Helminthic disease including one of the most neglected tropical diseases present in Indonesia, can attack all ages but are more common in school aged children and primary school age. In 2014 the Central Bureau of Statistics data in West Sumba regency recorded 932 cases of worms, and the case is one of infectious diseases caused by parasites. This paper aims to reveal the incidence of worms infection in children of primary school in Taramanu Village, West Sumba regency. Collecting data in the form of participant observation and direct communication in addition to the faeces collection and examination. The result showed that the belief not to bury the faeces obtained since of the ancestors caused the people of West Sumba, especially Taramanu Village less attention to environmental conditions and personal hygiene. This has an impact on the behavior of taramanu community, especially children defecate in any place (shrubs, forests or behind the house) and the habit of not using footwear for daily activities causes the worm life cycle perfectly, and reinforced with the results of laboratory tests, positive infected earthworms, there are even 3 types of worms in 1 child. The real action that can be taken by the community, the government and health workers in reducing the disease of the worm is to break the parasite life cycle that can be done from the individual level is the use of latrine for bowel (jamban) movement and the use of footwear/sandalisasi. In addition, it should be given understanding through the traditional leaders and religious leaders about the use of latrines that the stool is not buried but directly mixed with water. Abstrak Kecacingan termasuk salah satu penyakit tropis yang terabaikan di Indonesia, dapat menyerang semua usia namun lebih sering terjadi pada anak-anak usia belum sekolah dan usia sekolah dasar. Pada tahun 2014 data Badan Pusat Statistik di Kabupaten Sumba Barat tercatat 932 kasus kecacingan, dan kasus tersebut termasuk salah satu penyakit infeksi akibat parasit. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap kejadian infeksi kecacingan pada anak Sekolah dasar di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat. Pengumpulan data berupa observasi partisipasi serta komunikasi langsung, di samping itu juga dilakukan pengambilan dan pemeriksaan tinja. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Sumba Barat khususnya Desa Taramanu mempunyai kepercayaan yang diperoleh sejak zaman nenek moyang yaitu tidak mengubur tinja manusia sehingga menyebabkan masyarakat kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan kebersihan perorangan. Hal tersebut berdampak pada perilaku masyarakat Desa Taramanu khususnya anak-anak untuk buang air besar (BAB) di sembarang tempat (semak-semak, hutan atau di belakang rumah). Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki untuk kegiatan sehari-hari menyebabkan siklus hidup cacing berlangsung sempurna. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium, positif terinfeksi cacing tanah, bahkan terdapat 3 jenis cacing dalam 1 ora
{"title":"MENGUNGKAP KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR (STUDI ETNOGRAFI DI DESA TARAMANU KABUPATEN SUMBA BARAT)","authors":"S. Suharmiati, Rochmansyah Rochmansyah","doi":"10.22435/hsr.v21i3.420","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v21i3.420","url":null,"abstract":"Helminthic disease including one of the most neglected tropical diseases present in Indonesia, can attack all ages but are more common in school aged children and primary school age. In 2014 the Central Bureau of Statistics data in West Sumba regency recorded 932 cases of worms, and the case is one of infectious diseases caused by parasites. This paper aims to reveal the incidence of worms infection in children of primary school in Taramanu Village, West Sumba regency. Collecting data in the form of participant observation and direct communication in addition to the faeces collection and examination. The result showed that the belief not to bury the faeces obtained since of the ancestors caused the people of West Sumba, especially Taramanu Village less attention to environmental conditions and personal hygiene. This has an impact on the behavior of taramanu community, especially children defecate in any place (shrubs, forests or behind the house) and the habit of not using footwear for daily activities causes the worm life cycle perfectly, and reinforced with the results of laboratory tests, positive infected earthworms, there are even 3 types of worms in 1 child. The real action that can be taken by the community, the government and health workers in reducing the disease of the worm is to break the parasite life cycle that can be done from the individual level is the use of latrine for bowel (jamban) movement and the use of footwear/sandalisasi. In addition, it should be given understanding through the traditional leaders and religious leaders about the use of latrines that the stool is not buried but directly mixed with water. \u0000Abstrak \u0000Kecacingan termasuk salah satu penyakit tropis yang terabaikan di Indonesia, dapat menyerang semua usia namun lebih sering terjadi pada anak-anak usia belum sekolah dan usia sekolah dasar. Pada tahun 2014 data Badan Pusat Statistik di Kabupaten Sumba Barat tercatat 932 kasus kecacingan, dan kasus tersebut termasuk salah satu penyakit infeksi akibat parasit. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap kejadian infeksi kecacingan pada anak Sekolah dasar di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat. Pengumpulan data berupa observasi partisipasi serta komunikasi langsung, di samping itu juga dilakukan pengambilan dan pemeriksaan tinja. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Sumba Barat khususnya Desa Taramanu mempunyai kepercayaan yang diperoleh sejak zaman nenek moyang yaitu tidak mengubur tinja manusia sehingga menyebabkan masyarakat kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan kebersihan perorangan. Hal tersebut berdampak pada perilaku masyarakat Desa Taramanu khususnya anak-anak untuk buang air besar (BAB) di sembarang tempat (semak-semak, hutan atau di belakang rumah). Kebiasaan tidak menggunakan alas kaki untuk kegiatan sehari-hari menyebabkan siklus hidup cacing berlangsung sempurna. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium, positif terinfeksi cacing tanah, bahkan terdapat 3 jenis cacing dalam 1 ora","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43995112","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maternal death is still a problem in Indonesia. The government has long been improving maternal and child health care programs, including by involving the community through Posyandu and Polindes. However, people do not use both facilities because access is difficult, services are incomplete, or indeed there are no Polindes/Poskesdes. This condition is exacerbated by the practice of clean and healthy living behavior of the community which is still low. On the other hand, since 2015 the government has allocated Village Funds to finance the development and empowerment of rural communities. This study aims to analyze the use of Village Funds for health development. This type of study is descriptive with a cross sectional design. This study was conducted in Pasuruan and Sampang Regencies. Data on the use of the Village Fund in 2017 in all villages in the two districts was processed to obtain the amount of budget used for health development, to find out the reason for the amount of Village use for health development, in-depth interviews were conducted in two selected villages. Result of Village Fund utilization for community