Pub Date : 2019-07-26DOI: 10.22435/hsji.v10i1.1044
A. Laksono, Santi Dwiningsih
Latar Belakang: Prostitusi yang muncul bersamaan dengan industri besar menimbulkan masalah kesehatan, masalah sosial ekonomi, dan budaya. Artikel ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berkaitan dengan praktik prostitusi di Benjina dan mengeksplorasi potensi untuk mengendalikan dampak penyakit penularan melalui hubungan seks. Metode: Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan etnografi. Wawancara mendalam dan observasi partisipatif dilakukan terhadap 30 informan yang terkait langsung dengan praktik prostitusi di Benjina. Hasil: Tidak ditemukan lokalisasi di Benjina. Praktik pelacuran ditemukan sebagai hal yang biasa di tempat yang disebut rumah karaoke yang menyediakan peralatan menyanyi sederhana, minuman keras, dan layanan seksual. Ada 46 pekerja seks perempuan yang bekerja di 12 rumah karaoke. Faktor ekonomi ditemukan sebagai faktor dominan yang mendorong para pelaku pelacuran, di samping balas dendam. Ada beberapa kendala dalam menggunakan kondom dalam praktik pelacuran ini. Di antara mereka adalah bentuk fisiologi penis yang mengalami modifikasi, dan hubungan pekerja seks khusus dengan kekasih mereka. Ada potensi Sasi yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit penularan melalui hubungan seks. Kesimpulan: Sasi sebagai hukum adat berpotensi menjadi hukum positif untuk menerapkan kondomisasi secara keseluruhan di Benjina. Kata kunci: Penyakit menular seksual, pelacuran, hukum adat, Sasi, adat istiadat. Abstract Background: Prostitution that appears together with massive industry raises health problems, socioeconomic problems, and culture. This article was intended to explore factors related to prostitution practices in Benjina and explore the potential for controlling the impact of sex transmission disease. Methods: This qualitative study was carried out with an ethnographic approach. In-depth interviews and participatory observation were carried out on 30 informants who were directly related to the practice of prostitution in Benjina. Results: No localization was found at Benjina. The practice of prostitution was found to be commonplace in a place called karaoke houses that provided simple singing equipment, liquor, and sexual services. There were 46 female sex workers who worked in 12 karaoke houses. Economic factors were found to be the dominant factor driving the perpetrators of prostitution, in addition to revenge. There are some obstacles to using condoms in this practice. Among them were the forms of penile physiology that experience modification, and the relationship of special sex workers with their lovers. There was a Sasi potential that can be used as an effort to control sex transmission disease. Conclusion: Sasi as a customary law has the potential to be a positive law to implement condomization as a whole in Benjina. Keywords: sexually transmitted disease, prostitution, customary law, Sasi, traditional customs.
{"title":"How to control the sexually transmitted diseases in Benjina?: qualitative studies on the practice of prostitution","authors":"A. Laksono, Santi Dwiningsih","doi":"10.22435/hsji.v10i1.1044","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v10i1.1044","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Prostitusi yang muncul bersamaan dengan industri besar menimbulkan masalah kesehatan, masalah sosial ekonomi, dan budaya. Artikel ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang berkaitan dengan praktik prostitusi di Benjina dan mengeksplorasi potensi untuk mengendalikan dampak penyakit penularan melalui hubungan seks. \u0000Metode: Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan etnografi. Wawancara mendalam dan observasi partisipatif dilakukan terhadap 30 informan yang terkait langsung dengan praktik prostitusi di Benjina. \u0000Hasil: Tidak ditemukan lokalisasi di Benjina. Praktik pelacuran ditemukan sebagai hal yang biasa di tempat yang disebut rumah karaoke yang menyediakan peralatan menyanyi sederhana, minuman keras, dan layanan seksual. Ada 46 pekerja seks perempuan yang bekerja di 12 rumah karaoke. Faktor ekonomi ditemukan sebagai faktor dominan yang mendorong para pelaku pelacuran, di samping balas dendam. Ada beberapa kendala dalam menggunakan kondom dalam praktik pelacuran ini. Di antara mereka adalah bentuk fisiologi penis yang mengalami modifikasi, dan hubungan pekerja seks khusus dengan kekasih mereka. Ada potensi Sasi yang dapat digunakan sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit penularan melalui hubungan seks. \u0000Kesimpulan: Sasi sebagai hukum adat berpotensi menjadi hukum positif untuk menerapkan kondomisasi secara keseluruhan di Benjina. \u0000Kata kunci: Penyakit menular seksual, pelacuran, hukum adat, Sasi, adat istiadat. \u0000 \u0000Abstract \u0000Background: Prostitution that appears together with massive industry raises health problems, socioeconomic problems, and culture. This article was intended to explore factors related to prostitution practices in Benjina and explore the potential for controlling the impact of sex transmission disease. \u0000Methods: This qualitative study was carried out with an ethnographic approach. In-depth interviews and participatory observation were carried out on 30 informants who were directly related to the practice of prostitution in Benjina. \u0000Results: No localization was found at Benjina. The practice of prostitution was found to be commonplace in a place called karaoke houses that provided simple singing equipment, liquor, and sexual services. There were 46 female sex workers who worked in 12 karaoke houses. Economic factors were found to be the dominant factor driving the perpetrators of prostitution, in addition to revenge. There are some obstacles to using condoms in this practice. Among them were the forms of penile physiology that experience modification, and the relationship of special sex workers with their lovers. There was a Sasi potential that can be used as an effort to control sex transmission disease. \u0000Conclusion: Sasi as a customary law has the potential to be a positive law to implement condomization as a whole in Benjina. \u0000Keywords: sexually transmitted disease, prostitution, customary law, Sasi, traditional customs.","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47819876","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-26DOI: 10.22435/HSJI.V10I1.1845
Cicih Opitasari, N. Nurhayati
Latar belakang: Keterlambatan dan ketidaklengkapan pengajuan klaim menyebabkan keterlambatan pembayaran klaim yang akan berdampak pada arus kas rumah sakit (RS). Artikel ini bertujuan untuk menilai pengajuan dan pengembalian klaim pada pelayanan rawat inap pasien BPJS. Metode: Penelitian potong lintang dengan desain studi kasus. Sumber data menggunakan data pengajuan dan pengembalian klaim rawat inap pasien BPJS periode Januari-Juni 2017. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil: Frekuensi pengajuan klaim rawat inap terbanyak 17 kali dan terendah 13 kali dalam sebulan, yang berarti RS mengajukan klaim ke BPJS hampir setiap 2-3 hari sekali.Dari 11,945 berkas klaim, sebanyak 3,013 (25,2%) berkas klaim dikembalikan ke RS oleh BPJS. Nilai klaim yang diajukan untuk 11,945 berkas adalah Rp. 146,967,494,700, sedangkan nilai klaim dari berkas yang dikembalikan sebesar Rp. 45,150,888,100-. Alasan berkas dikembaliakn antara lain masalah administrasi, ketidaklengkapan resume medis, pemeriksaan penunjang, konfirmasi koding, tidak layak, pinjam status, dan TXT yang tidak terbaca. Penyebab paling banyak berkas dikembalikan adalah konfirmasi koding (42,4%) dan ketidaklengkapan resume medis (30,3%). Kesimpulan: Tampaknya RS tidak pernah mengalami keterlambatan dalam pengajuan klaim, namun berkas klaim yang dikembalikan BPJS masih banyak, yang utamanya disebabkan oleh permasalahan koding dan ketidaklengkapan resume medis. Kata kunci: Penilaian, klaim, pengajuan, pengembalian. Abstract Background: Incomplete and late claim submission may result in the delay of claim payment. The impact of late payment will certainly disrupt the cash flow of the hospital. This study aims to evaluate the claim submission