sejarawan kreatif. Tulisan memadukan dua pendekatan berbeda dalam bidang pendidikan Sejarah dan dalam psikologi kognitif. Pendekatan pertama menggunakan aspek kognitif dalam berpikir yang dikembangkan oleh Vygotsky terkait dengan kemampuan imajinasi. Pendekatan kedua menggunakan metode kesejarahan dari Collingwood dalam menafsir data dan fakta peristiwa Sejarah yang juga menggunakan imajinasi. Pendekatan pertama digunakan untuk menganalisis bagaimana Sejarah menghasilkan pembelajaran Sejarah yang kreatif dengan tujuan menghasilkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Sedangkan pendekatan kedua menghasilkan historiografi kreatif sebagai karya kreatif sejarawan yang juga bisa nampak pada buku teks Sejarah untuk Pelajaran Sejarah di sekolah. Kedua pendekatan yang nampaknya klasik tersebut bermuara pada menghasilkan kemampuan berpikir kreatif, baik berpikir guru Sejarah maupun berpikir sejarawan, termasuk penulis buku teks Sejarah. Kedua pendekatan tersebut juga diperkaya dengan aspek teoretis kontemporer, khususnya dalam aspek pedagogik. Tulisan difokuskan pada beberapa guru Sejarah yang mengajar di SMA di Bandung. Sebagian dari mereka adalah juga sebagai mah","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44424253","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Prabu Siliwangi Between History and Myth 普拉布·西里万吉,在历史与神话之间
Pub Date : 2021-03-31 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.25049
Mumuh Muhsin Z., M. Falah
Abstract: Prabu Siliwangi is a historical figure, not a fairy tale or a mythical figure, although his figure is loaded with mythical things. Its existence is supported by several sources, both written and oral sources. Besides, the character of Prabu Siliwangi is also supported by social facts and mental facts. Prabu Siliwangi was the ruler who brought glory to the Sunda kingdom, so it is seen as the greatest king in the history of the Sunda kingdom stood. Nevertheless, from the manuscript, Carita Parahiangan (15th century), which contains information of the rulers of the Sunda kingdom, no king of Sunda is named Prabu Siliwangi. Then, who is Prabu Siliwangi? To answer the question, a historical study was conducted by implementing a historical research method that is operationally composed of four phases, namely Heuritsik, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Prabu Siliwangi was a historical figure-Legendary. The people in Tatar Sunda very emotionally remember the people. There are various opinions on the identification of this character. Some argue that this nickname refers only to one character, but some have the opinion of the four figures and more. From the various sources of the manuscript used in this article, the identification of Prabu Siliwangi led to Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), the ruler of the Sunda kingdom who is domiciled Pakwan Pajajaran. Abstrak: Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan dongeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos. Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan. Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta sosial dan fakta mental. Prabu Siliwangi adalah penguasa yang membawa kejayaan kerajaan sunda, sehingga dipandang sebagai raja terbesar dalam sejarah kerajaan sunda berdiri. Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang memuat informasi tentang para penguasa kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Lalu, siapakah Prabu Siliwangi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan metode penelitian sejarah yang secara operasional terdiri dari empat tahap yaitu heuritsik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris. Orang-orang tersebut sangat diingat secara emosional oleh orang-orang di Tatar Sunda. Ada berbagai pendapat tentang identifikasi karakter ini. Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu pada satu tokoh, tetapi ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi. Dari berbagai sumber naskah yang digunakan dalam artikel ini, identifikasi Prabu Siliwangi mengarah pada Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), penguasa kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran.  