development and empowerment in Posyandu activities 0.50%, Polindes/Poskesdes 0.63%, health promotion and healthy and healthy living movements 2.46%, and other activities 0.58%. Village Fund utilization for health development in Pasuruan and Sampang District is still low, an average of 4.17%. The need for socialization to health workers (especially those who work in the village) about the use of Village Funds for health development, the need for advocacy for local / village governments so that 10% of the Village Fund is allocated for health development. And it is necessary to have regulations and written instructions the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration regarding the importance of Village Funds allocated to health as an embodiment of improving community welfare. Abstrak Kematian Ibu masih menjadi masalah di Indonesia. Pemerintah telah lama meningkatkan program layanan kesehatan ibu dan anak, termasuk dengan melibatkan masyarakat melalui Posyandu dan Polindes. Namun masyarakat kurang memanfaatkan kedua fasilitas tersebut dikarenakan akses yang sulit, layanan tidak lengkap, atau memang tidak ada Polindes/Poskesdes. Kondisi ini diperparah dengan praktek perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah. Disisi lain, sejak 2015 pemerintah mengalokasikan Dana Desa untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan. Jenis kajian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang. Data penggunaan Dana Desa tahun 2017 di seluruh desa di kedua kabupaten diolah untuk mendapatkan pagu anggaran yang digunakan untuk pembangunan kesehatan. Untuk mengetahui alasan besaran penggunaan Desa untuk pembangunan kesehatan dilakukan wawancara
{"title":"PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN PASURUAN DAN SAMPANG","authors":"Tumaji Tumaji, Gurendro Putro","doi":"10.22435/HSR.V21I3.452","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I3.452","url":null,"abstract":"Maternal death is still a problem in Indonesia. The government has long been improving maternal and child health care programs, including by involving the community through Posyandu and Polindes. However, people do not use both facilities because access is difficult, services are incomplete, or indeed there are no Polindes/Poskesdes. This condition is exacerbated by the practice of clean and healthy living behavior of the community which is still low. On the other hand, since 2015 the government has allocated Village Funds to finance the development and empowerment of rural communities. This study aims to analyze the use of Village Funds for health development. This type of study is descriptive with a cross sectional design. This study was conducted in Pasuruan and Sampang Regencies. Data on the use of the Village Fund in 2017 in all villages in the two districts was processed to obtain the amount of budget used for health development, to find out the reason for the amount of Village use for health development, in-depth interviews were conducted in two selected villages. Result of Village Fund utilization for community development and empowerment in Posyandu activities 0.50%, Polindes/Poskesdes 0.63%, health promotion and healthy and healthy living movements 2.46%, and other activities 0.58%. Village Fund utilization for health development in Pasuruan and Sampang District is still low, an average of 4.17%. The need for socialization to health workers (especially those who work in the village) about the use of Village Funds for health development, the need for advocacy for local / village governments so that 10% of the Village Fund is allocated for health development. And it is necessary to have regulations and written instructions the Ministry of Villages, Development of Disadvantaged Regions and Transmigration regarding the importance of Village Funds allocated to health as an embodiment of improving community welfare. \u0000Abstrak \u0000Kematian Ibu masih menjadi masalah di Indonesia. Pemerintah telah lama meningkatkan program layanan kesehatan ibu dan anak, termasuk dengan melibatkan masyarakat melalui Posyandu dan Polindes. Namun masyarakat kurang memanfaatkan kedua fasilitas tersebut dikarenakan akses yang sulit, layanan tidak lengkap, atau memang tidak ada Polindes/Poskesdes. Kondisi ini diperparah dengan praktek perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih rendah. Disisi lain, sejak 2015 pemerintah mengalokasikan Dana Desa untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan Dana Desa untuk pembangunan kesehatan. Jenis kajian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Kajian ini dilakukan di Kabupaten Pasuruan dan Sampang. Data penggunaan Dana Desa tahun 2017 di seluruh desa di kedua kabupaten diolah untuk mendapatkan pagu anggaran yang digunakan untuk pembangunan kesehatan. Untuk mengetahui alasan besaran penggunaan Desa untuk pembangunan kesehatan dilakukan wawancara ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42439806","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Various types of flora and fauna are able to grow well because Indonesia has excellent environmental carrying capacity for the growth of its diversity. Transmission of vector infectious diseases is influenced by many factors, one of which is the topography of the region closely related to the pattern of transmission. One type of fauna that develops well is insects (insecta). To be achieved in writing this article is to obtain a mapping of the most dominant species of mosquito-causing diseases in six ecosystems in Kotabaru, South Kalimantan ie. Near Forest Settlement ecosystems, Remote Forest Settlements, Non Forest Near Settlements, Non Forest Remote Settlement, Near Beach Settlements and Beaches Deep Residential. The analysis used is biplot multivariate method using singular value and eigen value so that obtained visualization picture of data which have many object and variable. Biplot graphs provide a more practical visual illustration so that it can practically determine the proximity picture between the ecosystems of each other that have similar characteristics of mosquito species. This effort is useful for preventing the spread of certain species mosquito vectors, so that it can be utilized by the policy manager for the vector mosquito elimination program. ABSTRAK Berbagai jenis flora dan fauna mampu tumbuh dengan baik karena Indonesia mempunyai daya dukung lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan keanekaragamannya. Penularan penyakit tular vektor dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah topografi wilayah yang erat hubungan dengan pola penularan. Salah satu jenis fauna yang berkembang dengan baik adalah serangga (insecta). Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan artikel ini adalah memperoleh pemetaan mengenai sebaran spesies nyamuk penyebab penyakit yang paling dominan di 6 ekosistem di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan yaitu ekosistem Hutan Dekat Pemukiman, Hutan Jauh Pemukiman, Non Hutan Dekat Pemukiman, Non Hutan Jauh Pemukiman, Pantai Dekat Pemukiman dan Pantai Jauh Pemukiman. Analisis yang digunakan adalah metode multivariat biplot menggunakan nilai singular dan nilai eigen sehingga diperoleh gambaran visualisasi data yang memiliki banyak obyek dan variabel. Grafik Biplot memberikan gambaran visualisasi yang lebih praktis sehingga dapat dengan mudah menentukan gambaran kedekatan antara ekosistem satu sama lain yang memiliki karakteristik spesies nyamuk yang hampir sama. Upaya ini bermanfaat untuk pencegahan penyebaran vektor nyamuk spesies tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengelola kebijakan untuk program eliminasi nyamuk vektor penyakit.
