Akibat adanya pandemi COVID-19, Kemendikbud RI melakukan sistem pembelajaran secara daring. Adanya perubahan sistem pembelajaran mengakibatkan terjadinya peningkatan stres terhadap ibu. Dari hasil studi pendahuluan dengan wawancara didapatkan hasil bahwa ibu mengalami kesulitan dengan sistem pembelajaran daring, disebabkan ibu mengalami kesulitan dalam membagi waktu dan ibu masih belum memahami aplikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran daring. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran stres ibu dengan anak usia sekolah dasar pada pembelajaran daring saat pandemic COVID-19 di kelurahan Asano. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji korelasi bivariat dengan chi Square. Jumlah sampel 189 orang dan dipilih dengan quota ssampling dan proportional sampel disetiap tingkat/kelas yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang mengalami stres terbanyak berdasarkan karakteristik usia <35 tahun sebanyak 60 responden (50,8%), pendidikan rendah sebanyak 80 responden (42,3%), tidak berkerja sebanyak 67 reponden (35,4%), dan pendapatan
{"title":"STRES IBU TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR PADA PEMBELAJARAN DARING SAAT PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN ASANO","authors":"Diyah Astuti Nurfa’izah, Winda Julyarni","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4527","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4527","url":null,"abstract":"Akibat adanya pandemi COVID-19, Kemendikbud RI melakukan sistem pembelajaran secara daring. Adanya perubahan sistem pembelajaran mengakibatkan terjadinya peningkatan stres terhadap ibu. Dari hasil studi pendahuluan dengan wawancara didapatkan hasil bahwa ibu mengalami kesulitan dengan sistem pembelajaran daring, disebabkan ibu mengalami kesulitan dalam membagi waktu dan ibu masih belum memahami aplikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran daring. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran stres ibu dengan anak usia sekolah dasar pada pembelajaran daring saat pandemic COVID-19 di kelurahan Asano. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji korelasi bivariat dengan chi Square. Jumlah sampel 189 orang dan dipilih dengan quota ssampling dan proportional sampel disetiap tingkat/kelas yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang mengalami stres terbanyak berdasarkan karakteristik usia <35 tahun sebanyak 60 responden (50,8%), pendidikan rendah sebanyak 80 responden (42,3%), tidak berkerja sebanyak 67 reponden (35,4%), dan pendapatan <UMP sebanyak 73 responden (38,6%). Berdasarkan analisa bivariate didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan ibu yang mendampingi putra/putrinya secara daring dengan kejadian stres dengan nilai p-value=0,00, tetapi tidak ada hubungan antara usia ibu yang mendampingi putra/putrinya secara daring dengan kejadian stres, p-value= 0,83. Berdasarkan hasil disarankan bagi ibu yang mengalami stres diharapkan dapat mengelola manajemen stres dan mampu menerapkan strategi coping sehingga dapat mengurangi stres selama mendampingi putra/putrinya secara daring.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"67 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124962447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pisang raja (Musa paradisiaca L.) mempunyai manfaat untuk menurunkan hipertensi karena dalam pisang terdapat zat gizi kalium. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sehingga baik untuk penderita hipertensi mengkonsumsi pisang raja. Salah satu pengobatan alternatif untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi herbal. Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat sebagai tanaman obat seperti membersihkan darah, peluruh kencing dan menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kandungan kalium dengan berbagai konsentrasi tepung pisang raja dan tepung pegagan. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penelitian pendahuluan mencakup pembuatan tepung pisang raja dan tepung pegagan, serta pembuatan cookies dan diuji organoleptik. Penelitian utama yaitu penelitian yang dilakukan terhadap cookies terpilih dengan melakukan analisis proksimat dan kalium. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor konsentrasi tepung pegagan pada pembuatan cookies dengan empat taraf yaitu 0%(kontrol), 0,5%(F1), 0,5%(F2), dan 1.0%(F3). Penentuan produk terpilih dilakukan dengan mempertimbangkan hasil uji organoleptik. Zat gizi cookies yang terpilih memiliki zat gizi dalam berat 100gram yaitu kadar air 4,84%, kadar abu 2,79%, protein 4,88%, karbohidrat 34,62% dan kalium 211,27mg. Perlu dilakukan modifikasi warna dan bentuk terhadap pembuatan cookies agar warna dan bentuk cookies lebih menarik.