[摘要]普拉布·西里万吉是一个历史人物,不是童话人物,也不是神话人物,尽管他的形象中充满了神话的东西。它的存在得到了几个来源的支持,包括书面和口头来源。此外,Prabu Siliwangi的性格也有社会事实和心理事实的支持。普拉布·西里旺吉是为巽他王国带来荣耀的统治者,因此被视为巽他王国历史上最伟大的国王。然而,从包含巽他王国统治者信息的《Carita Parahiangan》(15世纪)手稿来看,巽他王国的国王没有被命名为普拉布·西里旺吉。那么,谁是Prabu Siliwangi?为了回答这个问题,历史研究是通过实施一种历史研究方法来进行的,这种历史研究方法在操作上由四个阶段组成,即启发式、批评、解释和史学。结果表明,普拉布·西里万吉是一位历史人物——传奇人物。鞑靼巽他的人民非常怀念他们。关于这一人物的鉴定,众说纷纭。有些人认为这个绰号只指一个人物,但有些人认为是四个数字甚至更多。从本文中使用的手稿的各种来源来看,Prabu Siliwangi的身份指向了Prabu Sri Baduga Maharaja(1482-1521),他是Sunda王国的统治者,住所为Pakwan Pajajaran。Â摘要:Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan donggeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos。Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan。Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta social dan fakta mental。这只企鹅的名字叫Prabu Siliwangi adalah penguins,是一只企鹅,是一只大企鹅,是一只大企鹅,是一只大企鹅。Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang的纪念信息是,当企鹅在kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi。拉鲁,siapakah Prabu Siliwangi?Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan方法penelitian sejarah yang secara operation terdiri dari empat tahap yaitk, heuritsik, kritik, interpretation, and史学。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris。橘色的舞者,但在进餐时却表现出一种特殊的情感——鞑靼圣日。Ada berbagai pendaptentang识别karakter ini。Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu padsatu tokoh, tetapi Ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi。(1482-1521),企鹅kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran。一个一个
{"title":"Prabu Siliwangi Between History and Myth","authors":"Mumuh Muhsin Z., M. Falah","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.25049","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.25049","url":null,"abstract":"Abstract: Prabu Siliwangi is a historical figure, not a fairy tale or a mythical figure, although his figure is loaded with mythical things. Its existence is supported by several sources, both written and oral sources. Besides, the character of Prabu Siliwangi is also supported by social facts and mental facts. Prabu Siliwangi was the ruler who brought glory to the Sunda kingdom, so it is seen as the greatest king in the history of the Sunda kingdom stood. Nevertheless, from the manuscript, Carita Parahiangan (15th century), which contains information of the rulers of the Sunda kingdom, no king of Sunda is named Prabu Siliwangi. Then, who is Prabu Siliwangi? To answer the question, a historical study was conducted by implementing a historical research method that is operationally composed of four phases, namely Heuritsik, criticism, interpretation, and historiography. The results showed that Prabu Siliwangi was a historical figure-Legendary. The people in Tatar Sunda very emotionally remember the people. There are various opinions on the identification of this character. Some argue that this nickname refers only to one character, but some have the opinion of the four figures and more. From the various sources of the manuscript used in this article, the identification of Prabu Siliwangi led to Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), the ruler of the Sunda kingdom who is domiciled Pakwan Pajajaran. Abstrak: Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah, bukan dongeng atau tokoh mitos walaupun sosoknya sarat dengan hal-hal yang bersifat mitos. Keberadaannya didukung oleh beberapa sumber, baik sumber tertulis maupun lisan. Selain itu karakter Prabu Siliwangi juga didukung oleh fakta sosial dan fakta mental. Prabu Siliwangi adalah penguasa yang membawa kejayaan kerajaan sunda, sehingga dipandang sebagai raja terbesar dalam sejarah kerajaan sunda berdiri. Namun demikian, dari naskah Carita Parahiangan (abad ke-15) yang memuat informasi tentang para penguasa kerajaan Sunda, tidak ada raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Lalu, siapakah Prabu Siliwangi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan studi sejarah dengan menerapkan metode penelitian sejarah yang