Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v2i1.11399
Wahyuni Ahmad
ABSTRAKManajemen pengelolaan obat adalah susunan kegiatan yang dilaksanakan secara optimal dan berhubungan dengan aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi serta pemusnahan obat agar kebenaran banyaknya juga macam pembekalan perawatan serta pengobatan dapat tercapai. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, masih terdapat masalah terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, dimana masih terdapat kekosongan dari ketersediaannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan logistik sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemusnahan di Instalasi Farmasi Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan desain pengamatan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana data primer diperoleh dari angket berdasarkan Petunjuk Teknis yang dikeluarkan oleh Kemenkes, dan data sekunder berasal dari penelusuran dokumen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada proses perencanaan dan penyimpanan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Kota Gorontalo belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes, sedangkan proses pengadaan, pendistribusian dan pemusnahan sudah sesuai dengan standar Kemenkes.Kata Kunci: Pengelolaan, Obat, IFKG ABSTRACTDrug management is a set of optimally conducted activities related to the aspects of drug planning, procurement, storing, distribution, and extermination. This was done to achieve the proper drug amount, types, supply, maintenance, and medication. Earlier observstion revealed problems in managing pharmaceutical stock and consumables, where some of the stocks are empty. This qualitative descriptive research focus on identifying pharmaceutical logistic stock and health supplies comprising drug planning, procurement, storing, distribution, and extermination in the pharmaceutical unit of Gorontalo. The primary data were obtained from questionnaires based on technical guidance by the health ministry while the secondary were obtained from related documents. Based on the findings, the pharmaceutical stock planning and storing process at the pharmacy unit did not meet the health ministry standards, which is opposite to the procurement, distribution, and extermination process.Keywords: Management, Medicine, IFKG
{"title":"Analisis Manajemen Pengelolaan Logistik Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Instalasi Farmasi Kota Gorontalo","authors":"Wahyuni Ahmad","doi":"10.37311/ijpe.v2i1.11399","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v2i1.11399","url":null,"abstract":" ABSTRAKManajemen pengelolaan obat adalah susunan kegiatan yang dilaksanakan secara optimal dan berhubungan dengan aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi serta pemusnahan obat agar kebenaran banyaknya juga macam pembekalan perawatan serta pengobatan dapat tercapai. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, masih terdapat masalah terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, dimana masih terdapat kekosongan dari ketersediaannya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan logistik sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pemusnahan di Instalasi Farmasi Kota Gorontalo. Penelitian ini menggunakan desain pengamatan deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana data primer diperoleh dari angket berdasarkan Petunjuk Teknis yang dikeluarkan oleh Kemenkes, dan data sekunder berasal dari penelusuran dokumen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada proses perencanaan dan penyimpanan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Kota Gorontalo belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes, sedangkan proses pengadaan, pendistribusian dan pemusnahan sudah sesuai dengan standar Kemenkes.Kata Kunci: Pengelolaan, Obat, IFKG ABSTRACTDrug management is a set of optimally conducted activities related to the aspects of drug planning, procurement, storing, distribution, and extermination. This was done to achieve the proper drug amount, types, supply, maintenance, and medication. Earlier observstion revealed problems in managing pharmaceutical stock and consumables, where some of the stocks are empty. This qualitative descriptive research focus on identifying pharmaceutical logistic stock and health supplies comprising drug planning, procurement, storing, distribution, and extermination in the pharmaceutical unit of Gorontalo. The primary data were obtained from questionnaires based on technical guidance by the health ministry while the secondary were obtained from related documents. Based on the findings, the pharmaceutical stock planning and storing process at the pharmacy unit did not meet the health ministry standards, which is opposite to the procurement, distribution, and extermination process.Keywords: Management, Medicine, IFKG","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116442674","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v1i1.10992
Intan Tengga
ABSTRAKPenyakit TB Paru disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosa, bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam atau Batang Tahan Asam (BTA). Cara penularan TB paru melalui kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling farmasi terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan TB Paru di Puskesmas Buladu Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan one group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel yakni purposive sampling dengan jumlah sampel 44 orang. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner dalam bentuk chek list dengan pertanyaan Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS). Sumber data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Hasil menunjukan bahwa kepatuhan sebelum diberikan konseling farmasi dengan kategori rendah sebanyak 44 orang (100 %) sedangkan kepatuhan sesudah diberikan konseling farmasi dengan kategori baik sebanyak 44 orang (100 %), terdapat pengaruh pemberian konseling sebelum dan sesudah konseling dengan nilai Pv = 0,00 (Pv 0,05).Kata Kunci: Kepatuhan, TBC, Puskesmas Buladu.ABSTRACTPulmonary TB is caused by microbacteria tuberculosis, the rod-shaped bacterium resistant to acid laso known as acid-fastness. One example of transmission is through the tuberculosis germs that enter the human body through breathing, it can spread from the lungs to other body parts through the circulatory system, respiratory tract, or spread directly to other parts of the body. The purpose of this study is to determine the effect of counseling pharmacy to patient compliance in treating Pulmonary tuberculosis at PuskesmasBuladu community health center in 2020. This research is a quasi-experimental with one group pretest-posttest design, using purposive sampling with a total sample of 44 people. The instrument used was a quasetionnaire sheet in the form of check list with questions from Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS), while the source of primary data were questionnaires. The findings showed that the compliance before being given counseling pharmacy in low category consisted of 44 people (100%), while the compliance after the counseling pharmacy in good category amounted to 44 people (100%). Simply put, there is a significant effect before and after counseling with the value of Pv = 0,00 (Pv 0,05).Keywords: Adherence, Tuberculosis, Puskesmas Buladu Community Health Center.
