Di era informasi seperti sekarang ini, ketersediaan informasi dan akses yang semakin mudah akibat internet telah membawa tantangan bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pengelola komunikasi publik. Tingkat penetrasi internet di Indonesia terus tumbuh tiap tahunnya. Namun, apakah ini mencerminkan bahwa internet menjadi sumber informasi publik? Penelitian ini mengeksplorasi perilaku pemenuhan kebutuhan informasi serta diseminasi informasi masyarakat kota dan desa. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner di 12 provinsi di Indonesia yang telah dipilih dengan teknik probability sampling secara bertahap dan perkiraan margin of error sebesar 2% dengan jumlah sampel mencapai 2.500 orang melalui kish grid . Metode analisis data adalah statistik deskriptif dengan hasil yaitu: persepsi responden mengenai akses terhadap informasi kebijakan pemerintah cukup baik meski popularitas media resmi Kementerian maupun Dinas Kominfo lebih rendah dibandingkan televisi. Faktor kedekatan interpersonal dan lingkungan sosial juga memengaruhi seseorang mendapatkan dan menyebarkan informasi. Komunikasi tatap muka merupakan saluran utama dalam penyebaran informasi baik di kota maupun desa.
{"title":"Perilaku Pemenuhan dan Penyebaran Informasi Publik Bagi Masyarakat Kota dan Desa","authors":"Vience Mutiara Rumata","doi":"10.20422/JPK.V20I1.146","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V20I1.146","url":null,"abstract":"Di era informasi seperti sekarang ini, ketersediaan informasi dan akses yang semakin mudah akibat internet telah membawa tantangan bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai pengelola komunikasi publik. Tingkat penetrasi internet di Indonesia terus tumbuh tiap tahunnya. Namun, apakah ini mencerminkan bahwa internet menjadi sumber informasi publik? Penelitian ini mengeksplorasi perilaku pemenuhan kebutuhan informasi serta diseminasi informasi masyarakat kota dan desa. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner di 12 provinsi di Indonesia yang telah dipilih dengan teknik probability sampling secara bertahap dan perkiraan margin of error sebesar 2% dengan jumlah sampel mencapai 2.500 orang melalui kish grid . Metode analisis data adalah statistik deskriptif dengan hasil yaitu: persepsi responden mengenai akses terhadap informasi kebijakan pemerintah cukup baik meski popularitas media resmi Kementerian maupun Dinas Kominfo lebih rendah dibandingkan televisi. Faktor kedekatan interpersonal dan lingkungan sosial juga memengaruhi seseorang mendapatkan dan menyebarkan informasi. Komunikasi tatap muka merupakan saluran utama dalam penyebaran informasi baik di kota maupun desa.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44238527","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Geliat e-Government di Indonesia bergulir sejak adanya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government. Didalam regulasi tersebut jelas diatur kewajiban seluruh lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengembangkan sistem e-Government sebagai bentuk pelayanan publik yang berbasis elektronik. Salah satu strategi yang dirumuskan pemerintah adalah melaksanakan pengembangan e-Government secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik dan terukur. Dengan kata lain sebenarnya pemerintah ingin mendorong peningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di institusi penyelenggara negara melalui evaluasi yang utuh, seimbang dan obyektif. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan. PeGI (Pemeringkatan e-Government di Indonesia) merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh Kementerian Kominfo sejak tahun 2007 dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan TIK di lembaga pemerintah. Dimensi penilaian PeGI mencakup aspek kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaan. Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris kerangka kerja (framework) PeGI yang telah digunakan untuk mengukur pemanfaatan TIK selama ini dimana PeGI sendiri terdiri dari 5 dimensi dan 35 atribut penilaian. Dengan kata lain ingin diketahui apakah framework PeGI masih relevan saat ini khususnya di tingkat kementerian mengingat perkembangan TIK yang begitu pesat dan dinamis. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel (atribut) valid dan dapat menjelaskan setiap dimensi penilaian PeGI yakni kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaan. Dengan demikian framework PeGI masih relevan digunakan untuk menilai penerapan e-Government khususnya di tingkat kementerian. Kata kunci : PeGI, e-Government, kerangka kerja, pengujian, TIK