secara operasional terdiri dari empat tahap yaitu heuritsik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prabu Siliwangi adalah seorang tokoh sejarah-Legendaris. Orang-orang tersebut sangat diingat secara emosional oleh orang-orang di Tatar Sunda. Ada berbagai pendapat tentang identifikasi karakter ini. Ada yang berpendapat bahwa julukan ini hanya mengacu pada satu tokoh, tetapi ada pula yang berpendapat tentang empat tokoh dan banyak lagi. Dari berbagai sumber naskah yang digunakan dalam artikel ini, identifikasi Prabu Siliwangi mengarah pada Prabu Sri Baduga Maharaja (1482-1521), penguasa kerajaan Sunda yang berdomisili di Pakwan Pajajaran.  ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67039533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
The Advent of Capitalism and Malay Dilemma in Money Economy: The Foundation of Business Corporation and Cooperative Societies in Colonial Malaya 资本主义的出现与货币经济中的马来人困境:马来亚殖民地商业公司与合作社的基础
Pub Date : 2021-03-31 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.28926
A. R. Abdullah
Abstract: This article discusses the Malay dilemma in facing the expansion of money economy in the Malay society in early 20th century Malaya. Historically, the advent of capitalism during this period instigated the growing importance of money economy. However, in the rural economy, the Malay commoners known as ‘rakyat’ were not widely exposed to money economy. The prevalence of money economy in the Malay society was limited to the Malay upper class of royal kinsmen and nobles because of their dominance over the surplus, notably found in the form of taxation imposed on the rakyat who were mostly peasants. This situation began to change in the beginning of the 20th century when credit facilities for agricultural activities became available for the Malay commoners that eventually paved the way for the rakyat to gradually venture into small businesses and be exposed to money economy. In order to address the problem related to indebtedness, there were initiatives to establish cooperative societies for rural credits. However, these initiatives were always overshadowed by the imposition of interests on the loans. This is because such interests were perceived as riba’ or usury, which were regarded as haram or impermissible in Islam. Nevertheless, based on historical circumstances, it can be argued that the establishment of cooperative societies was regarded as the more viable means than business ventures in incorporating the Malay peasant community into money economy. Abstrak: Artikel ini membahas dilema Melayu dalam menghadapi ekspansi ekonomi uang dalam masyarakat Melayu di Malaya awal abad ke-20. Secara historis, munculnya kapitalisme selama periode ini mendorong semakin pentingnya ekonomi uang. Namun, dalam perekonomian pedesaan, rakyat jelata Melayu yang dikenal sebagai 'rakyat' tidak banyak terekspos pada ekonomi uang. Prevalensi ekonomi uang dalam masyarakat Melayu terbatas pada kelas atas Melayu dari kerabat dan bangsawan kerajaan karena dominasi mereka atas surplus, terutama ditemukan dalam bentuk pajak yang dikenakan pada rakyat yang sebagian besar adalah petani. Situasi ini mulai berubah pada awal abad ke-20 ketika fasilitas kredit untuk kegiatan pertanian tersedia bagi rakyat jelata Melayu yang pada akhirnya membuka jalan bagi rakyat untuk secara bertahap terjun ke bisnis kecil dan terpapar pada ekonomi uang. Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan hutang tersebut, maka terdapat inisiatif untuk membentuk perkumpulan koperasi untuk kredit pedesaan. Namun, inisiatif ini selalu dibayangi oleh pengenaan bunga atas pinjaman. Sebab, kepentingan tersebut dianggap sebagai riba yang dianggap haram atau tidak diperbolehkan dalam Islam. Namun demikian, berdasarkan keadaan historis, dapat dikatakan bahwa pendirian koperasi dianggap sebagai cara yang lebih layak daripada usaha bisnis dalam memasukkan masyarakat petani Melayu ke dalam ekonomi uang. 