{"title":"Pengaruh konseling farmasi terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan TB paru dipuskesamas Buladu","authors":"Intan Tengga","doi":"10.37311/ijpe.v1i1.10992","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i1.10992","url":null,"abstract":"ABSTRAKPenyakit TB Paru disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosa, bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam atau Batang Tahan Asam (BTA). Cara penularan TB paru melalui kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh konseling farmasi terhadap kepatuhan pasien dalam pengobatan TB Paru di Puskesmas Buladu Tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan one group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel yakni purposive sampling dengan jumlah sampel 44 orang. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner dalam bentuk chek list dengan pertanyaan Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS). Sumber data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner. Hasil menunjukan bahwa kepatuhan sebelum diberikan konseling farmasi dengan kategori rendah sebanyak 44 orang (100 %) sedangkan kepatuhan sesudah diberikan konseling farmasi dengan kategori baik sebanyak 44 orang (100 %), terdapat pengaruh pemberian konseling sebelum dan sesudah konseling dengan nilai Pv = 0,00 (Pv 0,05).Kata Kunci: Kepatuhan, TBC, Puskesmas Buladu.ABSTRACTPulmonary TB is caused by microbacteria tuberculosis, the rod-shaped bacterium resistant to acid laso known as acid-fastness. One example of transmission is through the tuberculosis germs that enter the human body through breathing, it can spread from the lungs to other body parts through the circulatory system, respiratory tract, or spread directly to other parts of the body. The purpose of this study is to determine the effect of counseling pharmacy to patient compliance in treating Pulmonary tuberculosis at PuskesmasBuladu community health center in 2020. This research is a quasi-experimental with one group pretest-posttest design, using purposive sampling with a total sample of 44 people. The instrument used was a quasetionnaire sheet in the form of check list with questions from Morinsky Medication Adherence Scale (MMAS), while the source of primary data were questionnaires. The findings showed that the compliance before being given counseling pharmacy in low category consisted of 44 people (100%), while the compliance after the counseling pharmacy in good category amounted to 44 people (100%). Simply put, there is a significant effect before and after counseling with the value of Pv = 0,00 (Pv 0,05).Keywords: Adherence, Tuberculosis, Puskesmas Buladu Community Health Center.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114787711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v2i1.10980
Lesmiyati Bakululu, Teti Sutriyati Tuloli, Nur Rasdiana
Acute respiratory infections (ARI) is an infectioan that commonly occurs in human of any age however, children and infants are the most vulnerable and most exposed to ARI. The study aims to identify the utilization of drug therapy in patients with ARI, specifically those infants and children patients at Puskesmas Kota Tengah in 2019. it employs a descriptive research design where the obtained data are secondary data that are collected retrospectively besides, the data used in this study are medical prescription documents, including the patient’s name, age, type of drug used, and drug use patternThe finding discloses that drug therapy administered to 116 infants and children patients who suffer from ARI at Puskesmas Kota Tengah in 2019 reveals that the most widely used therapy is the expectorant group(Gliceryl Guaicolate) as many as 61 (62,2%), Antihistamine group (Chlorpheniramine maleate) with a frequency of 75 times (64,1%), Vitamin B Complex with a frequency of 69 times (55,2%), Antibiotik group (Amoxicillin) with a frequency 47 times (41%), Analgesic and Antipyretic group (Paracetamol) is the most widely