{"title":"VISUALISASI SEBARAN SPESIES NYAMUK TERTANGKAP DI ENAM EKOSISTEM DI KABUPATEN KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016 MENGGUNAKAN METODE BIPLOT","authors":"Revi Rosavika Kinansi, Zainul Khaqiqi Nantabah, Herti Maryani","doi":"10.22435/HSR.V21I3.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I3.71","url":null,"abstract":"Various types of flora and fauna are able to grow well because Indonesia has excellent environmental carrying capacity for the growth of its diversity. Transmission of vector infectious diseases is influenced by many factors, one of which is the topography of the region closely related to the pattern of transmission. One type of fauna that develops well is insects (insecta). To be achieved in writing this article is to obtain a mapping of the most dominant species of mosquito-causing diseases in six ecosystems in Kotabaru, South Kalimantan ie. Near Forest Settlement ecosystems, Remote Forest Settlements, Non Forest Near Settlements, Non Forest Remote Settlement, Near Beach Settlements and Beaches Deep Residential. The analysis used is biplot multivariate method using singular value and eigen value so that obtained visualization picture of data which have many object and variable. Biplot graphs provide a more practical visual illustration so that it can practically determine the proximity picture between the ecosystems of each other that have similar characteristics of mosquito species. This effort is useful for preventing the spread of certain species mosquito vectors, so that it can be utilized by the policy manager for the vector mosquito elimination program. \u0000ABSTRAK \u0000Berbagai jenis flora dan fauna mampu tumbuh dengan baik karena Indonesia mempunyai daya dukung lingkungan yang sangat baik untuk pertumbuhan keanekaragamannya. Penularan penyakit tular vektor dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah topografi wilayah yang erat hubungan dengan pola penularan. Salah satu jenis fauna yang berkembang dengan baik adalah serangga (insecta). Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan artikel ini adalah memperoleh pemetaan mengenai sebaran spesies nyamuk penyebab penyakit yang paling dominan di 6 ekosistem di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan yaitu ekosistem Hutan Dekat Pemukiman, Hutan Jauh Pemukiman, Non Hutan Dekat Pemukiman, Non Hutan Jauh Pemukiman, Pantai Dekat Pemukiman dan Pantai Jauh Pemukiman. Analisis yang digunakan adalah metode multivariat biplot menggunakan nilai singular dan nilai eigen sehingga diperoleh gambaran visualisasi data yang memiliki banyak obyek dan variabel. Grafik Biplot memberikan gambaran visualisasi yang lebih praktis sehingga dapat dengan mudah menentukan gambaran kedekatan antara ekosistem satu sama lain yang memiliki karakteristik spesies nyamuk yang hampir sama. Upaya ini bermanfaat untuk pencegahan penyebaran vektor nyamuk spesies tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengelola kebijakan untuk program eliminasi nyamuk vektor penyakit.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45027041","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
BPJS is legal body of National Health Insurance providers to achieve Indonesia universal coverage. This study aims at identifying BPJS role to increase the number Recipient of Contribution Subsidy membership. This was observational study with cross sectional design. This study conducted in Blitar and Malang city. The data were collected by in-depth interview to some stakeholders such as: the chief of BPJS, the head of membership division, district health ofice. Meanwhile, focused group discussion were conducted to gathered the opinions of some stakeholders such as: district health ofice, BPJS, local government, district inancial management and asset agency, district planning and development agency, and social ofice. Result was BPJS had issued regulation to support the increased number of National Health Insurance as beneiciaries. Moreover, they implemented advocacy to deal with local government. District health ofice and other sectors in both Blitar and Malang had played role to integrate Local Health Insurance and SPM users to become district beneiciaries in BPJS. The member of beneiciaries in Blitar and Malang was the highest coverage. Nevertheless, the coverage centre beneiciaries were higher than the local one. Actually, there were many obstacles on local beneiciaries’ management but those could be overcome by coordination among BPJS, district health ofice as well as other sectors. BPJS had optimally played role to increase number of National Health Insurance memberships especially for the poor as local beneiciaries by supporting the integration of local health insurance and SPM users. Local beneiciaries membership was supposed to use close membership with one year payment. It means purchasing premium for one year based on the number of members registered in Memorandum of Understanding. Abstrak BPJS merupakan badan hukum penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional untuk mencapai universal coverage Indonesia. Penelitian bertujuan mengetahui peran BPJS dalam peningkatan kepesertaan PBI daerah. Studi kasus dilakukan secara kualitatif, di Kota Blitar dan Kota Malang pada tahun 2015. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam Kepala BPJS, Kepala Bidang kepesertaan BPJS, Dinas Kesehatan dan focus group discussion (FGD) dengan Dinas Kesehatan, BPJS, Pemda, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Bappeda, dan Dinas Sosial. Analisis data secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa BPJS telah menerbitkan peraturan untuk mendukung peningkatan kepesertaan JKN sebagai PBI Daerah dan melakukan berbagai proses mulai dari advokasi sampai perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Dinas Kesehatan dan lintas sektor terkait di Kota Blitar dan Kota Malang telah berperan dalam integrasi Jamkesda dan pengguna SPM menjadi PBI Daerah di BPJS sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Peserta PBI di Kota Blitar dan Kota Malang merupakan jenis peserta dengan cakupan tertinggi di BPJS, tetapi cakupan PBI Pusat (APBN) lebih tinggi dari PBI Daerah (A
{"title":"PERAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DALAM PENINGKATAN KEPESERTAAN PENERIMA BANTUAN IURAN DAERAH DI KOTA BLITAR DAN KOTA MALANG","authors":"R. Rukmini, O. Oktarina","doi":"10.22435/hsr.v21i3.418","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v21i3.418","url":null,"abstract":"BPJS is legal body of National Health Insurance providers to achieve Indonesia universal coverage. This study aims at identifying BPJS role to increase the number Recipient of Contribution Subsidy membership. This was observational study with cross sectional design. This study conducted in Blitar and Malang city. The data were collected by in-depth interview to some stakeholders such as: the chief of BPJS, the head of membership division, district health ofice. Meanwhile, focused group discussion were conducted to gathered the opinions of some stakeholders such as: district health ofice, BPJS, local government, district inancial management and asset agency, district planning and development agency, and social ofice. Result was BPJS had issued regulation to support the increased number of National Health Insurance as beneiciaries. Moreover, they implemented advocacy to deal with local government. District health ofice and other sectors in both Blitar and Malang had played role to integrate Local Health Insurance and SPM users to become district beneiciaries in BPJS. The member of beneiciaries in Blitar and Malang was the highest coverage. Nevertheless, the coverage centre beneiciaries were higher than the local one. Actually, there were many obstacles on local beneiciaries’ management but those could be overcome by coordination among BPJS, district health ofice as well as other sectors. BPJS had optimally played role to increase number of National Health Insurance memberships especially for the poor as local beneiciaries by supporting the integration of local health insurance and SPM users. Local beneiciaries membership was supposed to use close membership with one year payment. It means purchasing premium for one year based on the number of members registered in Memorandum of Understanding. \u0000Abstrak \u0000BPJS merupakan badan hukum penyelenggara program Jaminan Kesehatan Nasional untuk mencapai universal coverage Indonesia. Penelitian bertujuan mengetahui peran BPJS dalam peningkatan kepesertaan PBI daerah. Studi kasus dilakukan secara kualitatif, di Kota Blitar dan Kota Malang pada tahun 2015. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam Kepala BPJS, Kepala Bidang kepesertaan BPJS, Dinas Kesehatan dan focus group discussion (FGD) dengan Dinas Kesehatan, BPJS, Pemda, Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Bappeda, dan Dinas Sosial. Analisis data secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa BPJS telah menerbitkan peraturan untuk mendukung peningkatan kepesertaan JKN sebagai PBI Daerah dan melakukan berbagai proses mulai dari advokasi sampai perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Dinas Kesehatan dan lintas sektor terkait di Kota Blitar dan Kota Malang telah berperan dalam integrasi Jamkesda dan pengguna SPM menjadi PBI Daerah di BPJS sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Peserta PBI di Kota Blitar dan Kota Malang merupakan jenis peserta dengan cakupan tertinggi di BPJS, tetapi cakupan PBI Pusat (APBN) lebih tinggi dari PBI Daerah (A","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46136002","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Since 2014, the program to provide masks for Hajj pilgrims from Indonesia in Saudi Arabia as one of the efforts to prevent ISPA, continues to be increased in 2015 Ministry of Health Perform Movement Use Mask (GERMAS). Based on this case, this research focuses on the relationship of Knowledge and Attitude with Mask Usage Behavior among Prayer Hajj Indonesia in Saudi Arabia Year 2016 in preventing the incidence of Acute Respiratory Tract Infection. The design used is cross sectional with quantitative approach. The population in this study is all pilgrims who perform the pilgrimage, amounting to 168,800 people with a sample of 163 respondents. Data analysis techniques include univariate analysis, bivariate analysis with Chi-Square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The result of bivariate selection shows that the knowledge variable has no significant correlation with relationship p-value is 0.284 > 0.05. Where as attitude variable have relationship because p-value value 0.000 < 0.05. In multivariate analysis multiple logistic regression test showed that attitude variable which has the most dominant significance with the mask use on haj pilgrims with p-value 0.000 <0.05 and Odds Ratio 3.558. This means that attitude that does not support the use of masks has a 3 times chance of experiencing ISPA events. Abstrak Sejak tahun 2014 program pemberian masker bagi jemaah haji asal Indonesia di Arab Saudi sebagai salah satu upaya pencegahan ISPA, terus ditingkatkan pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melakukan Gerakan Memakai Masker (GERMAS). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan penggunaan masker pada jemaah haji Indonesia. Desain yang digunakan cross sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh jemaah haji yang melakukan ibadah haji sebanyak 168.800 jiwa, sampel adalah jemaah haji Indonesia yang berada di Mekkah dan Madinah sebanyak 163 responden. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value 0,284 > 0,05, sedangkan variabel sikap memiliki hubungan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa variabel sikap yang memiliki signifikansi paling dominan dengan penggunaan masker pada jemaah haji atau nilai p-value 0,000 < 0,05 dan Odds Ratio 3,558, artinya sikap yang tidak mendukung penggunaan masker berpeluang sebesar 3 kali mengalami kejadian ISPA.
