首页 > 最新文献

Health Science Journal of Indonesia最新文献

英文 中文
Improving the use of Curcuma aeruginosa Roxb. as anthelmintic for children in Bogor Regency 改善铜绿姜黄的使用。为茂物摄政的儿童驱虫
Pub Date : 2017-12-31 DOI: 10.22435/hsji.v8i2.6051.
S. Siahaan, R. Handayani, N. Aryastami
Latar belakang: Tingkat kecacingan pada anak di Indonesia masih tinggi, untuk itu diperlukan pendekatan intervensi kesehatan masyarakat yang tepat. Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) ibu dalam hal mengobati sendiri penyakit kecacingan dengan menggunakan Curcuma aeruginosa Roxb., bahan alam yang mudah ditemukan di Indonesia. Metode: Studi intervensi yang terdiri dari pengukur an terhadap  tingkat PSP ibu (77) yang memiliki anak (80) usia 3 sampai 10 tahun, dimana dilakukan pemeriksaan kecacingan pada tinja anak-anak tersebut.  Kemudian pada anak-anak  yang terbukti menderita kecacingan diobati dengan minuman Curcuma dengan melibatkan ibu. Terhadap ibu juga diberi penyuluhan dan diukur kembali PSP nya terkait kecacingan dan pengobatan kecacingan dengan Curcuma. Tempat pengambilan sampel di Posyandu, desa Cibungbulang kabupaten Bogor. Hasil: PSP ibu meningkat setelah mereka diberikan penyuluhan kecacingan dan pengobatannya a.l pengetahuan bahwa kecacingan adalah penyakit menular (42,90% menjadi 84.40%) dan makanan yang kurang matang dan kotor menjadi jalan masauk bagi cacing kedalam tubuh ( 67,50% ke 92.20%), dan tanaman obat dapat digunakan untuk mengobati kecacingan (45.50% menjadi 79.20%). Kesimpulan: Edukasi kesehatan yang langsung melibatkan ibu untuk melakukan pengobatan kecacingan dengan Curcuma terbukti efektif untuk meningkatkan PSP  sekaligus menyembuhkan kecacingan pada anak. Hasil studi menyarankan bahwa program pengobatan kecacingan pada anak dengan Curcuma dapat  dilakukan pada program pengentasan kecacingan dan tidak perlu didahului dengan test pengujian kecacingan pada feces karena Curcuma terbukti efektif untuk pengobatan kecacingan, aman dan meningkatkan nafsu makan anak. Kata kunci: pengentasan kecacingan, Curcuma aeruginosa Roxb., anthelmintic, ibu dan anak Abstract Backgrounds: Worm infections in Indonesia are still high, it needs an appropriate public health intervention. This study aims to improve the knowledge, attitude and practice (KAP) of mothers about self-medication of worm infections using Curcuma aeruginosa Roxb., a natural plant easily  found in Indonesia Methods: Study intervention involving the assessment of knowledge, attitude and practice of mothers (77) whose children (80) were feces tested  to find out  worm infections on their children. The children who confirmed suffering from worm infection were joined Curcuma treatment.  Health education related to worm infections and its treatment with Curcuma were delivered to mothers. Then PSP of mothers were assessed again using the same questionnaires as before. Samples were collected from two Village Integrated Health Post in Cibungbulang village Bogor Municipality Results: Before-after intervention showed, the KAP of mothers increased after they got health education & information i.e. mothers knew that worm infections was a contagious disease 42.90% to  84.40%, mothers knew that dirty or poor cooked food is the way of worm g
背景:印度尼西亚的儿童焦虑症仍然很高,需要适当的公共卫生干预。本文的目的是提高母亲在使用铜绿假单胞菌Roxb治疗自身疾病时的知识、态度和行为(PSP)。在印度尼西亚很容易找到。方法:干预研究包括对有一个3至10岁孩子(80)的母亲PSP水平(77)的测量,对孩子的得分进行压力检查。然后,在那些被证明患有悲伤的孩子身上,母亲服用了姜黄饮料。面对这位母亲,她也接受了检查,并测量了与焦虑有关的PSP,并用姜黄治疗焦虑。采样地点位于波哥大开普圈的Posyandu村。结果:给予折扣后,母亲的PSP增加,她对折扣是一种传染病的认识(42.90%至84.40%),不太成熟和脏的食物成为蠕虫进入体内的烹饪途径(67.50%至92.20%),结论:健康教育直接涉及母亲用姜黄治疗焦虑症,已被证明在治疗儿童焦虑症的同时,能有效提高PSP[UNK]。研究结果表明,使用姜黄治疗儿童焦虑症的计划可以在焦虑筛查计划中进行,不需要在之前对粪便进行焦虑测试,因为姜黄已被证明对焦虑症治疗、安全和加强儿童喂养有效。关键词:美味切,绿脓郁金,和驱虫剂,母婴摘要背景:印度尼西亚的蠕虫感染率仍然很高,需要适当的公共卫生干预。本研究旨在提高母亲对使用铜绿假单胞菌Roxb自行治疗蠕虫感染的知识、态度和实践(KAP)。一种在印度尼西亚很容易发现的天然植物[UNK]方法:研究干预,包括评估母亲(77)的知识、态度和实践,这些母亲的孩子(80)接受了粪便测试[UNK],以找出孩子身上的蠕虫感染。证实患有蠕虫感染的儿童接受了姜黄治疗。[UNK]对母亲进行了与蠕虫感染相关的健康教育以及姜黄的治疗。然后再次使用与以前相同的问卷对母亲的PSP进行评估。从波哥大Cibunbulang村的两个村庄综合卫生站采集样本。结果:干预前后,母亲在接受健康教育和信息后,KAP增加,即母亲知道蠕虫感染是一种传染性疾病,42.90%至84.40%,结论:健康教育配合姜黄治疗可改善母亲的KAP,也可治愈儿童蠕虫感染。建议对患有姜黄的儿童进行适当的驱虫程序,无需检查粪便,因为姜黄有效、安全,可以刺激儿童食欲。关键词:驱虫;姜黄。驱虫药,母亲和儿童。
{"title":"Improving the use of Curcuma aeruginosa Roxb. as anthelmintic for children in Bogor Regency","authors":"S. Siahaan, R. Handayani, N. Aryastami","doi":"10.22435/hsji.v8i2.6051.","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i2.6051.","url":null,"abstract":"Latar belakang: Tingkat kecacingan pada anak di Indonesia masih tinggi, untuk itu diperlukan pendekatan intervensi kesehatan masyarakat yang tepat. Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) ibu dalam hal mengobati sendiri penyakit kecacingan dengan menggunakan Curcuma aeruginosa Roxb., bahan alam yang mudah ditemukan di Indonesia. Metode: Studi intervensi yang terdiri dari pengukur an terhadap  tingkat PSP ibu (77) yang memiliki anak (80) usia 3 sampai 10 tahun, dimana dilakukan pemeriksaan kecacingan pada tinja anak-anak tersebut.  Kemudian pada anak-anak  yang terbukti menderita kecacingan diobati dengan minuman Curcuma dengan melibatkan ibu. Terhadap ibu juga diberi penyuluhan dan diukur kembali PSP nya terkait kecacingan dan pengobatan kecacingan dengan Curcuma. Tempat pengambilan sampel di Posyandu, desa Cibungbulang kabupaten Bogor. Hasil: PSP ibu meningkat setelah mereka diberikan penyuluhan kecacingan dan pengobatannya a.l pengetahuan bahwa kecacingan adalah penyakit menular (42,90% menjadi 84.40%) dan makanan yang kurang matang dan kotor menjadi jalan masauk bagi cacing kedalam tubuh ( 67,50% ke 92.20%), dan tanaman obat dapat digunakan untuk mengobati kecacingan (45.50% menjadi 79.20%). Kesimpulan: Edukasi kesehatan yang langsung melibatkan ibu untuk melakukan pengobatan kecacingan dengan Curcuma terbukti efektif untuk meningkatkan PSP  sekaligus menyembuhkan kecacingan pada anak. Hasil studi menyarankan bahwa program pengobatan kecacingan pada anak dengan Curcuma dapat  dilakukan pada program pengentasan kecacingan dan tidak perlu didahului dengan test pengujian kecacingan pada feces karena Curcuma terbukti efektif untuk pengobatan kecacingan, aman dan meningkatkan nafsu makan anak. Kata kunci: pengentasan kecacingan, Curcuma aeruginosa Roxb., anthelmintic, ibu dan anak Abstract Backgrounds: Worm infections in Indonesia are still high, it needs an appropriate public health intervention. This study aims to improve the knowledge, attitude and practice (KAP) of mothers about self-medication of worm infections using Curcuma aeruginosa Roxb., a natural plant easily  found in Indonesia Methods: Study intervention involving the assessment of knowledge, attitude and practice of mothers (77) whose children (80) were feces tested  to find out  worm infections on their children. The children who confirmed suffering from worm infection were joined Curcuma treatment.  Health education related to worm infections and its treatment with Curcuma were delivered to mothers. Then PSP of mothers were assessed again using the same questionnaires as before. Samples were collected from two Village Integrated Health Post in Cibungbulang village Bogor Municipality Results: Before-after intervention showed, the KAP of mothers increased after they got health education & information i.e. mothers knew that worm infections was a contagious disease 42.90% to  84.40%, mothers knew that dirty or poor cooked food is the way of worm g","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"95-101"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44971590","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Early Warning Alert and Response System (EWARS) in Indonesia: Highlight From The First Years of Implementation, 2009-2011 印度尼西亚早期预警和反应系统(EWARS): 2009-2011年实施第一年的亮点
Pub Date : 2017-12-31 DOI: 10.22435/HSJI.V8I2.7572.81-87
Ratna Budi Hapsari, D. Riana, E. Purwanto, N. Kandel, V. Setiawaty