摘要:本文论述了20世纪初马来亚面对马来人社会货币经济扩张的困境。从历史上看,这一时期资本主义的出现促使货币经济的重要性日益增长。然而,在农村经济中,被称为“rakyat”的马来平民™ 没有广泛接触货币经济。货币经济在马来社会中的盛行仅限于马来上层的王室亲属和贵族,因为他们对盈余的支配地位,尤其是对大部分是农民的rakyat征收的税收。这种情况在20世纪初开始改变,当时马来平民可以获得农业活动的信贷,这最终为rakyat人逐渐进入小企业并接触货币经济铺平了道路。为了解决与债务有关的问题,采取了建立农村信贷合作社的举措。然而,这些举措总是因对贷款征收利息而黯然失色。这是因为这些利益被认为是riba™ 或高利贷,在伊斯兰教中被认为是哈拉姆或不允许的。然而,根据历史情况,可以说,在将马来农民社区纳入货币经济的过程中,建立合作社被视为比商业企业更可行的手段。从历史上看,资本主义是在这一时期出现的,推动了货币经济的日益重要。然而,在农村经济中,被称为“人民”的马拉育人并不是很容易接触到货币经济。货币经济在社会中的盛行仅限于来自王国亲属和皇室的顶级Melayu,因为他们控制着盈余,尤其是对大多数农民征收的税收。这种情况在20世纪初开始发生变化,当时梅拉尤人可以获得农业活动的信贷,他们最终为人们逐渐进入小企业并在货币经济中出现开辟了道路。为了克服与债务有关的问题,有人倡议成立一个地方信贷合作小组。然而,这一举措一直被贷款的繁荣所低估。因为它被认为是一种在伊斯兰教中被禁止或禁止的罪行。然而,从历史情况来看,可以说,在将马拉育农民纳入货币经济中,合作的基础被认为比商业更有价值
{"title":"The Advent of Capitalism and Malay Dilemma in Money Economy: The Foundation of Business Corporation and Cooperative Societies in Colonial Malaya","authors":"A. R. Abdullah","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.28926","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.28926","url":null,"abstract":"Abstract: This article discusses the Malay dilemma in facing the expansion of money economy in the Malay society in early 20th century Malaya. Historically, the advent of capitalism during this period instigated the growing importance of money economy. However, in the rural economy, the Malay commoners known as ‘rakyat’ were not widely exposed to money economy. The prevalence of money economy in the Malay society was limited to the Malay upper class of royal kinsmen and nobles because of their dominance over the surplus, notably found in the form of taxation imposed on the rakyat who were mostly peasants. This situation began to change in the beginning of the 20th century when credit facilities for agricultural activities became available for the Malay commoners that eventually paved the way for the rakyat to gradually venture into small businesses and be exposed to money economy. In order to address the problem related to indebtedness, there were initiatives to establish cooperative societies for rural credits. However, these initiatives were always overshadowed by the imposition of interests on the loans. This is because such interests were perceived as riba’ or usury, which were regarded as haram or impermissible in Islam. Nevertheless, based on historical circumstances, it can be argued that the establishment of cooperative societies was regarded as the more viable means than business ventures in incorporating the Malay peasant community into money economy. Abstrak: Artikel ini membahas dilema Melayu dalam menghadapi ekspansi ekonomi uang dalam masyarakat Melayu di Malaya awal abad ke-20. Secara historis, munculnya kapitalisme selama periode ini mendorong semakin pentingnya ekonomi uang. Namun, dalam perekonomian pedesaan, rakyat jelata Melayu yang dikenal sebagai 'rakyat' tidak banyak terekspos pada ekonomi uang. Prevalensi ekonomi uang dalam masyarakat Melayu terbatas pada kelas atas Melayu dari kerabat dan bangsawan kerajaan karena dominasi mereka atas surplus, terutama ditemukan dalam bentuk pajak yang dikenakan pada rakyat yang sebagian besar adalah petani. Situasi ini mulai berubah pada awal abad ke-20 ketika fasilitas kredit untuk kegiatan pertanian tersedia bagi rakyat jelata Melayu yang pada akhirnya membuka jalan bagi rakyat untuk secara bertahap terjun ke bisnis kecil dan terpapar pada ekonomi uang. Untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan hutang tersebut, maka terdapat inisiatif untuk membentuk perkumpulan koperasi untuk kredit pedesaan. Namun, inisiatif ini selalu dibayangi oleh pengenaan bunga atas pinjaman. Sebab, kepentingan tersebut dianggap sebagai riba yang dianggap haram atau tidak diperbolehkan dalam Islam. Namun demikian, berdasarkan keadaan historis, dapat dikatakan bahwa pendirian koperasi dianggap sebagai cara yang lebih layak daripada usaha bisnis dalam memasukkan masyarakat petani Melayu ke dalam ekonomi uang. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46111386","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Integrating Nosampesuvu Values in History Learning as a Conflict Resolution in Central Sulawesi 苏拉威西中部地区历史学习中Nosampesuvu价值观的整合与冲突解决