prescribed with a prescription frequency of 65 times (55,7%). In addition, the parameter of right drug obtains frequency of 22 times with 94 times with the percentage of (81,0%) and incorrect drug obtains a frequncy of 22 times with a percentage of (19,0%), the parameter of right dose for 83 times with a percentage of (71,6%), and incorrect dose for 33 times with a percentage of (28,4%). At the same time, the right drug use pattern parameter involves the right dose, and the right drug obtains a frequency of 94 times with a percentage 0f 8 (81,0%) while the incorrect drug use pattern obtains a frequency 0f 22 times with a percentage 0f (19,0%)
急性呼吸道感染(ARI)是一种常见于任何年龄人群的传染病,但儿童和婴儿是最脆弱和最容易感染ARI的人群。该研究旨在确定2019年Puskesmas Kota Tengah的ARI患者,特别是婴儿和儿童患者的药物治疗使用情况。它采用描述性研究设计,所获得的数据为回顾性收集的二手数据,本研究中使用的数据为医疗处方文件,包括患者姓名,年龄,使用的药物类型,调查结果显示,2019年对普塞斯马·哥打登加医院116例急性呼吸道感染的婴幼儿患者进行药物治疗的结果显示,使用最多的药物是化痰组(甘水杨酸酯)多达61次(62,2%),抗组胺组(马来酸氯苯那敏)使用频率为75次(64,1%),维生素B复合物使用频率为69次(55,2%),抗生素组(阿莫西林)使用频率为47次(41%)。镇痛解热组(扑热息痛)是最广泛的处方组,处方频率为65次(55.7%)。此外,正确药物参数出现频率为22次,为94次,所占比例为(81.0%),错误药物参数出现频率为22次,所占比例为(19.0%),正确剂量参数出现频率为83次,所占比例为(71.6%),错误剂量参数出现频率为33次,所占比例为(28.4%)。同时,正确用药方式参数涉及到正确用药剂量,正确用药频率为94次,比例为81.0%;错误用药方式频率为22次,比例为19.0%。
{"title":"PROFIL TERAPI OBAT PADA PASIEN ISPA DI PUSKESMAS KOTA TENGAH TAHUN 2019","authors":"Lesmiyati Bakululu, Teti Sutriyati Tuloli, Nur Rasdiana","doi":"10.37311/ijpe.v2i1.10980","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v2i1.10980","url":null,"abstract":"Acute respiratory infections (ARI) is an infectioan that commonly occurs in human of any age however, children and infants are the most vulnerable and most exposed to ARI. The study aims to identify the utilization of drug therapy in patients with ARI, specifically those infants and children patients at Puskesmas Kota Tengah in 2019. it employs a descriptive research design where the obtained data are secondary data that are collected retrospectively besides, the data used in this study are medical prescription documents, including the patient’s name, age, type of drug used, and drug use patternThe finding discloses that drug therapy administered to 116 infants and children patients who suffer from ARI at Puskesmas Kota Tengah in 2019 reveals that the most widely used therapy is the expectorant group(Gliceryl Guaicolate) as many as 61 (62,2%), Antihistamine group (Chlorpheniramine maleate) with a frequency of 75 times (64,1%), Vitamin B Complex with a frequency of 69 times (55,2%), Antibiotik group (Amoxicillin) with a frequency 47 times (41%), Analgesic and Antipyretic group (Paracetamol) is the most widely prescribed with a prescription frequency of 65 times (55,7%). In addition, the parameter of right drug obtains frequency of 22 times with 94 times with the percentage of (81,0%) and incorrect drug obtains a frequncy of 22 times with a percentage of (19,0%), the parameter of right dose for 83 times with a percentage of (71,6%), and incorrect dose for 33 times with a percentage of (28,4%). At the same time, the right drug use pattern parameter involves the right dose, and the right drug obtains a frequency of 94 times with a percentage 0f 8 (81,0%) while the incorrect drug use pattern obtains a frequency 0f 22 times with a percentage 0f (19,0%)","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114281729","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v1i3.11776
Sintiya Basiru
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh mikroba diantaranya bakteri. Salah satu mikroorgansime yang sering menyebabkan penyakit infeksi yakni Streptococcus pneumonia dan Klabsiella pneumonia. Berdasarkan data empiris, tanaman yang memiliki potensi antimikroba yaitu daun kecubung (Datura metel L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan konsentrasi antibakteri daun kecubung (Datura metel L.) terhadap Streptococcus pneumonia dan Klabsiella pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang meliputi, uji aktivitas antibakteri, uji KHM, uji KBM dan uji potensi antibakteri. Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun kecubung (Datura metel L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumonia pada kosentrasi hambat minimum 15% dan kosentrasi optimum 50% dengan rata-rata 16,33 mm dan 19,30 mm sedangkan Klabsiella pneumonia kosentrasi hambat minimum 20% dan kosentrasi optimum 50% dengan rata-rata 13,82 mm dan rata-rata 17,73 mm. Hasil data One Way Anova (α 0,01) dengan tingkat kepercayaan 99%.Kata Kunci: Kecubung, S.pneumonia, K.pneumonia, Antibakteri