Latar Belakang: Sistem kewaspadaan dini dan respons KLB (EWARS) adalah sistem surveilans sindrom berbasis web, yang diberlakukan di Indonesia sejak 2009, dimulai di dua provinsi. Untuk memberikan respons yang cepat terhadap sinyal yang terdeteksi pada EWARS, algoritma untuk diagnosis dan respons serta alat pemetaan kapasitas laboratorium dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja penerapan EWARS dan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kesenjangan EWARS sebagai sistem kewaspadaan dini dan respons KLB. Metode: Kinerja EWARS digambarkan dengan analisis data EWARS 2009-2011 di enam provinsi. Kekuatan dan kesenjangan EWARS diidentifikasi dengan melakukan penilaian umum di tiga provinsi terpilih dan penilaian kapasitas laboratorium di sembilan provinsi. Hasil: Kinerja EWARS cukup baik di Bali dan Lampung pada tahun pertama pelaksanaannya. Pada tahun 2010 dan 2011, kinerja EWARS di enam provinsi tetap baik. Sistem ini mudah digunakan dan bisa memberi informasi tentang peringatan dan pemetaan mingguan. Monitoring peringatan dengan menggunakan EWARS dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk melihat kualitas respon yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat atau Rapid Response Team (RRT). Meskipun konfirmasi laboratorium belum dilakukan untuk sebagian besar peringatan yang terdeteksi oleh sistem, pada umumnya, EWARS diterima dengan baik di Lampung, Bali, dan Kalimantan Selatan, dan memberi manfaat untuk meningkatkan kinerja pada fungsi peringatan dini. Kesimpulan: EWARS adalah kesempatan untuk memperkuat sistem surveilans yang berkelanjutan dan sensitif. Sistem ini diterima dengan baik karena mudah digunakan dan meningkatkan kinerja peringatan dini walapun masih perlu penguatan laboratorium. Kata kunci: Sistem Kewaspadaan Dini, Respons, Pemetaan, Surveilans berbasis Web Abstract Background: Early Warning Alert Response System (EWARS) is a web-based syndrome surveillance system, established in Indonesia since 2009, started in two provinces. In order to provide a prompt response of the signals detected on EWARS, the algorithms for diagnosis and response and the laboratory capacity mapping tool were developed. This study aims to describe performance of EWARS implementation and to identify the strengths and gaps of EWARS as a disease early warning and detection system. Methods: EWARS performance was described by analysis of the EWARS data 2009-2011 in six provinces. EWARS strengths and gaps were identified by conducting general assessment in three selected provinces and laboratory capacity assessment in nine provinces. Results : The performance of EWARS was quite good in Bali and Lampung at the first year of implementation. In 2010 and 2011, EWARS performance in six provinces was remain good. The system is easy to use and could give information on weekly alerts and mapping. Alert monitoring by using EWARS could be used as an evaluation tool to see the quality of response conducted by local health officers or Rapid Response Team (R
背景:KLB早期预警系统和反应系统(EWARS)是一种基于web的监控系统,自2009年以来一直在印度尼西亚的两个省启动。为了给EWARS中检测到的信号提供快速响应,开发了实验室容量测绘算法、诊断和响应算法。本研究旨在描述EWARS的应用性能,并确定EWARS的力量和不平等是KLB早期意识和反应系统。方法:在六个省进行EWARS数据分析,可以说明EWARS性能。EWARS的强度和不平等是通过在选定的三个省进行公共评估和9个省的实验室能力评估来确定的。结果:巴厘岛和楠榜在第一年的表现相当不错。2010年和2011年,6个省的EWARS表现良好。该系统易于使用,可以为每周的警告和映射提供信息。使用EWARS监控可以作为一种评估工具,观察当地卫生工作者或快速反应小组的反应质量。尽管该系统检测到的大多数警告都没有得到实验室的确认,但总的来说,EWARS在楠榜、巴厘岛和南加里曼丹都得到了很好的接受,并有助于提高预警功能。结论:EWARS是一个加强可持续和敏感监控系统的机会。这个系统很受欢迎,因为它易于使用,而且早期预警性能还需要加强实验室。关键词:早期预警系统,反应系统,地图,基于Web Abstract的监控系统:“早发警报系统”是一种网络监视系统,自2009年以来在印度尼西亚建立了两省。在提供EWARS检测的信号提示下,开发了用于诊断和反应的算法和实验室可用工具开发的算法。这项研究旨在描述战争表现的结果,并将人类战争的力量和倾向确定为一种疾病的早发和探测系统。方法:EWARS performance是描述了2001 -2011年在六个省的EWARS数据分析。EWARS strengths和gaps是由九省三省共同评估和实验室评估确定的。推荐:EWARS表现在巴厘岛和巴厘岛的第一年都很好。2010年和2011年,六省的战争表现一直很好。系统很容易使用,可以在周末过敏和购物时提供信息。使用EWARS工具观察当地卫生官员或快速反应小组所表现出的反应。尽管该系统批准的实验室没有成功,但在一般情况下,EWARS在巴厘岛、巴厘岛和南加里曼丹都受到良好的欢迎,并授权增加早期战争活动的强度。结论:EWARS是一个加强可持续监控系统的机会。系统运行良好,因为容易增加攻击性行为。警告系统,响应,绘图,网络监控
{"title":"Early Warning Alert and Response System (EWARS) in Indonesia: Highlight From The First Years of Implementation, 2009-2011","authors":"Ratna Budi Hapsari, D. Riana, E. Purwanto, N. Kandel, V. Setiawaty","doi":"10.22435/HSJI.V8I2.7572.81-87","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V8I2.7572.81-87","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Sistem kewaspadaan dini dan respons KLB (EWARS) adalah sistem surveilans sindrom berbasis web, yang diberlakukan di Indonesia sejak 2009, dimulai di dua provinsi. Untuk memberikan respons yang cepat terhadap sinyal yang terdeteksi pada EWARS, algoritma untuk diagnosis dan respons serta alat pemetaan kapasitas laboratorium dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja penerapan EWARS dan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kesenjangan EWARS sebagai sistem kewaspadaan dini dan respons KLB. Metode: Kinerja EWARS digambarkan dengan analisis data EWARS 2009-2011 di enam provinsi. Kekuatan dan kesenjangan EWARS diidentifikasi dengan melakukan penilaian umum di tiga provinsi terpilih dan penilaian kapasitas laboratorium di sembilan provinsi. Hasil: Kinerja EWARS cukup baik di Bali dan Lampung pada tahun pertama pelaksanaannya. Pada tahun 2010 dan 2011, kinerja EWARS di enam provinsi tetap baik. Sistem ini mudah digunakan dan bisa memberi informasi tentang peringatan dan pemetaan mingguan. Monitoring peringatan dengan menggunakan EWARS dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk melihat kualitas respon yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat atau Rapid Response Team (RRT). Meskipun konfirmasi laboratorium belum dilakukan untuk sebagian besar peringatan yang terdeteksi oleh sistem, pada umumnya, EWARS diterima dengan baik di Lampung, Bali, dan Kalimantan Selatan, dan memberi manfaat untuk meningkatkan kinerja pada fungsi peringatan dini. Kesimpulan: EWARS adalah kesempatan untuk memperkuat sistem surveilans yang berkelanjutan dan sensitif. Sistem ini diterima dengan baik karena mudah digunakan dan meningkatkan kinerja peringatan dini walapun masih perlu penguatan laboratorium. Kata kunci: Sistem Kewaspadaan Dini, Respons, Pemetaan, Surveilans berbasis Web Abstract Background: Early Warning Alert Response System (EWARS) is a web-based syndrome surveillance system, established in Indonesia since 2009, started in two provinces. In order to provide a prompt response of the signals detected on EWARS, the algorithms for diagnosis and response and the laboratory capacity mapping tool were developed. This study aims to describe performance of EWARS implementation and to identify the strengths and gaps of EWARS as a disease early warning and detection system. Methods: EWARS performance was described by analysis of the EWARS data 2009-2011 in six provinces. EWARS strengths and gaps were identified by conducting general assessment in three selected provinces and laboratory capacity assessment in nine provinces. Results : The performance of EWARS was quite good in Bali and Lampung at the first year of implementation. In 2010 and 2011, EWARS performance in six provinces was remain good. The system is easy to use and could give information on weekly alerts and mapping. Alert monitoring by using EWARS could be used as an evaluation tool to see the quality of response conducted by local health officers or Rapid Response Team (R","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"81-87"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46597114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Biochemical characterization of insecticide resistance and exposure in Aedes aegypti population from Wonosobo (a new highland Dengue endemic area), Central Java, Indonesia 印尼中爪哇Wonosobo(一个新的高地登革热流行区)埃及伊蚊种群杀虫剂抗性和暴露的生化特征
Pub Date : 2017-12-31 DOI: 10.22435/hsji.v8i2.6854.
