Steven-Johnson Syndrome (SJS) merupakan suatu reaksi mukokutan akut yang yang ditandai dengan nekrosis luas dan eksfoliasi dari lapisan epidermal. Etiologi atau pemicu tersering pada kasus SJS adalah obat ataupun metabolitnya, diikuti oleh infeksi dan idiopatik. Obat-obatan tersering yang memicu terjadinya SJS antara lain sulfonamide, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti derivat oxicam, antifungal imidazole, cephalosporin, antikonvulsan, allopurinol, broad- spectrum bactericidal agents, dan regimen Highly Active Anti Retroviral Therapy (HAART). Didapatkan kasus seorang wanita berusia 42 tahun dengan keluhan timbul lepuhan pada bibir dan kelopak mata serta bercak kemerahan pada badan, kedua tangan dan kaki. Keluhan tersebut mulai timbul setelah pasien mengonsumsi obat Piroxicam. Didapatkan lesi pada area dahi, kelopak mata, bibir dan leher berupa lesi makula-patch eritem, berbentuk ireguler, berbatas tidak tegas, dengan ukuran lenticular-plakat, dengan susunan diskret-konfulens, distribusi regional disertai dengan erosi serta krusta hemoragik. lesi pada perut, kedua tangan dan kaki berupa makula – patch eritem dengan purpura di bagian sentral berbentuk bulat dan ireguler, dengan ukuran milier – plakat, dengan susunan diskret-konfluens dan distribusi generalisata dengan erosi dan krusta berwarna coklat kehitaman pada perut kuadran kiri atas dan erosi serta krusta hemoragik pada lengan kiri atas. Pasien didiagnosis kerja dengan Steven-Johnson Syndrome yang kemudian meninggal akibat aspirasi pada hari ke 9. Adanya faktor pencetus serta lesi kulit dan mukosa yang mengarah pada SJS dapat mempercepat pengambilan keputusan klinis sehingga tatalaksana lebih cepat diberikan.
{"title":"PIROXICAM YANG DIDUGA SEBAGAI AGEN PENYEBAB STEVEN-JOHNSON SYNDROME : SEBUAH LAPORAN KASUS","authors":"R. Courie, Dedianto Hidajat","doi":"10.29303/jku.v10i4.627","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.627","url":null,"abstract":"Steven-Johnson Syndrome (SJS) merupakan suatu reaksi mukokutan akut yang yang ditandai dengan nekrosis luas dan eksfoliasi dari lapisan epidermal. Etiologi atau pemicu tersering pada kasus SJS adalah obat ataupun metabolitnya, diikuti oleh infeksi dan idiopatik. Obat-obatan tersering yang memicu terjadinya SJS antara lain sulfonamide, non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti derivat oxicam, antifungal imidazole, cephalosporin, antikonvulsan, allopurinol, broad- spectrum bactericidal agents, dan regimen Highly Active Anti Retroviral Therapy (HAART). Didapatkan kasus seorang wanita berusia 42 tahun dengan keluhan timbul lepuhan pada bibir dan kelopak mata serta bercak kemerahan pada badan, kedua tangan dan kaki. Keluhan tersebut mulai timbul setelah pasien mengonsumsi obat Piroxicam. Didapatkan lesi pada area dahi, kelopak mata, bibir dan leher berupa lesi makula-patch eritem, berbentuk ireguler, berbatas tidak tegas, dengan ukuran lenticular-plakat, dengan susunan diskret-konfulens, distribusi regional disertai dengan erosi serta krusta hemoragik. lesi pada perut, kedua tangan dan kaki berupa makula – patch eritem dengan purpura di bagian sentral berbentuk bulat dan ireguler, dengan ukuran milier – plakat, dengan susunan diskret-konfluens dan distribusi generalisata dengan erosi dan krusta berwarna coklat kehitaman pada perut kuadran kiri atas dan erosi serta krusta hemoragik pada lengan kiri atas. Pasien didiagnosis kerja dengan Steven-Johnson Syndrome yang kemudian meninggal akibat aspirasi pada hari ke 9. Adanya faktor pencetus serta lesi kulit dan mukosa yang mengarah pada SJS dapat mempercepat pengambilan keputusan klinis sehingga tatalaksana lebih cepat diberikan.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133974354","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ayu Niti Wedayani Anak Agung, Eka Arie Yuliyani, Didit Yudhanto, Hamsu Kadriyan, Gusti Ayu Trisna A
Otomyiasis merupakan infestasi larva pada telinga manusia yang disebabkan oleh lalatdari ordo diftera, subfamili Chrysomyinae. Infeksi larva pada telinga dapat mengenai telingabagian luar atau tengah, baik pada satu atau kedua telinga. Kami melaporkan satu kasusotomyiasis di RSUD Povinsi NTB pada penderita usia 30 tahun dengan otitis media supuratifkronis dan telah dilakukan ekstraksi larva, cuci telinga dengan larutan H2O2 3% dan NaCl 0,9%, serta pemberian antibiotik baik sistemik maupun topikal.
