Pub Date : 2022-04-28DOI: 10.26740/ifi.v11n02.p20-27
Hikmatul Maulidah, T. Prastowo, Arie Realita
AbstrakSesar aktif merupakan salah satu sumber potensial pemicu gempa tektonik di wilayah selatan Jawa Timur,dimana Pacitan merupakan kabupaten dengan tatanan geologi yang didominasi oleh busur pengunungan selatan.Identifikasi kehadiran dan karakteristik Sesar Grindulu di Kabupaten Pacitan adalah penting sebagai bagian dari studimitigasi bencana seismik. Proses identifikasi kehadiran dan karakteristik sesar tersebut memanfaatkan metode gravitasiuntuk menentukan posisi geografis, orientasi dan tipe Sesar Grindulu. Data penelitian berupa distribusi anomali gravitasiyang diperoleh dari satelit TOPEX dengan beberapa koreksi untuk mendapatkan Complete Bouguer Anomaly (CBA).Teknik pemfilteran kontinuitas ke atas diterapkan untuk memisahkan anomali regional dan anomali lokal sehingga bisadigunakan untuk mengetahui orientasi sesar. Teknik Second Vertical Derivative (SVD) diterapkan untuk mengetahuilokasi dan tipe sesar. Analisis semua teknik yang diterapkan dalam penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa posisiSesar Grindulu adalah 111,1o – 111,3o BT dan 8,1o – 8,2o LS dengan orientasi arah timur laut–barat daya (NE-SW).Area timur laut identik dengan wilayah utara Kabupaten Pacitan yang didominasi batuan dengan densitas rendah dandiduga memotong jalur utama Sesar Grindulu di perlintasan Sungai Grindulu. Area barat daya identik dengan wilayahselatan Kabupaten Pacitan yang didominasi oleh batuan dengan densitas relatif tinggi karena wilayah selatan Pacitandipengaruhi oleh aktivitas magmatik busur pengunungan selatan Pulau Jawa. Interpretasi hasil terapan teknik SVD pada5 slicing anomali lokal menunjukkan bahwa Sesar Grindulu merupakan sesar dengan kombinasi tipe turun dan geser.Temuan penelitian ini bermanfaat sebagai kajian potensi bencana dan upaya pengurangan risiko bencana di Pacitan. Kata Kunci: Pacitan, Sesar Grindulu, metode gravitasi, TOPEX, kontinuitas ke atas, koreksi CBA, SVD AbstractActive faults have prompted one of potential sources for tectonic earthquakes in the southern regions of East Java,where Pacitan is a region of interest with a geological setting being dominated by the Java southern mountain arc.Identification of the presence and characteristics of Grindulu Fault in Pacitan is vital for seismic hazard mitigation study.In this study, such identification involved the use of gravity method to determine geographical positions, orientation andfaulting type of the Grindulu. The data included gravity anomaly distribution obtained from TOPEX satellites with somelocal corrections towards Complete Bouguer Anomaly (CBA). A filtering technique called upward continuation was usedto separate regional anomaly from local one in order to determine fault orientation. A Second Vertical Derivative (SVD)technique was also used to determine the Grindulu locations and faulting type. Analysis of the applied techniques showedthat the Grindulu is located at 111.1o – 111.3o E and 8.1o – 8.2o S with its NE-SW direction. We found that the northeaststudy area
{"title":"IDENTIFIKASI SESAR GRINDULU DENGAN MEMANFAATKAN METODE GRAVITASI","authors":"Hikmatul Maulidah, T. Prastowo, Arie Realita","doi":"10.26740/ifi.v11n02.p20-27","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n02.p20-27","url":null,"abstract":"AbstrakSesar aktif merupakan salah satu sumber potensial pemicu gempa tektonik di wilayah selatan Jawa Timur,dimana Pacitan merupakan kabupaten dengan tatanan geologi yang didominasi oleh busur pengunungan selatan.Identifikasi kehadiran dan karakteristik Sesar Grindulu di Kabupaten Pacitan adalah penting sebagai bagian dari studimitigasi bencana seismik. Proses