传染病是由微生物和细菌引起的疾病之一。一种常引起肺炎、链球菌和黑球菌肺炎等传染病的微生物。根据经验数据,一种具有抗菌素潜力的植物叫做紫藻叶。这项研究的目的是确定紫菌叶(Datura metel L.)对链球菌肺炎和Klabsiella肺炎的活动和抗菌浓度。本研究是一项实验研究,包括抗菌活性测试、KHM测试、KBM测试和潜在的抗菌试验。抗菌试验活动甲醇提取物的研究成果翡翠叶子紫水晶(Datura metel L .)能抑制细菌的生长链球菌、肺炎的关注等等平均最低15%和最佳关注50% 16.33毫米19,30毫米而Klabsiella肺炎关注拖住平均最低20%和50%最佳关注13.82毫米,平均17.73毫米。结果One Way Anova数据(α0,01)99%的信任度的。关键词:紫水晶,S.肺炎,K.肺炎,抗菌
{"title":"UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN KECUBUNG (Datura metel L.) TERHADAP BAKTERI Streptococcus pneumonia DAN Klabsiella pneumonia","authors":"Sintiya Basiru","doi":"10.37311/ijpe.v1i3.11776","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11776","url":null,"abstract":"Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh mikroba diantaranya bakteri. Salah satu mikroorgansime yang sering menyebabkan penyakit infeksi yakni Streptococcus pneumonia dan Klabsiella pneumonia. Berdasarkan data empiris, tanaman yang memiliki potensi antimikroba yaitu daun kecubung (Datura metel L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan konsentrasi antibakteri daun kecubung (Datura metel L.) terhadap Streptococcus pneumonia dan Klabsiella pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang meliputi, uji aktivitas antibakteri, uji KHM, uji KBM dan uji potensi antibakteri. Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun kecubung (Datura metel L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pneumonia pada kosentrasi hambat minimum 15% dan kosentrasi optimum 50% dengan rata-rata 16,33 mm dan 19,30 mm sedangkan Klabsiella pneumonia kosentrasi hambat minimum 20% dan kosentrasi optimum 50% dengan rata-rata 13,82 mm dan rata-rata 17,73 mm. Hasil data One Way Anova (α 0,01) dengan tingkat kepercayaan 99%.Kata Kunci: Kecubung, S.pneumonia, K.pneumonia, Antibakteri","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127702255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v1i3.11400
Wanda Gita Van Gobel, Robert Tungadi, Nurain Thomas
SNEDDS merupakan campuran isotropik antara minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang membentuk nanoemulsi secara spontan ketika kontak dengan cairan lambung sehingga meningkatkan kelarutan zat aktif. Salah satu zat aktif yang memiliki kelarutan rendah adalah astaxanthin. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan, mengkarakterisasi dan mengevaluasi SNEDDS Astaxanthin dalam bentuk sediaan larutan drops. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Drops liquid SNEDDS Astaxanthin yang dibuat dalam 3 formula dengan menggunakan perbandingan surfaktan dan ko-surfaktan yang dikarekterisasikan menghasilkan nilai transmitan F1 91% , F2 90% , dan F3 95%, dengan nilai ukuran partikel F1 183,75 nm dengan nilai PDI 0,272, F2 195,25 nm dengan nilai PDI 0,341, dan F3 105,75 nm dengan nilai PDI 0,392. Sehingga nilai efisien penjerapan F1 94,62%, F2 94,35%, dan F3 95,57%. Evaluasi sediaan menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada viskositas dan waktu emulsifikasi drop liquid SNEDDS Astaxanthin setelah melalui uji stabilitas selama 28 hari dengan menggunakan analisis data Paired T-Test (p0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa F3 dengan kosentrasi surfaktan 72% dan ko-surfaktan 18% adalah formula terbaik dalam membentuk SNEDDS. Dapat disimpulkan semakin tinggi kosentrasi surfaktan maka semakin besar kemampuannya untuk menurukan tegangan antar muka tetesan minyak sehingga memperoleh ukuran partikel yang kecil dan nilai efisiensi penjerpan yang tinggi.