{"title":"DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OTOMYIASIS PADA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS","authors":"Ayu Niti Wedayani Anak Agung, Eka Arie Yuliyani, Didit Yudhanto, Hamsu Kadriyan, Gusti Ayu Trisna A","doi":"10.29303/jku.v10i4.567","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.567","url":null,"abstract":"Otomyiasis merupakan infestasi larva pada telinga manusia yang disebabkan oleh lalatdari ordo diftera, subfamili Chrysomyinae. Infeksi larva pada telinga dapat mengenai telingabagian luar atau tengah, baik pada satu atau kedua telinga. Kami melaporkan satu kasusotomyiasis di RSUD Povinsi NTB pada penderita usia 30 tahun dengan otitis media supuratifkronis dan telah dilakukan ekstraksi larva, cuci telinga dengan larutan H2O2 3% dan NaCl 0,9%, serta pemberian antibiotik baik sistemik maupun topikal.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121616726","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Syamsuriansyah, Helmina Andriani, Rizal Adi Pratama, Uswatun Hasanah
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis menjadi salah satu penilaian dalam akreditasi puskesmas dimana terdapat dalam BAB VIII pada standar 8.4 informasi rekam medis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sistem manajemen rekam medis di puskesmas terakreditasi madya dan terakreditasi dasar Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan wawancara mendalam kepada informan yang berjumlah 6 orang dan masing-masing puskesmas yaitu Puskesmas Narmada dengan akreditasi madya dan Puskesmas Karang Pule dengan akreditasi dasar dan terdiri dari 3 orang yaitu kepala pukesmas, penanggung jawab rekam medis dan dokter. Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian berdasarkan wawancara, diperoleh pembakuan kode klasifikasi diagnosis dan pembakuan singkatan baik dikedua puskesmas menggunakan ICD-10 namun dalam pelaksanaannya Puskesmas Karang Pule belum sesuai dengan SOP. Akses informasi rekam medis baik dikedua puskesmas sudah sesuai dengan SOP. Sistem penyimpanan dan pengkodean rekam medis dikedua puskesmas sudah sesuai dengan SOP dan untuk retensi di Puskesmas Tanjung Karang yaitu 5 tahun sedangkan Puskesmas Karang Pule rekam medis yang masih aktif dan inaktif masih disimpan dalam rak yang sama. Isi rekam medis dikedua puskesmas sudah sesuai dengan Permenkes. Kesimpulan dari penelitian ini kedua puskesmas sudah baik dalam sistem manajemen rekam medis namun harus disesuaikan dengan SOP yang ada. Saran sebaiknya ada evaluasi dimasing- masing puskesmas terkait sistem manajemen rekam medis.
{"title":"SISTEM MANAJEMEN REKAM MEDIS DI PUSKESMAS TERAKREDITASI MADYA DAN TERAKREDITASI DASAR LOMBOK BARAT","authors":"Syamsuriansyah, Helmina Andriani, Rizal Adi Pratama, Uswatun Hasanah","doi":"10.29303/jku.v10i4.584","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.584","url":null,"abstract":"Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis menjadi salah satu penilaian dalam akreditasi puskesmas dimana terdapat dalam BAB VIII pada standar 8.4 informasi rekam medis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sistem manajemen rekam medis di puskesmas terakreditasi madya dan terakreditasi dasar Lombok Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dengan wawancara mendalam kepada informan yang berjumlah 6 orang dan masing-masing puskesmas yaitu Puskesmas Narmada dengan akreditasi madya dan Puskesmas Karang Pule dengan akreditasi dasar dan terdiri dari 3 orang yaitu kepala pukesmas, penanggung jawab rekam medis dan dokter. Pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian berdasarkan wawancara, diperoleh pembakuan kode klasifikasi diagnosis dan pembakuan singkatan baik dikedua puskesmas menggunakan ICD-10 namun dalam pelaksanaannya Puskesmas Karang Pule belum sesuai dengan SOP. Akses informasi rekam medis baik dikedua puskesmas sudah sesuai dengan SOP. Sistem penyimpanan dan pengkodean rekam medis dikedua puskesmas sudah sesuai dengan SOP dan untuk retensi di Puskesmas Tanjung Karang yaitu 5 tahun sedangkan Puskesmas Karang Pule rekam medis yang masih aktif dan inaktif masih disimpan dalam rak yang sama. Isi rekam medis dikedua puskesmas sudah sesuai dengan Permenkes. Kesimpulan dari penelitian ini kedua puskesmas sudah baik dalam sistem manajemen rekam medis namun harus disesuaikan dengan SOP yang ada. Saran sebaiknya ada evaluasi dimasing- masing puskesmas terkait sistem manajemen rekam medis. \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122916711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Reza Rinaldy Harahap, Achmad Hussein Sundawa Kartamihardja, Basuki Hidayat, H. Budiawan, B. Darmawan, Raden Erwin Affandi Soeriadi Koesoemah