{"title":"Testing E-Government Ranking Framework in Indonesia (PeGI): Case Study in Ministry Level","authors":"Darmawan Napitupulu","doi":"10.20422/JPK.V20I1.123","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V20I1.123","url":null,"abstract":"Geliat e-Government di Indonesia bergulir sejak adanya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government. Didalam regulasi tersebut jelas diatur kewajiban seluruh lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengembangkan sistem e-Government sebagai bentuk pelayanan publik yang berbasis elektronik. Salah satu strategi yang dirumuskan pemerintah adalah melaksanakan pengembangan e-Government secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistik dan terukur. Dengan kata lain sebenarnya pemerintah ingin mendorong peningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di institusi penyelenggara negara melalui evaluasi yang utuh, seimbang dan obyektif. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan TIK dalam penyelenggaraan pemerintahan. PeGI (Pemeringkatan e-Government di Indonesia) merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh Kementerian Kominfo sejak tahun 2007 dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan TIK di lembaga pemerintah. Dimensi penilaian PeGI mencakup aspek kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaan. Penelitian ini bertujuan menguji secara empiris kerangka kerja (framework) PeGI yang telah digunakan untuk mengukur pemanfaatan TIK selama ini dimana PeGI sendiri terdiri dari 5 dimensi dan 35 atribut penilaian. Dengan kata lain ingin diketahui apakah framework PeGI masih relevan saat ini khususnya di tingkat kementerian mengingat perkembangan TIK yang begitu pesat dan dinamis. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel (atribut) valid dan dapat menjelaskan setiap dimensi penilaian PeGI yakni kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, aplikasi dan perencanaan. Dengan demikian framework PeGI masih relevan digunakan untuk menilai penerapan e-Government khususnya di tingkat kementerian. Kata kunci : PeGI, e-Government, kerangka kerja, pengujian, TIK","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48895472","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The socialization strategy of media literacy which has done by KPID West Java (Regional-Indonesia Broadcasting Commission) aims to strengthen national integration, national identity, and educate the nation. This study focused on the strategies of KPID West Java as an independent institution of the state in disseminating a variety of media literacy programs that have been run by the West Java KPID period 2015-2018 to promote media literacy. The author used a descriptive case study method. In this study, a case to be analyzed is in how KPID West Java disseminated the media literacy. The essence of media literacy conducted by KPID West Java is to grow the wise society in gratification media and to encourage the broadcaster’s institution to produce quality broadcasting content. KPID West Java as a representative of the public continues to call for media literacy socialization which is harder to be censored if there is no public participation in reporting a content violation. This form of socialization by using new media approach encourage KPID West Java Period 2015-2018 to develop steps of innovative media literacy along with the technology development.
西爪哇KPID(印度尼西亚地区广播委员会)实施的媒体扫盲社会化战略旨在加强民族融合、民族认同和国家教育。本研究的重点是西爪哇KPID作为一个独立的国家机构在传播各种媒体扫盲计划方面的战略,这些计划由西爪哇KPID2015-2018年期间实施,以促进媒体扫盲。作者采用了描述性的案例研究方法。在本研究中,需要分析的一个案例是KPID West Java如何传播媒体素养。西爪哇KPID开展的媒体扫盲的本质是在满足媒体需求方面发展明智的社会,并鼓励广播机构制作高质量的广播内容。KPID West Java作为公众的代表,继续呼吁媒体扫盲社会化,如果没有公众参与报道内容违规行为,这将更难受到审查。这种使用新媒体方法的社会化形式鼓励KPID West Java Period 2015-2018在技术发展的同时发展创新媒体素养的步骤。
{"title":"The Strategy of KPID West Java in Socializing Media Literacy","authors":"Lucy Pujasari Supratman","doi":"10.20422/jpk.v20i1.148","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/jpk.v20i1.148","url":null,"abstract":"The socialization strategy of media literacy which has done by KPID West Java (Regional-Indonesia Broadcasting Commission) aims to strengthen national integration, national identity, and educate the nation. This study focused on the strategies of KPID West Java as an independent institution of the state in disseminating a variety of media literacy programs that have been run by the West Java KPID period 2015-2018 to promote media literacy. The author used a descriptive case study method. In this study, a case to be analyzed is in how KPID West Java disseminated the media literacy. The essence of media literacy conducted by KPID West Java is to grow the wise society in gratification media and to encourage the broadcaster’s institution to produce quality broadcasting content. KPID West Java as a representative of the public continues to call for media literacy socialization which is harder to be censored if there is no public participation in reporting a content violation. This form of socialization by using new media approach encourage KPID West Java Period 2015-2018 to develop steps of innovative media literacy along with the technology development.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43417363","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilatarbelakangi oleh permasalahan sogokan yang selama ini lebih diidentikkan pada wartawan dari media yang belum mapan. Sedangkan sogokan dalam bentuk amplop ataupun freebies yang terjadi di kalangan wartawan profesional belum terungkap, termasuk maknanya bagi wartawan dan narasumber terkait. Penulis mengintegrasikan teori interaksionisme simbolik dan menggunakan pendekatan subjektif-konstruktivis serta metode penelitian kualitatif dengan tradisi penelitian fenomenologi, atau paradigma interpretif (interpretive paradigm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sogokan menjadi fenomena bukan semata kesalahan wartawan tetapi juga pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya seperti narasumber, pihak media, dan organisasi profesi kewartawanan. Salah satu penyebabnya adalah makna dan batasan pemberian yang termasuk sogokan dengan yang nonsogokan berbeda-beda.