{"title":"PEMBUATAN COOKIES BERBAHAN DASAR TEPUNG PISANG RAJA (Musa paradisiaca L.) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PEGAGAN (Centella asiatica) SEBAGAI CEMILAN SEHAT PENDERITA HIPERTENSI","authors":"Sarah Fitri Yanti, Besti Verawati","doi":"10.31004/jkt.v3i2.3567","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.3567","url":null,"abstract":"Pisang raja (Musa paradisiaca L.) mempunyai manfaat untuk menurunkan hipertensi karena dalam pisang terdapat zat gizi kalium. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sehingga baik untuk penderita hipertensi mengkonsumsi pisang raja. Salah satu pengobatan alternatif untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi herbal. Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat sebagai tanaman obat seperti membersihkan darah, peluruh kencing dan menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kandungan kalium dengan berbagai konsentrasi tepung pisang raja dan tepung pegagan. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penelitian pendahuluan mencakup pembuatan tepung pisang raja dan tepung pegagan, serta pembuatan cookies dan diuji organoleptik. Penelitian utama yaitu penelitian yang dilakukan terhadap cookies terpilih dengan melakukan analisis proksimat dan kalium. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor konsentrasi tepung pegagan pada pembuatan cookies dengan empat taraf yaitu 0%(kontrol), 0,5%(F1), 0,5%(F2), dan 1.0%(F3). Penentuan produk terpilih dilakukan dengan mempertimbangkan hasil uji organoleptik. Zat gizi cookies yang terpilih memiliki zat gizi dalam berat 100gram yaitu kadar air 4,84%, kadar abu 2,79%, protein 4,88%, karbohidrat 34,62% dan kalium 211,27mg. Perlu dilakukan modifikasi warna dan bentuk terhadap pembuatan cookies agar warna dan bentuk cookies lebih menarik.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"659 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134199338","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Breast Cancer is a malignant tumor in the breast or one breast. Based on the data obtained at the Arifin Achmad Regional General Hospital in 2017, the number of breast cancer patients was 2,217 cases and until now it is still ranked first in the 10 biggest diseases in the Arifin Achmad Province Riau Hospital. The purpose of this study is to know the relationship between hormonal contraception and the incidence of cancer in polyclinics and inpatient care at Arifin Achmad Hospital in 2018. The design of this study was case control with a sample of 194 cases and 194 controls. Data were collected in the form of secondary data. Random sample technique Systematic Random Sampling. Data were analyzed bivariate by Chi-Square and multivariate by using Double Logistic Regression test risk factor model. The results of the research showed that there was a relationship between the use of hormonal contraception and the incidence of breast cancer (p-value = 0,000) with OR = 3,824. The conclusion is that women who use hormonal contraception are 3 times more likely to develop breast cancer than women who do not breast cancer. In addition, the risk of using hormonal contraception is controlled by family history, parity, and breastfeeding.
{"title":"HUBUNGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA","authors":"Umi Mustikasari, Sriwidya Astuti Khati","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4424","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4424","url":null,"abstract":"Breast Cancer is a malignant tumor in the breast or one breast. Based on the data obtained at the Arifin Achmad Regional General Hospital in 2017, the number of breast cancer patients was 2,217 cases and until now it is still ranked first in the 10 biggest diseases in the Arifin Achmad Province Riau Hospital. The purpose of this study is to know the relationship between hormonal contraception and the incidence of cancer in polyclinics and inpatient care at Arifin Achmad Hospital in 2018. The design of this study was case control with a sample of 194 cases and 194 controls. Data were collected in the form of secondary data. Random sample technique Systematic Random Sampling. Data were analyzed bivariate by Chi-Square and multivariate by using Double Logistic Regression test risk factor model. The results of the research showed that there was a relationship between the use of hormonal contraception and the incidence of breast cancer (p-value = 0,000) with OR = 3,824. The conclusion is that women who use hormonal contraception are 3 times more likely to develop breast cancer than women who do not breast cancer. In addition, the risk of using hormonal contraception is controlled by family history, parity, and breastfeeding.\u0000 ","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"204 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114985284","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diare sampai detik ini masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Permasalahan diare yang terjadi pada balita masih menjadi permasalahan yang harus mendapat fokus utama dari pemerintah sebab bayi yang mengalami diare berisiko mengalami dehidrasi, komplikasi malnutrisi hingga kematian. UNICEF menyatakan bahwa angka kematian anak akibat diare menyentuh angka 1.300 anak per-harinya atau 480.000 anak per-tahunnya. Masalah diare pada anak ini terjadi karena beberapa faktor, satu diantara faktor tersebut adalah konsumsi susu formula. Kasus diare akibat pemberian susu formula adalah topik utama yang dibahas pada penulisan ini. Tujuan penulisan adalah untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Indonesia. Metode penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah metode systematic review. Artikel yang dipilih sebagai acuan penulisan adalah artikel yang dipublikasi antara tahun 2018-2022 yang kemudian disaring dengan menyesuaikan kriteria konklusi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi susu formula dengan kasus diare pada balita. Pemberian susu formula menyebabkan angka kejadian diare pada bayi meningkat dan risiko bayi terkena diare menjadi lebih tinggi.