Latar Belakang. Kanker prostat yang telah mengalami metastasis (terutama di tulang) sering tidak terdiagnosis dengan baik dan memiliki prognosis yang kurang baik. Sehingga, sangatlah penting dilakukan pemeriksaan dini dalam mendeteksi metastasis. Indikator pemeriksaan sidik tulang yang sering dipakai adalah kadar prostate specific antigen (PSA) dan gleason score (GS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa kuat faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi kejadian metastasis tulang pada kanker prostat Subjek dan metode. Penelitian retrospektif analistik dengan rancangan potong lintang pada 189 data rekam medis pasien kanker prostat yang menjalani pemeriksaan sidik tulang Tc-99m MDP di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode januari 2012 sampai desember 2016. Data PSA, GS dan gleason grade (GG) dianalisa secara bivariate dan multivariate. Hasil. Dari 189 data rekam medis hanya 110 rekam medis yang masuk dalam kriteria inklusi. Dari hasil analisa bivariate, hanya PSA (p = < 0,001) yang memiliki asosiasi bermakna dengan kejadian metastasis tulang, namun semakin tinggi derajat GS maupun GG maka kemungkinan metastasisnya semakin tinggi (GS p= 0,054 dan p= 0,036). Dari analisa multivariate, PSA tetap menjadi faktor yang paling kuat asosiasinya dengan kejadian metastasis tulang pada kanker prostat dengan nilai p = 0.001. Simpulan. Dari analisa bivariate dan multivariate, kadar serum PSA memiliki asosiasi terhadap kejadian metastasis tulang pada pasien kanker prostat. Pada klasifikasi berdasarkan GS dan GG, semakin tinggi GS ataupun GG semakin tinggi pula kejadian metastasis tulangnya. Sehingga, hasil tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien kanker prostat yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya metastasis tulang.
{"title":"Association Bone Schintigraphy with Prostate Spesific Antigen, Gleason score, and Grade group in Prostate Cancer Patient","authors":"Reza Rinaldy Harahap, Achmad Hussein Sundawa Kartamihardja, Basuki Hidayat, H. Budiawan, B. Darmawan, Raden Erwin Affandi Soeriadi Koesoemah","doi":"10.29303/jku.v10i4.620","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.620","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Kanker prostat yang telah mengalami metastasis (terutama di tulang) sering tidak terdiagnosis dengan baik dan memiliki prognosis yang kurang baik. Sehingga, sangatlah penting dilakukan pemeriksaan dini dalam mendeteksi metastasis. Indikator pemeriksaan sidik tulang yang sering dipakai adalah kadar prostate specific antigen (PSA) dan gleason score (GS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa kuat faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi kejadian metastasis tulang pada kanker prostat \u0000Subjek dan metode. Penelitian retrospektif analistik dengan rancangan potong lintang pada 189 data rekam medis pasien kanker prostat yang menjalani pemeriksaan sidik tulang Tc-99m MDP di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode januari 2012 sampai desember 2016. Data PSA, GS dan gleason grade (GG) dianalisa secara bivariate dan multivariate. \u0000Hasil. Dari 189 data rekam medis hanya 110 rekam medis yang masuk dalam kriteria inklusi. Dari hasil analisa bivariate, hanya PSA (p = < 0,001) yang memiliki asosiasi bermakna dengan kejadian metastasis tulang, namun semakin tinggi derajat GS maupun GG maka kemungkinan metastasisnya semakin tinggi (GS p= 0,054 dan p= 0,036). Dari analisa multivariate, PSA tetap menjadi faktor yang paling kuat asosiasinya dengan kejadian metastasis tulang pada kanker prostat dengan nilai p = 0.001. \u0000Simpulan. Dari analisa bivariate dan multivariate, kadar serum PSA memiliki asosiasi terhadap kejadian metastasis tulang pada pasien kanker prostat. Pada klasifikasi berdasarkan GS dan GG, semakin tinggi GS ataupun GG semakin tinggi pula kejadian metastasis tulangnya. Sehingga, hasil tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien kanker prostat yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya metastasis tulang.