{"title":"Formulasi, Karakterisasi, Dan Evaluasi Drops Liquid Self Nano-Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Astaxanthin","authors":"Wanda Gita Van Gobel, Robert Tungadi, Nurain Thomas","doi":"10.37311/ijpe.v1i3.11400","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11400","url":null,"abstract":"SNEDDS merupakan campuran isotropik antara minyak, surfaktan, dan ko-surfaktan yang membentuk nanoemulsi secara spontan ketika kontak dengan cairan lambung sehingga meningkatkan kelarutan zat aktif. Salah satu zat aktif yang memiliki kelarutan rendah adalah astaxanthin. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan, mengkarakterisasi dan mengevaluasi SNEDDS Astaxanthin dalam bentuk sediaan larutan drops. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Drops liquid SNEDDS Astaxanthin yang dibuat dalam 3 formula dengan menggunakan perbandingan surfaktan dan ko-surfaktan yang dikarekterisasikan menghasilkan nilai transmitan F1 91% , F2 90% , dan F3 95%, dengan nilai ukuran partikel F1 183,75 nm dengan nilai PDI 0,272, F2 195,25 nm dengan nilai PDI 0,341, dan F3 105,75 nm dengan nilai PDI 0,392. Sehingga nilai efisien penjerapan F1 94,62%, F2 94,35%, dan F3 95,57%. Evaluasi sediaan menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada viskositas dan waktu emulsifikasi drop liquid SNEDDS Astaxanthin setelah melalui uji stabilitas selama 28 hari dengan menggunakan analisis data Paired T-Test (p0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa F3 dengan kosentrasi surfaktan 72% dan ko-surfaktan 18% adalah formula terbaik dalam membentuk SNEDDS. Dapat disimpulkan semakin tinggi kosentrasi surfaktan maka semakin besar kemampuannya untuk menurukan tegangan antar muka tetesan minyak sehingga memperoleh ukuran partikel yang kecil dan nilai efisiensi penjerpan yang tinggi.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131619548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-03DOI: 10.37311/ijpe.v1i3.11370
Ana Ana Diantika, Madania Madania S.Farm., M.Sc., Apt, Dr Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik ditandai hiperglikemia yang terjadi karena resistensi insulin dan kegagalan relatif sel beta. Bervariasinya penggunaan terapi kombinasi insulin atau kombinasi antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2dengan glukosa darah yang belum adekuat akan mengakibatkan adanya berbedaan dalam biaya dan efektivitas terapinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020. Subyek penelitian adalah 45 pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi. Data dianalisis untuk mengetahui jenis terapi dan biaya medis langsung. Efektivitas terapi dinilai dari tercapainya target (GDS 110-130 mg/dL) selama 3 bulan pasien melakukan kontrol kesehatan tidak munculnya efek samping obat (hipoglikemia). Data diolah menggunakan ACER dan ICER. Hasil Penelitian menunjukkan jumlah pasien DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 26 orang dengan persentase 57,8%, berdasarkan usia pada kelompok 44-52 tahun yaitu 18 oang dengan persentase 40%. Efektivitas pengobatan kombinasi metformin-glimepiride 51,6%, dan kombinasi insulin aspart-insulin detemir 93%. Berdasarkan nilai ACER yang paling cost effective adalah kombinasi metformin-glimepiride dengan nilai ACER sebesar Rp 101.082,364 per % efektivitas.
{"title":"ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PERBANDINGAN KOMBINASI METFORMIN-GLIMEPIRIDE DAN INSULIN ASPART-INSULIN DETEMIR PASIEN RAWAT JALAN PESERTA BPJS PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD TOTO KABILA","authors":"Ana Ana Diantika, Madania Madania S.Farm., M.Sc., Apt, Dr Nur Rasdianah S.Si., M.Si., Apt","doi":"10.37311/ijpe.v1i3.11370","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11370","url":null,"abstract":"Diabetes Melitus tipe 2 merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik ditandai hiperglikemia yang terjadi karena resistensi insulin dan kegagalan relatif sel beta. Bervariasinya penggunaan terapi kombinasi insulin atau kombinasi antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2dengan glukosa darah yang belum adekuat akan mengakibatkan adanya berbedaan dalam biaya dan efektivitas terapinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2020. Subyek penelitian adalah 45 pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi. Data dianalisis untuk mengetahui jenis terapi dan biaya medis langsung. Efektivitas terapi dinilai dari tercapainya target (GDS 110-130 mg/dL) selama 3 bulan pasien melakukan kontrol kesehatan tidak munculnya efek samping obat (hipoglikemia). Data diolah menggunakan ACER dan ICER. Hasil Penelitian menunjukkan jumlah pasien DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 26 orang dengan persentase 57,8%, berdasarkan usia pada kelompok 44-52 tahun yaitu 18 oang dengan persentase 40%. Efektivitas pengobatan kombinasi metformin-glimepiride 51,6%, dan kombinasi insulin aspart-insulin detemir 93%. Berdasarkan nilai ACER yang paling cost effective adalah kombinasi metformin-glimepiride dengan nilai ACER sebesar Rp 101.082,364 per % efektivitas.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122320489","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-29DOI: 10.37311/ijpe.v2i1.11725
Fujiana Abd Karim, Robert Tungadi, Nur Ain Thomas
Moringa leaf potentially has a high antioxidant becouse it contains secondary metabolite, one of which is quercetin. Therefore, to avoid harmful chemicals in the synthesis of silver nanoparticles, it is made by using a bio reductant of Moringa leaf extract. This study aims to know the optimal temperature in the formation of silver nanoparticles, to characterize the nanoparticle, and to rest the antioxidant AgNPs of Moringa leaf by using the DPPH method. This is a laboratory experimental study. The synthesis of nanoparticles uses a concentration of 0,4% Moringa leaf extract, which is reacted to AgNO3 with a concentration of 1 mM in a ratio of 1:9 at various temperatures of 60oC, 70oC, and 80oC for 30 minutes. The formed nanoparticles are characterized by using UV-VIS spectrophotometry and showing the optimum temperature for nanoparticles formation, which is 80oC. It is then continued to characterize using PSA and showing the average size of nanoparticles at a temperature of 80oC, which is 82,9 nm with a PDI value of 0,225. The result of the calculation of IC50 AgNPs shows that Moringa leaf obtains a value of 61.78 ppm, which is included in the strong category, meanwhile the thick extract of Moringa leaf without the addition of silver nanoparticles obtain a value of 124.41 ppm, which is included in the weak category.