and returning for BPJS inpatient services. Methods: This was cross sectional study with a case study design approach. The source of data used was submission and returned claim data from hospital financing department during the period of January to June 2017. The data were analyzed descriptively. Results: The highest frequency for inpatients claim submission was 17 times and the lowest was 13 times. The hospital submit the claim file almost every 2-3 days. Of the 11.945 inpatient claims, as many as 3.013 claim files were returned by BPJS. The total claim amounts of 11,945 files was Rp. 146.967.494.700,- and, the total amount of returned claim was Rp. 45.150.888.100,-. The reasons of claim returned including administrative completeness, incomplete summary discharge , confirmation of coding, inappropriate files, unreadable TXT in BPJS application and supporting examination. The most common causes of claim files returned was confirmation of coding (42.4%) and incompleteness of discharge summary (30.3%). Conclusion: The hospital was never late in submitting claim documents but the claim returned by BPJS were still high. The most common causes of claim returned to the hospital was coding confirmation and incompleteness of discharge summary. Keywords: Eval
{"title":"Evaluation of claim submission and returning for BPJS inpatient services: a case study of hospital X in 2017","authors":"Cicih Opitasari, N. Nurhayati","doi":"10.22435/HSJI.V10I1.1845","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V10I1.1845","url":null,"abstract":"Latar belakang: Keterlambatan dan ketidaklengkapan pengajuan klaim menyebabkan keterlambatan pembayaran klaim yang akan berdampak pada arus kas rumah sakit (RS). Artikel ini bertujuan untuk menilai pengajuan dan pengembalian klaim pada pelayanan rawat inap pasien BPJS. \u0000Metode: Penelitian potong lintang dengan desain studi kasus. Sumber data menggunakan data pengajuan dan pengembalian klaim rawat inap pasien BPJS periode Januari-Juni 2017. Data dianalisis secara deskriptif. \u0000Hasil: Frekuensi pengajuan klaim rawat inap terbanyak 17 kali dan terendah 13 kali dalam sebulan, yang berarti RS mengajukan klaim ke BPJS hampir setiap 2-3 hari sekali.Dari 11,945 berkas klaim, sebanyak 3,013 (25,2%) berkas klaim dikembalikan ke RS oleh BPJS. Nilai klaim yang diajukan untuk 11,945 berkas adalah Rp. 146,967,494,700, sedangkan nilai klaim dari berkas yang dikembalikan sebesar Rp. 45,150,888,100-. Alasan berkas dikembaliakn antara lain masalah administrasi, ketidaklengkapan resume medis, pemeriksaan penunjang, konfirmasi koding, tidak layak, pinjam status, dan TXT yang tidak terbaca. Penyebab paling banyak berkas dikembalikan adalah konfirmasi koding (42,4%) dan ketidaklengkapan resume medis (30,3%). \u0000Kesimpulan: Tampaknya RS tidak pernah mengalami keterlambatan dalam pengajuan klaim, namun berkas klaim yang dikembalikan BPJS masih banyak, yang utamanya disebabkan oleh permasalahan koding dan ketidaklengkapan resume medis. \u0000Kata kunci: Penilaian, klaim, pengajuan, pengembalian. \u0000 \u0000Abstract \u0000 \u0000Background: Incomplete and late claim submission may result in the delay of claim payment. The impact of late payment will certainly disrupt the cash flow of the hospital. This study aims to evaluate the claim submission and returning for BPJS inpatient services. \u0000Methods: This was cross sectional study with a case study design approach. The source of data used was submission and returned claim data from hospital financing department during the period of January to June 2017. The data were analyzed descriptively. \u0000Results: The highest frequency for inpatients claim submission was 17 times and the lowest was 13 times. The hospital submit the claim file almost every 2-3 days. Of the 11.945 inpatient claims, as many as 3.013 claim files were returned by BPJS. The total claim amounts of 11,945 files was Rp. 146.967.494.700,- and, the total amount of returned claim was Rp. 45.150.888.100,-. The reasons of claim returned including administrative completeness, incomplete summary discharge , confirmation of coding, inappropriate files, unreadable TXT in BPJS application and supporting examination. The most common causes of claim files returned was confirmation of coding (42.4%) and incompleteness of discharge summary (30.3%). \u0000Conclusion: The hospital was never late in submitting claim documents but the claim returned by BPJS were still high. The most common causes of claim returned to the hospital was coding confirmation and incompleteness of discharge summary. \u0000Keywords: Eval","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41620128","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.22435/hsji.v10i1.1957
M. Sahid
Latar belakang: Berdasarkan data WHO pada tahun 2011 menunjukkan 1 dari 10 anak di dunia mengalami obesitas (WHO, 2011). Data status gizi pada anak usia 5-12 tahun di DKI Jakarta menunjukkan underweight 14,0% dan overweight 6,8%. Data secara spesifik untuk wilayah Jakarta Selatan adalah underweight 7,4% dan overweight 7,3%. Permasalahan gizi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Tujuan dari penelitian: mengetahui pengaruh status gizi terhadap prestasi akademik siswa kelas 1-3 sekolah dasar. Metode: desain yang digunakan adalah cohort restrospective dengan melihat hubungan antara hasil School Wide Assessment (SWA) dengan status gizi anak pada 9 bulan sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1-3 sekolah dasar di Sekolah HighScope Indonesia dengan total sampling yaitu berjumlah 480 anak. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel status gizi terhadap prestasi akademik 6:29 RR (95% CI 3,82-10,35). Dalam analisis regresi cox menunjukkan status gizi yang baik memiliki RR pada 3,17 (95% CI 2,404 hingga 4,204) dan signifikan pada nilai p-value 0,000. Artinya, siswa yang memiliki kelebihan berat badan memiliki risiko kinerja akademik yang buruk. Sedangkan variabel lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan risiko memiliki kinerja akademik yang buruk. Pada model akhir analisis regresi cox pada variabel status gizi pada prestasi juga menunjukkan nilai RR sebesar 3,09 (95% CI 2,365 hingga 4,053) p-value 0,000. Kesimpulan: Anak-anak dengan kelebihan berat badan berisiko untuk memiliki prestasi akademik yang buruk sebesar 6.3 kali. Kata kunci: Status gizi, prestasi belajar, faktor risiko, cohort retrospective Abstract Background: Based on WHO data in 2011, 1 in 10 children in the world are obese (WHO, 2011). Nutritional status data in children aged 5-12 years in DKI Jakarta shows 14.0% underweight and overweight 6.8%. Data specifically for the South Jakarta region is 7.4% underweight and 7.3% overweight. Nutritional problems are one of the important factors that influence student academic achievement. The purpose of the study: to determine the effect of nutritional status on academic achievement of students in grades 1-3 in elementary school. Methods: the design used was a retrospective cohort by looking at the relationship between the School Wide Assessment (SWA) score and the nutritional status of children in the previous 9 months. The population in this study were students in grades 1-3 at HighScope Indonesia School with a total sampling of 480 children. Results: The results of this study indicate that there is a significant relationship between variables of nutritional status on academic achievement 6:29 RR (95% CI 3.82-10.35). In the cox regression analysis showed good nutritional status had RR at 3.17 (95% CI 2.404 to 4.204) and was significant at p-value 0.000. While other variables indicate that there