{"title":"PENGETAHUAN,SIKAP DAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DALAM UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA JEMAAH HAJI INDONESIA DI ARAB SAUDI TAHUN 2016","authors":"Rustika Rustika, Esny Burase","doi":"10.22435/hsr.v21i3.469","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v21i3.469","url":null,"abstract":"Since 2014, the program to provide masks for Hajj pilgrims from Indonesia in Saudi Arabia as one of the efforts to prevent ISPA, continues to be increased in 2015 Ministry of Health Perform Movement Use Mask (GERMAS). Based on this case, this research focuses on the relationship of Knowledge and Attitude with Mask Usage Behavior among Prayer Hajj Indonesia in Saudi Arabia Year 2016 in preventing the incidence of Acute Respiratory Tract Infection. The design used is cross sectional with quantitative approach. The population in this study is all pilgrims who perform the pilgrimage, amounting to 168,800 people with a sample of 163 respondents. Data analysis techniques include univariate analysis, bivariate analysis with Chi-Square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression test. The result of bivariate selection shows that the knowledge variable has no significant correlation with relationship p-value is 0.284 > 0.05. Where as attitude variable have relationship because p-value value 0.000 < 0.05. In multivariate analysis multiple logistic regression test showed that attitude variable which has the most dominant significance with the mask use on haj pilgrims with p-value 0.000 <0.05 and Odds Ratio 3.558. This means that attitude that does not support the use of masks has a 3 times chance of experiencing ISPA events. \u0000Abstrak \u0000Sejak tahun 2014 program pemberian masker bagi jemaah haji asal Indonesia di Arab Saudi sebagai salah satu upaya pencegahan ISPA, terus ditingkatkan pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melakukan Gerakan Memakai Masker (GERMAS). Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan pengetahuan, sikap dengan tindakan penggunaan masker pada jemaah haji Indonesia. Desain yang digunakan cross sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh jemaah haji yang melakukan ibadah haji sebanyak 168.800 jiwa, sampel adalah jemaah haji Indonesia yang berada di Mekkah dan Madinah sebanyak 163 responden. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil seleksi bivariat menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value 0,284 > 0,05, sedangkan variabel sikap memiliki hubungan karena nilai p-value 0,000 < 0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa variabel sikap yang memiliki signifikansi paling dominan dengan penggunaan masker pada jemaah haji atau nilai p-value 0,000 < 0,05 dan Odds Ratio 3,558, artinya sikap yang tidak mendukung penggunaan masker berpeluang sebesar 3 kali mengalami kejadian ISPA.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45873300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, Syajaratuddur Faiqah, Ati Sulanty, Ristrini Ristrini
The high amount of early marriage in Lombok was caused by several factors namely social and cultural factors, as well as economic factors. The Sasak tribe has a culture of “Merarik” or Eloping. Higher pregnancies and births in adolescence can be prevented by delaying early marriage until healthy reproductive age by optimizing the role of figures who are considered as role models, so that the potential in society needs to be mobilized. This type of research is quasi experiment, with a pretest posttest design. Sample size 60 adolescents grouped into 2 groups with purposive sampling technique. Increased knowledge of adolescents about the effects of early marriage and changes in adolescent attitudes towards a better delay in early marriage. Formed rules (awek-awek) when married adolescents <20 years pay a custom fine and set in the rules of local custom. There is one young woman who wants to delay her marriage up to age> 20 years. Need further research parent participation and involvement of education as reinforcement of adolescent understanding. The involvement of parents and the education sector is needed to strengthen adolescent understanding. Abstrak Tingginya menikah usia dini di Lombok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial dan budaya, serta faktor ekonomi. Suku Sasak memiliki budaya “Merarik” atau Kawin Lari. Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reproduksi sehat dengan mengoptimalkan peran serta para tokoh yang dianggap sebagai panutan, sehingga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan. Jenis penelitian ini quasi experiment, dengan rancangan pretest posttest design. Besar sampel 60 remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (Kelompok I) dan belum memiliki pacar (kelompok II) dengan teknik purposive sampling. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini. Terbentuk aturan (awek-awek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat setempat. Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia > 20 tahun. Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai penguat pemahaman remaja.