identifikasi kehadiran dan karakteristik sesar tersebut memanfaatkan metode gravitasiuntuk menentukan posisi geografis, orientasi dan tipe Sesar Grindulu. Data penelitian berupa distribusi anomali gravitasiyang diperoleh dari satelit TOPEX dengan beberapa koreksi untuk mendapatkan Complete Bouguer Anomaly (CBA).Teknik pemfilteran kontinuitas ke atas diterapkan untuk memisahkan anomali regional dan anomali lokal sehingga bisadigunakan untuk mengetahui orientasi sesar. Teknik Second Vertical Derivative (SVD) diterapkan untuk mengetahuilokasi dan tipe sesar. Analisis semua teknik yang diterapkan dalam penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa posisiSesar Grindulu adalah 111,1o – 111,3o BT dan 8,1o – 8,2o LS dengan orientasi arah timur laut–barat daya (NE-SW).Area timur laut identik dengan wilayah utara Kabupaten Pacitan yang didominasi batuan dengan densitas rendah dandiduga memotong jalur utama Sesar Grindulu di perlintasan Sungai Grindulu. Area barat daya identik dengan wilayahselatan Kabupaten Pacitan yang didominasi oleh batuan dengan densitas relatif tinggi karena wilayah selatan Pacitandipengaruhi oleh aktivitas magmatik busur pengunungan selatan Pulau Jawa. Interpretasi hasil terapan teknik SVD pada5 slicing anomali lokal menunjukkan bahwa Sesar Grindulu merupakan sesar dengan kombinasi tipe turun dan geser.Temuan penelitian ini bermanfaat sebagai kajian potensi bencana dan upaya pengurangan risiko bencana di Pacitan. \u0000Kata Kunci: Pacitan, Sesar Grindulu, metode gravitasi, TOPEX, kontinuitas ke atas, koreksi CBA, SVD \u0000AbstractActive faults have prompted one of potential sources for tectonic earthquakes in the southern regions of East Java,where Pacitan is a region of interest with a geological setting being dominated by the Java southern mountain arc.Identification of the presence and characteristics of Grindulu Fault in Pacitan is vital for seismic hazard mitigation study.In this study, such identification involved the use of gravity method to determine geographical positions, orientation andfaulting type of the Grindulu. The data included gravity anomaly distribution obtained from TOPEX satellites with somelocal corrections towards Complete Bouguer Anomaly (CBA). A filtering technique called upward continuation was usedto separate regional anomaly from local one in order to determine fault orientation. A Second Vertical Derivative (SVD)technique was also used to determine the Grindulu locations and faulting type. Analysis of the applied techniques showedthat the Grindulu is located at 111.1o – 111.3o E and 8.1o – 8.2o S with its NE-SW direction. We found that the northeaststudy area","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44127973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-26DOI: 10.26740/ifi.v11n2.p12-19
Intan Novia Sari, T. Prastowo
AbstrakPotensi bencana gempa di wilayah selatan Sumatera dapat dipelajari melalui studi seismisitas wilayah denganmenghitung 𝑎-value untuk mendiskripsikan level seismisitas dan 𝑏-value untuk mediskripsikan stres batuan geologibawah permukaan. Data penelitian ini adalah statistik magnitudo antara 3,5 ≤ 𝑀w ≤ 8,4 selama tahun 1970-2021 dengankedalaman gempa mencapai 640 km yang bisa diakses melalui laman https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/.Perhitungan 𝑎-value dan 𝑏-value dilakukan dengan membagi wilayah selatan Sumatera menjadi Zona 1, Zona 2, danZona 3 dengan hasil-hasil untuk Zona 1: 𝑎 = 6,40 dan 𝑏 = 0,83; Zona 2: 𝑎 = 6,78 dan 𝑏 = 0,91; dan Zona 3: 𝑎 = 6,15dan 𝑏 = 1,05. Berbeda dengan nilai 𝑎 dan 𝑏, anomali 𝑏 tidak dinyatakan sebagai angka melainkan dalam bentuk petavariasi spasial 𝑏-value. Analisis hasil-hasil perhitungan 𝑎 dan 𝑏 untuk ketiga zona seismik