Dyah Widiastuti, B. Ikawati, M. Martini, N. Wijayanti
Latar Belakang: Resistensi terhadap insektisida terutama terjadi karena adanya perubahan pada enzim metabolik serangga. Enzim metabolik yang sering berperan dalam kejadian resistensi antara lain adalah esterase dan monooksigenase. Metode: Uji kerentanan dan uji biokimia untuk mendeteksi resistensi terhadap malation dan cypermetrin dilakukan pada Aedes aegypti dari Wonosobo (daerah endemis baru infeksi Dengue di dataran tinggi). Uji coba yang dilakukan pada generasi F1 nyamuk Ae.aegypti yang tertangkap di lapangan bertujuan untuk mengetahui mekanisme resistensi berdasarkan aktivitas dua enzim detoksifikasi yaitu esterase dan monooksigenase. Wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan untuk mengetahui penggunaan insektisida oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Hasil: Uji kerentanan menunjukkan mortalitas sebesar 23,4% setelah terpapar malathion 0,8% dan 46,7% setelah terpapar cypermethrin 0,05%. Hasil uji biokimia menunjukkan bahwa aktivitas esterase dan monooksigenase cenderung meningkat pada Ae.aegypti di Wonosobo. Wawancara dan kuesioner menyimpulkan bahwa cypermetrin adalah satu-satunya golongan insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor oleh Dinas Kesehatan Wonosobo dan merupakan tipe insektisida yang paling sering digunakan di rumah tangga oleh masyarakat Wonosobo untuk mengendalikan populasi Ae.aegypti. Kesimpulan: Ditemukan nyamuk Ae. aegypti yang mengalami peningkatan aktivitas enzim esterase dan monooksigenase pada populasi Ae. aegypti di Kabupaten Wonosobo. Hal ini selaras dengan status resistensi populasi nyamuk tersebut yang resisten terhadap Malation dan Cypermetrin. Kata kunci: Ae.aegypti Wonosobo, biokimia, paparan insektisida, resistensi Abstract Background: Resistance to insecticides mainly occurs due to changes in insect metabolic enzyme. A metabolic enzyme which was often involved in insecticide resistance is esterase and monooxygenase. Methods: Susceptibility test and biochemical assay to detect malathion and cypermethrin resistance were conducted on Aedes aegypti from Wonosobo (new highland Dengue endemic area). The test was performed on F1 generation of Ae.aegypti field caught mosquitoes which aimed to determine the resistance mechanisms regarding two detoxifying enzymes i.e. esterase and monooxygenase. Interview using structured questionnaires was conducted to investigate the usage of insecticide by the society and local government. Results: Susceptibility test showed 23.4 and 46.7% mortalities after exposure to 0.8% malathion and 0.05% cypermethrin. The biochemical assay result suggested that esterase, and monooxygenase activity tend to increase in Ae.aegypti in Wonosobo. Interview and questionnaires conclude that synthetic pyrethroid was the only insecticide type used in vector control program by Wonosobo Health Office and was the most frequent insecticide type to be used in household by Wonosobo society to control Ae.aegypti population. Conclusion: Aedes aegypti with increased esterase
背景:对杀虫剂产生耐药性主要是由于昆虫代谢酶的变化。通常在抗性事件中起作用的代谢酶是酯酶和单加氧酶。方法:对高原登革热新流行区沃诺索博埃及伊蚊进行脆性和生物化学试验,检测其对苹果酸和氯氰菊酯的抗性。对野外捕获的埃及伊蚊F1进行的测试旨在基于酯酶和单加氧酶这两种解毒酶的活性来检测抗性机制。利用结构化衔接进行了一次访谈,以了解公众和地方政府对杀虫剂的使用情况。结果:置信度检验显示马拉硫磷处理死亡率为23.4%,氯氰菊酯处理死亡率为0.05%,马拉硫磷处理为0.8%,氯氰氰菊酯处理为46.7%。生物化学结果表明,云南艾的酯酶和单加氧酶活性有增加的趋势。访谈和凝聚力得出结论,氯氰菊酯是沃诺索博卫生中心病媒控制项目中使用的唯一一组杀虫剂,也是沃诺索波协会在家中最常用的控制埃及伊蚊种群的杀虫剂类型。佛得角沃诺索波埃及伊蚊种群中的酯酶和单加氧酶。这与蚊子种群对苹果酸和氯氰菊酯的抗性状况一致。关键词:埃及伊蚊,生物化学,木瓜蛋白酶杀虫剂,抗性摘要背景:对杀虫剂的抗性主要是由于昆虫代谢酶的变化引起的。酯酶和单加氧酶是一种与杀虫剂抗性有关的代谢酶。方法:采用药敏试验和生化分析方法,对沃诺索博(新高地登革热流行区)埃及伊蚊进行马拉硫磷和氯氰菊酯抗性检测。本试验是在埃及伊蚊场捕捉的F1代蚊子身上进行的,旨在确定酯酶和单加氧酶这两种解毒酶的抗性机制。采用结构化问卷进行访谈,调查社会和地方政府对杀虫剂的使用情况。结果:药敏试验表明,0.8%马拉硫磷和0.05%氯氰菊酯暴露后死亡率分别为23.4%和46.7%。生化测定结果表明,云南艾中的酯酶和单加氧酶活性有增加的趋势。访谈和问卷调查得出的结论是,合成拟除虫菊酯类杀虫剂是沃诺索博卫生办公室病媒控制计划中使用的唯一杀虫剂类型,也是沃诺索波协会在家庭中用于控制埃及伊蚊种群的最常见的杀虫剂类型。结论:在沃诺索博发现了酯酶和单加氧酶活性升高的埃及伊蚊。这一结果与沃诺索博地区埃及伊蚊种群对马拉硫磷和氯氰菊酯的抗性状况一致。关键词:埃及伊蚊;生化;杀虫剂暴露;耐药性
{"title":"Biochemical characterization of insecticide resistance and exposure in Aedes aegypti population from Wonosobo (a new highland Dengue endemic area), Central Java, Indonesia","authors":"Dyah Widiastuti, B. Ikawati, M. Martini, N. Wijayanti","doi":"10.22435/hsji.v8i2.6854.","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i2.6854.","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Resistensi terhadap insektisida terutama terjadi karena adanya perubahan pada enzim metabolik serangga. Enzim metabolik yang sering berperan dalam kejadian resistensi antara lain adalah esterase dan monooksigenase. Metode: Uji kerentanan dan uji biokimia untuk mendeteksi resistensi terhadap malation dan cypermetrin dilakukan pada Aedes aegypti dari Wonosobo (daerah endemis baru infeksi Dengue di dataran tinggi). Uji coba yang dilakukan pada generasi F1 nyamuk Ae.aegypti yang tertangkap di lapangan bertujuan untuk mengetahui mekanisme resistensi berdasarkan aktivitas dua enzim detoksifikasi yaitu esterase dan monooksigenase. Wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan untuk mengetahui penggunaan insektisida oleh masyarakat dan pemerintah daerah. Hasil: Uji kerentanan menunjukkan mortalitas sebesar 23,4% setelah terpapar malathion 0,8% dan 46,7% setelah terpapar cypermethrin 0,05%. Hasil uji biokimia menunjukkan bahwa aktivitas esterase dan monooksigenase cenderung meningkat pada Ae.aegypti di Wonosobo. Wawancara dan kuesioner menyimpulkan bahwa cypermetrin adalah satu-satunya golongan insektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor oleh Dinas Kesehatan Wonosobo dan merupakan tipe insektisida yang paling sering digunakan di rumah tangga oleh masyarakat Wonosobo untuk mengendalikan populasi Ae.aegypti. Kesimpulan: Ditemukan nyamuk Ae. aegypti yang mengalami peningkatan aktivitas enzim esterase dan monooksigenase pada populasi Ae. aegypti di Kabupaten Wonosobo. Hal ini selaras dengan status resistensi populasi nyamuk tersebut yang resisten terhadap Malation dan Cypermetrin. Kata kunci: Ae.aegypti Wonosobo, biokimia, paparan insektisida, resistensi Abstract Background: Resistance to insecticides mainly occurs due to changes in insect metabolic enzyme. A metabolic enzyme which was often involved in insecticide resistance is esterase and monooxygenase. Methods: Susceptibility test and biochemical assay to detect malathion and cypermethrin resistance were conducted on Aedes aegypti from Wonosobo (new highland Dengue endemic area). The test was performed on F1 generation of Ae.aegypti field caught mosquitoes which aimed to determine the resistance mechanisms regarding two detoxifying enzymes i.e. esterase and monooxygenase. Interview using structured questionnaires was conducted to investigate the usage of insecticide by the society and local government. Results: Susceptibility test showed 23.4 and 46.7% mortalities after exposure to 0.8% malathion and 0.05% cypermethrin. The biochemical assay result suggested that esterase, and monooxygenase activity tend to increase in Ae.aegypti in Wonosobo. Interview and questionnaires conclude that synthetic pyrethroid was the only insecticide type used in vector control program by Wonosobo Health Office and was the most frequent insecticide type to be used in household by Wonosobo society to control Ae.aegypti population. Conclusion: Aedes aegypti with increased esterase","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"74-80"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45768835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
The use of traditional health care among Indonesian Family 印尼家庭对传统医疗保健的使用
Pub Date : 2017-07-27 DOI: 10.22435/hsji.v8i1.5600.