龙目岛的大量早婚是由几个因素造成的,即社会和文化因素,以及经济因素。萨萨克部落有“Merarik”或私奔文化。通过将早婚推迟到健康的生育年龄,充分发挥被视为榜样的人物的作用,可以防止青少年怀孕和生育的增加,因此需要调动社会中的潜力。这种类型的研究是准实验,采用前测后测设计。样本量60名青少年采用目的抽样法分为两组。提高青少年对早婚影响的认识,并改变青少年对更好地推迟早婚的态度。形成规则(aweek - aweek)时结婚20年的青少年。需要进一步研究家长参与和参与教育,以加强青少年的理解。需要父母和教育部门的参与,以加强青少年的了解。[摘要]龙目岛的社会经济因素是社会经济因素,社会经济因素是社会经济因素,经济因素是社会经济因素。苏库·Sasak忆起了“Merarik”,感谢卡文·拉里。Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reduksi dengan mengoptimalalkan peran serta parutan, sehinga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan。Jenis penelitian ini准实验,dengan rancancan后测设计。Besar样品60个,remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (kelompok I), belum memiliki pacar (kelompok II), dengan teknik目的取样。Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini。Terbentuk aturan (aweek - aweek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat tempat。Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia 2010年12月20日。Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai企鹅pemahaman remaja。
{"title":"INTERVENSI TOKOH AGAMA DAN TOKOH ADAT PADA TRADISI MENIKAH SUKU SASAK DALAM RANGKA MENURUNKAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN LOMBOK BARAT PROVINSI NTB","authors":"Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, Syajaratuddur Faiqah, Ati Sulanty, Ristrini Ristrini","doi":"10.22435/HSR.V21I3.166","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I3.166","url":null,"abstract":"The high amount of early marriage in Lombok was caused by several factors namely social and cultural factors, as well as economic factors. The Sasak tribe has a culture of “Merarik” or Eloping. Higher pregnancies and births in adolescence can be prevented by delaying early marriage until healthy reproductive age by optimizing the role of figures who are considered as role models, so that the potential in society needs to be mobilized. This type of research is quasi experiment, with a pretest posttest design. Sample size 60 adolescents grouped into 2 groups with purposive sampling technique. Increased knowledge of adolescents about the effects of early marriage and changes in adolescent attitudes towards a better delay in early marriage. Formed rules (awek-awek) when married adolescents <20 years pay a custom fine and set in the rules of local custom. There is one young woman who wants to delay her marriage up to age> 20 years. Need further research parent participation and involvement of education as reinforcement of adolescent understanding. The involvement of parents and the education sector is needed to strengthen adolescent understanding. \u0000Abstrak \u0000Tingginya menikah usia dini di Lombok disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial dan budaya, serta faktor ekonomi. Suku Sasak memiliki budaya “Merarik” atau Kawin Lari. Tingginya kehamilan dan kelahiran pada usia remaja bisa dicegah dengan menunda pernikahan usia dini sampai dengan usia reproduksi sehat dengan mengoptimalkan peran serta para tokoh yang dianggap sebagai panutan, sehingga potensi yang ada di masyarakat perlu digerakkan. Jenis penelitian ini quasi experiment, dengan rancangan pretest posttest design. Besar sampel 60 remaja dikelompokkan menjadi 2 kelompok, memiliki pacar (Kelompok I) dan belum memiliki pacar (kelompok II) dengan teknik purposive sampling. Terjadi peningkatan pengetahuan remaja terhadap dampak pernikahan dini dan perubahan sikap remaja ke arah yang lebih baik terhadap penundaan pernikahan usia dini. Terbentuk aturan (awek-awek) apabila remaja menikah < 20 tahun membayar denda adat dan tertuang dalam aturan adat setempat. Terdapat satu remaja putri yang ingin menunda pernikahannya sampai dengan usia > 20 tahun. Perlu pelibatan peran serta orang tua dan pihak pendidikan sebagai penguat pemahaman remaja. \u0000 ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48719169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Eriska Haning, Thinni Nurul Rochmah, Ira Ummu Aimanah
GHealth is an important thing needed by man to sustain all activities of his life. The phenomenon of people who prefer to seek treatment abroad than using domestic health services becomes a big challenge. This challenge can be answered with the improvement of quality in all areas, especially in health field. Thus, this will help healthcare providers define strategies to meet community health needs. The aim of this research was to determine the need, demand and value of public health services in Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. This was observational research using cross sectional approach. Data collection technics using questionnaires and data processed using descriptive statistical tests. The population was the communities located in the region of Siwalankerto health centers, Surabaya. With a sample size of 50 people. This research was conducted on May 2016. Results of this research that need indicate that the main needs of respondents related to public service is quality and access. Community Demand is a service of dental care and general medical treatment which is provided by Puskesmas Siwalankerto. Abstrak Kesehatan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Fenomena masyarakat yang lebih memilih untuk berobat keluar negeri dibandingkan menggunakan layanan kesehatan dalam negeri menjadi sebuah tantangan besar. Tantangan ini dapat dijawab dengan peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya bidang kesehatan. Maka, hal inilah yang akan membantu penyedia jasa layanan kesehatan dalam menetapkan strategi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui need, demand dan utility pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan diolah menggunakan uji statistik. Populasi adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Dengan jumlah sampel 50 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Hasil penelitian terkait need menunjukkan bahwa kebutuhan utama responden terkait fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas dan jarak ≤ 3 km. Demand masyarakat adalah pelayanan poli gigi dan poli umum yang disediakan oleh Puskesmas Siwalankerto
健康是人类维持一切生命活动所必需的重要东西。人们宁愿到国外寻求治疗而不愿使用国内保健服务的现象成为一个巨大的挑战。这一挑战可以通过提高所有领域,特别是卫生领域的质量来应对。因此,这将有助于卫生保健提供者确定战略,以满足社区卫生需求。这项研究的目的是确定泗水Puskesmas Siwalankerto公共卫生服务的需要、需求和价值。这是一项采用横断面方法的观察性研究。使用问卷调查的数据收集技术和使用描述性统计检验处理的数据。人口是位于泗水Siwalankerto保健中心地区的社区。样本容量为50人。本研究于2016年5月进行。调查结果表明,受访者对公共服务的主要需求是质量和可及性。社区需求是由Puskesmas Siwalankerto提供的牙科护理和一般医疗服务。[摘要][摘要][摘要][摘要][摘要][关键词]老年妇女;现象masyarakat yang lebih memilih untuk berobat keluar negeri dibandingkan menggunakan layanan kesehatan dalam negeri menjadi sebuah tantanangan besar。tan tangangan ini dapat dijawab dengan peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya bidang kesehatan。Maka, hal inilah yang akan membantu penyedia jasa layanan an kesehatan dalam menetapkan战略,untuk memuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan。在泗水,Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui需要,需求dan utility pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Siwalankerto。Jenis penelitian的观测横截面。广东省人口普查数据,广东省人口普查数据,广东省人口统计。泗水,Populasi adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Siwalankerto。登甘jumlah样本50只。peneltian dilakukan padbulan Mei 2016。Hasil penelitian terkait need menunjukkan bahwa kebutuhan utama响应terkait fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas dan jarak≤3 km。我的要求是:我的要求是:我的要求是:我的要求是:我的要求是:我的要求