Pub Date : 2021-03-31 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.22724
Misnah Misnah, N. Supriatna, Hamlan Andi Baso Malla
Abstract: This study aims to describe values of local wisdom Nosampesuvu Ethnic Kaili and integrate these values into history learning at SMAN 2 as a conflict resolution in Sigi, Central Sulawesi. Methodologically, this study is qualitative and uses an ethnographic approach. The results of the ethnographic study of the local wisdom values of Nosampesuvu are integrated into learning history using classroom action research (CAR) through the Kemmis and Taggart models. The results showed the findings of ethnographic data of local wisdom values of the Kailiethnic Nosampesuvu group in the integration of the culture of Tolerance ( Mosipahami Patuju) into religious values and social values / cooperation. The uniqueness of the local wisdom of the Kailiethnic Nosampesuvu group was developed in the process of learning local history manifested in cultural values, harmony, polite, polite, friendly, responsible, honest values, and tolerance. The results of the integration found that first, there was an increase in teacher activity in the implementation of learning. Second, there is an increase in student learning outcomes. Thirdly, students’ attitudes toward values Nosampesuvu after implementing local wisdom learning significantly better than before the learning implementation. Thus the implementation of the local wisdom values of Nosampesuvu in local history subjects was successful. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal Suku Nosampesuvu Suku Kaili dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pembelajaran sejarah di SMAN 2 sebagai penyelesaian konflik di Sigi, Sulawesi Tengah. Secara metodologis, penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan etnografi. Hasil kajian etnografi nilai-nilai kearifan lokal Nosampesuvu diintegrasikan ke dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui model Kemmis dan Taggart. Hasil penelitian menunjukkan temuan data etnografi nilai-nilai kearifan lokal kelompok Kailiethnic Nosampesuvu dalam integrasi budaya Toleransi (Mosipahami Patuju) ke dalam nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial / kerjasama. Keunikan kearifan lokal kelompok Kailiethnic Nosampesuvu dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah lokal yang diwujudkan dalam nilai-nilai budaya, kerukunan, santun, santun, ramah, bertanggung jawab, nilai-nilai kejujuran, dan toleransi. Hasil integrasi menemukan bahwa pertama, terjadi peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Kedua, ada peningkatan hasil belajar siswa. Ketiga, sikap siswa terhadap nilai-nilai Nosampesuvu setelah melaksanakan pembelajaran kearifan lokal secara signifikan lebih baik dibandingkan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian penerapan nilai-nilai kearifan lokal Nosampesuvu dalam mata pelajaran sejarah lokal berhasil dilaksanakan. 
摘要:本研究旨在描述当地智慧Nosampesuvu族Kaili的价值观,并将这些价值观整合到SMAN 2的历史学习中,作为苏拉威西中部锡吉的冲突解决方案。在方法上,本研究是定性的,并使用民族志方法。通过Kemmis和Taggart模型,将Nosampesuvu当地智慧价值观的民族志研究结果整合到课堂行动研究(CAR)的历史学习中。结果显示,在将宽容文化(Mosipahami Patuju)融入宗教价值观和社会价值观/合作的过程中,kailie族裔Nosampesuvu群体的地方智慧价值观的民族志数据发现。在学习当地历史的过程中,形成了克列族诺桑佩苏乌族独特的地方智慧,体现在文化价值观、和谐、礼貌、礼貌、友好、负责、诚实、宽容等方面。整合的结果发现,首先,教师在实施学习方面的活动有所增加。其次,学生的学习成果有所提高。第三,学生对价值观的态度Nosampesuvu实施地方智慧学习后明显优于学习实施前。因此,在地方历史科目中成功地实施了诺参释武的地方智慧价值观。Â摘要:Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan本地Suku Nosampesuvu Suku Kaili dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pembelajaran sejarah di SMAN 2 sebagai penyelesaian konflik di Sigi, Sulawesi Tengah。Secara方法学、penelitian方法学、定性方法学、蒙古纳坎方法学、民族学。