{"title":"HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI INDONESIA: A SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Janu Dimas Saputra, Irbah Syakirah Wandaputri, Javier Adhani Idris, Rizki Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4477","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4477","url":null,"abstract":"Diare sampai detik ini masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Permasalahan diare yang terjadi pada balita masih menjadi permasalahan yang harus mendapat fokus utama dari pemerintah sebab bayi yang mengalami diare berisiko mengalami dehidrasi, komplikasi malnutrisi hingga kematian. UNICEF menyatakan bahwa angka kematian anak akibat diare menyentuh angka 1.300 anak per-harinya atau 480.000 anak per-tahunnya. Masalah diare pada anak ini terjadi karena beberapa faktor, satu diantara faktor tersebut adalah konsumsi susu formula. Kasus diare akibat pemberian susu formula adalah topik utama yang dibahas pada penulisan ini. Tujuan penulisan adalah untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada balita di Indonesia. Metode penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah metode systematic review. Artikel yang dipilih sebagai acuan penulisan adalah artikel yang dipublikasi antara tahun 2018-2022 yang kemudian disaring dengan menyesuaikan kriteria konklusi. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi susu formula dengan kasus diare pada balita. Pemberian susu formula menyebabkan angka kejadian diare pada bayi meningkat dan risiko bayi terkena diare menjadi lebih tinggi.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"270 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123021800","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Eva Nur Agustin, Putri Regita Miolda, E. Pramesti, Claudia Shabrina Baskoro, Rizki Amalia
Selama masa remaja, hormon tubuh akan berubah baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang mengarah pada perubahan perkembangan. Selama masa remaja terkhusus pada perempuan tentunya mereka akan mengalami peredaran menstruasi yang di mana peredaran tersebut adalah durasi yang dimulai dari awal menstruasi sampai dengan munculnya kembali tahap menstruasi berikutnya dan peredaran menstruasi bisa terjadi secara normal maupun tidak normal. Pada saat Pandemi Covid-19 terdapat beberapa dari remaja perempuan yang mengalami menstruasi tidak normal karena beberapa hal dan salah satunya disebabkan karena stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai korelasi yang terjadi antara stres dengan peredaran menstruasi kepada para remaja khususnya masa pandemi Covid-19 ini. Penelitian ini menggunakan studi literatur untuk meneliti metode yang berbeda. Strategi pencarian artikel menggunakan database online yaitu Google Scholar dan penelitian ini menggunakan metodologi systematic review yang dikenal dengan istilah PRISMA. Studi ini menemukan bahwa pandemi Covid1-9 telah mengakibatkan beberapa dari remaja perempuan mengalami peredaran menstruasi yang tidak normal. Hal tersebut karena mereka merasakan stres yang disebabkan harus mampu untuk beradaptasi dari semula kegiatan offline menjadi online dan tidak memiliki aktivitas di luar rumah. Di harapkan walaupun di rumah saja, remaja perempuan bisa melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa stres berlebih dan meminimalisir akan terjadinya peredaran menstruasi yang tidak normal .