{"title":"ANALISIS NEED DAN DEMAND PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS SIWALANKERTO KOTA SURABAYA DI ERA JKN","authors":"Eriska Haning, Thinni Nurul Rochmah, Ira Ummu Aimanah","doi":"10.22435/HSR.V21I3.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I3.431","url":null,"abstract":"GHealth is an important thing needed by man to sustain all activities of his life. The phenomenon of people who prefer to seek treatment abroad than using domestic health services becomes a big challenge. This challenge can be answered with the improvement of quality in all areas, especially in health field. Thus, this will help healthcare providers define strategies to meet community health needs. The aim of this research was to determine the need, demand and value of public health services in Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. This was observational research using cross sectional approach. Data collection technics using questionnaires and data processed using descriptive statistical tests. The population was the communities located in the region of Siwalankerto health centers, Surabaya. With a sample size of 50 people. This research was conducted on May 2016. Results of this research that need indicate that the main needs of respondents related to public service is quality and access. Community Demand is a service of dental care and general medical treatment which is provided by Puskesmas Siwalankerto. \u0000Abstrak \u0000Kesehatan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya. Fenomena masyarakat yang lebih memilih untuk berobat keluar negeri dibandingkan menggunakan layanan kesehatan dalam negeri menjadi sebuah tantangan besar. Tantangan ini dapat dijawab dengan peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya bidang kesehatan. Maka, hal inilah yang akan membantu penyedia jasa layanan kesehatan dalam menetapkan strategi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui need, demand dan utility pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan diolah menggunakan uji statistik. Populasi adalah masyarakat yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Siwalankerto, Surabaya. Dengan jumlah sampel 50 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016. Hasil penelitian terkait need menunjukkan bahwa kebutuhan utama responden terkait fasilitas pelayanan kesehatan adalah kualitas dan jarak ≤ 3 km. Demand masyarakat adalah pelayanan poli gigi dan poli umum yang disediakan oleh Puskesmas Siwalankerto","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42225641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maternal Mortality Rate in Indonesia is still the highest compared to other ASEAN countries and faces a gap in access to health services. It needs a waiting house that is close to health service facility and can be temporarily occupied by pregnant mother before delivery which is Maternal Waiting Homes (MWH). This analysis to know aspects that can maintain the continuity of RTK services. This study uses secondary data by listing the policy and regulatory documents related to RTK policy and by organizing several workshops to gain a view of policy makers. The results show that the MWH fi nancing system is still local and not well coordinated. The number of health workers who provide services in MWH is still limited. Likewise, MWH facilities and facilities are still inadequate, in particular, water and electricity problems, as well as a place for families accompanying maternity mothers. Most MWH s only provide facilities for living without maternal and neonatal care services. Several efforts have been made by the local government in encouraging the utilization of MWH in pregnant women among others by involving customary institutions and the use of communication technology for early emergency detection of pregnant women. MWH sustainability can be built with the full support of local government, socialization and synergies with related sectors. Abstrak Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lain dan menghadapikesenjangan akses pelayanan kesehatan. Rumah tempat menunggu yang dekat dengan fasilitas pelayanankesehatan dan dapat dihuni sementara oleh ibu hamil sebelum persalinan yaitu Rumah Tunggu Kelahiran(RTK) merupakan salah satu alternatif solusi. Analisis dilakukan untuk mengetahui aspek yang dapat menjagakeberlangsungan layanan RTK. Kajian ini menggunakan data sekunder dengan cara menginventarisir dokumenkebijakan dan peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan RTK serta dengan mengadakan beberapaworkhop untuk memperoleh sudut pandang para penentu kebijakan. Hasil menunjukkan sistem pembiayaanRTK masih bersifat lokal dan belum terkoordinasi dengan baik. Jumlah tenaga kesehatan yang memberikanpelayanan di RTK masih terbatas. Demikian juga fasilitas dan sarana RTK masih belum memadai, terutama,masalah air dan listrik, serta tempat untuk keluarga yang mendampingi ibu bersalin. Sebagian besar RTKhanya menyediakan fasilitas untuk tinggal tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi. Beberapaupaya telah dilakukan pemerintah lokal dalam mendorong pemanfaatan RTK pada ibu hamil di antaranyadengan melibatkan lembaga adat dan penggunaan teknologi komunikasi untuk deteksi darurat dini bumil risti.Keberlangsungan RTK dapat dibangun dengan dukungan penuh pemerintah daerah, sosialisasi dan bersinergidengan lintas sektor terkait.
与其他东盟国家相比,印度尼西亚的孕产妇死亡率仍然是最高的,并且在获得保健服务方面存在差距。它需要一个靠近保健服务设施的等候室,可以在分娩前由孕妇临时居住,即产妇等候之家。通过分析了解哪些方面可以保持RTK业务的连续性。本研究通过列出与RTK政策相关的政策和规范性文件,并通过组织几次研讨会来获取政策制定者的观点,使用了二手数据。结果表明,我国的MWH融资体系仍然是地方性的,协调性不强。在妇幼保健部门提供服务的卫生工作者人数仍然有限。同样,妇幼保健设施和设施仍然不足,特别是水电问题,以及陪伴产妇的家庭的地方。大多数妇幼保健机构只提供没有孕产妇和新生儿护理服务的生活设施。地方政府作出了若干努力,鼓励孕妇利用产妇保健服务,其中包括让习惯机构参与进来,并利用通信技术及早发现孕妇的紧急情况。在地方政府、社会化和与相关部门的协同作用的充分支持下,可以建立MWH的可持续性。[摘要]印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚Rumah tempat menunggu yang dekat dengan fasilitas pelayananankesehatan danpatat dihuni sementara oleh, i hamil sebelum persalinan yitu Rumah tungu Kelahiran(RTK) merupakan salah satu alternative solusi。分析:迪拉库坎untuk mengetahui杨达帕特menjagakeberlangsungan layanan RTK。Kajian ini mongunakan data sekunder dengan cara menginventarisir dokumenkebijakan peraturan perundangan yang terkit dengan kebijakan RTK serta dengan mengadakan beberapworkhop untuk memperoleh sudut pandang para penentu kebijakan。Hasil menunjukkan系统,pembiayaanRTK, masih,局部丹贝林,丹贝林,丹贝林。民族团结军的成员kanpelayanan说。Demikian juga fasilitas dan sarana RTK masiah belum memadai, terutama,masalah air danlistrik, serta tempat untuk keluarga yang mendampingi ibu bersalin。巴国总督RTKhanya menyediakan fasilitas untuk tinggal tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi。Beberapaupaya telah dilakukan pemerintah当地dalam mendorong pmanfaatan RTK pakadu hamili antantanyadengan melibatkan lembaga adat danpenggunaan technology komunikasi untuk deteksi darakukan dini humil risti。Keberlangsungan RTK dapat dibangun dengan dukungan penuh peremerintah daerah, sosialisasi danbersinergidengan lintas部门terkai。
{"title":"KAJIAN KEBERLANGSUNGAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN (RTK) DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA","authors":"N. E. W. Sukoco","doi":"10.22435/HSR.V21I2.277","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I2.277","url":null,"abstract":"Maternal Mortality Rate in Indonesia is still the highest compared to other ASEAN countries and faces a gap in access to health services. It needs a waiting house that is close to health service facility and can be temporarily occupied by pregnant mother before delivery which is Maternal Waiting Homes (MWH). This analysis to know aspects that can maintain the continuity of RTK services. This study uses secondary data by listing the policy and regulatory documents related to RTK policy and by organizing several workshops to gain a view of policy makers. The results show that the MWH fi nancing system is still local and not well coordinated. The number of health workers who provide services in MWH is still limited. Likewise, MWH facilities and facilities are still inadequate, in particular, water and electricity problems, as well as a place for families accompanying maternity mothers. Most MWH s only provide facilities for living without maternal and neonatal care services. Several efforts have been made by the local government in encouraging the utilization of MWH in pregnant women among others by involving customary institutions and the use of communication technology for early emergency detection of pregnant women. MWH sustainability can be built with the full support of local government, socialization and synergies with related sectors. \u0000Abstrak \u0000Angka Kematian Ibu di Indonesia tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lain