menunjukkan bahwaseismisitas Zona 2 paling tinggi karena aktivitas seismo-tektonik sepanjang transisi zona subduksi Sumatera menujuzona subduksi Jawa. Seismisitas Zona 1 juga relatif tinggi dipicu oleh aktivitas serupa sepanjang zona subduksi dekatPalung Sumatera dan Sesar Besar Sumatera. Hal ini berarti wilayah barat Sumatera bagian selatan lebih rentan terhadappotensi bencana gempa tektonik. Analisis variasi spasial 𝑏-value menemukan wilayah selatan Sumatera dengan 𝑏-valueyang rendah bertepatan dengan saat gempa besar yang memicu gelombang tsunami pada tanggal 12 September 2007.Hasil-hasil penelitian ini sama dengan temuan terdahulu yang relevan dengan studi seismisitas Pulau Sumatera.Kata Kunci: seismisitas wilayah selatan Sumatera, 𝑎-value, 𝑏-value, anomali 𝑏-value AbstractThe potency for eartquakes hazards in southern Sumatera can be examined by calculating 𝑎-value used todescribe seismicity and 𝑏-value used to describe subsurface rock stress. The data for this study are earthquake momentmagnitudes between 3,5 ≤ 𝑀w ≤ 8,4 during the years of 1970-2021 with depths reaching to 640 km accessed athttps://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/. Calculation was performed by dividing the southern Sumatera intoZone 1, Zone 2, and Zone 3 with the results were for Zone 1: 𝑎 = 6.40 and 𝑏 = 0.83; Zona 2: 𝑎 = 6.78 and 𝑏 = 0.91; andZona 3: 𝑎 = 6.15 and 𝑏 = 1.05. Different from 𝑎-value and 𝑏-value, the 𝑏 anomaly was not represented in numbers butit was given in the spatial variation of 𝑏-value. Analysis showed that seismicity in Zone 2 is the highest due to seismotectonic activity along transition from Sumatera to Java subduction zone. Seismicity in Zone 1 is also relatively hightriggered by similar activity along the subduction zone near the Sumatran Trench and the Great Sumatran Fault. Itmeans that the western part of the southern Sumatera is more vulnerable to tectonic earthquake potential. The analysisof spatial variations of the 𝑏-value found that regions of low 𝑏-value corresponded to a large earthquake that generatedtsunami on September 12, 2007. Th
苏门答腊地震AbstrakPotensi南部地区可以通过研究研究seismisitas denganmenghitung地区𝑎-value寄来seismisitas级和𝑏-value为mediskripsikan geologibawah岩石表面的压力。≤3.5之间的研究数据是统计星等𝑀w≤为8.4年1970-2021 dengankedalaman达到640公里的地震可以通过访问该页面的https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/.Perhitungan𝑎-value和𝑏-value做南方苏门答腊分成1区、2区3 danZona对于1区:𝑎= 6,40结果和𝑏= 0.83;2区:𝑎= 6.78和𝑏= 0.91;和3区:𝑎= 6,15dan𝑏= 1.05。𝑎价值和𝑏不同,𝑏异常没有被宣布为数字,而是空间petavariasi𝑏-value形式。𝑎计算结果分析,并为区域第三𝑏seismo-tektonik展示bahwaseismisitas最高2区,因为地震活动在俯冲带苏门答腊爪哇menujuzona俯冲带过渡。1区地震学也是由类似的活动沿着苏门答腊靠近裂谷的俯冲带和苏门答腊大剖腹产等区域触发的。这意味着南部苏门答腊西部地区更容易发生潜在的构造灾难。𝑏-value空间变异分析时发现了南方低𝑏-valueyang恰逢苏门答腊大地震引发的海啸波的2007年9月12日。这项研究的结果与早期发现类似,与苏门答腊地震研究相关。关键词:seismisitas苏门答腊南部,𝑎-value𝑏-value𝑏-value异常AbstractThe potency为了苏门答腊地震危害在南方可以被计算examined𝑎-value过去todescribe seismicity和摇滚𝑏-value习惯描述subsurface压力。研究的数据,这是地震momentmagnitudes≤3.5之间𝑀w≤为8.4年》期间和depths 1970-2021伸向到640公里accessed athttps: / /美国地质调查局地震。gov / earthquakes search -。Calculation was performed by dividing《南苏门答腊intoZone 1、2区和3区with the results for区在1:𝑎= 83;6 . 40和𝑏= 0。2区:𝑎= 6 . 78和𝑏= 0。91;andZona 3:𝑎= 6。15和𝑏= 1。05。从𝑎-value和𝑏-value不同,《数字butit𝑏是不会出现反常现象是《空间variation of𝑏-value屈服了。分析表明,2区地震的高度是地震活动的高度,从苏门答腊到Java subduction区。西米勒行动在苏门答腊靠近特朗和苏门答腊之间进行。这意味着南苏门答腊的西部片更容易构造潜在的地震。《analysisof空间variations of The𝑏-value找到那个regions of low𝑏-value corresponded to a那generatedtsunami在2007年9月12日,大地震。目前的结果与前地震探测结果一致。安装:南苏门答腊seismicity𝑎-value、𝑏-value𝑏-value反常现象