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122416551","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Latar Belakang: Vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) adalah suatu protein penting dalam progresivitas kerusakan katup mitral pada penyakit jantung rematik. Untuk mengukur kerusakan katup mitral dikenal suatu sistem penilaian bernama Wilkins Score, yang terdiri atas kategori gangguan mobilitas katup, penebalan katup, kalsifikasi katup dan penebalan sub-valvular. Penelitian ini menganalisis kadar VCAM-1 darah tepi dan Wilkins Score pada penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik. Metode: Studi analitik-observasional ini menggunakan desain cross sectional. Sampel 45 penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik dikumpulkan secara consecutive sampling. Dilakukan pemeriksaan kadar VCAM-1 darah tepi melalui akses vena tepi, dan dilakukan pemeriksaan ekhokardiografi untuk menilai Wilkin Score serta parameter terkait lainnya. Sebagai pembanding dikumpulkan juga data 22 subyek normal. Hasil: Rerata Wilkins Score penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik adalah 9,09 ± 1,81. Rerata kadar VCAM-1 darah tepi penderita dan subyek normal, yaitu 1.155,3 ± 328,8 ng/mL dan 605,5 ± 100,4 ng/mL. Terdapat perbedaan kadar VCAM-1 darah tepi yang bermakna diantara kedua kelompok (p<0,001). Didapatkan korelasi positif yang bermakna antara kadar VCAM-1 darah tepi dan gangguan mobilitas katup (p<0,001, r = +0,522), penebalan katup (p<0,001, r = +0,583), kalsifikasi katup (p<0,001, r = +0,538), penebalan sub-valvular (p<0,001, r = +0,647), dan Wilkin Score(p<0,001, r = +0,841). Kesimpulan: Terdapat korelasi positif yang bermakna antara kadar VCAM-1 darah tepi dan Wilkins Score pada stenosis mitral penyakit jantung rematik. Kata Kunci: VCAM-1 - Wilkins Score - Stenosis Mitral - Penyakit Jantung Rematik
抽样背景:血管细胞成瘾分子1 (VCAM-1)是风湿性心脏病mitral瓣膜进展中的一种重要蛋白质。为了测量米特拉尔阀门的损伤,这是一种名为威尔金斯斯科的评级系统,它包括阀移动性障碍、增稠阀、阀化和副瓦尔瓦尔巴消化道。这项研究分析了他患有风湿性心脏病的宫颈癌和威尔金斯分数的水平。方法:分析观测研究采用了横向设计。45个患有风湿性心脏病的有丝分裂性纤维化的样本。通过获得腔静脉进行血小板检查,并进行心电图检查,以评估威尔金斯分数和其他相关参数。然后收集了22个正常受试者的数据。结果:平均威尔金斯得分看起来人字风湿性心脏病患者是9.09±1,81。平均水平VCAM-1血患者和正常受试者的边缘,即1.155,3±328.8 ng / mL和605.5±100,4 ng / mL。VCAM-1血液在这两组之间的有意义的旁注水平(p< 0.001)。在vca1血液水平与边缘移动性障碍(p< 0.001, r = + 522)、增气阀(p< 0.001, r = + 583)、自适应阀(p< 0.001, r = + 538)、多功能副valvular (p< 0.001, r = + 538)、子valv频流增增(p< 0.001,结论:vca1的边缘血液和Wilkins分数在风湿性心脏病stenosis(风湿性心脏病)之间有积极的联系。关键词:VCAM-1 - Wilkins分数- Stenosis -风湿性心脏病
{"title":"Kadar VCAM-1 Darah Tepi Dan Wilkins Score Pada Stenosis Mitral Penyakit Jantung Rematik","authors":"Romi Ermawan","doi":"10.29303/jku.v10i4.606","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.606","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Latar Belakang: Vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) adalah suatu protein penting dalam progresivitas kerusakan katup mitral pada penyakit jantung rematik. Untuk mengukur kerusakan katup mitral dikenal suatu sistem penilaian bernama Wilkins Score, yang terdiri atas kategori gangguan mobilitas katup, penebalan katup, kalsifikasi katup dan penebalan sub-valvular. Penelitian ini menganalisis kadar VCAM-1 darah tepi dan Wilkins Score pada penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik. \u0000Metode: Studi analitik-observasional ini menggunakan desain cross sectional. Sampel 45 penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik dikumpulkan secara consecutive sampling. Dilakukan pemeriksaan kadar VCAM-1 darah tepi melalui akses vena tepi, dan dilakukan pemeriksaan ekhokardiografi untuk menilai Wilkin Score serta parameter terkait lainnya. Sebagai pembanding dikumpulkan juga data 22 subyek normal. \u0000Hasil: Rerata Wilkins Score penderita stenosis mitral penyakit jantung rematik adalah 9,09 ± 1,81. Rerata kadar VCAM-1 darah tepi penderita dan subyek normal, yaitu 1.155,3 ± 328,8 ng/mL dan 605,5 ± 100,4 ng/mL. Terdapat perbedaan kadar VCAM-1 darah tepi yang bermakna diantara kedua kelompok (p<0,001). Didapatkan korelasi positif yang bermakna antara