{"title":"Correlation of overweight and academic achievement at grade 1-3 pupil at school of highscope Indonesia 2018","authors":"M. Sahid","doi":"10.22435/hsji.v10i1.1957","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v10i1.1957","url":null,"abstract":"Latar belakang: Berdasarkan data WHO pada tahun 2011 menunjukkan 1 dari 10 anak di dunia mengalami obesitas (WHO, 2011). Data status gizi pada anak usia 5-12 tahun di DKI Jakarta menunjukkan underweight 14,0% dan overweight 6,8%. Data secara spesifik untuk wilayah Jakarta Selatan adalah underweight 7,4% dan overweight 7,3%. Permasalahan gizi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Tujuan dari penelitian: mengetahui pengaruh status gizi terhadap prestasi akademik siswa kelas 1-3 sekolah dasar. \u0000Metode: desain yang digunakan adalah cohort restrospective dengan melihat hubungan antara hasil School Wide Assessment (SWA) dengan status gizi anak pada 9 bulan sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1-3 sekolah dasar di Sekolah HighScope Indonesia dengan total sampling yaitu berjumlah 480 anak. \u0000Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel status gizi terhadap prestasi akademik 6:29 RR (95% CI 3,82-10,35). Dalam analisis regresi cox menunjukkan status gizi yang baik memiliki RR pada 3,17 (95% CI 2,404 hingga 4,204) dan signifikan pada nilai p-value 0,000. Artinya, siswa yang memiliki kelebihan berat badan memiliki risiko kinerja akademik yang buruk. Sedangkan variabel lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan dengan risiko memiliki kinerja akademik yang buruk. Pada model akhir analisis regresi cox pada variabel status gizi pada prestasi juga menunjukkan nilai RR sebesar 3,09 (95% CI 2,365 hingga 4,053) p-value 0,000. \u0000Kesimpulan: Anak-anak dengan kelebihan berat badan berisiko untuk memiliki prestasi akademik yang buruk sebesar 6.3 kali. \u0000Kata kunci: Status gizi, prestasi belajar, faktor risiko, cohort retrospective \u0000 \u0000Abstract \u0000Background: Based on WHO data in 2011, 1 in 10 children in the world are obese (WHO, 2011). Nutritional status data in children aged 5-12 years in DKI Jakarta shows 14.0% underweight and overweight 6.8%. Data specifically for the South Jakarta region is 7.4% underweight and 7.3% overweight. Nutritional problems are one of the important factors that influence student academic achievement. The purpose of the study: to determine the effect of nutritional status on academic achievement of students in grades 1-3 in elementary school. \u0000Methods: the design used was a retrospective cohort by looking at the relationship between the School Wide Assessment (SWA) score and the nutritional status of children in the previous 9 months. The population in this study were students in grades 1-3 at HighScope Indonesia School with a total sampling of 480 children. \u0000Results: The results of this study indicate that there is a significant relationship between variables of nutritional status on academic achievement 6:29 RR (95% CI 3.82-10.35). In the cox regression analysis showed good nutritional status had RR at 3.17 (95% CI 2.404 to 4.204) and was significant at p-value 0.000. While other variables indicate that there","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44841674","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.22435/hsji.v10i1.1852
L. Moehario, T. Robertus, Y. Grace, E. Tjoa
Latar belakang: Pneumonia akibat bakteri Legionella masih menjadi masalah di berbagai tempat di dunia; menjadi penyebab 2-15 % dari pneumonia yang perlu di rawat di Rumah Sakit. Kasus legionellosis di Indonesia dilaporkan terjadi di Bali pada tahun 1996 dan di Tangerang tahun 1999. Keberadaan Legionella di fasilitas Pelayanan Kesehatan berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial. Bakteri Legionella hidup di lingkungan perairan hangat dan lembab, juga ditemukan diberbagai sumber air seperti, sumber air sistem pendingin ruangan, kolam renang, tempat penampungan air di rumah sakit, perkantoran, hotel, dan perumahan sehingga turut berkontribusi dalam terjadinya community acquired dan pneumonia nosokomial. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk penapisan keberadaan Legionella pneumophila diberbagai sumber dan penampungan air di Rumah Sakit (RS) di Jakarta dengan menggunakan medium Legionella Charcoal Yeast Extract (CYE) dan dengan berbagai suplemen. Tujuh belas sampel air yang berasal dari berbagai sumber air di dua RS yang berlokasi diJakarta Utara dan Barat telah diteliti. Hasil: Dua puluh satu koloni yang ditemukan memiliki karakterisitik L. pneumophila dari semua varian medium, namun pada tes agglutinasi latex tidak memberikan reaksi positif. Kesimpulan: L. pneumophila tidak ditemukan diberbagai sumber air dari dua RS ini. Penggunaan metode yang lebih sensitif dan spesifik perlu dilakukan untuk memastikan ditemukannya L. pneumophila. Kata kunci: Legionellosis, Legionella pneumophila, medium BCYE Abstract Background: Pneumonia due to Legionella bacteria is still a problem in various places in the world, causes 2 15% of pneumonia that need hospitalization. In Indonesia, legionellosis cases have been reported in Bali in 1996 and Tangerang in 1999. The existence of Legionella in healthcare facilities is potential to cause nosocomial infections. Legionella bacteria live in warm and humid waters, and are also commonly found in various water sources, such as water cooling systems, swimming pools, water reservoirs in hospitals, offices, hotels and housing. These bacteria contribute to the occurrence of community-acquired and nosocomial pneumonia. Methods: This study was a descriptive research, and aimed to screen water sources and reservoirs in the hospitals in Jakarta for the existence of Legionella pneumophilla using Legionella Charcoal Yeast Extract (CYE) medium with various supplements. A total of 17 water samples from 2 hospitals located in West and North Jakarta have been examined. Results: The results showed a total of 21 colonies with characteristics as of L. pneumophila were obtained from those water samples, however, none showed positive results in the latex agglutination test. Conclusion: L. pneumophila was not found thus far in the water sources in these two hospitals. A more sensitive and specific approaches might be used to enable the findings of L. pneumophila. Keywords: Legionellosis,
{"title":"Screening of Legionella pneumophila from water sources in the hospitals in Jakarta","authors":"L. Moehario, T. Robertus, Y. Grace, E. Tjoa","doi":"10.22435/hsji.v10i1.1852","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v10i1.1852","url":null,"abstract":"Latar belakang: Pneumonia akibat bakteri Legionella masih menjadi masalah di berbagai tempat di dunia; menjadi penyebab 2-15 % dari pneumonia yang perlu di rawat di Rumah Sakit. Kasus legionellosis di Indonesia dilaporkan terjadi di Bali pada tahun 1996 dan di Tangerang tahun 1999. Keberadaan Legionella di fasilitas Pelayanan Kesehatan berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial. Bakteri Legionella hidup di lingkungan perairan hangat dan lembab, juga ditemukan diberbagai sumber air seperti, sumber air sistem pendingin ruangan, kolam renang, tempat penampungan air di rumah sakit, perkantoran, hotel, dan perumahan sehingga turut berkontribusi dalam terjadinya community acquired dan pneumonia nosokomial. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk penapisan keberadaan Legionella pneumophila diberbagai sumber dan penampungan air di Rumah Sakit (RS) di Jakarta dengan menggunakan medium Legionella Charcoal Yeast Extract (CYE) dan dengan berbagai suplemen. Tujuh belas sampel air yang berasal dari berbagai sumber air di dua RS yang berlokasi diJakarta Utara dan Barat telah diteliti. \u0000Hasil: Dua puluh satu koloni yang ditemukan memiliki karakterisitik L. pneumophila dari semua varian medium, namun pada tes agglutinasi latex tidak memberikan reaksi positif. \u0000Kesimpulan: L. pneumophila tidak ditemukan diberbagai sumber air dari dua RS ini. Penggunaan metode yang lebih sensitif dan spesifik perlu dilakukan untuk memastikan ditemukannya L. pneumophila. \u0000Kata kunci: Legionellosis, Legionella pneumophila, medium BCYE \u0000 \u0000Abstract \u0000Background: Pneumonia due to Legionella bacteria is still a problem in various places in the world, causes 2 15% of pneumonia that need hospitalization. In Indonesia, legionellosis cases have been reported in Bali in 1996 and Tangerang in 1999. The existence of Legionella in healthcare facilities is potential to cause nosocomial infections. Legionella bacteria live in warm and humid waters, and are also commonly found in various water sources, such as water cooling systems, swimming pools, water reservoirs in hospitals, offices, hotels and housing. These bacteria contribute to the occurrence of community-acquired and nosocomial pneumonia. \u0000Methods: This study was a descriptive research, and aimed to screen water sources and reservoirs in the hospitals in Jakarta for the existence of Legionella pneumophilla using Legionella Charcoal Yeast Extract (CYE) medium with various supplements. A total of 17 water samples from 2 hospitals located in West and North Jakarta have been examined. \u0000Results: The results showed a total of 21 colonies with characteristics as of L. pneumophila were obtained from those water samples, however, none showed positive results in the latex agglutination test. \u0000Conclusion: L. pneumophila was not found thus far in the water sources in these two hospitals. A more sensitive and specific approaches might be used to enable the findings of L. pneumophila. \u0000Keywords: Legionellosis, ","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44862571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.22435/hsji.v10i1.1848