Hasil kajian民族学家nilai-nilai kearifan当地Nosampesuvu diintegrasikan ke dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui模型Kemmis dan Taggart。Hasil penelitian menunjukkan teman data etnograpgrapi nilai-nilai kearifan local kelompok kailiethic Nosampesuvu dalam integrasi budaya Toleransi (Mosipahami Patuju) ke dalam nilai-nilai agama dan nilai-nilai social / kerjasama。Keunikan kearifan local kelompok kailiethic Nosampesuvu dikembangkan dalam proses penbelajaran sejarah local yang diwujudkan dalam nilai-nilai budaya, kerukunan, santun, santun, ramah, bertanggung jawab, nilai-nilai kejujuran, dan toleransi。Hasil integrasi menemukan bahwa pertama, terjadi peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran。Kedua, ada peningkatan hasil belajar siswa。Ketiga, sikap siswa terhadap nilai-nilai Nosampesuvu setelah melaksanakan pembelajan kearifan local secara signfikan lebih baik dibandingkan sebelum pelaksanaan pembelajan。Dengan demikian penerapan nilai-nilai kearifan local Nosampesuvu dalam mata pelajaran sejarah local berhasil dilaksanakan.Â
{"title":"Integrating Nosampesuvu Values in History Learning as a Conflict Resolution in Central Sulawesi","authors":"Misnah Misnah, N. Supriatna, Hamlan Andi Baso Malla","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.22724","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.22724","url":null,"abstract":"Abstract: This study aims to describe values of local wisdom Nosampesuvu Ethnic Kaili and integrate these values into history learning at SMAN 2 as a conflict resolution in Sigi, Central Sulawesi. Methodologically, this study is qualitative and uses an ethnographic approach. The results of the ethnographic study of the local wisdom values of Nosampesuvu are integrated into learning history using classroom action research (CAR) through the Kemmis and Taggart models. The results showed the findings of ethnographic data of local wisdom values of the Kailiethnic Nosampesuvu group in the integration of the culture of Tolerance ( Mosipahami Patuju) into religious values and social values / cooperation. The uniqueness of the local wisdom of the Kailiethnic Nosampesuvu group was developed in the process of learning local history manifested in cultural values, harmony, polite, polite, friendly, responsible, honest values, and tolerance. The results of the integration found that first, there was an increase in teacher activity in the implementation of learning. Second, there is an increase in student learning outcomes. Thirdly, students’ attitudes toward values Nosampesuvu after implementing local wisdom learning significantly better than before the learning implementation. Thus the implementation of the local wisdom values of Nosampesuvu in local history subjects was successful. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal Suku Nosampesuvu Suku Kaili dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pembelajaran sejarah di SMAN 2 sebagai penyelesaian konflik di Sigi, Sulawesi Tengah. Secara metodologis, penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan etnografi. Hasil kajian etnografi nilai-nilai kearifan lokal Nosampesuvu diintegrasikan ke dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui model Kemmis dan Taggart. Hasil penelitian menunjukkan temuan data etnografi nilai-nilai kearifan lokal kelompok Kailiethnic Nosampesuvu dalam integrasi budaya Toleransi (Mosipahami Patuju) ke dalam nilai-nilai agama dan nilai-nilai sosial / kerjasama. Keunikan kearifan lokal kelompok Kailiethnic Nosampesuvu dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah lokal yang diwujudkan dalam nilai-nilai budaya, kerukunan, santun, santun, ramah, bertanggung jawab, nilai-nilai kejujuran, dan toleransi. Hasil integrasi menemukan bahwa pertama, terjadi peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Kedua, ada peningkatan hasil belajar siswa. Ketiga, sikap siswa terhadap nilai-nilai Nosampesuvu setelah melaksanakan pembelajaran kearifan lokal secara signifikan lebih baik dibandingkan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian penerapan nilai-nilai kearifan lokal Nosampesuvu dalam mata pelajaran sejarah lokal berhasil dilaksanakan. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48614777","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Batik Incung Industry in Kerinci 1995-2017 Kerinci Batik Incung Industry 1995-2017