N. Nurhayati, L. Widowati
Latar belakang : Penggunaan obat tradisional, pengobatan komplementer dan alternatif meningkat selama beberapa tahun terakhir. Alasan utama meningkatnya penggunaan obat tradisional adalah pasien mengambil pendekatan yang lebih proaktif untuk kesehatan mereka dan mencari berbagai bentuk perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada rumah tangga di Indonesia Metode : Penelitian ini menggunakan data rumah tangga dari data Riskesdas tahun 2013. Jumlah data yang dianalisis sebesar 294.959 subjek.  Analisis data menggunakan analisis kompleks sampel dengan regresi logistik untuk memperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada rumah tangga di Indonesia Hasil : Sebanyak 294.959 subjek pada penelitian ini. Proporsi subjek yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional adalah 30,4% (89.752/294.959). Faktor risiko dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional adalah wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Dibandingkan dengan rumah tangga yang tinggal di pedesaan, rumahtangga yang berada di perkotaan berpeluang 1,09 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradsional [rasio odds suaian (ORa)= 1,09; 95% CI= 1,04 to 1,14]. Rumah tangga yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang 1,10 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,10; 95% CI=1,03 to 1,18). Rumah tangga dengan pekerjaan swasta berpeluang 1,33 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradsional (ORa=1,33; 95% CI=1,25 to 1,41). Rumah tangga yang memiliki tingkat ekonomi tinggi berpeluang 1,31 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,31; 95% CI=1,23 to 1,41). Rumah tangga yang mengetahui ketersediaan pelayanan kesehatan berpeluang 1,44 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,44; 95% CI=1,29 to 1,60). Kesimpulan : Rumah tangga yang tinggal di perkotaan, memiliki tingkat pendidikan rendah, pekerja swasta, memiliki status ekonomi yang tinggi, mengetahui ketersediaan pelayanan kesehatan, lebih berpeluang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional Kata kunci : pelayanan kesehatan tradisional, rumah tangga, Indonesia Background: The use of traditional medicine and complementary and alternative medicine has increased significantly over the past few years. The main reasons for the increasing use of traditional medicine is a growing trend for patients to take a more proactive approach to their own health and to seek out different forms of self-care. This study aimed to investigate the dominant risk factors that related to use of traditional health care among Indonesian family Methods : The study used households data from 2013 National Health Survey Indonesia. Using logistic regression, we then could present dominant risk factors that related to use of traditional health care among Indonesian family Results : Total
背景:传统药物的使用、补充和替代治疗在过去几年中有所增加。传统药物使用增加的主要原因是患者对自己的健康采取了更积极的方法,并寻求不同形式的护理。本研究旨在确定与印尼传统家庭卫生服务使用相关的主导因素。方法:本研究使用2013年Riskesdas数据中的家庭数据。分析的数据量为294959名受试者。[UNK]使用复杂样本分析和逻辑回归进行数据分析,以获得与印度尼西亚家庭使用传统医疗服务相关的主导因素。结果:本研究中多达294959名受试者。使用传统卫生服务的受试者比例为30.4%(89.752/294.959)。与生活在农村的家庭相比,生活在城市的家庭使用传统医疗服务的机会为1.09[比值比(ORa)=1.09;95%CI=1.04至1.14]。受教育程度低的楼梯使用传统医疗服务的机会是原来的1.10倍(ORa=1.10;95%CI=1.03至1.18)。私营部门家庭使用传统医疗服务的比例为1.33倍(ORa=1.33;95%置信区间=1.25至1.41)。经济水平高的楼梯是传统医疗服务的1.31倍(ORa=1.31;95%CI=1.23至1.41)。一个知道卫生服务可用性的楼梯使用传统卫生服务的机会是原来的1.44倍(ORa=1.44;95%CI=1.29至1.60)。结论:居住在城市中的房屋,受教育程度低,私人工作者,经济地位高,知道卫生服务的可用性,更有可能从传统卫生服务中受益关键词:传统卫生服务,家庭,印度尼西亚背景:在过去几年中,传统医学、补充医学和替代医学的使用显著增加。越来越多地使用传统医学的主要原因是,患者越来越倾向于对自己的健康采取更积极的方法,并寻求不同形式的自我保健。本研究旨在调查印尼家庭中与使用传统医疗保健相关的主要风险因素。方法:该研究使用了2013年印尼国家健康调查的家庭数据。使用逻辑回归,我们可以提出印尼家庭中与使用传统医疗保健相关的主要风险因素。结果:分析的受试者总数为294959人。这项研究的对象是户主或家庭成员。使用传统医疗保健的比例为30.4%(78.775/294.959)。与使用传统医疗保健有关的主要风险因素是类型、地区、教育水平、就业状况、经济水平和对医疗保健可用性的了解。与农村人相比,受教育程度低的家庭使用传统医疗保健的可能性高出1.10(ORa=1.10;95%CI=1.03至1.18)。私人雇员家庭使用传统卫生保健的可能性更高出1.33(ORa=1.33;95%CI=1.25至1.41)。经济水平高的家庭使用传统医疗保健的可能性高1.31(ORa=1.31;95%CI=1.23至1.41)。此外,了解医疗保健可用性的家庭更有可能使用传统医疗保健(ORa=1.44;95%CI=1.29至1.60)。结论:城市地区的家庭受试者、私人雇员、受教育水平低、经济水平高、知道卫生服务可用性的家庭更有可能使用传统卫生保健关键词:传统卫生保健、印度尼西亚家庭
{"title":"The use of traditional health care among Indonesian Family","authors":"N. Nurhayati, L. Widowati","doi":"10.22435/hsji.v8i1.5600.","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i1.5600.","url":null,"abstract":"Latar belakang : Penggunaan obat tradisional, pengobatan komplementer dan alternatif meningkat selama beberapa tahun terakhir. Alasan utama meningkatnya penggunaan obat tradisional adalah pasien mengambil pendekatan yang lebih proaktif untuk kesehatan mereka dan mencari berbagai bentuk perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada rumah tangga di Indonesia Metode : Penelitian ini menggunakan data rumah tangga dari data Riskesdas tahun 2013. Jumlah data yang dianalisis sebesar 294.959 subjek.  Analisis data menggunakan analisis kompleks sampel dengan regresi logistik untuk memperoleh faktor dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional pada rumah tangga di Indonesia Hasil : Sebanyak 294.959 subjek pada penelitian ini. Proporsi subjek yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional adalah 30,4% (89.752/294.959). Faktor risiko dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional adalah wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, dan ketersediaan pelayanan kesehatan. Dibandingkan dengan rumah tangga yang tinggal di pedesaan, rumahtangga yang berada di perkotaan berpeluang 1,09 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradsional [rasio odds suaian (ORa)= 1,09; 95% CI= 1,04 to 1,14]. Rumah tangga yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang 1,10 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,10; 95% CI=1,03 to 1,18). Rumah tangga dengan pekerjaan swasta berpeluang 1,33 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradsional (ORa=1,33; 95% CI=1,25 to 1,41). Rumah tangga yang memiliki tingkat ekonomi tinggi berpeluang 1,31 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,31; 95% CI=1,23 to 1,41). Rumah tangga yang mengetahui ketersediaan pelayanan kesehatan berpeluang 1,44 kali memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional (ORa=1,44; 95% CI=1,29 to 1,60). Kesimpulan : Rumah tangga yang tinggal di perkotaan, memiliki tingkat pendidikan rendah, pekerja swasta, memiliki status ekonomi yang tinggi, mengetahui ketersediaan pelayanan kesehatan, lebih berpeluang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional Kata kunci : pelayanan kesehatan tradisional, rumah tangga, Indonesia Background: The use of traditional medicine and complementary and alternative medicine has increased significantly over the past few years. The main reasons for the increasing use of traditional medicine is a growing trend for patients to take a more proactive approach to their own health and to seek out different forms of self-care. This study aimed to investigate the dominant risk factors that related to use of traditional health care among Indonesian family Methods : The study used households data from 2013 National Health Survey Indonesia. Using logistic regression, we then could present dominant risk factors that related to use of traditional health care among Indonesian family Results : Total","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"70300"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45326742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 27
Flight hours of unplanned flight and other risk factors affecting exercise habit among commercial pilots in Indonesia 影响印尼商业飞行员运动习惯的非计划飞行时数和其他风险因素
Pub Date : 2017-07-26 DOI: 10.22435/HSJI.V8I1.5341.36-42
C. Ariani
Abstrak Latar belakang : Kebiasaan melakukan latihan fisik antara lain berguna bagi kebugaran fisik serta kognitif, serta mencegah inkapasitasi akibat nyeri punggung bawah, kelelahan, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari Survey Terhadap Kebiasaan Hidup Sehat Pilot Sipil di Indonesia Tahun 2016. Pada penelitian ini, yang dianalisis adalah data pilot dengan lisensi CPL dan ATPL. Kebiasaan latihan fisik sesuai dengan rekomendasi latihan fisik American College of Sports Medicine (ACSM) . Data yang diambil meliputi data demografi, pekerjaan, kepuasan hidup, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang. Analisis regresi Cox digunakan untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kebiasaan latihan fisik. Hasil : Di antara 644 data pilot, terdapat 332 data yang memenuhi kriteria. Proporsi pilot sipil yang memiliki kebiasaan latihan fisik yang sesuai rekomendasi adalah 44%. Faktor dominan yang mempengaruhi latihan fisik adalah usia. Pilot sipil berusia 50 sampai 65 tahun memiliki kebiasaan latihan fisik 40% lebih rendah dibandingkan dengan pilot sipil berusia 20 – 29 tahun (risiko relatif suaian (RRa) 0,60; Interval Kepercayaan (IK) 95% 0,38 – 0,94; P 0,026). Sedangkan jam terbang di luar jadwal dan indeks massa tubuh yang berlebih nampaknya berpengaruh terhadap kebiasaan latihan fisik (secara berurutan: RRa 0,58; IK95% 0,30 – 1,13; P 0,112 dan RRa 0,79; IK95% 0,62 – 1,02; P 0,072). Kesimpulan : Usia, jam terbang di luar jadwal, dan IMT berlebih nampaknya berpengaruh terhadap kebiasan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia. Kata kunci : latihan fisik, jam terbang, pilot sipil, Indonesia Abstract Background: Physical exercise habit has some benefits, among others, for physical fitness and cognitive function, as well as preventing incapacitation events caused by low back pain, fatigue, dan cardiovascular diseases. The aim of this study was to find out the description of physical exercise habit among commercial pilot in Indonesia and its affecting factors. Method: This study was conducted with cross sectional design using secondary data from Healthy Lifestyle Survey of Commercial Pilot in Indonesia Year 2016. In this study, data of pilots with CPL and ATPL was analysed. Physical exercise habit was defined appropriately with American College of Sports Medicine (ACSM) recommendation . Data taken were demographic data, job factors, satisfaction of life, body mass index, and waist circumference. Cox regression analysis was used to analyse dominant factors which affect physical exercise habit. Result s : Among 644 pilots’ data, there were 332 data met the criteria in this study. Proportion of commercial pilots who had appropriate exercise habit was 44%. Dominant factor which affecting exercise habit was age. Compared to