{"title":"ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA DI MASA PANDEMI COVID-19 A LITERATURE REVIEW","authors":"Eva Nur Agustin, Putri Regita Miolda, E. Pramesti, Claudia Shabrina Baskoro, Rizki Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4469","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4469","url":null,"abstract":"Selama masa remaja, hormon tubuh akan berubah baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang mengarah pada perubahan perkembangan. Selama masa remaja terkhusus pada perempuan tentunya mereka akan mengalami peredaran menstruasi yang di mana peredaran tersebut adalah durasi yang dimulai dari awal menstruasi sampai dengan munculnya kembali tahap menstruasi berikutnya dan peredaran menstruasi bisa terjadi secara normal maupun tidak normal. Pada saat Pandemi Covid-19 terdapat beberapa dari remaja perempuan yang mengalami menstruasi tidak normal karena beberapa hal dan salah satunya disebabkan karena stres. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai korelasi yang terjadi antara stres dengan peredaran menstruasi kepada para remaja khususnya masa pandemi Covid-19 ini. Penelitian ini menggunakan studi literatur untuk meneliti metode yang berbeda. Strategi pencarian artikel menggunakan database online yaitu Google Scholar dan penelitian ini menggunakan metodologi systematic review yang dikenal dengan istilah PRISMA. Studi ini menemukan bahwa pandemi Covid1-9 telah mengakibatkan beberapa dari remaja perempuan mengalami peredaran menstruasi yang tidak normal. Hal tersebut karena mereka merasakan stres yang disebabkan harus mampu untuk beradaptasi dari semula kegiatan offline menjadi online dan tidak memiliki aktivitas di luar rumah. Di harapkan walaupun di rumah saja, remaja perempuan bisa melakukan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa stres berlebih dan meminimalisir akan terjadinya peredaran menstruasi yang tidak normal .","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131272864","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penerapan kebijakan pembatasan seluruh kegiatan kemasyarakatan telah dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi adanya penularan COVID-19 di masyarakat. Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu upaya pemerintah sekaligus strategi utama yang dilakukan dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 serta melindungi masyarakat agar tidak terjadi penularan, kesakitan, dan kematian sehingga tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Pemerintah telah menentukan target sasaran vaksinasi COVID-19 sebanyak 208,2 juta jiwa, bersumber pada data program vaksinasi COVID-19 secara nasional. Sejumlah masyarakat mengetahui pengembangan vaksin sebagai salah satu penanggulangan pandemi COVID-19. Namun, terdapat perbedaan tingkat penerimaan vaksinasi COVID-19 di masyarakat. Beberapa faktor yang memengaruhi hal tersebut diantaranya sikap, persepsi, dan pengetahuan seseorang terhadap vaksin COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penerimaan vaksin COVID-19 di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review dengan menggunakan database Google Scholar sebagai sumber data yang kemudian menggunakan metode sistematik PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review). Sehingga ditemukan 5 artikel penelitian yang dipilih yang dilakukan di berbagai pulau di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan vaksin. Sedangkan semakin rendah tingkat pengetahuan, maka semakin rendah pula tingkat penerimaan vaksin.
{"title":"HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENERIMAAN VAKSIN COVID-19 DI MASYARAKAT: A SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Anisa Afianti Nur, Syafira Ratu Fauzi, Adella Delisa Putri, Adzkia Avisena Maghfiroh, Rizki Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4425","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4425","url":null,"abstract":"Penerapan kebijakan pembatasan seluruh kegiatan kemasyarakatan telah dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi adanya penularan COVID-19 di masyarakat. Vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu upaya pemerintah sekaligus strategi utama yang dilakukan dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19 serta melindungi masyarakat agar tidak terjadi penularan, kesakitan, dan kematian sehingga tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Pemerintah telah menentukan target sasaran vaksinasi COVID-19 sebanyak 208,2 juta jiwa, bersumber pada data program vaksinasi COVID-19 secara nasional. Sejumlah masyarakat mengetahui pengembangan vaksin sebagai salah satu penanggulangan pandemi COVID-19. Namun, terdapat perbedaan tingkat penerimaan vaksinasi COVID-19 di masyarakat. Beberapa faktor yang memengaruhi hal tersebut diantaranya sikap, persepsi, dan pengetahuan seseorang terhadap vaksin COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penerimaan vaksin COVID-19 di masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic review dengan menggunakan database Google Scholar sebagai sumber data yang kemudian menggunakan metode sistematik PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review). Sehingga ditemukan 5 artikel penelitian yang dipilih yang dilakukan di berbagai pulau di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan vaksin. Sedangkan semakin rendah tingkat pengetahuan, maka semakin rendah pula tingkat penerimaan vaksin.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129659371","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diffa Putra Surya, A. Anindita, Celika Fahrudina, Rizki Amalia