dan menghadapikesenjangan akses pelayanan kesehatan. Rumah tempat menunggu yang dekat dengan fasilitas pelayanankesehatan dan dapat dihuni sementara oleh ibu hamil sebelum persalinan yaitu Rumah Tunggu Kelahiran(RTK) merupakan salah satu alternatif solusi. Analisis dilakukan untuk mengetahui aspek yang dapat menjagakeberlangsungan layanan RTK. Kajian ini menggunakan data sekunder dengan cara menginventarisir dokumenkebijakan dan peraturan perundangan yang terkait dengan kebijakan RTK serta dengan mengadakan beberapaworkhop untuk memperoleh sudut pandang para penentu kebijakan. Hasil menunjukkan sistem pembiayaanRTK masih bersifat lokal dan belum terkoordinasi dengan baik. Jumlah tenaga kesehatan yang memberikanpelayanan di RTK masih terbatas. Demikian juga fasilitas dan sarana RTK masih belum memadai, terutama,masalah air dan listrik, serta tempat untuk keluarga yang mendampingi ibu bersalin. Sebagian besar RTKhanya menyediakan fasilitas untuk tinggal tanpa pelayanan perawatan kesehatan ibu dan bayi. Beberapaupaya telah dilakukan pemerintah lokal dalam mendorong pemanfaatan RTK pada ibu hamil di antaranyadengan melibatkan lembaga adat dan penggunaan teknologi komunikasi untuk deteksi darurat dini bumil risti.Keberlangsungan RTK dapat dibangun dengan dukungan penuh pemerintah daerah, sosialisasi dan bersinergidengan lintas sektor terkait.","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46675944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Selma Siahaan, Basundari Sri Utami, Retno Gitawati, R. Handayani, Mukhlisul Faatih, S. Isfandari
The information about intellectual property rights (IPR) related to health products in Indonesia is limited. This manuscript aims to describes the situation of health innovative researches including their products (patented and copyrights) in the last 5 years (2009-2013). This is a cross-sectional exploratory qualitative research, followed by the identifi cation of data and information related to health IPR documents retrospectively from 2009 till 2013. In-depth interviews conducted on IPR managers in 5 (fi ve) government research institutions, Indonesia Institute of Science, Agency for the Assessment and Application of Technology and 7 (seven) universities in Java island. The results showed that the IPR policy is strong, because it is written in the Act, majority of institutions state that IPR is their main indicators, however, the priority of health innovative researches is low. Generally, patented products were not planned to be patented from the beginning. Not all institutions have IPR management structured and incubation unit for development and “scaling up” of researches results, so that, patented health products were potentially not to be commercialised. This shows that there is still a gap between policy and its implementation in terms of research innovation. Governments should actively promote and utilize the patented health products of Indonesia. Abstrak Informasi tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia yang terkait dengan produk kesehatan masih sangat kurang. Tulisan ini bertujuan memaparkan situasi penelitian inovatif dan produk hasil penelitian kesehatan terkait HKI (paten dan hak cipta) dalam 5 tahun terakhir (2009-2013). Studi ini merupakan penelitian kualitatif eksplorasi potong lintang disertai identifi kasi data dan informasi pada dokumen HKI bidang kesehatan secara retrospektif dari tahun 2009 sd 2013. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengelola HKI di 5 (lima) lembaga litbang kementerian, Lembaga Ilmiah Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan 7 (tujuh) universitas di pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar kebijakan HKI Indonesia telah kuat karena sudah dituangkan kedalam Undangundang, hampir semua institusi yang disurvei menjadikan HKI sebagai indikator utama, hanya penelitian yang berorientasi HKI kesehatan masih kurang diprioritaskan. Pada umumnya hasil penelitian yang dipatenkan tidak direncanakan sejakawal. Belum semua institusi memiliki unit pengelola HKI secara terstruktur dan unit inkubasi untuk pengembangan dan scaling up hasil penelitian agar dimanfaatkan masyarakat luas sehingga produk paten kesehatan berpotensi menjadi yang tidak bisa dikomersialisasikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gap antara kebijakan dan implementasinya dalam hal penelitian inovasi. Pemerintah perlu secara aktif membantu mempromosikan dan memanfaatkan hasil produk kesehatan yang telah memperoleh HKI.
在印度尼西亚,与保健产品有关的知识产权信息有限。本文旨在描述近5年(2009-2013)健康创新研究及其产品(专利和版权)的情况。这是一项横断面探索性质的研究,随后对2009年至2013年期间与卫生知识产权文件相关的数据和信息进行了回顾性识别。对5个政府研究机构、印度尼西亚科学研究所、技术评估和应用机构以及爪哇岛7所大学的知识产权管理人员进行了深入访谈。结果表明,知识产权政策是强有力的,因为在法案中有明文规定,大多数机构表示知识产权是其主要指标,但卫生创新研究的优先级较低。一般来说,专利产品从一开始就没有计划申请专利。并不是所有的机构都有知识产权管理机构和研发和“扩大”研究成果的孵化单位,因此,获得专利的保健产品可能不会商业化。这表明,在科研创新方面,政策与政策实施之间仍然存在差距。各国政府应积极推广和利用印尼的保健专利产品。【摘要】印尼知识分子信息学(Informasi tentang Hak Kekayaan intellectual, HKI)的研究进展与进展。(2009-2013年)中国专利技术发展与创新(专利技术与创新技术)。以某ini merupakan penelitian kualitatif eksplorasi potong lintang disertai identifi kasi数据丹informasi篇dokumen HKI bidang kesehatan secara retrospektif达里语tahun 2009 sd 2013。Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengelola hkdi 5(利马)lembaga litbang kementerian, lembaga Ilmiah Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan technologii dan 7 (tujuh) universitas di pulau爪哇。Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar kebijakan hkki印度尼西亚telah kuat karena sudah dittuangkan kedalam Undangundang, hampir semua研究所yang disurvei menjadikan hkki sebagai指标utama, hanya penelitian yang berorientasi hkki kesehatan masih kurang dipriitaskan。Pada umumnya hasil penelitian yang dipatenkan tidak direncanakan sejakawal。Belum semua institui memiliki unit pengelola香港semara terstrutuk dani kukubasi untuk pengembangan dan scaling放大hasil penelitian agar dimanfaatkan masyarakat luas seingga产品paten kesehatan berpotensi menjadi yang tidak bisa dikomersialisasikan。halini menunjukkan bahwa terdapat gap antara kebijakan并实现了halini dalam halpenelitian的创新。Pemerintah perlu secara aktif membantu mempromosikan和memanfaatkan是一种产品,可以在香港生产,也可以在香港生产。
{"title":"ANALISIS SITUASI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA","authors":"Selma Siahaan, Basundari Sri Utami, Retno Gitawati, R. Handayani, Mukhlisul Faatih, S. Isfandari","doi":"10.22435/hsr.v21i2.341","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsr.v21i2.341","url":null,"abstract":"The information about intellectual property rights (IPR) related to health products in Indonesia is limited. This manuscript aims to describes the situation of health innovative researches including their products (patented and copyrights) in the last 5 years (2009-2013). This is a cross-sectional exploratory qualitative research, followed by the identifi cation of data and information related to health IPR documents retrospectively from 2009 till 2013. In-depth interviews conducted on IPR managers in 5 (fi ve) government research institutions, Indonesia Institute of Science, Agency for the Assessment and Application of Technology and 7 (seven) universities in Java island. The results showed that the IPR policy is strong, because it is written in the Act, majority of institutions state that IPR is their main indicators, however, the priority of health innovative researches is low. Generally, patented products were not planned to be patented from the beginning. Not all institutions have IPR management structured and incubation unit for development and “scaling up” of researches results, so that, patented health products were potentially not to be commercialised. This shows that there is still a gap between policy and its implementation in terms of research innovation. Governments should actively promote and utilize the patented health products of Indonesia. \u0000Abstrak \u0000Informasi tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia yang terkait dengan produk kesehatan masih sangat kurang. Tulisan ini bertujuan memaparkan situasi penelitian inovatif