背景摘要:通常体育锻炼有助于身体和认知健康,并防止因下背痛、疲劳和心血管疾病而丧失工作能力。本研究的目的是了解印尼民航飞行员的身体实践情况及其影响因素。方法:这项研究采用了尖端设计,使用了2016年印尼健康试点标准调查的二次数据。在本研究中,分析的是具有CPL和ATPL许可证的导频数据。按照美国运动医学院(ACSM)的体能训练建议进行体能训练。收集的数据包括人口统计数据、工作、生活满意度、体重指数和腰围。运用Cox回归分析法对影响体育锻炼的主导因素进行了分析。结果:在644个导频数据中,332个数据符合标准。按照建议进行常规体育锻炼的文职飞行员比例为44%。影响体育锻炼的主要因素是年龄。50-65岁的民用飞行员的体能训练习惯比20-29岁的民用驾驶员低40%(RRa)0.60;置信区间(CI)95%0.38–0.94;P 0.026)。当时间超出计划时,体重指数似乎会影响体育锻炼习惯(依次为:RRa 0.58;95%CI 0.30–1.13;P 0.112和RRa 0.79;95%CI 0.62–1.02;P 0.072)。结论:年龄、飞行时间和IMT更可能影响印尼民航飞行员的体能训练。关键词:体育锻炼,飞行时间,民用飞行员,印度尼西亚摘要背景:体育锻炼习惯对身体素质和认知功能有一些好处,还可以预防由腰痛、疲劳和心血管疾病引起的丧失能力事件。本研究旨在了解印尼商业飞行员体育锻炼习惯的描述及其影响因素。方法:本研究采用横断面设计,使用2016年印度尼西亚商业试点健康生活方式调查的二次数据。在本研究中,对飞行员的CPL和ATPL数据进行了分析。根据美国运动医学院(ACSM)的建议,对体育锻炼习惯进行了适当的定义。所收集的数据包括人口统计数据、工作因素、生活满意度、体重指数和腰围。采用Cox回归分析法对影响体育锻炼习惯的主导因素进行分析。结果:在644名飞行员的数据中,有332项数据符合本研究的标准。商业飞行员中有适当运动习惯的比例为44%。影响运动习惯的主要因素是年龄。与20至29岁的飞行员相比,50至65岁的飞行员有锻炼习惯的可能性降低了40%(调整后的相对aisk(RRa)0.60;95%置信区间(CI)0.38–0.94;P 0.026)。此外,计划外飞行和超重的飞行时间可能会影响体育锻炼习惯(连续aRR 0.58;95%CI 0.30–1.13;P=0.112和aRR 0.79;IK95%0.62–1.02;P 0.072)。结论:年龄组、计划外飞行时间和超重可能影响印尼商业飞行员的运动习惯。关键词:体育锻炼,飞行时间,商业飞行员,印度尼西亚。
{"title":"Flight hours of unplanned flight and other risk factors affecting exercise habit among commercial pilots in Indonesia","authors":"C. Ariani","doi":"10.22435/HSJI.V8I1.5341.36-42","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V8I1.5341.36-42","url":null,"abstract":"Abstrak Latar belakang : Kebiasaan melakukan latihan fisik antara lain berguna bagi kebugaran fisik serta kognitif, serta mencegah inkapasitasi akibat nyeri punggung bawah, kelelahan, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebiasaan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari Survey Terhadap Kebiasaan Hidup Sehat Pilot Sipil di Indonesia Tahun 2016. Pada penelitian ini, yang dianalisis adalah data pilot dengan lisensi CPL dan ATPL. Kebiasaan latihan fisik sesuai dengan rekomendasi latihan fisik American College of Sports Medicine (ACSM) . Data yang diambil meliputi data demografi, pekerjaan, kepuasan hidup, indeks massa tubuh, dan lingkar pinggang. Analisis regresi Cox digunakan untuk menganalisis faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kebiasaan latihan fisik. Hasil : Di antara 644 data pilot, terdapat 332 data yang memenuhi kriteria. Proporsi pilot sipil yang memiliki kebiasaan latihan fisik yang sesuai rekomendasi adalah 44%. Faktor dominan yang mempengaruhi latihan fisik adalah usia. Pilot sipil berusia 50 sampai 65 tahun memiliki kebiasaan latihan fisik 40% lebih rendah dibandingkan dengan pilot sipil berusia 20 – 29 tahun (risiko relatif suaian (RRa) 0,60; Interval Kepercayaan (IK) 95% 0,38 – 0,94; P 0,026). Sedangkan jam terbang di luar jadwal dan indeks massa tubuh yang berlebih nampaknya berpengaruh terhadap kebiasaan latihan fisik (secara berurutan: RRa 0,58; IK95% 0,30 – 1,13; P 0,112 dan RRa 0,79; IK95% 0,62 – 1,02; P 0,072). Kesimpulan : Usia, jam terbang di luar jadwal, dan IMT berlebih nampaknya berpengaruh terhadap kebiasan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia. Kata kunci : latihan fisik, jam terbang, pilot sipil, Indonesia Abstract Background: Physical exercise habit has some benefits, among others, for physical fitness and cognitive function, as well as preventing incapacitation events caused by low back pain, fatigue, dan cardiovascular diseases. The aim of this study was to find out the description of physical exercise habit among commercial pilot in Indonesia and its affecting factors. Method: This study was conducted with cross sectional design using secondary data from Healthy Lifestyle Survey of Commercial Pilot in Indonesia Year 2016. In this study, data of pilots with CPL and ATPL was analysed. Physical exercise habit was defined appropriately with American College of Sports Medicine (ACSM) recommendation . Data taken were demographic data, job factors, satisfaction of life, body mass index, and waist circumference. Cox regression analysis was used to analyse dominant factors which affect physical exercise habit. Result s : Among 644 pilots’ data, there were 332 data met the criteria in this study. Proportion of commercial pilots who had appropriate exercise habit was 44%. Dominant factor which affecting exercise habit was age. Compared to ","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"36-42"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42231065","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Flight Hours in 7 Consecutive Days and Physical Exercise Among the Civil Pilot in Indonesia 印尼民航飞行员连续7天飞行时间与体育锻炼
Pub Date : 2017-07-26 DOI: 10.22435/HSJI.V8I1.5352
Harry Wicaksana
Abstrak Latar belakang Tidak tersedianya waktu merupakan salah satu hambatan melakukan latihan fisik yang sering dilaporkan di negara berkembang. Berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil bagian 121, jam terbang maksimal pilot sipil komersial dalam 7 hari terakhir adalah 30 jam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan jam terbang 7 hari terakhir terhadap kebiasaan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia. Metode Penelitian potong lintang terhadap 600 orang pilot sipil yang melakukan pengujian kesehatan personil penerbangan di Balai Kesehatan Penerbangan pada bulan April 2016 dan memenuhi kriteria inklusi/ekslusi.  Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan olahraga, tinggi dan berat badan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Pilot dikategorikan memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai rekomendasi ACSM apabila melakukan latihan fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu atau latihan fisik dengan intensitas berat selama 75 menit per minggu. Hasil Jam terbang 7 hari terakhir merupakan faktor dominan terhadap kebiasaan latihan fisik. Jika dibandingkan dengan pilot dengan jam terbang 7 hari terakhir < 3,5 jam, maka pilot dengan jam terbang 7 hari terakhir 3,5-14 jam berisiko 24% lebih rendah memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai [RRa= 0,76; p=0,032]. Simpulan Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kebiasaan latihan fisik adalah jam terbang 7 hari terakhir. Kata kunci: Jam terbang 7 hari terakhir, kebiasaan latihan fisik, pilot sipil Indonesia Background The most frequently reported barrier of doing physical exercise in developed countries is lack of time. Based on the Civil Aviation Safety Regulation part 121, the maximum working hour for commercial pilot in 7 consecutive days is 30 hours. The study objective is to identify the relation between flight hours in 7 consecutive days and the physical exercise habit among the civil pilots in Indonesia. Method A cross sectional study towards 600 civil pilots, who did their medical examination at the Aviation Medical Center, Jakarta and met the inclusion/exclusion criteria. The collected data were demographic and job characteristics, physical exercise habits, body weight, heights. The data was obtained through interview and physical examinations. Pilot was categorized as having an appropriate physical exercise habit if he/she spent 150 minutes of moderate intensity exercise per week or 75 minutes of vigorous intensity exercise per week. Results Flight hour in 7 consecutive days was a dominant factor to the physical exercise habit. Compared to the pilot who had flight hours in 7 consecutive days less than 3.5 hours, pilot who had flight hours in 7 consecutive days 3.5-14 were having less 24% risk of appropriate physical exercise [RRa= 0,76; p=0,032]. Conclusion Risk factor to the physical exercise habit among the civil pilot is flight hour in 7 consecutive days. Key words: Flight hours in 7 consecu
背景摘要时间不可用是发展中国家经常报道的体育锻炼的障碍之一。根据《民用航空安全规则》第121条,过去7天内,商业民用飞行员的最长飞行时间为30小时。因此,需要研究最后7天的飞行时间与印尼民航飞行员体能训练实践的关系。对2016年4月在航空卫生站进行个人飞行健康测试并符合纳入/排除标准的600名文职飞行员的跨境调查方法。收集的数据包括人口特征、工作、运动习惯、身高和体重。数据收集是通过访谈和身体检查来完成的。分类飞行员在每周进行150分钟的高强度体育锻炼或每周进行75分钟的大强度体育锻炼时,有ACSM建议的体育锻炼习惯。最后七天的飞行时间是体育锻炼的主要因素。如果与最后7天飞行时间<3.5小时的飞行员相比,那么最后7天的飞行时间为3.5-14小时、风险降低24%的飞行员有相应的体能训练[RRa=0.76;p=0.032]。影响体育锻炼习惯的风险因素组合是飞行的最后7天。关键词:最近7天飞行时间,体育锻炼习惯,印尼民航飞行员背景在发达国家,体育锻炼最常见的障碍是缺乏时间。根据《民用航空安全条例》第121部分,商业飞行员连续7天的最长工作时间为30小时。本研究旨在确定印度尼西亚民航飞行员连续7天飞行时间与体育锻炼习惯之间的关系。方法对600名在雅加达航空医疗中心进行体检并符合纳入/排除标准的民航飞行员进行横断面研究。收集的数据包括人口统计和工作特征、体育锻炼习惯、体重和身高。数据是通过面谈和体检获得的。如果飞行员每周进行150分钟中等强度运动或75分钟剧烈强度运动,则被归类为有适当的体育锻炼习惯。结果连续7天飞行时间是影响体育锻炼习惯的主要因素。与连续7天飞行时间少于3.5小时的飞行员相比,连续7天的飞行时间为3.5-14的飞行员进行适当体育锻炼的风险较低24%[RRa=0.76;p=0.032]。结论民航飞行员体育锻炼习惯的危险因素为连续7天飞行时间。关键词:连续7天飞行小时数,体育锻炼,印尼民航飞行员。