{"title":"ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA BENCANA SEISMIK DI WILAYAH SELATAN PULAU SUMATERA","authors":"Intan Novia Sari, T. Prastowo","doi":"10.26740/ifi.v11n2.p12-19","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n2.p12-19","url":null,"abstract":"AbstrakPotensi bencana gempa di wilayah selatan Sumatera dapat dipelajari melalui studi seismisitas wilayah denganmenghitung 𝑎-value untuk mendiskripsikan level seismisitas dan 𝑏-value untuk mediskripsikan stres batuan geologibawah permukaan. Data penelitian ini adalah statistik magnitudo antara 3,5 ≤ 𝑀w ≤ 8,4 selama tahun 1970-2021 dengankedalaman gempa mencapai 640 km yang bisa diakses melalui laman https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/.Perhitungan 𝑎-value dan 𝑏-value dilakukan dengan membagi wilayah selatan Sumatera menjadi Zona 1, Zona 2, danZona 3 dengan hasil-hasil untuk Zona 1: 𝑎 = 6,40 dan 𝑏 = 0,83; Zona 2: 𝑎 = 6,78 dan 𝑏 = 0,91; dan Zona 3: 𝑎 = 6,15dan 𝑏 = 1,05. Berbeda dengan nilai 𝑎 dan 𝑏, anomali 𝑏 tidak dinyatakan sebagai angka melainkan dalam bentuk petavariasi spasial 𝑏-value. Analisis hasil-hasil perhitungan 𝑎 dan 𝑏 untuk ketiga zona seismik menunjukkan bahwaseismisitas Zona 2 paling tinggi karena aktivitas seismo-tektonik sepanjang transisi zona subduksi Sumatera menujuzona subduksi Jawa. Seismisitas Zona 1 juga relatif tinggi dipicu oleh aktivitas serupa sepanjang zona subduksi dekatPalung Sumatera dan Sesar Besar Sumatera. Hal ini berarti wilayah barat Sumatera bagian selatan lebih rentan terhadappotensi bencana gempa tektonik. Analisis variasi spasial 𝑏-value menemukan wilayah selatan Sumatera dengan 𝑏-valueyang rendah bertepatan dengan saat gempa besar yang memicu gelombang tsunami pada tanggal 12 September 2007.Hasil-hasil penelitian ini sama dengan temuan terdahulu yang relevan dengan studi seismisitas Pulau Sumatera.Kata Kunci: seismisitas wilayah selatan Sumatera, 𝑎-value, 𝑏-value, anomali 𝑏-value \u0000AbstractThe potency for eartquakes hazards in southern Sumatera can be examined by calculating 𝑎-value used todescribe seismicity and 𝑏-value used to describe subsurface rock stress. The data for this study are earthquake momentmagnitudes between 3,5 ≤ 𝑀w ≤ 8,4 during the years of 1970-2021 with depths reaching to 640 km accessed athttps://earthquake.usgs.gov/earthquakes/search/. Calculation was performed by dividing the southern Sumatera intoZone 1, Zone 2, and Zone 3 with the results were for Zone 1: 𝑎 = 6.40 and 𝑏 = 0.83; Zona 2: 𝑎 = 6.78 and 𝑏 = 0.91; andZona 3: 𝑎 = 6.15 and 𝑏 = 1.05. Different from 𝑎-value and 𝑏-value, the 𝑏 anomaly was not represented in numbers butit was given in the spatial variation of 𝑏-value. Analysis showed that seismicity in Zone 2 is the highest due to seismotectonic activity along transition from Sumatera to Java subduction zone. Seismicity in Zone 1 is also relatively hightriggered by similar activity along the subduction zone near the Sumatran Trench and the Great Sumatran Fault. Itmeans that the western part of the southern Sumatera is more vulnerable to tectonic earthquake potential. The analysisof spatial variations of the 𝑏-value found that regions of low 𝑏-value corresponded to a large earthquake that generatedtsunami on September 12, 2007. Th","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45268714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-08DOI: 10.26740/ifi.v11n02.p1-11
M. Madlazim, Nurul Dwi Lestari