Pub Date : 2021-03-31 DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.18887
Nandia Pitri, Herwandi Herwandi, Lindayanti Lindayanti
Abstract: Kerinci has batik called incung developed from the beauty of incung letters (ancient Kerinci's letters). This letter was used to be used by Kerinci's ancestors to write literary works, incantation, and customary law. The medium used to write the incung letters was wood bark, bamboo, coconut leaf, and the buffalo horn. However, this research tries to discuss the development of the batik industry in Kerinci: History Perspective. The method applied in this research is one of historical research to collect, select, and test the sources of history critically so that it results in the fact of history in line with what happened in the field. The results showed that the industry's oh Incung batik started in 1995 due to the Administration of Kerinci Regency's policy as to hold a training. Meanwhile, an independent training was held by  Jaya and Iryani in Jambi, speaking of which working for three years at Batik Mas in the City of Jambi. After 3 years, they went home to develop batik with particular Kerinci. The early stage of incung batik development was not eye-catching for the local people. They still focus on agricultural matters, though, following the issuance of a leaflet of the Mayor of Sungaipenuh ordering to develop the specific motif of Kerinci, triggering the public enthusiasm in developing batik. The incung batik marketing does not only cover the area of Kerinci Regency and City of Sungaipenuh, but also it has already reached the City of Jambi, West Sumatra, Jakarta, Bandung, and Solo. Abstrak: Kerinci memiliki batik yang disebut incung yang dikembangkan dari keindahan huruf incung (huruf Kerinci kuno). Huruf ini dulunya digunakan nenek moyang Kerinci untuk menulis karya sastra, mantera, dan hukum adat. Media yang digunakan untuk menulis huruf incung adalah kulit kayu, bambu, daun kelapa, dan tanduk kerbau. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba membahas perkembangan industri batik di Kerinci dalam Perspektif Sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu metode penelitian sejarah untuk mengumpulkan, menyeleksi, dan menguji secara kritis sumber-sumber sejarah, sehingga menghasilkan fakta sejarah yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri batik oh incung dimulai pada tahun 1995 karena adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk mengadakan pelatihan. Sedangkan pelatihan mandiri diadakan oleh Jaya dan Iryani di Jambi yang  bekerja selama tiga tahun di Batik Mas di Kota Jambi. Setelah 3 tahun, mereka pulang untuk mengembangkan batik khas Kerinci. Perkembangan awal pembatikan incung ternyata tidak begitu menarik perhatian warga sekitar. Meski begitu, mereka tetap fokus pada pertanian, menyusul keluarnya edaran dari Walikota Sungaipenuh yang memerintahkan untuk mengembangkan motif khas Kerinci sehingga memicu antusias masyarakat untuk mengembangkan batik. Pemasaran batik incung tidak hanya mencakup wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, tetapi juga