kadar VCAM-1 darah tepi dan gangguan mobilitas katup (p<0,001, r = +0,522), penebalan katup (p<0,001, r = +0,583), kalsifikasi katup (p<0,001, r = +0,538), penebalan sub-valvular (p<0,001, r = +0,647), dan Wilkin Score(p<0,001, r = +0,841). \u0000Kesimpulan: Terdapat korelasi positif yang bermakna antara kadar VCAM-1 darah tepi dan Wilkins Score pada stenosis mitral penyakit jantung rematik. \u0000 \u0000Kata Kunci: VCAM-1 - Wilkins Score - Stenosis Mitral - Penyakit Jantung Rematik","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114741457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Tanda dan gejala skabies seperti pruritus dan lesi kulit berupa papul kecil disertai kanalikulus serta eskoriasi. Apabila tidak segera diterapi, maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering ditemukan yaitu infeksi sekunder. Prinsip dalam penatalaksanaan skabies yaitu mengeradikasi tungau dengan terapi farmakologis, mencegah penyebaran skabies, dan mengatasi komplikasi. Seorang anak 1 tahun 7 bulan dengan sindrom down dikonsulkan ke poli kulit dan kelamin RSUDP NTB dengan keluhan berupa bintik-bintik sejak 1 bulan yang lalu di bokong, kemaluan, sela jari kaki dan tangan, telapak tangan dan kaki, serta sekitar dada. Pasien lebih rewel, dan menggaruk bintik-bintik di malam hari. Terdapat keluarga yang mengalami keluhan serupa. Status lokalis lesi kulit berada di bokong, genitalia eksterna, thoraks, sela jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki. Deskripsi lesi berupa papula-nodul disertai kanalikulus berwarna putih keabuan, berbatas tegas, lentikular, multipel, susunan diskret, dan distribusi regional disertai skuama. Selain itu terdapat pustul berwarna putih, berbatas tegas, bentuk milier, multipel, susunan diskret, dan distribusi regional disertai krusta. Pasien ini didiagnosis dengan skabies klinis dengan infeksi sekunder. Terapi kausatif yang diberikan kepada pasien yaitu krim permetrin 5%, serta diberikan terapi simtomatik dan infeksi sekunder. Selain mengobati pasien, pendekatan keluarga memiliki peran penting dalam mengeradikasi skabies.
{"title":"Skabies dengan Infeksi Sekunder Pada Sindrom Down","authors":"Mitha Yunda Pertiwi, Dedianto Hidajat","doi":"10.29303/jku.v10i4.625","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.625","url":null,"abstract":"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Tanda dan gejala skabies seperti pruritus dan lesi kulit berupa papul kecil disertai kanalikulus serta eskoriasi. Apabila tidak segera diterapi, maka dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering ditemukan yaitu infeksi sekunder. Prinsip dalam penatalaksanaan skabies yaitu mengeradikasi tungau dengan terapi farmakologis, mencegah penyebaran skabies, dan mengatasi komplikasi. Seorang anak 1 tahun 7 bulan dengan sindrom down dikonsulkan ke poli kulit dan kelamin RSUDP NTB dengan keluhan berupa bintik-bintik sejak 1 bulan yang lalu di bokong, kemaluan, sela jari kaki dan tangan, telapak tangan dan kaki, serta sekitar dada. Pasien lebih rewel, dan menggaruk bintik-bintik di malam hari. Terdapat keluarga yang mengalami keluhan serupa. Status lokalis lesi kulit berada di bokong, genitalia eksterna, thoraks, sela jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki. Deskripsi lesi berupa papula-nodul disertai kanalikulus berwarna putih keabuan, berbatas tegas, lentikular, multipel, susunan diskret, dan distribusi regional disertai skuama. Selain itu terdapat pustul berwarna putih, berbatas tegas, bentuk milier, multipel, susunan diskret, dan distribusi regional disertai krusta. Pasien ini didiagnosis dengan skabies klinis dengan infeksi sekunder. Terapi kausatif yang diberikan kepada pasien yaitu krim permetrin 5%, serta diberikan terapi simtomatik dan infeksi sekunder. Selain mengobati pasien, pendekatan keluarga memiliki peran penting dalam mengeradikasi skabies. \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125632443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background : Immunotherapy is widely used to increase the response rate of chemotherapy drugs. Eleuhterine palmifolia (L) Merr or dayak onion are known to contain phytochemical compounds that have antiproliferative effects, and have been used as anti-cancer empirical therapies. This