{"title":"Makna dan Praktik \"Sogokan\" bagi Wartawan","authors":"Wulan Suciska","doi":"10.20422/JPK.V14I2.175","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V14I2.175","url":null,"abstract":"Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilatarbelakangi oleh permasalahan sogokan yang selama ini lebih diidentikkan pada wartawan dari media yang belum mapan. Sedangkan sogokan dalam bentuk amplop ataupun freebies yang terjadi di kalangan wartawan profesional belum terungkap, termasuk maknanya bagi wartawan dan narasumber terkait. Penulis mengintegrasikan teori interaksionisme simbolik dan menggunakan pendekatan subjektif-konstruktivis serta metode penelitian kualitatif dengan tradisi penelitian fenomenologi, atau paradigma interpretif (interpretive paradigm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sogokan menjadi fenomena bukan semata kesalahan wartawan tetapi juga pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya seperti narasumber, pihak media, dan organisasi profesi kewartawanan. Salah satu penyebabnya adalah makna dan batasan pemberian yang termasuk sogokan dengan yang nonsogokan berbeda-beda.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44076888","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberagaman etnis dan agama di satu sisi menambah khazanah budaya bangsa Indonesia, tetapi di sisi lain memiliki potensi konflik yang luar biasa. Potensi konflik antar kelompok etnis dan agama di masyarakat saat ini masih cukup terbuka di berbagai wilayah nusantara termasuk di Kota Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) dinamika komunikasi antar umat beragama, dan hambatan-hambatan komunikasi yang menyertainya, (2) manajemen komunikasi pemuka agama dan pola-pola komunikasi yang dikembangkan, (3) sikap dan perilaku sosial yang dapat menimbulkan konflik, (4) persaingan kepentingan antar kelompok keagamaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tradisi fenomenologis, yaitu berusaha memahami fenomena-fenomena komunikasi antar umat beragama yang kemudian dikonstruksi secara faktual sebagaimana aslinya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara terbuka dan observasi langsung serta observasi partisipatorif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dinamika komunikasi antar umat beragama selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. (2) Manajemen komunikasi ini terdiri atas dua konteks komunikasi. Pengelolaan kesan ini meliputi pengelolaan kesan verbal dan nonverbal. (3) Sikap dan perilaku sosial yang dimiliki penganut agama meliputi sikap positif dan negatif. (4) Persaingan antar kelompok keagamaan terdiri atas: persaingan dalam penyebaran agama, persaingan dalam bidang pendidikan, persaingan politik, dan persaingan ekonomi.