摘要:克伦奇有一种蜡染,叫做incung,是由incung字母(古代克伦奇的字母)之美发展而来的。这封信曾被Kerinci的祖先用来写文学作品、咒语和习惯法。书写砧板字母的媒介是树皮、竹子、椰子叶和水牛角。然而,本研究试图从历史的角度来探讨克林奇蜡染工业的发展。本研究所采用的方法是一种历史研究,即批判性地收集、选择和检验历史来源,从而得出与该领域所发生的事情相一致的历史事实。结果表明,该行业的oh Incung蜡染始于1995年,这是由于Kerinci Regency政府关于举办培训的政策。与此同时,[UNK]Jaya和Iryani在占碑举行了一次独立培训,他们在占碑市的Batik Mas工作了三年。3年后,他们回家与特别的Kerinci一起开发蜡染。印贡蜡染发展的早期阶段对当地人来说并不引人注目。尽管如此,他们仍然专注于农业事务,因为Sungaipanth市长发布了一份传单,命令开发Kerinci的特定主题,引发了公众开发蜡染的热情。蜡染市场不仅覆盖了Kerinci Regency和Sungaipanth市,而且已经覆盖了占碑市、西苏门答腊、雅加达、万隆和索洛。这封信曾经被克林奇的祖先用来书写文学、咒语和习俗。用来写来信的媒介是木皮、竹子、椰子叶和煤油角。因此,本研究试图从历史的角度来探讨教会批量工业的发展。本研究中使用的方法是历史研究的方法之一,用于收集、调查和批判性地测试历史来源,从而产生与实际情况相匹配的历史事实。研究表明,铜行业始于1995年,因为英国首都政府有一项培训政策。Jaya和Iryani在占碑进行了自我训练,他们在占碑市的Batik Mas工作了三年。三年后,他们回家培育出一种特殊的兔子穗。倾向转换的早期发展对周围的人来说吸引力较小。然而,他们仍然专注于农业,因为农业从市长那里流出,市长下令发展教会的具体动机,以激发社会发展特技的热情。倾斜批量市场不仅覆盖了皇冠资本和Full City,还覆盖了占碑市、西苏门答腊岛、雅加达、万隆和索洛
{"title":"Batik Incung Industry in Kerinci 1995-2017","authors":"Nandia Pitri, Herwandi Herwandi, Lindayanti Lindayanti","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.18887","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.18887","url":null,"abstract":"Abstract: Kerinci has batik called incung developed from the beauty of incung letters (ancient Kerinci's letters). This letter was used to be used by Kerinci's ancestors to write literary works, incantation, and customary law. The medium used to write the incung letters was wood bark, bamboo, coconut leaf, and the buffalo horn. However, this research tries to discuss the development of the batik industry in Kerinci: History Perspective. The method applied in this research is one of historical research to collect, select, and test the sources of history critically so that it results in the fact of history in line with what happened in the field. The results showed that the industry's oh Incung batik started in 1995 due to the Administration of Kerinci Regency's policy as to hold a training. Meanwhile, an independent training was held by  Jaya and Iryani in Jambi, speaking of which working for three years at Batik Mas in the City of Jambi. After 3 years, they went home to develop batik with particular Kerinci. The early stage of incung batik development was not eye-catching for the local people. They still focus on agricultural matters, though, following the issuance of a leaflet of the Mayor of Sungaipenuh ordering to develop the specific motif of Kerinci, triggering the public enthusiasm in developing batik. The incung batik marketing does not only cover the area of Kerinci Regency and City of Sungaipenuh, but also it has already reached the City of Jambi, West Sumatra, Jakarta, Bandung, and Solo. Abstrak: Kerinci memiliki batik yang disebut incung yang dikembangkan dari keindahan huruf incung (huruf Kerinci kuno). Huruf ini dulunya digunakan nenek moyang Kerinci untuk menulis karya sastra, mantera, dan hukum adat. Media yang digunakan untuk menulis huruf incung adalah kulit kayu, bambu, daun kelapa, dan tanduk kerbau. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba membahas perkembangan industri batik di Kerinci dalam Perspektif Sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu metode penelitian sejarah untuk mengumpulkan, menyeleksi, dan menguji secara kritis sumber-sumber sejarah, sehingga menghasilkan fakta sejarah yang sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri batik oh incung dimulai pada tahun 1995 karena adanya kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci untuk mengadakan pelatihan. Sedangkan pelatihan mandiri diadakan oleh Jaya dan Iryani di Jambi yang  bekerja selama tiga tahun di Batik Mas di Kota Jambi. Setelah 3 tahun, mereka pulang untuk mengembangkan batik khas Kerinci. Perkembangan awal pembatikan incung ternyata tidak begitu menarik perhatian warga sekitar. Meski begitu, mereka tetap fokus pada pertanian, menyusul keluarnya edaran dari Walikota Sungaipenuh yang memerintahkan untuk mengembangkan motif khas Kerinci sehingga memicu antusias masyarakat untuk mengembangkan batik. Pemasaran batik incung tidak hanya mencakup wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, tetapi juga","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46558095","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Paramita Historical Studies Journal
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1