Sofy Meilany, A. Andrijono, Pauline Phoebe Halim, B. Bela
Latar Belakang: Pengobatan kanker di Indonesia umumnya menggunakan pengobatan dengan kemoterapi atau dengan operasi. Efek samping dari pengobatan ini antara lain adalah kerontokan rambut, mual dan penurunan berat badan. Saat ini sedang berkembang alternatif terapi kanker dengan menggunakan immunoterapi. Kemampuan sel kanker untuk menghindar dari sistem imun disebabkan adanya protein PD-1 pada sel T yang berikatan dengan ligannya PD-L1. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian awal yaitu pembuatan rekombinan PQE PD-1 dan menggunakan bagian soluble dari PD-1 yang disebut dengan EP2PD1 yang akan digunakan untuk pembuatan antibodi monoklonal dan sistem pendeteksi antibodi monoklonal. Metode pembuatan rekombinan PD-1 dan EP2PD1 dengan cara penentuan sekuens epitop sel B yang paling imunogenik dilanjutkan dengan amplifikasi sekuen tersebut dengan PCR dan diligasi ke vektor pengekspresi PQE80. Hasil: Telah terbentuk konstruksi rekombinan PQE80 PD-1 dan PQEEP2PD1 yang diverifikasi menggunakan PCR koloni, pemotongan enzimatik dan sekuensing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa epitop PD1 telah terklona ke PQE 80 dan tidak ditemukan mutasi dalam urutan asam amino. Kesimpulan: Konstruksi yang dibuat tidak mempunya mutasi dan dapat dilanjutkan untuk pembuatan antibodi monoklonal. Kata Kunci: PD1, Epitop, Kanker, Immunotherapy Abstract Background: Medications on cancer to date in Indonesia is mostly by surgical or chemotherapy, this type of medications is not always curing the patients. The side effect of the chemotherapy drugs sometimes more challenging such as hair loss, nausea and lost weight. One of the promising targets for cancer is using immune therapy. Cancer cells can avoid immune response by surprising immunity through activation of specific inhibitory signalling pathways, referred to as immune checkpoints. Immune check points like PD-1, PD-L1 are breakthrough therapies in oncology and this monoclonal antibody have been approved by the FDA for treatment. In this research we develop full PD-1 and part of PD1 sequence as an insert then we construct with plasmid PQE80L. This recombinant called PQE PD-1 and PQEEP2PD1. The aim of this study is to make recombinant which would be used to detect PD1 full clone monoclonal antibodies. Methods: In this study, we designed our recombinants using Indonesian HLA and others using in silico models, this prototype will not only cover Indonesian patients but also other country. Results: The result showed that the epitope sequence of PD1 has been clone to PQE 80 wt and verified using colony PCR, Enzyme Digestion and Sanger Sequencing. The Clone than will be expressed and injected to animal model to produce antibody. Conclusion: Construction of recombinant PQE PD-1 and PQE EP2PD1 are constructed without any mutation in the sequence, this recombinant can be used in the next study for protein expression of PQE PD-1 and PQE EP2PD1. Keywords: PD1, Epitope , Cancer, Immunotherapy
{"title":"Construction of plasmids expressing recombinant B cell epitopes of PD1","authors":"Sofy Meilany, A. Andrijono, Pauline Phoebe Halim, B. Bela","doi":"10.22435/hsji.v10i1.1848","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v10i1.1848","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Pengobatan kanker di Indonesia umumnya menggunakan pengobatan dengan kemoterapi atau dengan operasi. Efek samping dari pengobatan ini antara lain adalah kerontokan rambut, mual dan penurunan berat badan. Saat ini sedang berkembang alternatif terapi kanker dengan menggunakan immunoterapi. Kemampuan sel kanker untuk menghindar dari sistem imun disebabkan adanya protein PD-1 pada sel T yang berikatan dengan ligannya PD-L1. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian awal yaitu pembuatan rekombinan PQE PD-1 dan menggunakan bagian soluble dari PD-1 yang disebut dengan EP2PD1 yang akan digunakan untuk pembuatan antibodi monoklonal dan sistem pendeteksi antibodi monoklonal. Metode pembuatan rekombinan PD-1 dan EP2PD1 dengan cara penentuan sekuens epitop sel B yang paling imunogenik dilanjutkan dengan amplifikasi sekuen tersebut dengan PCR dan diligasi ke vektor pengekspresi PQE80. \u0000Hasil: Telah terbentuk konstruksi rekombinan PQE80 PD-1 dan PQEEP2PD1 yang diverifikasi menggunakan PCR koloni, pemotongan enzimatik dan sekuensing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa epitop PD1 telah terklona ke PQE 80 dan tidak ditemukan mutasi dalam urutan asam amino. \u0000Kesimpulan: Konstruksi yang dibuat tidak mempunya mutasi dan dapat dilanjutkan untuk pembuatan antibodi monoklonal. \u0000Kata Kunci: PD1, Epitop, Kanker, Immunotherapy \u0000 \u0000Abstract \u0000Background: Medications on cancer to date in Indonesia is mostly by surgical or chemotherapy, this type of medications is not always curing the patients. The side effect of the chemotherapy drugs sometimes more challenging such as hair loss, nausea and lost weight. One of the promising targets for cancer is using immune therapy. Cancer cells can avoid immune response by surprising immunity through activation of specific inhibitory signalling pathways, referred to as immune checkpoints. Immune check points like PD-1, PD-L1 are breakthrough therapies in oncology and this monoclonal antibody have been approved by the FDA for treatment. In this research we develop full PD-1 and part of PD1 sequence as an insert then we construct with plasmid PQE80L. This recombinant called PQE PD-1 and PQEEP2PD1. The aim of this study is to make recombinant which would be used to detect PD1 full clone monoclonal antibodies. \u0000Methods: In this study, we designed our recombinants using Indonesian HLA and others using in silico models, this prototype will not only cover Indonesian patients but also other country. \u0000Results: The result showed that the epitope sequence of PD1 has been clone to PQE 80 wt and verified using colony PCR, Enzyme Digestion and Sanger Sequencing. The Clone than will be expressed and injected to animal model to produce antibody. \u0000Conclusion: Construction of recombinant PQE PD-1 and PQE EP2PD1 are constructed without any mutation in the sequence, this recombinant can be used in the next study for protein expression of PQE PD-1 and PQE EP2PD1. \u0000Keywords: PD1, Epitope , Cancer, Immunotherapy \u0000 ","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46851644","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Studi inidilakukan di Samarinda dan Manado, tujuannya untuk mendapatkan profil klinis dan virologi daripenderita anak dan dewasa di Wilayah Tengah Indonesia. Metode: Ini merupakan studi deskriptif, kasus infeksi dengue didapat dari Rumah Sakit Umum diSamarinda dan Manado pada tahun 2012-2013. Sampel darah berasal dari penderita infeksi dengue yangdirawat di Bagian Anak dan Penyakit Dalam. Konfirmasi infeksi dengue dilakukan dengan pemeriksaannested RT-PCR, deteksi antibodi Ig M dan Ig G dilakukan dengan capture ELISA untuk menentukankemungkian infeksi dengue maupun jenis infeksi. Definisi infeksi primer dan sekunder berdasarkankeberadaan antibodi Ig G. Profil klinis dijabarkan berdasarkan sampel terkonfirmasi infeksi dengue. Hasil: Sebanyak 485 penderita ikut dalam penelitian ini, 40 % diantaranya terkonfirmasi infeksi dengue.Tiga puluh lima persen diantaranya kemungkinan terinfeksi virus dengue berdasarkan antibodi. Secaraumum virus dengue serotipe 2 (DENV-2) paling banyak ditemukan pada penelitian ini, selain itu ditemukanjuga infeksi campuran (2 serotip berbeda) di Samarinda. Sebanyak 72 % dari kasus terkonfirmasi infeksidengue merupakan infeksi sekunder, demikian juga pada penderita anak. Demam, sakit kepala, mual dannyeri pada perut merupakan profil klinis yang paling banyak ditemukan. Kesimpulan: Keempat serotip virus dengue ditemukan dari kasus-kasus di RS Abdul Wahab Sjahranie,Samarinda dan RS. Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado, secara umum DENV-2 merupakan yang palingdominan. Kebanyakan penderita sudah pernah terinfeksi dengue sebelumnya demikian juga penderita anak.(Health Science Journal of Indonesia 2018;9(2):76-81) Kata kunci: Infeksi dengue, Samarinda, Manado Abstract Background: Dengue infection is one of public health problem in Indonesia. This study was conductedSamarinda and Manado, which aimed to report of clinical and virological profile among hospitalizedchildren and adult dengue patients in central region of Indonesia. Method: This was a descriptive study, dengue cases were collected in general hospital in Samarinda andManado from 2012 to 2013. Patient with dengue infection when admitted from pediatric and internaldiseases ward included in this study. Sera were collected and nested RT-PCR was performed to confirmeddengue virus. Dengue Ig M/Ig G antibodies detected using capture ELISA for probability of dengueinfection. Definition of primary and secondary infection was based on existence of IgG antibodies. Clinicalprofile was described base on confirmed results. Results: Four hundred and eighty five cases were included; 40 % were confirmed dengue infection and35 % were probably dengue infection based on antibody. Dengue serotype 2 was dominant from bothsites, furthermore mixed infections were found in Samarinda. Seventy two percent of confirmed caseswere secondary infection, likewise in children. Fever, headache, nausea and abdominal pain
{"title":"Clinical and virological profile of Dengue cases: a study in Samarinda and Manado","authors":"R. Herman","doi":"10.22435/hsji.v9i2.909","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v9i2.909","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Studi inidilakukan di Samarinda dan Manado, tujuannya untuk mendapatkan profil klinis dan virologi daripenderita anak dan dewasa di Wilayah Tengah Indonesia. \u0000Metode: Ini merupakan studi deskriptif, kasus infeksi dengue didapat dari Rumah Sakit Umum diSamarinda dan Manado pada tahun 2012-2013. Sampel darah berasal dari penderita infeksi dengue yangdirawat di Bagian Anak dan Penyakit Dalam. Konfirmasi infeksi dengue dilakukan dengan pemeriksaannested RT-PCR, deteksi antibodi Ig M dan Ig G dilakukan dengan capture ELISA untuk menentukankemungkian infeksi dengue maupun jenis infeksi. Definisi infeksi primer dan sekunder berdasarkankeberadaan antibodi Ig G. Profil klinis dijabarkan berdasarkan sampel terkonfirmasi infeksi dengue. \u0000Hasil: Sebanyak 485 penderita ikut dalam penelitian ini, 40 % diantaranya terkonfirmasi infeksi dengue.Tiga puluh lima persen diantaranya kemungkinan terinfeksi virus dengue berdasarkan antibodi. Secaraumum virus dengue serotipe 2 (DENV-2) paling banyak ditemukan pada penelitian ini, selain itu ditemukanjuga infeksi campuran (2 serotip berbeda) di Samarinda. Sebanyak 72 % dari kasus terkonfirmasi infeksidengue merupakan infeksi sekunder, demikian juga pada penderita anak. Demam, sakit kepala, mual dannyeri pada perut merupakan profil klinis yang paling banyak ditemukan. \u0000Kesimpulan: Keempat serotip virus dengue ditemukan dari kasus-kasus di RS Abdul Wahab Sjahranie,Samarinda dan RS. Prof. Dr. R.D. Kandou, Manado, secara umum DENV-2 merupakan yang palingdominan. Kebanyakan penderita sudah pernah terinfeksi dengue sebelumnya demikian juga penderita anak.(Health Science Journal of Indonesia 2018;9(2):76-81) \u0000Kata kunci: Infeksi dengue, Samarinda, Manado \u0000Abstract \u0000Background: Dengue infection is one of public health problem in Indonesia. This study was conductedSamarinda and Manado, which aimed to report of clinical and virological profile among hospitalizedchildren and adult dengue patients in central region of Indonesia. \u0000Method: This was a descriptive study, dengue cases were collected in general hospital in Samarinda andManado from 2012 to 2013. Patient with dengue infection when admitted from pediatric and internaldiseases ward included in this study. Sera were collected and nested RT-PCR was performed to confirmeddengue virus. Dengue Ig M/Ig G antibodies detected using capture ELISA for probability of dengueinfection. Definition of primary and secondary infection was based on existence of IgG antibodies. Clinicalprofile was described base on confirmed results. \u0000Results: Four hundred and eighty five cases were included; 40 % were confirmed dengue infection and35 % were probably dengue infection based on antibody. Dengue serotype 2 was dominant from bothsites, furthermore mixed infections were found in Samarinda. Seventy two percent of confirmed caseswere secondary infection, likewise in children. Fever, headache, nausea and abdominal pain","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47252912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
S. Paramita, Evi Fitriany, M. S. Tiyantara, Aditiya Setyorini, Trikortea E. Cahyasit
Latar belakang: Hipertensi adalah masalah kesehatan utama di dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan obat bahan alam untuk hipertensi telah meningkat dalam dekade terakhir. Biaya penggunaan obat bahan alam dianggap lebih murah dengan efek samping yang lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi yang berobat ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Metode: Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Lempake Kota Samarinda pada bulan Juli hingga Agustus 2017.Responden penelitian adalah 63 pasien hipertensi yang datang berobat dan memenuhi kriteria penelitian. Pasien hipertensi selanjutnya diwawancarai menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). Hasil: Sebanyak 56% pasien hipertensi juga menggunakan obat bahan alam selain obat konvensional untukhipertensi. Daun sirsak (Annona muricata), daun salam (Syzygium polyanthum), dan buah mentimun (Cucumissativus) adalah bahan alam yang paling banyak digunakan oleh pasien hipertensi. Rerata tekanan darah sistolik(p=0,004; 95% CI -19,8 – -3,8) dan diastolik (p=0,038; 95% CI -9,6 – -0,29) untuk pengguna bahan alam lebihrendah jika dibandingkan dengan pengguna obat konvensional. Rerata MMAS untuk pengguna bahan alam lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengguna obat konvensional (p=0,004; 95% CI 0,31 – 1,6). Hal ini menunjukkan bahwa pasien lebih patuh menggunakan obat bahan alam dibandingkan obat konvensional untuk hipertensi. Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan perlunya edukasi pengobatan hipertensi ke komunitas, baik itu obat bahan alam maupun konvensional. Hasil penelitian juga menunjukkan kepatuhan yang lebih baik pada penggunaan obat bahan alam dibandingkan obat konvensional untuk hipertensi. Hal ini menunjukkan potensi menjanjikan penggunaan obat bahan alam untuk hipertensi di masa depan. (Health Science Journal of Indonesia 2018;9(2):82-6) Kata kunci: Kepatuhan, obat bahan alam, hipertensi, Puskesmas Lempake Kota Samarinda Abstract Background: Hypertension is major health problem worldwide, including Indonesia. The use of herbal medicines for hypertension has increased in the past decade. The price of herbal medicines considered cheaper with fewer side effects. This study tried to see the level of adherence to the use of medicine by hypertensive patients in community health center at Samarinda City, East Kalimantan. Methods: This study conducted at Lempake Community Health Center in Samarinda City from July until August2017. The subjects of this study are 63 hypertensive patients and meet the sample criteria set by the researchers. The study interviewing hypertensive patients with MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) questionnaire. Results: The results showed 56% of hypertensive patients also use herbal other than conventional medicine. Soursop (Annona muricata) leaves, salam (Syzygium polyanthum) leaves, and cucumber (Cucumis sativus) fruit were the most frequent herbal