dan produk hasil penelitian kesehatan terkait HKI (paten dan hak cipta) dalam 5 tahun terakhir (2009-2013). Studi ini merupakan penelitian kualitatif eksplorasi potong lintang disertai identifi kasi data dan informasi pada dokumen HKI bidang kesehatan secara retrospektif dari tahun 2009 sd 2013. Wawancara mendalam dilakukan terhadap pengelola HKI di 5 (lima) lembaga litbang kementerian, Lembaga Ilmiah Pengetahuan Indonesia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan 7 (tujuh) universitas di pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar kebijakan HKI Indonesia telah kuat karena sudah dituangkan kedalam Undangundang, hampir semua institusi yang disurvei menjadikan HKI sebagai indikator utama, hanya penelitian yang berorientasi HKI kesehatan masih kurang diprioritaskan. Pada umumnya hasil penelitian yang dipatenkan tidak direncanakan sejakawal. Belum semua institusi memiliki unit pengelola HKI secara terstruktur dan unit inkubasi untuk pengembangan dan scaling up hasil penelitian agar dimanfaatkan masyarakat luas sehingga produk paten kesehatan berpotensi menjadi yang tidak bisa dikomersialisasikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat gap antara kebijakan dan implementasinya dalam hal penelitian inovasi. Pemerintah perlu secara aktif membantu mempromosikan dan memanfaatkan hasil produk kesehatan yang telah memperoleh HKI. \u0000 ","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42779830","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The rapid growth and the various communicable diseases should be compensated with qualifi ed health programs. The programs’ budget should be able to meet the need of communicable disease intervention. In the era of decentralization, differences in the ability of each district in handling health problems could triger the disparity between districts. This research analyzes the difference of budget elasticity that existed in the communicable disease intervention between districts in Java Bali and Papua region. This is an analytical study which analyze the difference of communicable disease budget elasticity based on the geographic characteristics, fi scal capacity, and health status in each districts. The data is collected cross sectional in all districts that exist in Java Bali and Papua as the population. The difference of elasticity based on each indicator used in this study was analysed using independent t-test. The elasticity of communicable disease prevention fi nancing is different among districts with different public health index inJava Bali and Papua regional. Themajority of communicable disease budget in districts are inelastic, in both regions. It is different with the assumption that budget elasticity of communicable disease should be responsive. The budget elasticity of communicable disease in Indonesia is infl uenced by its health condition of each district. This condition is contrast to the ideal budget elasticity that should be elastic in accordance to the communicable disease problems. The use of economic assumption for further research should be concerns to the uncertainty of health characteristic. Abstrak Tingginya laju pertumbuhan dan bervariasinya jenis penyakit menular harus diimbangi dengan upaya penanggulangan yang responsif. Pembiayaan penanggulangan penyakit menular harus menyesuaikan dengan perkembangan penyakit menular. Di era desentralisasi, terdapat perbedaan kemampuan tiap daerah dalam pembiayaan kesehatan sehingga menyebabkan adanya disparitas penyakit antar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan komparasi elastisitas pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan penyakit menular di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi ini dilakukan sebagai analisis lanjut Riset Pembiayaan Kesehatan tahun 2015 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penelitian analitik ini melakukan komparasi elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular berdasarkan perbedaan karakteristik geografi , kemampuanfiskal, dan status kesehatan pada setiap kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Data dikumpulkan secara cross sectional pada Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi elastisitas terhadap setiap indikator yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan independent t-test. Elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular antar Kabupaten/Kota berbeda pada regional Jawa Bali dan Papu
{"title":"KOMPARASI ELASTISITAS PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DIREGIONAL JAWA BALI DAN PAPUA","authors":"Nuzulul Kusuma Putri, Herti Maryani, Thinni Nurul Rochmah, Ernawaty Ernawaty","doi":"10.22435/HSR.V21I2.287","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSR.V21I2.287","url":null,"abstract":"The rapid growth and the various communicable diseases should be compensated with qualifi ed health programs. The programs’ budget should be able to meet the need of communicable disease intervention. In the era of decentralization, differences in the ability of each district in handling health problems could triger the disparity between districts. This research analyzes the difference of budget elasticity that existed in the communicable disease intervention between districts in Java Bali and Papua region. This is an analytical study which analyze the difference of communicable disease budget elasticity based on the geographic characteristics, fi scal capacity, and health status in each districts. The data is collected cross sectional in all districts that exist in Java Bali and Papua as the population. The difference of elasticity based on each indicator used in this study was analysed using independent t-test. The elasticity of communicable disease prevention fi nancing is different among districts with different public health index inJava Bali and Papua regional. Themajority of communicable disease budget in districts are inelastic, in both regions. It is different with the assumption that budget elasticity of communicable disease should be responsive. The budget elasticity of communicable disease in Indonesia is infl uenced by its health condition of each district. This condition is contrast to the ideal budget elasticity that should be elastic in accordance to the communicable disease problems. The use of economic assumption for further research should be concerns to the uncertainty of health characteristic. \u0000Abstrak \u0000Tingginya laju pertumbuhan dan bervariasinya jenis penyakit menular harus diimbangi dengan upaya penanggulangan yang responsif. Pembiayaan penanggulangan penyakit menular harus menyesuaikan dengan perkembangan penyakit menular. Di era desentralisasi, terdapat perbedaan kemampuan tiap daerah dalam pembiayaan kesehatan sehingga menyebabkan adanya disparitas penyakit antar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan komparasi elastisitas pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah dalam penanggulangan penyakit menular di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi ini dilakukan sebagai analisis lanjut Riset Pembiayaan Kesehatan tahun 2015 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Penelitian analitik ini melakukan komparasi elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular berdasarkan perbedaan karakteristik geografi , kemampuanfiskal, dan status kesehatan pada setiap kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Data dikumpulkan secara cross sectional pada Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang ada di regional Jawa Bali dan Papua. Komparasi elastisitas terhadap setiap indikator yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan independent t-test. Elastisitas pembiayaan penanggulangan penyakit menular antar Kabupaten/Kota berbeda pada regional Jawa Bali dan Papu","PeriodicalId":42108,"journal":{"name":"Buletin Penelitian Sistem Kesehatan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.1,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44170114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}