{"title":"Dinamika Komunikasi dan Kerukunan Hidup Antarumat Beragama","authors":"U. Saefullah","doi":"10.20422/jpk.v14i2.171","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/jpk.v14i2.171","url":null,"abstract":"Keberagaman etnis dan agama di satu sisi menambah khazanah budaya bangsa Indonesia, tetapi di sisi lain memiliki potensi konflik yang luar biasa. Potensi konflik antar kelompok etnis dan agama di masyarakat saat ini masih cukup terbuka di berbagai wilayah nusantara termasuk di Kota Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) dinamika komunikasi antar umat beragama, dan hambatan-hambatan komunikasi yang menyertainya, (2) manajemen komunikasi pemuka agama dan pola-pola komunikasi yang dikembangkan, (3) sikap dan perilaku sosial yang dapat menimbulkan konflik, (4) persaingan kepentingan antar kelompok keagamaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan tradisi fenomenologis, yaitu berusaha memahami fenomena-fenomena komunikasi antar umat beragama yang kemudian dikonstruksi secara faktual sebagaimana aslinya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara terbuka dan observasi langsung serta observasi partisipatorif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dinamika komunikasi antar umat beragama selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. (2) Manajemen komunikasi ini terdiri atas dua konteks komunikasi. Pengelolaan kesan ini meliputi pengelolaan kesan verbal dan nonverbal. (3) Sikap dan perilaku sosial yang dimiliki penganut agama meliputi sikap positif dan negatif. (4) Persaingan antar kelompok keagamaan terdiri atas: persaingan dalam penyebaran agama, persaingan dalam bidang pendidikan, persaingan politik, dan persaingan ekonomi.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45067647","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah m eningkatan kesadaran dan partisipasi politik pemilih pemula terhadap S iswa/Siswi SMA/SMK/MA Negeri dan Swasta se-Kota Kendari. M elalui pendekatan teknik komunikasi pendidikan politik secara persuasif sebagai upaya meningkatkan kesadaran responden pemilih pemula akan pentingnya memilih dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Kendari Tahun 2012 yang akan datang. Hal tersebut menjadi lebih penting karena responden (pemilih pemula) adalah para aktor yang akan menggerakkan jaringan kehidupan masyarakat luas sehingga terjadi gerakan memilih dengan kesadaran dan partisipasi politik secara bertanggung jawab. Artinya, kesadaran dan peningkatan partisipasi politik dari masyarakat akan menjamin munculnya kehidupan politik yang aman dan demokratis. Pemilih pemula memiliki peran yang sangat besar dalam hal mengurangi tingkat apatisme politik dalam Pemilukada secara langsung ini.
{"title":"Kesadaran dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Menghadapi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kendari Tahun 2012","authors":"M. Abdullah","doi":"10.20422/jpk.v14i2.174","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/jpk.v14i2.174","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah m eningkatan kesadaran dan partisipasi politik pemilih pemula terhadap S iswa/Siswi SMA/SMK/MA Negeri dan Swasta se-Kota Kendari. M elalui pendekatan teknik komunikasi pendidikan politik secara persuasif sebagai upaya meningkatkan kesadaran responden pemilih pemula akan pentingnya memilih dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Kendari Tahun 2012 yang akan datang. Hal tersebut menjadi lebih penting karena responden (pemilih pemula) adalah para aktor yang akan menggerakkan jaringan kehidupan masyarakat luas sehingga terjadi gerakan memilih dengan kesadaran dan partisipasi politik secara bertanggung jawab. Artinya, kesadaran dan peningkatan partisipasi politik dari masyarakat akan menjamin munculnya kehidupan politik yang aman dan demokratis. Pemilih pemula memiliki peran yang sangat besar dalam hal mengurangi tingkat apatisme politik dalam Pemilukada secara langsung ini.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41961402","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian “Studi literasi informasi (information literacy) PNS Tenaga Pendidik”, secara umum bertujuan untuk melakukan pemetaan tingkat literasi informasi (information literacy) tenaga pendidik di lingkungan PNS di Provinsi Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung dan DKI Jakarta. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik sampel proporsional berstrata (Stratified Proportional Simple Random Sampling), jumlah sampel penelitian ditetapkan quota sejumlah 400. Hasil penelitian memperlihatkan, tingkat literasi informasi (information literacy) tenaga pendidik di lingkungan PNS di Provinsi Jambi sudah baik namun masih perlu mendapat perhatian pada kemampuan yang menyangkut publishing literacy, di Provinsi Babel dan Provinsi DKI Jakarta sudah baik, sedangkan di Provinsi Bengkulu masih kurang terutama pada kemampuan publishing literacy, resource literacy, dan critical literacy.