Sustainable Development Goals (SDGs) are a world agreement for a long period by maximizing resources as the potential of each country and taking into account sustainable development for the well-being of human, environmental, social, and other parts of life in the world. Health is currently the main problem faced by Indonesia, especially the problem of the double burden of disease, where infectious diseases are still the main focus that must be addressed. However, on the other hand, non-communicable diseases (PTM) also show an increasingly positive trend which has an impact on increasing mortality and morbidity rates in Indonesia. The change in epidemiology from infectious diseases to non-communicable diseases is starting to hit developing countries. Hypertension is a cardiovascular disease that is often found in society, including among teenagers. Thus, hypertension is determined to be a major problem and if not treated immediately it will lead to several complications and become a risk factor for the onset of other diseases, such as stroke, diabetes, kidney failure, and heart disease. Based on the results of Riskesdas 2018, there was an increase in the prevalence of 34.1% in the 18-year age group. This literature review uses a systematic method (systematic review). Research also provides an overview of risk factors that are strongly associated with hypertension in adolescents. The results showed that lifestyle became the main factor accompanied by smoking, diet, physical activity, nutritional status, obesity, and education. This is the basis for determining policies in the prevention and control of hypertension.
{"title":"FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA REMAJA","authors":"Diffa Putra Surya, A. Anindita, Celika Fahrudina, Rizki Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4400","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4400","url":null,"abstract":"Sustainable Development Goals (SDGs) are a world agreement for a long period by maximizing resources as the potential of each country and taking into account sustainable development for the well-being of human, environmental, social, and other parts of life in the world. Health is currently the main problem faced by Indonesia, especially the problem of the double burden of disease, where infectious diseases are still the main focus that must be addressed. However, on the other hand, non-communicable diseases (PTM) also show an increasingly positive trend which has an impact on increasing mortality and morbidity rates in Indonesia. The change in epidemiology from infectious diseases to non-communicable diseases is starting to hit developing countries. Hypertension is a cardiovascular disease that is often found in society, including among teenagers. Thus, hypertension is determined to be a major problem and if not treated immediately it will lead to several complications and become a risk factor for the onset of other diseases, such as stroke, diabetes, kidney failure, and heart disease. Based on the results of Riskesdas 2018, there was an increase in the prevalence of 34.1% in the 18-year age group. This literature review uses a systematic method (systematic review). Research also provides an overview of risk factors that are strongly associated with hypertension in adolescents. The results showed that lifestyle became the main factor accompanied by smoking, diet, physical activity, nutritional status, obesity, and education. This is the basis for determining policies in the prevention and control of hypertension.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"13 3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116435467","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rhaina Al Yasin, Raden Roro Kirani Annisa Anjani, Salwa Salsabil, Tania Rahmayanti, R. Amalia
Handphone sudah menjadi alat yang wajib dimiliki semua orang karena semua aktivitas sudah dapat dialihkan dengan online. Sebuah penelitian pada tahun 2015 mengatakan bahwa lebih dari 2.000 remaja menggunakan handphone untuk mengakses sosial media selama 92% setiap harinya. Salah satu pengaruh yang signifikan terjadi dari sosial media tersebut adalah gangguan pada mental dan fisik remaja seperti meningkatnya stress, pola hidup yang tidak baik (alcohol dan narkotika), berubahnya pola tidur, dan obesitas. Oleh karena itu penting sekali dalam memanajemen waktu dalam penggunaan sosial media setiap harinya. Tujuan kajian ini untuk mengetahui korelasi antara penggunaan media sosial dengan kesehatan mental dan fisik remaja. Dalam kajian ini peneliti menggunakan metode systematic review, yang dimana artikel dipilih menggunakan metode PRISMA. Artikel yang digunakan didapatkan dari fasilitas database online melalui halaman Google Scholar dan ScienceDirect. Artikel yang diperoleh dipilih berdasarkan publikasi yang diterbitkan dari tahun 2017 sampai 2022 (5 tahun). Dari kedelapan artikel yang terpilih, didapatkan hasil bahwa seluruh artikel menyatakan bahwa adanya korelasi antara penggunaan sosial media dengan kesehatan mental dan fisik remaja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin baik remaja memanajemen waktu untuk menggunakan sosial media pada setiap harinya, maka semakin rendah pula kejadian yang berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik remaja.