{"title":"Flight Hours in 7 Consecutive Days and Physical Exercise Among the Civil Pilot in Indonesia","authors":"Harry Wicaksana","doi":"10.22435/HSJI.V8I1.5352","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V8I1.5352","url":null,"abstract":"Abstrak Latar belakang Tidak tersedianya waktu merupakan salah satu hambatan melakukan latihan fisik yang sering dilaporkan di negara berkembang. Berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil bagian 121, jam terbang maksimal pilot sipil komersial dalam 7 hari terakhir adalah 30 jam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan jam terbang 7 hari terakhir terhadap kebiasaan latihan fisik pada pilot sipil di Indonesia. Metode Penelitian potong lintang terhadap 600 orang pilot sipil yang melakukan pengujian kesehatan personil penerbangan di Balai Kesehatan Penerbangan pada bulan April 2016 dan memenuhi kriteria inklusi/ekslusi.  Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan olahraga, tinggi dan berat badan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Pilot dikategorikan memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai rekomendasi ACSM apabila melakukan latihan fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu atau latihan fisik dengan intensitas berat selama 75 menit per minggu. Hasil Jam terbang 7 hari terakhir merupakan faktor dominan terhadap kebiasaan latihan fisik. Jika dibandingkan dengan pilot dengan jam terbang 7 hari terakhir < 3,5 jam, maka pilot dengan jam terbang 7 hari terakhir 3,5-14 jam berisiko 24% lebih rendah memiliki kebiasaan latihan fisik sesuai [RRa= 0,76; p=0,032]. Simpulan Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kebiasaan latihan fisik adalah jam terbang 7 hari terakhir. Kata kunci: Jam terbang 7 hari terakhir, kebiasaan latihan fisik, pilot sipil Indonesia Background The most frequently reported barrier of doing physical exercise in developed countries is lack of time. Based on the Civil Aviation Safety Regulation part 121, the maximum working hour for commercial pilot in 7 consecutive days is 30 hours. The study objective is to identify the relation between flight hours in 7 consecutive days and the physical exercise habit among the civil pilots in Indonesia. Method A cross sectional study towards 600 civil pilots, who did their medical examination at the Aviation Medical Center, Jakarta and met the inclusion/exclusion criteria. The collected data were demographic and job characteristics, physical exercise habits, body weight, heights. The data was obtained through interview and physical examinations. Pilot was categorized as having an appropriate physical exercise habit if he/she spent 150 minutes of moderate intensity exercise per week or 75 minutes of vigorous intensity exercise per week. Results Flight hour in 7 consecutive days was a dominant factor to the physical exercise habit. Compared to the pilot who had flight hours in 7 consecutive days less than 3.5 hours, pilot who had flight hours in 7 consecutive days 3.5-14 were having less 24% risk of appropriate physical exercise [RRa= 0,76; p=0,032]. Conclusion Risk factor to the physical exercise habit among the civil pilot is flight hour in 7 consecutive days. Key words: Flight hours in 7 consecu","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"49-52"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47912225","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Serologic observation and risk factor of yaws in Hamadi Public Health Center, Jayapura 查亚普拉市哈马迪公共卫生中心雅司病血清学观察及危险因素分析
Pub Date : 2017-07-21 DOI: 10.22435/hsji.v8i1.6387
Yuli Arisanti Sitanggang, H. Hutapea, S. Suhardi, Y. Maladan, T. Wahyuni, Muhammad Fajri Rokmad
Latar belakang : Penyakit frambusia masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Kota Jayapura sebab terdapat daerah kantong frambusia di Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data status frambusia secara serologi dan faktor risikonya. Metode : Penelitian deskriptif yang dilakukan secara potong lintang. Pemeriksaan laboratorium standar yang digunakan berupa uji Treponema pallidum haemagglutination (TPHA) pada 322 kasus yang didiagnosis Yaws di Puskesmas Hamadi dari Januari – Oktober 2016. Hasil: Faktor risiko frambusia berupa riwayat pernah mengalami frambusia memiliki potensi dua kali lebih besar untuk mengalami frambusia kembali. Faktor risiko frambusia meningkat dua kali lebih besar pada kasus yang kurang berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu: jarang mandi  dan tanpa menggunakan sabun dan mempunyai kebiasaan  jarang/tidak pakai sandal. Potensi risiko meningkat tiga kali pada kebiasaan pakai handuk bersama. Kesimpulan: Secara serologi dengan TPHA yang positif didapat pada 111 sampel dari kasus dan kontak.  Periaku hidup yang kurang bersih dan sehat merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian frambusia. Kata kunci: TPHA, frambusia, faktor risiko, perilaku hidup bersih dan sehat Background: Yaws remained an unfinished health problem in Jayapura City, as there still yaws case found. This research aimed to obtain serological prevalence data and determine the risk factors for yaws transmission in Jayapura. Methods : These was descriptive and  cross-sectional research, and TPHA was the standard laboratory test used during the research. Results : The risk factor of a frambusia in the history of having experienced frambusia has twice as much potential for experiencing frambusia again. The risk factor of frambusia has increased twice as much in less healthy behaviors: rarely bathing and without using soap and having a rare / non-slip habit. Potential risk increased three times in the habit of sharing a towel together. Conclusion : Serology with positive TPHA was obtained in 111 samples of cases and contacts. Not clean and healthy behavior is a risk factor that affects the incidence of frambusia. Keywords : TPHA, yaws, risk factor, personal hygiene
背景:在查亚普拉,碎片化仍然是一个尚未解决的问题,因为查亚普拉有一个碎片区。本研究旨在从血清学和危险因素中获得疲劳状态的数据。方法:采用切片法进行描述性研究。2016年1月至10月,在Hamadi Puskesmas由Yaws诊断的322例病例中,使用标准实验室检测作为梅毒螺旋体血凝(TPHA)检测。结果:历史经历过碎片化的风险因素再次经历碎片化的可能性是历史的两倍。在清洁和健康生活不佳的情况下,碎片风险会增加两倍:很少洗澡,没有肥皂,很少/无意识地穿鞋。把毛巾放在一起的习惯,潜在的风险增加了两倍。结论:111例病例及接触者血清TPHA阳性。[UNK]我不干净、不健康的生活方式是影响疲劳症发生的一个危险因素。关键词:TPHA、疲劳、危险因素、清洁健康的生活行为背景:雅司病在查亚普拉市仍然是一个未解决的健康问题,因为仍有雅司病病例。本研究旨在获得查亚普拉的血清学流行数据,并确定雅司病传播的危险因素。方法:这些是描述性和[UNK]横断面研究,TPHA是研究期间使用的标准实验室测试。结果:在经历过疲劳的历史中,疲劳的危险因素有两倍的可能性再次经历疲劳。在不太健康的行为中,患疲劳症的风险因素增加了两倍:很少洗澡、不使用肥皂以及有罕见/防滑的习惯。共用一条毛巾的习惯会使潜在风险增加三倍。结论:111例病例及接触者血清TPHA阳性。不干净和健康的行为是影响疲劳发生率的一个危险因素。关键词:TPHA、雅司病、危险因素、个人卫生
{"title":"Serologic observation and risk factor of yaws in Hamadi Public Health Center, Jayapura","authors":"Yuli Arisanti Sitanggang, H. Hutapea, S. Suhardi, Y. Maladan, T. Wahyuni, Muhammad Fajri Rokmad","doi":"10.22435/hsji.v8i1.6387","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i1.6387","url":null,"abstract":"Latar belakang : Penyakit frambusia masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di Kota Jayapura sebab terdapat daerah kantong frambusia di Kota Jayapura. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data status frambusia secara serologi dan faktor risikonya. Metode : Penelitian deskriptif yang dilakukan secara potong lintang. Pemeriksaan laboratorium standar yang digunakan berupa uji Treponema pallidum haemagglutination (TPHA) pada 322 kasus yang didiagnosis Yaws di Puskesmas Hamadi dari Januari – Oktober 2016. Hasil: Faktor risiko frambusia berupa riwayat pernah mengalami frambusia memiliki potensi dua kali lebih besar untuk mengalami frambusia kembali. Faktor risiko frambusia meningkat dua kali lebih besar pada kasus yang kurang berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu: jarang mandi  dan tanpa menggunakan sabun dan mempunyai kebiasaan  jarang/tidak pakai sandal. Potensi risiko meningkat tiga kali pada kebiasaan pakai handuk bersama. Kesimpulan: Secara serologi dengan TPHA yang positif didapat pada 111 sampel dari kasus dan kontak.  Periaku hidup yang kurang bersih dan sehat merupakan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian frambusia. Kata kunci: TPHA, frambusia, faktor risiko, perilaku hidup bersih dan sehat Background: Yaws remained an unfinished health problem in Jayapura City, as there still yaws case found. This research aimed to obtain serological prevalence data and determine the risk factors for yaws transmission in Jayapura. Methods : These was descriptive and  cross-sectional research, and TPHA was the standard laboratory test used during the research. Results : The risk factor of a frambusia in the history of having experienced frambusia has twice as much potential for experiencing frambusia again. The risk factor of frambusia has increased twice as much in less healthy behaviors: rarely bathing and without using soap and having a rare / non-slip habit. Potential risk increased three times in the habit of sharing a towel together. Conclusion : Serology with positive TPHA was obtained in 111 samples of cases and contacts. Not clean and healthy behavior is a risk factor that affects the incidence of frambusia. Keywords : TPHA, yaws, risk factor, personal hygiene","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"25-29"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48440623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Polymorphism Analysis of the Coagulase Gene in Isolates of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus with AluI Restriction Sites AluI酶切位点耐甲氧西林金黄色葡萄球菌凝固酶基因多态性分析
Pub Date : 2017-07-18 DOI: 10.22435/HSJI.V8I1.6865
A. Anggraini, E. Koendhori, H. Pramono, Daniel Djoko Wahyono