study aimed to prove the antiproliferative effect of Eleuhterine palmifolia (L) Merr extract in Sprague-Dawley rats with breast cancer. Methods : This study used 18 Sprague-dawley rats, divided into 3 groups, K, P1 and P2. K was given regular feed, P1 received adriamycin 5 mg/kgBW single dose, P2 received adriamycin 5 mg/kgBW single dose and extract of dayak onion 105 mg/kgBW/day for 3 weeks. Results : Difference in tumor size before and after treatment was 7.2 ± 2.57 mm (K), 3.23 ± 3.03 mm (P1), 3.14 ± 2.65 mm (P2), with p value is 0,157 (p>0,05). Ki-67 index calculations are 11.1 ± 7.27% (K), 9.64 ± 6.99% (P1), 9.58 ± 3.52% (P2), with p value is 0,704 (p>0,05). Conclusion : The addition of Eleuhterine palmifolia (L) Merr (dayak onion) extract did not cause a significant difference in tumor cell proliferation in Sprague-Dawley rats with breast cancer.
背景:免疫治疗被广泛用于提高化疗药物的应答率。众所周知,刺叶椰子树(L)或大葱含有具有抗增殖作用的植物化学化合物,并已被用作抗癌经验疗法。本研究旨在证明刺白叶提取物对Sprague-Dawley乳腺癌大鼠的抗增殖作用。方法:选取18只Sprague-dawley大鼠,分为K、P1、P2 3组。K给予常规饲料,P1给予阿霉素5 mg/kgBW单次剂量,P2给予阿霉素5 mg/kgBW单次剂量和大葱提取物105 mg/kgBW/d,连续3周。结果:治疗前后肿瘤大小差值分别为7.2±2.57 mm (K)、3.23±3.03 mm (P1)、3.14±2.65 mm (P2), p值为0.157 (p < 0.05)。Ki-67指数计算值分别为11.1±7.27% (K)、9.64±6.99% (P1)、9.58±3.52% (P2), p值为0.704 (p < 0.05)。结论:在Sprague-Dawley大鼠乳腺癌模型中,添加刺叶葱提取物对肿瘤细胞增殖无显著影响。
{"title":"EFFECT OF ELEUHTERINE PALMIFOLIA (L) MERR ON TUMOR CELL PROLIFERATION IN SPRAGUE DAWLEY RATS WITH BREAST CANCER","authors":"Ratna Widayati, Yan Wisnu Prajoko, Udadi Sadhana","doi":"10.29303/jku.v10i4.545","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.545","url":null,"abstract":"Background : Immunotherapy is widely used to increase the response rate of chemotherapy drugs. Eleuhterine palmifolia (L) Merr or dayak onion are known to contain phytochemical compounds that have antiproliferative effects, and have been used as anti-cancer empirical therapies. This study aimed to prove the antiproliferative effect of Eleuhterine palmifolia (L) Merr extract in Sprague-Dawley rats with breast cancer. \u0000Methods : This study used 18 Sprague-dawley rats, divided into 3 groups, K, P1 and P2. K was given regular feed, P1 received adriamycin 5 mg/kgBW single dose, P2 received adriamycin 5 mg/kgBW single dose and extract of dayak onion 105 mg/kgBW/day for 3 weeks. \u0000Results : Difference in tumor size before and after treatment was 7.2 ± 2.57 mm (K), 3.23 ± 3.03 mm (P1), 3.14 ± 2.65 mm (P2), with p value is 0,157 (p>0,05). Ki-67 index calculations are 11.1 ± 7.27% (K), 9.64 ± 6.99% (P1), 9.58 ± 3.52% (P2), with p value is 0,704 (p>0,05). \u0000Conclusion : The addition of Eleuhterine palmifolia (L) Merr (dayak onion) extract did not cause a significant difference in tumor cell proliferation in Sprague-Dawley rats with breast cancer.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132833155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Priyambodo, B. Rahmat, I Putu Arya Primananda, Kadek Adi Sagita Reka Baya
Background: Acute coronary syndrome is a non-communicable disease whose prevalence is increasing every year. The impact after a heart attack is a decrease in the patient's quality of life. This study aims to determine the characteristics and factors associated with the quality of life of patients after a heart attack. Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional design. The research sample was patients after a heart attack at the Mataram General Hospital in 2019-2020. Data on smoking characteristics and status were collected through forms using a structured questionnaire, while quality of life data was collected using the SF-36 questionnaire. Results: Characteristics of post-heart attack patients at Mataram General Hospital were male (86.7%), aged <60 years (60%), smoking status (40%), STEMI diagnosis (50%), and poor quality of life. (63.6%). No significant relationship was found between gender , age , type of diagnosis and smoking status with the patient 's quality of life . Conclusion: There are 63.6% of patients with poor quality of life. There is no significant relationship between gender, smoking status, age, type of diagnosis and quality of life. Patients with smoking status tend to have a poor quality of life in the domains of physical roles (91.7%) and emotional roles (83.3%).