背景:高血压是包括印尼在内的世界主要健康问题。在过去十年中,天然药物治疗高血压的使用有所增加。使用天然药物的成本被认为更便宜,副作用更少。这项研究旨在观察在东加里曼丹萨马林达公共卫生中心(Puskesmas)接受治疗的高血压患者的药物依赖程度。方法:该研究于2017年7月至8月在Samarinda镇山谷中心进行。使用Morisky药物依从性量表对下一位高血压患者进行访谈。结果:56%的高血压患者也使用传统药物以外的天然药物治疗高血压。陶瓷叶(番荔枝)、蝾螈叶(Syzygium polyanthum)和葫芦是高血压患者最常用的天然物质。与传统药物使用者相比,自然资源较低的患者的收缩压(p=0.004;95%CI-19.8-3.8)和舒张压(p=0.038;95%CI-9.6-0.29)的比例。与传统药物使用者相比,天然物质使用者的MMAS比率更高(p=0.004;95%CI 0.31-1.6)。研究表明,与传统药物相比,患者更有可能使用天然药物治疗高血压。结论:研究表明,无论是天然药物还是传统药物,社区都需要高血压治疗教育。研究还表明,与传统药物相比,使用天然药物治疗高血压的相关性更好。它显示了天然药物在未来高血压治疗中的潜在应用前景。(《印度尼西亚健康科学杂志》2018;9(2):82-6)关键词:服从,自然药物,高血压,Puskesmas Lempake Kota Samarinda摘要背景:高血压是包括印度尼西亚在内的世界范围内的主要健康问题。在过去的十年里,草药治疗高血压的使用有所增加。草药的价格被认为更便宜,副作用更少。本研究试图了解东加里曼丹省Samarinda市社区卫生中心高血压患者对药物使用的依从性水平。方法:本研究于2017年7月至8月在Samarinda市Lempake社区卫生中心进行。这项研究的受试者是63名高血压患者,符合研究人员设定的样本标准。本研究采用Morisky药物依从性量表对高血压患者进行问卷调查。结果:56%的高血压患者也使用传统药物以外的草药。Soursop(Annona muricata)叶、salam(Syzygium polyanthum)叶和黄瓜(Cucumis sativus)果是高血压患者最常使用的草药。与传统药物使用者相比,草药使用者的平均血压在收缩压(p=0.004;95%CI-19.8-3.8)和舒张压(p=0.038;95%CI-9.6-0.29)方面显著降低。与传统药物相比,患者更坚持使用草药治疗高血压。结论:本研究结果表明,社区对高血压进行中草药和常规医学教育是必要的。研究结果还表明,与传统药物相比,患者对草药的依从性更好,这是草药治疗高血压的良好前景。(《印度尼西亚健康科学杂志》2018;9(2):82-6)关键词:依从性,草药,高血压,Samarinda市Lempake公共卫生中心
{"title":"Comparison of Adherence to the Use of Herbal Medicine with Conventional Medicine in Hypertensive Patients at Lempake Public Health Center, Samarinda City","authors":"S. Paramita, Evi Fitriany, M. S. Tiyantara, Aditiya Setyorini, Trikortea E. Cahyasit","doi":"10.22435/HSJI.V9I2.1080","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V9I2.1080","url":null,"abstract":"Latar belakang: Hipertensi adalah masalah kesehatan utama di dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan obat bahan alam untuk hipertensi telah meningkat dalam dekade terakhir. Biaya penggunaan obat bahan alam dianggap lebih murah dengan efek samping yang lebih sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi yang berobat ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. \u0000Metode: Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Lempake Kota Samarinda pada bulan Juli hingga Agustus 2017.Responden penelitian adalah 63 pasien hipertensi yang datang berobat dan memenuhi kriteria penelitian. Pasien hipertensi selanjutnya diwawancarai menggunakan kuesioner MMAS (Morisky Medication Adherence Scale). \u0000Hasil: Sebanyak 56% pasien hipertensi juga menggunakan obat bahan alam selain obat konvensional untukhipertensi. Daun sirsak (Annona muricata), daun salam (Syzygium polyanthum), dan buah mentimun (Cucumissativus) adalah bahan alam yang paling banyak digunakan oleh pasien hipertensi. Rerata tekanan darah sistolik(p=0,004; 95% CI -19,8 – -3,8) dan diastolik (p=0,038; 95% CI -9,6 – -0,29) untuk pengguna bahan alam lebihrendah jika dibandingkan dengan pengguna obat konvensional. Rerata MMAS untuk pengguna bahan alam lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengguna obat konvensional (p=0,004; 95% CI 0,31 – 1,6). Hal ini menunjukkan bahwa pasien lebih patuh menggunakan obat bahan alam dibandingkan obat konvensional untuk hipertensi. \u0000Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan perlunya edukasi pengobatan hipertensi ke komunitas, baik itu obat bahan alam maupun konvensional. Hasil penelitian juga menunjukkan kepatuhan yang lebih baik pada penggunaan obat bahan alam dibandingkan obat konvensional untuk hipertensi. Hal ini menunjukkan potensi menjanjikan penggunaan obat bahan alam untuk hipertensi di masa depan. (Health Science Journal of Indonesia 2018;9(2):82-6) \u0000Kata kunci: Kepatuhan, obat bahan alam, hipertensi, Puskesmas Lempake Kota Samarinda \u0000Abstract \u0000Background: Hypertension is major health problem worldwide, including Indonesia. The use of herbal medicines for hypertension has increased in the past decade. The price of herbal medicines considered cheaper with fewer side effects. This study tried to see the level of adherence to the use of medicine by hypertensive patients in community health center at Samarinda City, East Kalimantan. \u0000Methods: This study conducted at Lempake Community Health Center in Samarinda City from July until August2017. The subjects of this study are 63 hypertensive patients and meet the sample criteria set by the researchers. The study interviewing hypertensive patients with MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) questionnaire. \u0000Results: The results showed 56% of hypertensive patients also use herbal other than conventional medicine. Soursop (Annona muricata) leaves, salam (Syzygium polyanthum) leaves, and cucumber (Cucumis sativus) fruit were the most frequent herbal","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41399852","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakanprogram rehabilitasi terhadap pengguna narkoba -- khususnya pengguna narkotika suntik -- adalah kualitashidup klien. Oleh karena itu perlu diidentifikasi beberapa faktor yang dominan mempengaruhinya. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Kedung Badakdan Bogor Timur di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesionerWHOQOL-BREF pada April-Juni 2018. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linier multivariabel. Hasil: Responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitashidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosialsebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisikdan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda denganpopulasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktoryang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik dan lingkungan adalah tingkat pendidikan,sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidupdomain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara. Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat pendidikan klien, maka kualitas hidup klien pada seluruh domain akansemakin baik. Klien PTRM dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah harus dipantau untuk meningkatkankualitas hidupnya. Penanganan klien dengan pendekatan individual dan dukungan sosial dari keluarga danteman diperlukan untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon. (HealthScience Journal of Indonesia 2018;9(2):93-9) Kata kunci: Kualitas hidup, metadon Abstract Background: One of the objective in Methadone Maintenance Therapy (MMT) which is a rehabilitationprogram for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality oflife among MMT patients. Methods: The cross sectional study was conducted in Kedung Badak Primary Health Care and BogorTimur in Bogor. Data were collected from interview and filling out WHOQOL-BREF questionnaire fromApril-June 2018. Analysis was performed using multiple linier regression. Results: Total subjects in this study was 62 subjects. The results showed mean scores for physical domainwas 57.6; psychological domain was 57.5; social domain was 63.6; and environmental domain was 63.9.Compared with Indonesian, MMT patient scores were higher in environmental domain and lower inphysical and psychological domain while social domain had no different with it. The dominant factor indetermining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domainwas methadone dose, and the existence of someones to talk to was dominant factor for social do