Latar belakang: Analisis polimorfisme suatu gen penting dilakukan untuk memperoleh informasi lebih awal dalam identifikasi penanda genetik yang berhubungan dengan sifat yang ingin dilihat. Metode RFLP  menjadi salah satu metode yang dipilih karena dapat melihat polimorfisme urutan DNA yang dapat dideteksi melalui adanya perbedaan fragmen DNA setelah dipotong dengan menggunakan enzim endonuclease  tertentu sehingga mampu menggambarkan polimorfisme dari suatu gen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya polimorfisme gen coagulase S. aureus resisten methicillin. Metode: Penelitian yang dilakukan secara deskriptif pada 25 sampel. Isolatbakteri MRSA diidentifikasi menggunakan pemeriksaan bakteriologis dan PCR gen mecA dan coagulase dengan menggunakan primer spesifik. Analisis polimorfisme gen coagulase dengan situs restriksi AluI isolat S. aureus resisten methicillin dilakukan dengan menggunakan metoda PCR-RFLP. Hasil: Amplifikasi menunjukkan produk PCR (amplicon) gen mecA dan coagulase dengan primer spesifik ke 25 isolate bakteri MRSA mempunyai positivitas sebesar 100% . Hasil dari PCR-RFLP menunjukkan empat pola RFLP dengan situs restriksi AluI pada 25 isolat. Proposi terbesar (64%) pada pola RFLP I (pola yang tidak terdigesti enzim restriksi AluI). Kesimpulan: Terdapat polimorfisme isolate S. aureus resisten methicillin berdasarkan analisis gen coagulase . Kata kunci: Staphylococcus aureus,gen coagulase, PCR-RFLP, AluI Background: Analysis of the polymorphism of a gene is important to obtain early information in identifying genetic markers related to the characteristics to be seen.The RFLP method becomes one of the chosen methods because it can see polymorphism that can be detected by using the different fragments of DNA that have been cut by using certain endonuclease enzyme so that it is possible to describe the polymorphism of a gene.The aim of the study is to discover the  gene polymorphism of methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Methods: This was a descriptive study using 25 isolates.  Isolates of MRSA tested bybacteriological examination and PCR of mecA and coagulase gene using specific primers.Polymorphism analysis of the coagulase gene in isolates of methicillin-resistant Staphylococcusaureus with AluI Restriction Sites tested by PCR-RFLP. Results: The Amplification showed that PCR product (amplicon) of mecA and coagulase gene from specific primers of all 25 isolate samples, had a positivity of 100%.The PCR-RFLP of coagulase gene showed that all 25 samples underwent polymorphism into four RFLP patterns with AluI restriction sites. The largest proportion (64%) was found polymorphism in clinical samples MRSA with RFLP I pattern (un-digested pattern of AluI restriction enzyme). Conclusion: There is polymorphism in the samples MRSA from the analysis of the coagulase gene. Keywords: Staphylococcus aureus, coagulase gene, PCR-RFLP, AluI
背景:一种重要的基因多态性分析是为了获得与特定特征相关的基因标记识别的早期信息。rphp方法之所以成为选择的一种方法,是因为它可以通过使用一种特殊的酶酶来检测DNA片段的多态性,从而检测出该基因的多态性。方法:对25个样本进行描述性研究。MRSA的绝缘体是通过细菌学检查、PCR基因mecA和凝乳酶通过使用特定的引物进行合成细菌鉴定的。用pcr - rphp方法进行的合成聚合酶分析。结果:放大显示的是PCR(放大器)基因mecA的产品和带有25种非甾体菌引物的会集酶,100%有效。pcr - rphp的结果显示了四种rphp模式,该网站在25个隔离点上限制AluI。rphi(非代谢酶限制模式)最大的建议(64%)。结论:根据凝聚酶基因分析,存在聚氨酯异化。关键字:葡萄球菌菌、凝固酶基因、pcr - rphp和AluI背景分析:基因发育早期信息的重要分析与性格标记相关的特征联系。rphp方法变成了一种被选中的方法,因为它可以通过使用确定的酶酶酶酶来检测DNA的不同片段,所以这可能是用来描述基因的多功能。研究的目标是发现耐药杆菌耐药杆菌的基因多变性。方法:这是一个通过25个孤立研究的描述研究。MRSA的绝对值和PCR的mecA和凝结酶使用特殊primers。药物反应分析结果:推荐:基因抑制系统的pcr - rphp显示,在过去的25种不同的样本中,都存在于四种具有电阻限制系统的聚糖模式中。最大比例(64%)是在MRSA的临床样本中发现多态性与r腓I模式(不加快吸附酶)。结果:基因凝聚物分析中存在复合物副作用。金基文:葡萄球菌菌,金基素,ph - rphp, AluI
{"title":"Polymorphism Analysis of the Coagulase Gene in Isolates of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus with AluI Restriction Sites","authors":"A. Anggraini, E. Koendhori, H. Pramono, Daniel Djoko Wahyono","doi":"10.22435/HSJI.V8I1.6865","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/HSJI.V8I1.6865","url":null,"abstract":"Latar belakang: Analisis polimorfisme suatu gen penting dilakukan untuk memperoleh informasi lebih awal dalam identifikasi penanda genetik yang berhubungan dengan sifat yang ingin dilihat. Metode RFLP  menjadi salah satu metode yang dipilih karena dapat melihat polimorfisme urutan DNA yang dapat dideteksi melalui adanya perbedaan fragmen DNA setelah dipotong dengan menggunakan enzim endonuclease  tertentu sehingga mampu menggambarkan polimorfisme dari suatu gen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya polimorfisme gen coagulase S. aureus resisten methicillin. Metode: Penelitian yang dilakukan secara deskriptif pada 25 sampel. Isolatbakteri MRSA diidentifikasi menggunakan pemeriksaan bakteriologis dan PCR gen mecA dan coagulase dengan menggunakan primer spesifik. Analisis polimorfisme gen coagulase dengan situs restriksi AluI isolat S. aureus resisten methicillin dilakukan dengan menggunakan metoda PCR-RFLP. Hasil: Amplifikasi menunjukkan produk PCR (amplicon) gen mecA dan coagulase dengan primer spesifik ke 25 isolate bakteri MRSA mempunyai positivitas sebesar 100% . Hasil dari PCR-RFLP menunjukkan empat pola RFLP dengan situs restriksi AluI pada 25 isolat. Proposi terbesar (64%) pada pola RFLP I (pola yang tidak terdigesti enzim restriksi AluI). Kesimpulan: Terdapat polimorfisme isolate S. aureus resisten methicillin berdasarkan analisis gen coagulase . Kata kunci: Staphylococcus aureus,gen coagulase, PCR-RFLP, AluI Background: Analysis of the polymorphism of a gene is important to obtain early information in identifying genetic markers related to the characteristics to be seen.The RFLP method becomes one of the chosen methods because it can see polymorphism that can be detected by using the different fragments of DNA that have been cut by using certain endonuclease enzyme so that it is possible to describe the polymorphism of a gene.The aim of the study is to discover the  gene polymorphism of methicillin-resistant Staphylococcus aureus. Methods: This was a descriptive study using 25 isolates.  Isolates of MRSA tested bybacteriological examination and PCR of mecA and coagulase gene using specific primers.Polymorphism analysis of the coagulase gene in isolates of methicillin-resistant Staphylococcusaureus with AluI Restriction Sites tested by PCR-RFLP. Results: The Amplification showed that PCR product (amplicon) of mecA and coagulase gene from specific primers of all 25 isolate samples, had a positivity of 100%.The PCR-RFLP of coagulase gene showed that all 25 samples underwent polymorphism into four RFLP patterns with AluI restriction sites. The largest proportion (64%) was found polymorphism in clinical samples MRSA with RFLP I pattern (un-digested pattern of AluI restriction enzyme). Conclusion: There is polymorphism in the samples MRSA from the analysis of the coagulase gene. Keywords: Staphylococcus aureus, coagulase gene, PCR-RFLP, AluI","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"1-6"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46777401","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 5
Detection of Genotype D8 Measles Virus in Indonesia in 2014 2014年印尼D8型麻疹病毒基因型检测
Pub Date : 2017-07-18 DOI: 10.22435/hsji.v8i1.6445
Subangkit Subangkit, Mursinah Mursinah, Rudi Putranto, V. Setiawaty
Latar Belakang: Campak adalah salah satu penyakit menular dan dapat menyebabkan penyakit serius sampai kematian. Campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena wabah campak masih terjadi di seluruh Indonesia. Surveilans berbasis laboratorium berikut penyelidikan epidemiologi molekuler memiliki kontribusi besar untuk mencegah wabah campak. Studi sebelumnya telah mendokumentasikan kehadiran genotipe virus campak G2, G3 dan D9 di Indonesia, dan genotipe lainnya seperti B3, D4, D5, D8 dan H1 telah terdeteksi di negara-negara tetangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi virus campak yang menyebabkan wabah di Indonesia pada tahun 2014. Metode: Tujuh puluh empat spesimen urin yang dikumpulkan dari delapan provinsi dan diperiksa oleh satu langkah RT-PCR dan metode sequencing Sanger. A nalisis sekuensing dilakukan menggunakan Bioedit 7.1; DNAstar 7.0 dan software MEGA5.0. Hasil: Hasil PCR menunjukkan 34 dari 74 spesimen klinis positif dari virus campak. Kami menemukan genotipe dari 34 virus campak milik genotipe D8, D9 dan G3. Kesimpulan: Campak pertama genotipe D8 telah terdeteksi dari Indonesia pada tahun 2014 meskipun campak lainnya genotipe masih dapat ditemukan di Indonesia. Kata kunci: virus campak, D8 genotipe, wabah, Indonesia Background : Measles is a highly contagious viral disease. It remains an important cause of death among young children globally, despite the availability of a safe and effective vaccine. Measles is still a public health problem in Indonesia and measles outbreak still reported from many areas  throughout Indonesia.. Molecular epidemiology of measles viruses is an important component in outbreak investigations to to monitor the presence of circulating wild–type measles strains.Previous studies in Indonesia have documented the presence of measles virus genotypes G2, G3 and D9 in Indonesia, and the other genotypes such as B3, D4, D5, D8 and H1 have been detected in neighboring countries. This study aims to characterize the measles virus that causing outbreak in Indonesia in 2014. Methods : Seventy four urine specimens were collected from eight provinces and examined by one step RT-PCR and Sanger sequencing method. Sequencing analysis were conducted using Bioedit 7.1; DNA Star 7.0 and MEGA 5.0 software. Results : The PCR results showed 34 out of 74 clinical specimens positive of measles virus. We found the genotype of 34 measles viruses belongs to genotype D8, D9 and G3. Conclusion : The first measles genotype D8 has been detected from Indonesia in 2014 although other measles genotype still can be found in Indonesia. Keywords: Measles virus, D8 genotype, outbreak, Indonesia