{"title":"Studi Literasi Informasi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tenaga Pendidik","authors":"Haryati Haryati","doi":"10.20422/jpk.v14i2.172","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/jpk.v14i2.172","url":null,"abstract":"Penelitian “Studi literasi informasi (information literacy) PNS Tenaga Pendidik”, secara umum bertujuan untuk melakukan pemetaan tingkat literasi informasi (information literacy) tenaga pendidik di lingkungan PNS di Provinsi Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka-Belitung dan DKI Jakarta. Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik sampel proporsional berstrata (Stratified Proportional Simple Random Sampling), jumlah sampel penelitian ditetapkan quota sejumlah 400. Hasil penelitian memperlihatkan, tingkat literasi informasi (information literacy) tenaga pendidik di lingkungan PNS di Provinsi Jambi sudah baik namun masih perlu mendapat perhatian pada kemampuan yang menyangkut publishing literacy, di Provinsi Babel dan Provinsi DKI Jakarta sudah baik, sedangkan di Provinsi Bengkulu masih kurang terutama pada kemampuan publishing literacy, resource literacy, dan critical literacy.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42018015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Eksistensi agama, termasuk supra-struktur agama yang terdiri dari pesan-pesan berwujud simbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilainya yang spesifik, selalu diinterpretasikan manusia secara berbeda sesuai kehidupan masyarakat. Eksistensi, dinamika dan peran BKSAUA Sulawesi Utara ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dilakukan pengkajian khususnya tentang pola-pola dan sistem komunikasi yang diaplikasikan dalam menjalankan roda organisasi dalam mencapai tujuannya. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni paradigma induktif dalam kategori kualitatif naturalistik dengan penentuan informan secara purposive berjumlah 14 orang terdiri dari pengurus BKSAUA Sulawesi Utara dan pengurus organisasi agama se-Sulawesi Utara. Dengan hasil: eksistensi BKSAUA Sulawesi Utara sebagai komunikator, motivator, dinamisator, katalisator dan stabilisator kerukunan dengan menerapkan pola dan sistem komunikasi organisasi kecil secara interen dan secara organisasi menerapkan kombinasi pola dan sistem komunikasi horizontal-vertikal dalam informal-formal yang menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan dan kekeluargaan dalam melaksanakan aktualisasi operasional kegiatannya.
{"title":"Penerapan Pola dan Sistem Komunikasi dalam Pengendalian, Pengelolaan dan Aktualisasi Badan Kerjasama Antar Umat Beragama (BKSAUA) Sulawesi Utara","authors":"N. Kenda","doi":"10.20422/JPK.V14I2.177","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V14I2.177","url":null,"abstract":"Eksistensi agama, termasuk supra-struktur agama yang terdiri dari pesan-pesan berwujud simbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilainya yang spesifik, selalu diinterpretasikan manusia secara berbeda sesuai kehidupan masyarakat. Eksistensi, dinamika dan peran BKSAUA Sulawesi Utara ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dilakukan pengkajian khususnya tentang pola-pola dan sistem komunikasi yang diaplikasikan dalam menjalankan roda organisasi dalam mencapai tujuannya. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni paradigma induktif dalam kategori kualitatif naturalistik dengan penentuan informan secara purposive berjumlah 14 orang terdiri dari pengurus BKSAUA Sulawesi Utara dan pengurus organisasi agama se-Sulawesi Utara. Dengan hasil: eksistensi BKSAUA Sulawesi Utara sebagai komunikator, motivator, dinamisator, katalisator dan stabilisator kerukunan dengan menerapkan pola dan sistem komunikasi organisasi kecil secara interen dan secara organisasi menerapkan kombinasi pola dan sistem komunikasi horizontal-vertikal dalam informal-formal yang menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan dan kekeluargaan dalam melaksanakan aktualisasi operasional kegiatannya.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44277900","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Persepsi pengguna internet terhadap UU ITE berbeda-beda, tergantung dari: pengetahuan dan pemahaman, sikap serta motivasinya. Hal ini memainkan peran penting dalam proses pelaksanaan UU ITE, karena memengaruhi efektivitas dari undang-undang itu sendiri. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sedangkan lokasi penelitian di 14 daerah Kab./Kota yang ada di Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna internet sebagian besar telah mengetahui adanya UU ITE, namun sebagian besar dari responden tidak memahami. Sikap responden terhadap UU ITE, sebagian besar menerima kehadiran UU itu. Sementara motivasi pengguna internet mengetahui UU ITE karena senang berinternet dan merasa perlu mengetahui dan memahaminya sehingga mereka mengetahui apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang UU ITE. Karena itu disarankan agar Pemerintah Daerah atau Dinas terkait segera melaksanakan penyebaran informasi tentang UU ITE dengan berbagai cara: seperti melalui media cetak, elektronik dan tatap muka, serta bisa melalui sosialisasi. Kepada para pengguna dan pengelola internet diharapkan mampu memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya sesuai dengan UU ITE. Serta kepada para Penggagas amandemen UU ITE diharapkan mampu mengamandemen sesuai dengan tuntutan semua pihak.