{"title":"BIOSINTESIS NANOPARTIKEL PERAK EKSTRAK ETANOL 96% DAUN KELOR (Moringa oleifera) DAN UJI AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIOKSIDAN","authors":"Fujiana Abd Karim, Robert Tungadi, Nur Ain Thomas","doi":"10.37311/ijpe.v2i1.11725","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v2i1.11725","url":null,"abstract":"Moringa leaf potentially has a high antioxidant becouse it contains secondary metabolite, one of which is quercetin. Therefore, to avoid harmful chemicals in the synthesis of silver nanoparticles, it is made by using a bio reductant of Moringa leaf extract. This study aims to know the optimal temperature in the formation of silver nanoparticles, to characterize the nanoparticle, and to rest the antioxidant AgNPs of Moringa leaf by using the DPPH method. This is a laboratory experimental study. The synthesis of nanoparticles uses a concentration of 0,4% Moringa leaf extract, which is reacted to AgNO3 with a concentration of 1 mM in a ratio of 1:9 at various temperatures of 60oC, 70oC, and 80oC for 30 minutes. The formed nanoparticles are characterized by using UV-VIS spectrophotometry and showing the optimum temperature for nanoparticles formation, which is 80oC. It is then continued to characterize using PSA and showing the average size of nanoparticles at a temperature of 80oC, which is 82,9 nm with a PDI value of 0,225. The result of the calculation of IC50 AgNPs shows that Moringa leaf obtains a value of 61.78 ppm, which is included in the strong category, meanwhile the thick extract of Moringa leaf without the addition of silver nanoparticles obtain a value of 124.41 ppm, which is included in the weak category.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"105 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124837651","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-29DOI: 10.37311/ijpe.v2i1.11781
Viviane Annisa
Regulasi GLP (Good Laboratory Practice) mengatur tentang cara bekerja pada laboratorium, pelatihan personel, standar operasional prosedur, software untuk pencatatan data, dokumentasi, dsb. Tujuan utama dari prinsip GLP adalah mengembangkan kualitas dari data pengujian sehingga tiap negara tersebut dapat menghasilkan data pengujian yang andal, menghindari pengujian berulang, serta menghemat waktu. Anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) sebanyak 29 negara di seluruh dunia, mencakup Asia-Pasifik, Amerika, serta Eropa. Patuh terhadap GLP dapat meniadakan barier perdagangan antar negara anggota. Prinsip GLP yang diaplikasikan di Uni Eropa sejalan dengan OECD, yakni untuk meningkatkan kualitas data pengujian yang valid. Anggota negara Uni Eropa adalah sebanyak 27 negara. Uni Eropa mengadopsi peraturan GLP pada tahun 1987. Amandemen terkait GLP dilakukan mengikuti OECD pada tahun 1999. Peraturan perundangan Uni Eropa tentang GLP ‘Directive 2004/9/EC’ kemudian menggantikan ‘Directive 88/320/EEC’ menjelaskan tentang tanggungjawab yang diberikan kepada anggota negara Uni Eropa untuk menetapkan otoritas inspeksi GLP pada masing-masing wilayah dan persyaratan Mutual Acceptance of Data (MAD). Pengujian non-klinik pada produk obat sesuai dengan ketentuan GLP mengacu pada OECD serta peraturan perundangan Uni Eropa yang terdiri dari ‘Directive 2004/10/EC’ dan ‘Directive 2004/9/EC’. Meskipun Inggris sudah keluar dari Uni Eropa, namun Mutual Acceptance of Data (MAD) tetap berlaku pada Inggris terhadap negara Eropa lainnya yang sama-sama anggota dari OECD. Otoritas terhadap inspeksi serta audit studi diserahkan pada negara masing-masing anggota.