{"title":"Quality of Life in Patients After Heart Attack at Mataram City General Hospital in 2019-2020","authors":"S. Priyambodo, B. Rahmat, I Putu Arya Primananda, Kadek Adi Sagita Reka Baya","doi":"10.29303/jku.v10i4.645","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.645","url":null,"abstract":"Background: Acute coronary syndrome is a non-communicable disease whose prevalence is increasing every year. The impact after a heart attack is a decrease in the patient's quality of life. This study aims to determine the characteristics and factors associated with the quality of life of patients after a heart attack. \u0000Methods: This research is a quantitative study with a cross sectional design. The research sample was patients after a heart attack at the Mataram General Hospital in 2019-2020. Data on smoking characteristics and status were collected through forms using a structured questionnaire, while quality of life data was collected using the SF-36 questionnaire. \u0000Results: Characteristics of post-heart attack patients at Mataram General Hospital were male (86.7%), aged <60 years (60%), smoking status (40%), STEMI diagnosis (50%), and poor quality of life. (63.6%). No significant relationship was found between gender , age , type of diagnosis and smoking status with the patient 's quality of life . \u0000Conclusion: There are 63.6% of patients with poor quality of life. There is no significant relationship between gender, smoking status, age, type of diagnosis and quality of life. Patients with smoking status tend to have a poor quality of life in the domains of physical roles (91.7%) and emotional roles (83.3%). \u0000 ","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130067092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dewi Suryani, Devi Rahmadhona, Prima Belia Fathana, Indah Sapta Wardani, Ika Nurfiria Tauhida, Mohammad Rizki
Latar belakang: Sampel saliva sedang banyak diteliti sebagai alternatif sample klinis untuk deteksi SARS-CoV2 karena bersifat non invasif dan dapat dikerjakan sendiri oleh pasien. Meski demikian, dari penelitian sebelumnya diketahui terdapat keberagaman dalam metode pengumpulan sampel, penyimpanan dan metode laboratory assay antara satu peenlitian dengan penelitian yang lain. Mengingat metode pengambilan sampel saliva dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, maka tujuan dari kajian ini adalah untuk identifikasi variasi metode pengambilan sampel saliva dari penelitian sebelumnya dengan metode scoping review . Metode: Kajian literatur ini menggunakan pendekatan scoping review dengan menggunakan 3 database yaitu PubMed, Science Direct dan Google Scholar. Semua artikel terkait yang dipublikasi antara Januari 2020 sampai Maret 2021. Hasil: Sebanyak 22 artikel yang masuk dalam kriteria inklusi. Semua artikel yang dipilih membandingkan antara sampel saliva dengan sampel nasopharyng. Terdapat variasi metode pengambilan sampel saliva. Variasi tersebut antara lain adalah jenis saliva yang diambil, jenis wadah/konatiner, waktu pengambilan sampel, syarat sebelum pengambilan data, volume sampel saliva dan penggunaan media transport. Disamping itu diketahui bahwa tidak semua penelitian mencantumkan dengan lengkap kondisi pre analitik dalam metode pengambilan sampel saliva. Kesimpulan: Informasi yang lengkap terkait metode pengumpulan sampel saliva untuk deteksi SARS-COV2 diperlukan agar penelitian dapat diaplikasikan untuk penelitian selanjutnya (reproducibility) dan agar diketahui metode pengumpulan saliva yang dapat memberikan outcome yang optimal.