背景:咽喉炎是一种可导致严重疾病致死的传染病。坎帕克仍然是一个公共卫生问题,因为它仍然发生在整个印度尼西亚。分子流行病学研究之后的实验室监测对预防疫情有重大贡献。先前的研究已经记录了G2、G3和D9在印度尼西亚的爆发,在邻国也检测到了B3、D4、D5、D8和H1等其他基因型。这项研究旨在装饰2014年在印度尼西亚爆发的疫情病毒。方法:从8个省抽取74份尿液样本,采用RT-PCR和Sanger测序方法进行检测。使用Bioedit 7.1进行的序列分析;DNAstar 7.0和MEGA5.0软件。结果:PCR结果显示,74份临床标本中有34份呈阳性。我们发现了34种废弃病毒的基因型,属于基因型D8、D9和G3。结论:2014年在印度尼西亚首次检测到D8基因型的释放,尽管在印度尼西亚仍能检测到其他基因型。关键词:坎帕克病毒,D8基因型,爆发,印度尼西亚背景:麻疹是一种高度传染性的病毒性疾病。尽管有安全有效的疫苗,但它仍然是全球幼儿死亡的重要原因。麻疹仍然是印度尼西亚的一个公共卫生问题,在整个印度尼西亚的许多地区仍有麻疹爆发的报告。。麻疹病毒的分子流行病学是监测流行的野生型麻疹毒株的爆发调查的重要组成部分。先前在印度尼西亚进行的研究表明,在印度尼西亚存在麻疹病毒基因型G2、G3和D9,在邻国也检测到其他基因型,如B3、D4、D5、D8和H1。本研究旨在描述2014年在印度尼西亚爆发的麻疹病毒。方法:采用一步RT-PCR和Sanger测序方法对8个省市的74份尿液标本进行检测。使用Bioedit 7.1进行测序分析;DNA Star 7.0和MEGA 5.0软件。结果:74例临床标本中,34例麻疹病毒阳性。我们发现34种麻疹病毒的基因型分别属于D8、D9和G3基因型。结论:2014年在印度尼西亚发现了第一个麻疹基因型D8,但在印度尼西亚仍能发现其他麻疹基因型。关键词:麻疹病毒,D8基因型,爆发,印度尼西亚
{"title":"Detection of Genotype D8 Measles Virus in Indonesia in 2014","authors":"Subangkit Subangkit, Mursinah Mursinah, Rudi Putranto, V. Setiawaty","doi":"10.22435/hsji.v8i1.6445","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i1.6445","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Campak adalah salah satu penyakit menular dan dapat menyebabkan penyakit serius sampai kematian. Campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena wabah campak masih terjadi di seluruh Indonesia. Surveilans berbasis laboratorium berikut penyelidikan epidemiologi molekuler memiliki kontribusi besar untuk mencegah wabah campak. Studi sebelumnya telah mendokumentasikan kehadiran genotipe virus campak G2, G3 dan D9 di Indonesia, dan genotipe lainnya seperti B3, D4, D5, D8 dan H1 telah terdeteksi di negara-negara tetangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi virus campak yang menyebabkan wabah di Indonesia pada tahun 2014. Metode: Tujuh puluh empat spesimen urin yang dikumpulkan dari delapan provinsi dan diperiksa oleh satu langkah RT-PCR dan metode sequencing Sanger. A nalisis sekuensing dilakukan menggunakan Bioedit 7.1; DNAstar 7.0 dan software MEGA5.0. Hasil: Hasil PCR menunjukkan 34 dari 74 spesimen klinis positif dari virus campak. Kami menemukan genotipe dari 34 virus campak milik genotipe D8, D9 dan G3. Kesimpulan: Campak pertama genotipe D8 telah terdeteksi dari Indonesia pada tahun 2014 meskipun campak lainnya genotipe masih dapat ditemukan di Indonesia. Kata kunci: virus campak, D8 genotipe, wabah, Indonesia Background : Measles is a highly contagious viral disease. It remains an important cause of death among young children globally, despite the availability of a safe and effective vaccine. Measles is still a public health problem in Indonesia and measles outbreak still reported from many areas  throughout Indonesia.. Molecular epidemiology of measles viruses is an important component in outbreak investigations to to monitor the presence of circulating wild–type measles strains.Previous studies in Indonesia have documented the presence of measles virus genotypes G2, G3 and D9 in Indonesia, and the other genotypes such as B3, D4, D5, D8 and H1 have been detected in neighboring countries. This study aims to characterize the measles virus that causing outbreak in Indonesia in 2014. Methods : Seventy four urine specimens were collected from eight provinces and examined by one step RT-PCR and Sanger sequencing method. Sequencing analysis were conducted using Bioedit 7.1; DNA Star 7.0 and MEGA 5.0 software. Results : The PCR results showed 34 out of 74 clinical specimens positive of measles virus. We found the genotype of 34 measles viruses belongs to genotype D8, D9 and G3. Conclusion : The first measles genotype D8 has been detected from Indonesia in 2014 although other measles genotype still can be found in Indonesia. Keywords: Measles virus, D8 genotype, outbreak, Indonesia","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"7-11"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45502917","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
In Vitro Study of Eight Indonesian Natural Extracts as Antiviral Against Dengue Virus 八种印尼天然提取物抗登革病毒的体外研究
Pub Date : 2017-07-17 DOI: 10.22435/hsji.v8i1.6601
L. Saptawati, R. Febrinasari, R. D. Yudhani, Hudi Yono, A. Faza, Sarah Luthfiani, Hutami Sri Ummiyati, T. M. Sudiro, B. Dewi
Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) caused by a dengue viruses is still a major problem in tropical countries, including Indonesia. World Health Organization data showed that over 40% of world population are at risk of DHF.1In 2014 there were 71.668 of DHF cases in 34 provinces with 641 death.2 In Central Java in 2013, the incidence rate and fatality rate of DHF was 45.52 in 100.000 populations and 1.21% respectively.3 Until nowadays, there is no vaccine or effective therapy is available as yet.4 Thus research on discovering specific antiviral against dengue is needed. Indonesia is rich in indigenous herbal plants, which may has potential antiviral activity, such as Psidium guajava (Jambu biji), Euphorbia hirta (Patikn kerbau), Piper bettle L (Sirih), Carica papaya (Pepaya), Curcuma longa L(Kunyit/turmeric), Phyllanthus niruri L (meniran), Andrographis paniculata (Sambiloto), Cymbopogon citrates (Serai). Previous studies show that these plants have antiviral and antibacterial properties.5However, there is only limited study of these plants against dengue virus . Objective: This study aimed to know whether these plants have potential activity against dengue virus in vitro. Method: Leave extracts of eight indigenous herbal plants as mention before were originated from Solo, Central Java, the crude extracts were tested in vitro against dengue virus serotype 2 (DENV-2) strain NGC using Huh7it-1 cell line. Those crude extracts were screened for antiviral activity using doses of 20mg/ml. Candidates that showed inhibition activity were further tested in various doses to determine IC50 and CC50. Result: From eight leave extracts tested, one of them i.e Carica papaya (pepaya) inhibited virus replication up to 89,5%. Dose dependent assay with C.papaya resulted in IC50, CC50 and selectivity index 6,57 μg/mL, 244,76 μg/mL and 37, 25 μg/mL respectively. Conclusion: C.papaya has potential antiviral activity against dengue virus in vitro. Further study is needed to confirm antiviral activity in vivo.
背景:登革热病毒引起的登革出血热(DHF)在包括印度尼西亚在内的热带国家仍然是一个主要问题。世界卫生组织的数据显示,超过40%的世界人口有DHF的风险。1 2014年,34个省有71.668例DHF病例,641人死亡。2 2013年,中爪哇岛的DHF发病率和死亡率分别为45.52%和1.21%。3直到今天,目前还没有疫苗或有效的治疗方法。4因此,需要研究发现针对登革热的特异性抗病毒药物。印度尼西亚有丰富的本土草本植物,这些植物可能具有潜在的抗病毒活性,如番石榴(Jambu biji)、大戟(Patikn kerbau)、胡椒(Sirih)、番木瓜(Pepaya)、姜黄(Kunyit/turmeric)、下珠(meniran)、穿心莲(Sambiloto)、香茅(Serai)。先前的研究表明,这些植物具有抗病毒和抗菌特性。5然而,对这些植物对抗登革热病毒的研究有限。目的:本研究旨在了解这些植物在体外是否具有对抗登革热病毒的潜在活性。方法:采用Huh7it-1细胞株对8种原产于中爪哇岛Solo的本土草本植物的叶提取物进行体外抗登革病毒2型(DENV-2)株NGC试验。使用20mg/ml的剂量筛选这些粗提取物的抗病毒活性。在不同剂量下进一步测试显示出抑制活性的候选物,以确定IC50和CC50。结果:从八种叶提取物中,其中一种番木瓜提取物对病毒复制的抑制率高达89.5%。木瓜的剂量依赖性测定结果分别为IC50、CC50和选择性指数6,57μg/mL、244,76μg/mL和37,25μg/mL。结论:木瓜对登革热病毒具有潜在的体外抗病毒活性。需要进一步的研究来确认体内的抗病毒活性。
{"title":"In Vitro Study of Eight Indonesian Natural Extracts as Antiviral Against Dengue Virus","authors":"L. Saptawati, R. Febrinasari, R. D. Yudhani, Hudi Yono, A. Faza, Sarah Luthfiani, Hutami Sri Ummiyati, T. M. Sudiro, B. Dewi","doi":"10.22435/hsji.v8i1.6601","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/hsji.v8i1.6601","url":null,"abstract":"Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) caused by a dengue viruses is still a major problem in tropical countries, including Indonesia. World Health Organization data showed that over 40% of world population are at risk of DHF.1In 2014 there were 71.668 of DHF cases in 34 provinces with 641 death.2 In Central Java in 2013, the incidence rate and fatality rate of DHF was 45.52 in 100.000 populations and 1.21% respectively.3 Until nowadays, there is no vaccine or effective therapy is available as yet.4 Thus research on discovering specific antiviral against dengue is needed. Indonesia is rich in indigenous herbal plants, which may has potential antiviral activity, such as Psidium guajava (Jambu biji), Euphorbia hirta (Patikn kerbau), Piper bettle L (Sirih), Carica papaya (Pepaya), Curcuma longa L(Kunyit/turmeric), Phyllanthus niruri L (meniran), Andrographis paniculata (Sambiloto), Cymbopogon citrates (Serai). Previous studies show that these plants have antiviral and antibacterial properties.5However, there is only limited study of these plants against dengue virus . Objective: This study aimed to know whether these plants have potential activity against dengue virus in vitro. Method: Leave extracts of eight indigenous herbal plants as mention before were originated from Solo, Central Java, the crude extracts were tested in vitro against dengue virus serotype 2 (DENV-2) strain NGC using Huh7it-1 cell line. Those crude extracts were screened for antiviral activity using doses of 20mg/ml. Candidates that showed inhibition activity were further tested in various doses to determine IC50 and CC50. Result: From eight leave extracts tested, one of them i.e Carica papaya (pepaya) inhibited virus replication up to 89,5%. Dose dependent assay with C.papaya resulted in IC50, CC50 and selectivity index 6,57 μg/mL, 244,76 μg/mL and 37, 25 μg/mL respectively. Conclusion: C.papaya has potential antiviral activity against dengue virus in vitro. Further study is needed to confirm antiviral activity in vivo.","PeriodicalId":30666,"journal":{"name":"Health Science Journal of Indonesia","volume":"8 1","pages":"63814"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2017-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48516177","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Health Science Journal of Indonesia
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1