{"title":"Tanggapan Masyarakat tentang Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 11 Tahun 2008","authors":"Noneng Sumiaty, Risa Sunarsi","doi":"10.20422/JPK.V14I2.176","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V14I2.176","url":null,"abstract":"Persepsi pengguna internet terhadap UU ITE berbeda-beda, tergantung dari: pengetahuan dan pemahaman, sikap serta motivasinya. Hal ini memainkan peran penting dalam proses pelaksanaan UU ITE, karena memengaruhi efektivitas dari undang-undang itu sendiri. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Sedangkan lokasi penelitian di 14 daerah Kab./Kota yang ada di Jawa Barat dan Banten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna internet sebagian besar telah mengetahui adanya UU ITE, namun sebagian besar dari responden tidak memahami. Sikap responden terhadap UU ITE, sebagian besar menerima kehadiran UU itu. Sementara motivasi pengguna internet mengetahui UU ITE karena senang berinternet dan merasa perlu mengetahui dan memahaminya sehingga mereka mengetahui apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang UU ITE. Karena itu disarankan agar Pemerintah Daerah atau Dinas terkait segera melaksanakan penyebaran informasi tentang UU ITE dengan berbagai cara: seperti melalui media cetak, elektronik dan tatap muka, serta bisa melalui sosialisasi. Kepada para pengguna dan pengelola internet diharapkan mampu memahami apa yang menjadi hak dan kewajibannya sesuai dengan UU ITE. Serta kepada para Penggagas amandemen UU ITE diharapkan mampu mengamandemen sesuai dengan tuntutan semua pihak.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46960899","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komunikasi dalam sebuah keluarga merupakan suatu hal yang hakiki, karena komunikasi yang baik akan menjadikan keluarga selalu harmonis. Sejalan dengan kehadiran facebook komunikasi tatap muka dalam keluarga mulai berkurang intensitasnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh chatting melalui facebook terhadap komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas, daya tarik dan ketergantungan chatting melalui facebook terhadap komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga. Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanatoris yaitu suatu penelitian penjelasan terhadap peristiwa atau keadaan (explanation). Karenanya teknik pengambilan samplingnya menggunakan multistage cluster sampling. Uji validitas menggunakan formula hitung korelasi Pearson Product Moment, pengujian reliabilitas menggunakan formula hitung Alpha Cronbach. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas chatting, daya tarik chatting, ketergantungan chatting melalui facebook berpengaruh secara signifikan terhadap variabel komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga di Provinsi Jawa Barat dan Banten, meskipun kontribusi pengaruh dari ke tiga dimensi tersebut berbeda-beda. Daya tarik chatting melalui facebook paling besar pengaruhnya.
{"title":"Studi Eksplanatori Survei tentang Pengaruh Chatting melalui Facebook terhadap Komunikasi Tatap Muka Remaja dalam Keluarga di Provinsi Jawa Barat dan Banten","authors":"C. D. Takariani","doi":"10.20422/JPK.V14I2.173","DOIUrl":"https://doi.org/10.20422/JPK.V14I2.173","url":null,"abstract":"Komunikasi dalam sebuah keluarga merupakan suatu hal yang hakiki, karena komunikasi yang baik akan menjadikan keluarga selalu harmonis. Sejalan dengan kehadiran facebook komunikasi tatap muka dalam keluarga mulai berkurang intensitasnya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh chatting melalui facebook terhadap komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas, daya tarik dan ketergantungan chatting melalui facebook terhadap komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga. Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanatoris yaitu suatu penelitian penjelasan terhadap peristiwa atau keadaan (explanation). Karenanya teknik pengambilan samplingnya menggunakan multistage cluster sampling. Uji validitas menggunakan formula hitung korelasi Pearson Product Moment, pengujian reliabilitas menggunakan formula hitung Alpha Cronbach. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas chatting, daya tarik chatting, ketergantungan chatting melalui facebook berpengaruh secara signifikan terhadap variabel komunikasi tatap muka remaja dalam keluarga di Provinsi Jawa Barat dan Banten, meskipun kontribusi pengaruh dari ke tiga dimensi tersebut berbeda-beda. Daya tarik chatting melalui facebook paling besar pengaruhnya.","PeriodicalId":30988,"journal":{"name":"Jurnal Penelitian Komunikasi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-04-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46161374","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}