{"title":"Variation of Saliva Sampling Procedures in Detecting SARS-CoV2 with Real Time Polymerase Chain Reaction: A Scoping Review","authors":"Dewi Suryani, Devi Rahmadhona, Prima Belia Fathana, Indah Sapta Wardani, Ika Nurfiria Tauhida, Mohammad Rizki","doi":"10.29303/jku.v10i4.611","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.611","url":null,"abstract":"Latar belakang: Sampel saliva sedang banyak diteliti sebagai alternatif sample klinis untuk deteksi SARS-CoV2 karena bersifat non invasif dan dapat dikerjakan sendiri oleh pasien. Meski demikian, dari penelitian sebelumnya diketahui terdapat keberagaman dalam metode pengumpulan sampel, penyimpanan dan metode laboratory assay antara satu peenlitian dengan penelitian yang lain. Mengingat metode pengambilan sampel saliva dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, maka tujuan dari kajian ini adalah untuk identifikasi variasi metode pengambilan sampel saliva dari penelitian sebelumnya dengan metode scoping review . \u0000Metode: Kajian literatur ini menggunakan pendekatan scoping review dengan menggunakan 3 database yaitu PubMed, Science Direct dan Google Scholar. Semua artikel terkait yang dipublikasi antara Januari 2020 sampai Maret 2021. \u0000Hasil: Sebanyak 22 artikel yang masuk dalam kriteria inklusi. Semua artikel yang dipilih membandingkan antara sampel saliva dengan sampel nasopharyng. Terdapat variasi metode pengambilan sampel saliva. Variasi tersebut antara lain adalah jenis saliva yang diambil, jenis wadah/konatiner, waktu pengambilan sampel, syarat sebelum pengambilan data, volume sampel saliva dan penggunaan media transport. Disamping itu diketahui bahwa tidak semua penelitian mencantumkan dengan lengkap kondisi pre analitik dalam metode pengambilan sampel saliva. \u0000Kesimpulan: Informasi yang lengkap terkait metode pengumpulan sampel saliva untuk deteksi SARS-COV2 diperlukan agar penelitian dapat diaplikasikan untuk penelitian selanjutnya (reproducibility) dan agar diketahui metode pengumpulan saliva yang dapat memberikan outcome yang optimal.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131171569","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Qurrata’yuni Pratiwi, Eustachius Hagni Wardoyo, Eva Triani
Escherichia coli (E.coli) adalah salah satu jenis spesies bakteri Gram negatif yang merupakan flora normal pada saluran pencernaan. Namun, berpotensi dapat menjadi patogen apabila jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat. Terinfeksi E.coli dapat menimbulkan beragam penyakit radang usus seperti IBD, Crohn dan kolitis ulserativA. Beberapa studi menemukan bahwa probiotik dapat berperan sebagai agen pencegahan dan terapeutik untuk mengeradikasi bakteri patogen melalui penghambatan adhesi dan kolonisasi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi BAL dalam menghambat kolonisasi E.coli penghasil ESBL secara in-vivo pada mencit BALB/c. Hasil penelitian uji kolonisasi secara in vivo menunjukkan bahwa BAL memiliki aktivitas penghambatan kolonisasi yang baik terhadap E.coli penghasil ESBL yang ditunjukkan melalui penurunan jumlah koloni E.coli penghasil ESBL pada mencit BALB/c yang di induksi pelet dan CFS BAL.
{"title":"UJI AKTIVITAS ANTI KOLONISASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI KEFIR SUSU KAMBING TERHADAP BAKTERI Escherichia coli PENGHASIL Extended Spectrum Beta Lactamase PADA USUS MENCIT BALB/c","authors":"Qurrata’yuni Pratiwi, Eustachius Hagni Wardoyo, Eva Triani","doi":"10.29303/jku.v10i4.634","DOIUrl":"https://doi.org/10.29303/jku.v10i4.634","url":null,"abstract":"Escherichia coli (E.coli) adalah salah satu jenis spesies bakteri Gram negatif yang merupakan flora normal pada saluran pencernaan. Namun, berpotensi dapat menjadi patogen apabila jumlahnya dalam saluran pencernaan meningkat. Terinfeksi E.coli dapat menimbulkan beragam penyakit radang usus seperti IBD, Crohn dan kolitis ulserativA. Beberapa studi menemukan bahwa probiotik dapat berperan sebagai agen pencegahan dan terapeutik untuk mengeradikasi bakteri patogen melalui penghambatan adhesi dan kolonisasi. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi BAL dalam menghambat kolonisasi E.coli penghasil ESBL secara in-vivo pada mencit BALB/c. Hasil penelitian uji kolonisasi secara in vivo menunjukkan bahwa BAL memiliki aktivitas penghambatan kolonisasi yang baik terhadap E.coli penghasil ESBL yang ditunjukkan melalui penurunan jumlah koloni E.coli penghasil ESBL pada mencit BALB/c yang di induksi pelet dan CFS BAL.","PeriodicalId":135675,"journal":{"name":"Unram Medical Journal","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116784489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}