{"title":"PENGARUH SOSIAL MEDIA TERHADAP KESEHATAN MENTAL DAN FISIK REMAJA: A SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Rhaina Al Yasin, Raden Roro Kirani Annisa Anjani, Salwa Salsabil, Tania Rahmayanti, R. Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4402","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4402","url":null,"abstract":"Handphone sudah menjadi alat yang wajib dimiliki semua orang karena semua aktivitas sudah dapat dialihkan dengan online. Sebuah penelitian pada tahun 2015 mengatakan bahwa lebih dari 2.000 remaja menggunakan handphone untuk mengakses sosial media selama 92% setiap harinya. Salah satu pengaruh yang signifikan terjadi dari sosial media tersebut adalah gangguan pada mental dan fisik remaja seperti meningkatnya stress, pola hidup yang tidak baik (alcohol dan narkotika), berubahnya pola tidur, dan obesitas. Oleh karena itu penting sekali dalam memanajemen waktu dalam penggunaan sosial media setiap harinya. Tujuan kajian ini untuk mengetahui korelasi antara penggunaan media sosial dengan kesehatan mental dan fisik remaja. Dalam kajian ini peneliti menggunakan metode systematic review, yang dimana artikel dipilih menggunakan metode PRISMA. Artikel yang digunakan didapatkan dari fasilitas database online melalui halaman Google Scholar dan ScienceDirect. Artikel yang diperoleh dipilih berdasarkan publikasi yang diterbitkan dari tahun 2017 sampai 2022 (5 tahun). Dari kedelapan artikel yang terpilih, didapatkan hasil bahwa seluruh artikel menyatakan bahwa adanya korelasi antara penggunaan sosial media dengan kesehatan mental dan fisik remaja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin baik remaja memanajemen waktu untuk menggunakan sosial media pada setiap harinya, maka semakin rendah pula kejadian yang berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik remaja.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"85 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126086477","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telemedicine diartikan sebagai pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera untuk kepentingan kesehatan individu dan masyarakat. Sejak pandemi Covid-19, masyarakat sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu keterbatasan jumlah dokter yang persebarannya belum merata juga menjadi permasalahan utama karena semakin tingginya angka lonjakan kasus Covid-19 maka masyarakat sangat membutuhkan tenaga medis atau dokter. Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan telemedicine dengan kepuasan pasien di era pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (systematic review) dengan search engine yang digunakan dalam penelusuran literatur diantaranya adalah Google Scholar dan PubMed dengan kata kunci covid-19, kepuasan pasien, telemedicine. Artikel yang dihasilkan dipilih berdasarkan publikasi yang diterbitkan antara tahun 2018 sampai 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan telemedicine di era pandemi Covid-19 dengan kepuasaan pasien berdasarkan faktor usia dan jarak. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan usia pasien dan jarak perjalanan tempat tinggal ke pelayanan kesehatan secara signifikan dapat memengaruhi preferensi untuk kunjungan telemedicine di masa yang akan datang. Selain itu pasien dapat menghemat waktu dan biaya. Jika dilihat dari segi usia, pasien remaja dan dewasa puas dengan kunjungan telemedicine, namun pasien lansia cenderung tidak memilih kunjungan telemedicine di masa depan karena lebih sulit menerima perubahan dan menerima teknologi
{"title":"HUBUNGAN PELAKSANAAN TELEMEDICINE PADA KEPUASAN PASIEN SAAT PANDEMI COVID-19 : SYSTEMATIC REVIEW","authors":"Alya Diah Ullhaque, Endah Pravita Putri Aldia Pratama, Putri Aulia Rosmayani, Resa Listiani, R. Amalia","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4403","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4403","url":null,"abstract":"Telemedicine diartikan sebagai pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera untuk kepentingan kesehatan individu dan masyarakat. Sejak pandemi Covid-19, masyarakat sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu keterbatasan jumlah dokter yang persebarannya belum merata juga menjadi permasalahan utama karena semakin tingginya angka lonjakan kasus Covid-19 maka masyarakat sangat membutuhkan tenaga medis atau dokter. Adapun tujuan pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan telemedicine dengan kepuasan pasien di era pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (systematic review) dengan search engine yang digunakan dalam penelusuran literatur diantaranya adalah Google Scholar dan PubMed dengan kata kunci covid-19, kepuasan pasien, telemedicine. Artikel yang dihasilkan dipilih berdasarkan publikasi yang diterbitkan antara tahun 2018 sampai 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan telemedicine di era pandemi Covid-19 dengan kepuasaan pasien berdasarkan faktor usia dan jarak. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan usia pasien dan jarak perjalanan tempat tinggal ke pelayanan kesehatan secara signifikan dapat memengaruhi preferensi untuk kunjungan telemedicine di masa yang akan datang. Selain itu pasien dapat menghemat waktu dan biaya. Jika dilihat dari segi usia, pasien remaja dan dewasa puas dengan kunjungan telemedicine, namun pasien lansia cenderung tidak memilih kunjungan telemedicine di masa depan karena lebih sulit menerima perubahan dan menerima teknologi","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133370627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nabilah Rarayanthi. A, Khotimatul Khusna, R. Pambudi
Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attacks one or more parts of the respiratory tract from the nose (upper tract) to the alveoli (lower tract). The primary therapy for ARI patients is antibiotic therapy and supportive therapy. This study aims to determine the use of drugs in patients with acute respiratory infections at the Pratama Asty Clinic Sukoharjo. The research is descriptive and data collection is done retrospectively. Sampling used the slovin formula with 95 medical records. This research was conducted in January-June 2021. Data analysis used descriptive analysis and presented in tables and percentages. The results showed that the use of drugs for acute respiratory infections at the Pratama Asty Clinic Sukoharjo the use of drugs based on the most widely used drug class, namely the antibiotic group, amounting to 21.82% with the type of antibiotic used the most, namely cefadroxil as much as 11.16%. The most widely used supporting therapy is the combination drug group with a total of 18.03% with the type of drug calortusin amounting to 6.85%. The multivitamin group was 18.03% with the type of multivitamin boost drug as much as 8.88%. The class of corticosteroid drugs was 18.28% and the type of dexamethasone was 9.40%. The conclusion of this study shows that the description of drug use in ARI patients at the Pratama Clinic Asty Sukoharjo using antibiotic therapy with the addition of supporting therapy as much as 90.5% and the results obtained are patients who only use supportive therapy without antibiotics as much as 9.5%.
{"title":"GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI KLINIK PRATAMA ASTY SUKOHARJO","authors":"Nabilah Rarayanthi. A, Khotimatul Khusna, R. Pambudi","doi":"10.31004/jkt.v3i2.4354","DOIUrl":"https://doi.org/10.31004/jkt.v3i2.4354","url":null,"abstract":"Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attacks one or more parts of the respiratory tract from the nose (upper tract) to the alveoli (lower tract). The primary therapy for ARI patients is antibiotic therapy and supportive therapy. This study aims to determine the use of drugs in patients with acute respiratory infections at the Pratama Asty Clinic Sukoharjo. The research is descriptive and data collection is done retrospectively. Sampling used the slovin formula with 95 medical records. This research was conducted in January-June 2021. Data analysis used descriptive analysis and presented in tables and percentages. The results showed that the use of drugs for acute respiratory infections at the Pratama Asty Clinic Sukoharjo the use of drugs based on the most widely used drug class, namely the antibiotic group, amounting to 21.82% with the type of antibiotic used the most, namely cefadroxil as much as 11.16%. The most widely used supporting therapy is the combination drug group with a total of 18.03% with the type of drug calortusin amounting to 6.85%. The multivitamin group was 18.03% with the type of multivitamin boost drug as much as 8.88%. The class of corticosteroid drugs was 18.28% and the type of dexamethasone was 9.40%. The conclusion of this study shows that the description of drug use in ARI patients at the Pratama Clinic Asty Sukoharjo using antibiotic therapy with the addition of supporting therapy as much as 90.5% and the results obtained are patients who only use supportive therapy without antibiotics as much as 9.5%.","PeriodicalId":380921,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan Tambusai","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133616626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}