{"title":"Good Laboratory Practice (GLP) in The European Union","authors":"Viviane Annisa","doi":"10.37311/ijpe.v2i1.11781","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v2i1.11781","url":null,"abstract":"Regulasi GLP (Good Laboratory Practice) mengatur tentang cara bekerja pada laboratorium, pelatihan personel, standar operasional prosedur, software untuk pencatatan data, dokumentasi, dsb. Tujuan utama dari prinsip GLP adalah mengembangkan kualitas dari data pengujian sehingga tiap negara tersebut dapat menghasilkan data pengujian yang andal, menghindari pengujian berulang, serta menghemat waktu. Anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) sebanyak 29 negara di seluruh dunia, mencakup Asia-Pasifik, Amerika, serta Eropa. Patuh terhadap GLP dapat meniadakan barier perdagangan antar negara anggota. Prinsip GLP yang diaplikasikan di Uni Eropa sejalan dengan OECD, yakni untuk meningkatkan kualitas data pengujian yang valid. Anggota negara Uni Eropa adalah sebanyak 27 negara. Uni Eropa mengadopsi peraturan GLP pada tahun 1987. Amandemen terkait GLP dilakukan mengikuti OECD pada tahun 1999. Peraturan perundangan Uni Eropa tentang GLP ‘Directive 2004/9/EC’ kemudian menggantikan ‘Directive 88/320/EEC’ menjelaskan tentang tanggungjawab yang diberikan kepada anggota negara Uni Eropa untuk menetapkan otoritas inspeksi GLP pada masing-masing wilayah dan persyaratan Mutual Acceptance of Data (MAD). Pengujian non-klinik pada produk obat sesuai dengan ketentuan GLP mengacu pada OECD serta peraturan perundangan Uni Eropa yang terdiri dari ‘Directive 2004/10/EC’ dan ‘Directive 2004/9/EC’. Meskipun Inggris sudah keluar dari Uni Eropa, namun Mutual Acceptance of Data (MAD) tetap berlaku pada Inggris terhadap negara Eropa lainnya yang sama-sama anggota dari OECD. Otoritas terhadap inspeksi serta audit studi diserahkan pada negara masing-masing anggota.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"155 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132380880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih dari 140 mmHg dan 90 mmHg. Penelitian farmakoekonomi merupakan proses identifikasi, pengukuran dan perbandingan biaya, akibat dan keuntungan suatu program pelayanan dan terapi, serta menentukan pilihan mana yang memberikan outcomes kesehatan terbaik untuk sumber yang diinvestasikan. Analisis yang digunakan adalah Analisis Efektivitas Biaya untuk menentukan rekomendasi terapi terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antihipertensi Amlodipin dibandingkan Candesartan, biaya terapi yang dikeluarkan pasien, dan antihipertensi yang paling efektiv biaya. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik secara retrospektif, subyek penelitian adalah pasien hipertensi yang menggunakan terapi Amlodipin dan Candesartan sebanyak 46 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Data diolah menggunakan ACER dan ICER. Hasil Penelitian menunjukkan jumlah pasien hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 27 orang dengan persentase 58,7%, berdasarkan usia pada kelompok 51-60 tahun pada perempuan yaitu 14 orang dengan persentase 51,9%. Efektivitas pengobatan Amlodipin 86,36%, dan Candesartan 75%. Berdasarkan nilai ACER yang paling cost effective adalah Candesartan dengan nilai ACER sebesar Rp 2.113,58 per % efektivitas.