{"title":"Quality of life among Methadone Maintenance Treatment (MMT) patients with higher education","authors":"A. B. Anggraini","doi":"10.22435/hsji.v9i2.810","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v9i2.810","url":null,"abstract":"Latar belakang: Salah satu penilaian keberhasilan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) yang merupakanprogram rehabilitasi terhadap pengguna narkoba -- khususnya pengguna narkotika suntik -- adalah kualitashidup klien. Oleh karena itu perlu diidentifikasi beberapa faktor yang dominan mempengaruhinya. \u0000Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Kedung Badakdan Bogor Timur di Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesionerWHOQOL-BREF pada April-Juni 2018. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linier multivariabel. \u0000Hasil: Responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor kualitashidup klien PTRM di Kota Bogor pada domain fisik sebesar 57,6; domain psikologis sebesar 57,5; domain sosialsebesar 63,6; dan domain lingkungan 63,9. Dibandingkan rerata skor populasi sehat di Indonesia, domain fisikdan psikologis lebih rendah daripada populasi tersebut, sedangkan domain psikologis tidak berbeda denganpopulasi tersebut. Adapun skor domain lingkungan lebih tinggi dibandingkan populasi sehat Indonesia. Faktoryang dominan dalam menentukan kualitas hidup pada domain fisik dan lingkungan adalah tingkat pendidikan,sedangkan domain psikologis adalah dosis metadon. Faktor yang dominan dalam menentukan kualitas hidupdomain sosial adalah adanya seseorang yang dapat diajak bicara. \u0000Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat pendidikan klien, maka kualitas hidup klien pada seluruh domain akansemakin baik. Klien PTRM dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah harus dipantau untuk meningkatkankualitas hidupnya. Penanganan klien dengan pendekatan individual dan dukungan sosial dari keluarga danteman diperlukan untuk meningkatkan motivasi serta kepatuhan klien dalam menjalani terapi metadon. (HealthScience Journal of Indonesia 2018;9(2):93-9) \u0000Kata kunci: Kualitas hidup, metadon \u0000Abstract \u0000Background: One of the objective in Methadone Maintenance Therapy (MMT) which is a rehabilitationprogram for injecting drug users is quality of life. The purpose of this study was to determine quality oflife among MMT patients. \u0000Methods: The cross sectional study was conducted in Kedung Badak Primary Health Care and BogorTimur in Bogor. Data were collected from interview and filling out WHOQOL-BREF questionnaire fromApril-June 2018. Analysis was performed using multiple linier regression. \u0000Results: Total subjects in this study was 62 subjects. The results showed mean scores for physical domainwas 57.6; psychological domain was 57.5; social domain was 63.6; and environmental domain was 63.9.Compared with Indonesian, MMT patient scores were higher in environmental domain and lower inphysical and psychological domain while social domain had no different with it. The dominant factor indetermining physical and environmental domain was level of education, while the psychological domainwas methadone dose, and the existence of someones to talk to was dominant factor for social do","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49128508","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Tata kelola klinis bertujuan untuk memastikan bahwa layanan kesehatan berjalan sesuai dengan standar keamanan yang tinggi dan kualitas berkelanjutan. Komite Medis bertanggung jawab untuk pelaksanaan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komite Medik dalam tata kelola klinis rumah sakit di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada RS Umum Daerah (RSUD) di Provinsi Jambi. Metode: Desain penelitian bersifat kualitatif. Pengumpulan data dari Agustus hingga Desember 2016 di tiga RSUD kelas C di Provinsi Jambi dan mencakup 23 informan yang diambil melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite Medik belum berperan optimal dalam proses kredensialing, pemeliharaan mutu profesi dan penjagaan disiplin/etika profesi. Tugas dan fungsi kredensialing di beberapa rumah sakit belum berjalan sebagaimana mestinya (karena digunakan untuk persyaratan penerimaan dokter baru, tetapi tidak untuk menyaring kompetensi dokter), terkesan formalitas, serta sulit dilakukan karena belum memiliki Mitra Bestari. Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional memberi pengaruh baik terhadap peran komite medik dalam tata kelola klinis RS, karena terdapat beberapa regulasi atau peraturan pelaksana tentang JKN yang terintegrasi dengan peran komite medik, khususnya pada aspek kendali mutu kendali biaya. Kesimpulan: Dapat disimpulkan Komite Medik secara umum belum berperan optimal dalam tata kelola klinis pada RSUD Kelas C di Provinsi Jambi. Oleh karena itu, rumah sakit perlu meningkatkan kompetensi, etika dan disiplin profesi medik, serta penyempurnaan regulasi terpadu terkait tata kelola klinis di rumah sakit. Kata kunci: komite medik, tata kelola klinis, RS, Jaminan Kesehatan Nasional. Abstract Background: Clinical governance aims to ensure that health services run according to high safety standards and ongoing quality. The medical committee is responsible for the implementation of good clinical governance of the hospital. This study aims to analyze the role of the medical committee in the clinical governance of hospitals in the era of National Health Insurance (JKN). Methods: The research design is qualitative. Data collection spans from August to December 2016 in three hospitals in Jambi Province and includes 23 informants who were observed throughout in-depth interviews and focus group discussions. Results: The results show that the medical committee has not played an optimal role in the process of credentialing, maintaining professional quality, and guarding the discipline/professional ethics of the hospital. The duties and functions of credentials in some hospitals are not working properly (because used to apply to new doctor admission requirements, but not as to screen the competence of doctors), seem excessively formal and difficult to implement because they do not have Mitra Bestari yet. JKN policy has a good influence on the role of the medical com
{"title":"The role of the medical committee in hospital clinical governance in Jambi province","authors":"D. Ayuningtyas","doi":"10.22435/hsji.v9i2.816","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v9i2.816","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Tata kelola klinis bertujuan untuk memastikan bahwa layanan kesehatan berjalan sesuai dengan standar keamanan yang tinggi dan kualitas berkelanjutan. Komite Medis bertanggung jawab untuk pelaksanaan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Komite Medik dalam tata kelola klinis rumah sakit di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada RS Umum Daerah (RSUD) di Provinsi Jambi. \u0000Metode: Desain penelitian bersifat kualitatif. Pengumpulan data dari Agustus hingga Desember 2016 di tiga RSUD kelas C di Provinsi Jambi dan mencakup 23 informan yang diambil melalui wawancara mendalam dan Focus Group Discussion. \u0000Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komite Medik belum berperan optimal dalam proses kredensialing, pemeliharaan mutu profesi dan penjagaan disiplin/etika profesi. Tugas dan fungsi kredensialing di beberapa rumah sakit belum berjalan sebagaimana mestinya (karena digunakan untuk persyaratan penerimaan dokter baru, tetapi tidak untuk menyaring kompetensi dokter), terkesan formalitas, serta sulit dilakukan karena belum memiliki Mitra Bestari. Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional memberi pengaruh baik terhadap peran komite medik dalam tata kelola klinis RS, karena terdapat beberapa regulasi atau peraturan pelaksana tentang JKN yang terintegrasi dengan peran komite medik, khususnya pada aspek kendali mutu kendali biaya. \u0000Kesimpulan: Dapat disimpulkan Komite Medik secara umum belum berperan optimal dalam tata kelola klinis pada RSUD Kelas C di Provinsi Jambi. Oleh karena itu, rumah sakit perlu meningkatkan kompetensi, etika dan disiplin profesi medik, serta penyempurnaan regulasi terpadu terkait tata kelola klinis di rumah sakit. \u0000Kata kunci: komite medik, tata kelola klinis, RS, Jaminan Kesehatan Nasional. \u0000Abstract \u0000Background: Clinical governance aims to ensure that health services run according to high safety standards and ongoing quality. The medical committee is responsible for the implementation of good clinical governance of the hospital. This study aims to analyze the role of the medical committee in the clinical governance of hospitals in the era of National Health Insurance (JKN). \u0000Methods: The research design is qualitative. Data collection spans from August to December 2016 in three hospitals in Jambi Province and includes 23 informants who were observed throughout in-depth interviews and focus group discussions. \u0000Results: The results show that the medical committee has not played an optimal role in the process of credentialing, maintaining professional quality, and guarding the discipline/professional ethics of the hospital. The duties and functions of credentials in some hospitals are not working properly (because used to apply to new doctor admission requirements, but not as to screen the competence of doctors), seem excessively formal and difficult to implement because they do not have Mitra Bestari yet. JKN policy has a good influence on the role of the medical com","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46295196","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang: Pengobatan hiperkolesterolemia sering berlangsung seumur hidup sehingga menyebabkanpenderita meninggalkan obat kimia dan memilih obat herbal. Penelitian ini merupakan uji klinik yang bertujuanuntuk mengetahui khasiat dari formula jamu antikolesterol yang terdiri dari daun jati belanda, daun jati cina,daun tempuyung, daun teh hijau, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran dalam menurunkankadar kolesterol darah sebagai bagian dari program Saintifikasi Jamu. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan desain pre dan post. Jumlah subjek50 pasien dengan hiperkolesterolemia ringan yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan di RumahRiset Jamu (RRJ) Hortus Medicus Tawangmangu pada bulan September sampai Desember 2014. Uji statistikyang digunakan adalah uji t berpasangan dengan bantuan program SPSS 16. Hasil: Formula jamu antihiperkolesterol yang diminum setiap hari selama 28 hari mampu menurunkan rataratakadar kolesterol plasma subjek dari 212.42 mg / dl menjadi 196.6 mg / dl. Uji t test berpasangan didapatkanhasil p<0,05 yang berarti ada perbedaan rerata kadar kolesterol sebelum dan sesudah pemberian jamu.Kesimpulan: Formula jamu antihiperkolesterol mampu menurunkan kadar kolesterol plasma pasiendengan hiperkolesterolemia ringan pada pemberian selama 28 hari. (Health Science Journal of Indonesia2018;9(2):87-92) Kata kunci: hiperkosterolemia, jamu, saintifikasi jamu Abstract Background: Treatment of hypercholesterolemia often lasts a lifetime, therefore patients leavechemical drugs and choose herbal medicines. The aim of this clinical study is to evaluate the efficacy ofantihiperkolesterol jamu formula consists of Guazuma ulmifolia leaves, Cassia senna leaves, Sonchusarvensis leaves, Camellia sinensis leaves, Curcuma xanthorrhiza rhizomes, Curcuma longa rhizomes andPhyllanthus niruri herbs to lowering cholesterol plasma level as part of Saintifikasi Jamu program. Methods: This study was a quasi-experimental with pre and post test design. The total subjects were 50patients with mild hypercholesterolemia who met the inclusion criteria. The research took place at RRJ‘Hortus Medicus’ Tawangmangu between September to December 2014. The data were analyzed using apaired t-test with SPSS 16 software. Results: Results showed jamu anticholesterol formula which is taken every day for 28 days lowered themean of cholesterol plasma level of 212.42 mg / dl to 196.6 mg / dl. Paired t test at 95% confidence levelacquired p value <0.05, showed that there is significant differences in the mean cholesterol level subjectsbefore and after the study. Conclusion: The administration of jamu antihypercholesterol formula for 28 days could reduce plasmacholesterol level in subjects with mild hypercholesterolemia. (Health Science Journal of Indonesia2018;9(2):87-92) Keywords: hypercholesterolemia, Jamu, Saintifikasi Jamu
背景:高胆固醇治疗通常持续一生,使患者放弃化学药物并选择草药。这项研究是一项临床试验,旨在研究由荷兰柚木、中国柚木叶、铁杉叶、绿茶叶、藏红花、藏红花和草本植物配方的有效降低作为草药认证项目的一部分的抗胆固醇配方。方法:本研究采用预前和后设计的实验准体方法。测试对象50名患者患有轻微胆固醇异常,符合包裹体标准。2014年9月至12月,在草本植物研究(RRJ) Hortus Medicus Tawangmangu进行了研究。使用的统计结果是在SPSS 16项目的帮助下进行t配对测试。结果:一种每天服用28天的抗胆固醇草本植物配方,可以将血浆成分从12.42毫克/ dl降低到196.6毫克/ dl。t测试与p< 0.05的结果相匹配,这意味着在草药治疗前和治疗后胆固醇水平存在差异。结论:一种抗胆固醇草药配方可以通过适度的胆固醇喂养28天来降低病人的血浆胆固醇水平。(卫生科学杂志《印尼2018年》;9(2):87-92)关键词:夸张,草药,批准草药摘要的科学事实:十年的治疗左心肌酸毒品和草药选择。这临床研究之aim to evaluate The efficacy ofantihiperkolesterol草药配方的公司Guazuma ulmifolia树叶,树叶凯西塞纳树叶,树叶Sonchusarvensis茶花sinensis, Curcuma xanthorrhiza rhizomes, Curcuma longa rhizomes andPhyllanthus niruri全书到美国等离子lowering过高水平Saintifikasi草药项目的一部分。方法:这个研究是一种试验性的试验。总共有50名患者,他们的体重都是高胆固醇的。2014年9月至12月间数据是用SPSS 16软件对t测试进行分析。回收:回收的抗cholesterol配方每天耗时28天,其血浆浓度为212.42毫克/ dl至196.6毫克/ dl。95%的确认性levelacquired p值<0.05,表明在研究之前和之后的平均选择水平上存在显著差异。结论:28天抗高胆固醇草药配方的行政管理可以在测试中减少可的松醇水平。(印尼健康科学杂志:9(2):Keywords:高血压,草药,草药认证
{"title":"Jamu formula could reduce plasma cholesterol patients with mild Hypercholesterolemia","authors":"Z. Zulkarnain, A. Triyono, F. Novianto","doi":"10.22435/hsji.v9i2.808","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v9i2.808","url":null,"abstract":"Latar belakang: Pengobatan hiperkolesterolemia sering berlangsung seumur hidup sehingga menyebabkanpenderita meninggalkan obat kimia dan memilih obat herbal. Penelitian ini merupakan uji klinik yang bertujuanuntuk mengetahui khasiat dari formula jamu antikolesterol yang terdiri dari daun jati belanda, daun jati cina,daun tempuyung, daun teh hijau, rimpang temulawak, rimpang kunyit dan herba meniran dalam menurunkankadar kolesterol darah sebagai bagian dari program Saintifikasi Jamu. \u0000Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental dengan desain pre dan post. Jumlah subjek50 pasien dengan hiperkolesterolemia ringan yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian dilakukan di RumahRiset Jamu (RRJ) Hortus Medicus Tawangmangu pada bulan September sampai Desember 2014. Uji statistikyang digunakan adalah uji t berpasangan dengan bantuan program SPSS 16. \u0000Hasil: Formula jamu antihiperkolesterol yang diminum setiap hari selama 28 hari mampu menurunkan rataratakadar kolesterol plasma subjek dari 212.42 mg / dl menjadi 196.6 mg / dl. Uji t test berpasangan didapatkanhasil p<0,05 yang berarti ada perbedaan rerata kadar kolesterol sebelum dan sesudah pemberian jamu.Kesimpulan: Formula jamu antihiperkolesterol mampu menurunkan kadar kolesterol plasma pasiendengan hiperkolesterolemia ringan pada pemberian selama 28 hari. (Health Science Journal of Indonesia2018;9(2):87-92) \u0000Kata kunci: hiperkosterolemia, jamu, saintifikasi jamu \u0000Abstract \u0000Background: Treatment of hypercholesterolemia often lasts a lifetime, therefore patients leavechemical drugs and choose herbal medicines. The aim of this clinical study is to evaluate the efficacy ofantihiperkolesterol jamu formula consists of Guazuma ulmifolia leaves, Cassia senna leaves, Sonchusarvensis leaves, Camellia sinensis leaves, Curcuma xanthorrhiza rhizomes, Curcuma longa rhizomes andPhyllanthus niruri herbs to lowering cholesterol plasma level as part of Saintifikasi Jamu program. \u0000Methods: This study was a quasi-experimental with pre and post test design. The total subjects were 50patients with mild hypercholesterolemia who met the inclusion criteria. The research took place at RRJ‘Hortus Medicus’ Tawangmangu between September to December 2014. The data were analyzed using apaired t-test with SPSS 16 software. \u0000Results: Results showed jamu anticholesterol formula which is taken every day for 28 days lowered themean of cholesterol plasma level of 212.42 mg / dl to 196.6 mg / dl. Paired t test at 95% confidence levelacquired p value <0.05, showed that there is significant differences in the mean cholesterol level subjectsbefore and after the study. \u0000Conclusion: The administration of jamu antihypercholesterol formula for 28 days could reduce plasmacholesterol level in subjects with mild hypercholesterolemia. (Health Science Journal of Indonesia2018;9(2):87-92) \u0000Keywords: hypercholesterolemia, Jamu, Saintifikasi Jamu","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45395639","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}