{"title":"ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI AMLODIPIN DIBANDINGKAN DENGAN CANDESARTAN PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD TOTO KABILA","authors":"Madania Madania, Teti sutriyati Tuloli, Asnia Asnia Bangol","doi":"10.37311/ijpe.v1i3.11368","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11368","url":null,"abstract":"Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih dari 140 mmHg dan 90 mmHg. Penelitian farmakoekonomi merupakan proses identifikasi, pengukuran dan perbandingan biaya, akibat dan keuntungan suatu program pelayanan dan terapi, serta menentukan pilihan mana yang memberikan outcomes kesehatan terbaik untuk sumber yang diinvestasikan. Analisis yang digunakan adalah Analisis Efektivitas Biaya untuk menentukan rekomendasi terapi terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antihipertensi Amlodipin dibandingkan Candesartan, biaya terapi yang dikeluarkan pasien, dan antihipertensi yang paling efektiv biaya. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik secara retrospektif, subyek penelitian adalah pasien hipertensi yang menggunakan terapi Amlodipin dan Candesartan sebanyak 46 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Data diolah menggunakan ACER dan ICER. Hasil Penelitian menunjukkan jumlah pasien hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu 27 orang dengan persentase 58,7%, berdasarkan usia pada kelompok 51-60 tahun pada perempuan yaitu 14 orang dengan persentase 51,9%. Efektivitas pengobatan Amlodipin 86,36%, dan Candesartan 75%. Berdasarkan nilai ACER yang paling cost effective adalah Candesartan dengan nilai ACER sebesar Rp 2.113,58 per % efektivitas.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124561231","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-29DOI: 10.37311/ijpe.v1i3.11140
Niluh Sri Purnama, Hamsidar Hasan, Mahdalena Sy Pakaya
Nangka (Artocarpus heterophylla L) adalah tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Hampir seluruh bagian pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dimana senyawa flavonoid terprenilasi merupakan metabolit sekunder utama yang terdapat dalam genus Artocarpus. Di Indonesia penggunaan obat herbal masih bersifat tidak terukur baik dari segi takaran, maupun proses penyiapannya. Sehingga perlu dilakukan standarisasi hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi serta keseragaman dari bahan obat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter standarisasi spesifik dan non spesifik serta menentukan kadar flavonoid total ekstrak etil asetat kulit batang nangka. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Hasil penelitian mengenai parameter organoleptik dari ekstrak etil asetat kulit batang nangka yaitu berwarna merah kehitaman, bau khas, rasa pahit sepat dengan tekstur kental. Simplisia kulit batang nangka memiliki tiga lapisan warna yaitu abu-abu kehijauan dengan bercak putih, lapisan orange dan lapisan coklat muda dengan permukaan tidak rata dan tebal kulit batang kurang lebih 1 cm, serbuk simplisia kulit batang nangka memiliki fragmen kristal oksalat bentuk prisma, serabut, jaringan gabus hablur, dan parenkim dengan amilum. Ekstrak etil asetat mengandung senyawa flavonoid, dan alkaloid. Dan parameter non spesifik ekstrak etil asetat kulit batang nangka yaitu kadar air 16,97%, susut pengeringan 10,48%, kadar abu 9,78%, kadar abu tidak larut asam 1,58% dan bobot jenis 0,912. Dengan kadar flavonoid ekstrak etil asetat adalah 28,1025 µg/mL.
{"title":"STANDARISASI DAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG NANGKA (Artocapus heterophylus L)","authors":"Niluh Sri Purnama, Hamsidar Hasan, Mahdalena Sy Pakaya","doi":"10.37311/ijpe.v1i3.11140","DOIUrl":"https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i3.11140","url":null,"abstract":"Nangka (Artocarpus heterophylla L) adalah tumbuhan yang banyak terdapat di Indonesia. Hampir seluruh bagian pohon nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal dimana senyawa flavonoid terprenilasi merupakan metabolit sekunder utama yang terdapat dalam genus Artocarpus. Di Indonesia penggunaan obat herbal masih bersifat tidak terukur baik dari segi takaran, maupun proses penyiapannya. Sehingga perlu dilakukan standarisasi hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi serta keseragaman dari bahan obat herbal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan parameter standarisasi spesifik dan non spesifik serta menentukan kadar flavonoid total ekstrak etil asetat kulit batang nangka. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Hasil penelitian mengenai parameter organoleptik dari ekstrak etil asetat kulit batang nangka yaitu berwarna merah kehitaman, bau khas, rasa pahit sepat dengan tekstur kental. Simplisia kulit batang nangka memiliki tiga lapisan warna yaitu abu-abu kehijauan dengan bercak putih, lapisan orange dan lapisan coklat muda dengan permukaan tidak rata dan tebal kulit batang kurang lebih 1 cm, serbuk simplisia kulit batang nangka memiliki fragmen kristal oksalat bentuk prisma, serabut, jaringan gabus hablur, dan parenkim dengan amilum. Ekstrak etil asetat mengandung senyawa flavonoid, dan alkaloid. Dan parameter non spesifik ekstrak etil asetat kulit batang nangka yaitu kadar air 16,97%, susut pengeringan 10,48%, kadar abu 9,78%, kadar abu tidak larut asam 1,58% dan bobot jenis 0,912. Dengan kadar flavonoid ekstrak etil asetat adalah 28,1025 µg/mL.","PeriodicalId":249696,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Pharmaceutical Education","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121004853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}