Abstrak Seismisitas Sumatera dan potensi bencana gempa tektonik dapat dipelajari melalui analisis parameter -value, -value, dan anomali -value. Nilai merefleksikan level seismisitas, nilai menunjukkan level stres batuan geologi bawah permukaan, dan anomali nilai bisa menjadi prekursor gempa besar. Ketiga parameter tersebut secara akurat diperoleh dengan memanfaatkan statistik frekuensi-magnitudo (FMD) gempa dari katalog USGS antara 1970-2020 dengan magnitudo antara 4,0 9,5 dan kedalaman mencapai 640 km. Kurva FMD menjadi basis penerapan hukum Gutenberg-Richter melalui pendekatan maximum likelihood. Perhitungan ketiga parameter dilakukan dengan membagi wilayah Sumatera menjadi Zona 1, Zona 2, dan Zona 3. Hasil-hasil perhitungan untuk Zona 1: = 6,02 dan = 0,76; Zona 2: = 6,50 dan = 0,84; dan Zona 3: = 6,86 dan = 0,88. Anomali nilai untuk ketiga zona seismik dinyatakan sebagai peta variasi spasio-temporal -value. Berdasarkan definisi -value dan -value, maka seismisitas Zona 3 (selatan Sumatera) paling tinggi dibandingkan dengan zona lain sedangkan struktur batuan bawah permukaan Zona 1 (utara Sumatera) memiliki stres paling tinggi yang relevan dengan peristiwa gempa besar yang sering terjadi. Analisis variasi spasio-temporal -value menemukan kesesuaian lokasi episenter gempa besar dengan daerah-daerah yang memiliki nilai yang rendah baik pada Zona 1, Zona 2 maupun Zona 3. Hal ini menunjukkan bahwa -drop dapat digunakan sebagai indikator gempa besar, sama seperti temuan terdahulu yang relevan dengan seismisitas Sumatera. Analisis histogram kedalaman sumber menunjukkan bahwa mayoritas gempa Sumatera adalah gempa dangkal dengan kedaaman rata-rata dalam rentang 30-40 km. Dengan demikian, seluruh wilayah Pulau Sumatera adalah rentan terhadap potensi bahaya bencana gempa tektonik. Kata Kunci: seismisitas Sumatera, -value, -value, anomali -value, hukum Gutenberg-Richter Abstract Seismicity in Sumatera and the potency for tectonic earthquakes can be examined using seismic parameters: -value, -value, and -value anomaly. Parameter -value reflects seismicity level, -value indicates the level of stress on subsurface structure, and -value anomaly is a precursor for a large event. The parameters were accurately calculated from USGS earthquake catalogue for frequency-magnitude distribution (FMD) in Sumatera between 1970-2020 with magnitudes 4.0 9.5 and the depths reaching 640 km beneath the surface. The FMD is a basis for the application of Gutenberg-Richter law through a maximum likelihood approach. Parameter calculation was performed by dividing Sumatera into Zone 1, Zone 2, and Zone 3. The results were for Zone 1: = 6.02 and = 0.76; Zone 2: = 6.50 and = 0.84; and Zone 3: = 6.86 and = 0.88. The anomaly was given as maps of spatio-temporal -value variations. Based on -value and -value definitions, seismicity in Zone 3 is the highest while subsurface structure in Zone 1 shows the highest stress, relevant to frequent large occurrences in th
{"title":"ANALISIS SEISMISITAS DAN POTENSI BAHAYA BENCANA SEISMIK PULAU SUMATERA BERDASARKAN DATA GEMPA 1970-2020","authors":"M. Madlazim, Nurul Dwi Lestari","doi":"10.26740/ifi.v11n02.p1-11","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n02.p1-11","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Seismisitas Sumatera dan potensi bencana gempa tektonik dapat dipelajari melalui analisis parameter -value, -value, dan anomali -value. Nilai merefleksikan level seismisitas, nilai menunjukkan level stres batuan geologi bawah permukaan, dan anomali nilai bisa menjadi prekursor gempa besar. Ketiga parameter tersebut secara akurat diperoleh dengan memanfaatkan statistik frekuensi-magnitudo (FMD) gempa dari katalog USGS antara 1970-2020 dengan magnitudo antara 4,0 9,5 dan kedalaman mencapai 640 km. Kurva FMD menjadi basis penerapan hukum Gutenberg-Richter melalui pendekatan maximum likelihood. Perhitungan ketiga parameter dilakukan dengan membagi wilayah Sumatera menjadi Zona 1, Zona 2, dan Zona 3. Hasil-hasil perhitungan untuk Zona 1: = 6,02 dan = 0,76; Zona 2: = 6,50 dan = 0,84; dan Zona 3: = 6,86 dan = 0,88. Anomali nilai untuk ketiga zona seismik dinyatakan sebagai peta variasi spasio-temporal -value. Berdasarkan definisi -value dan -value, maka seismisitas Zona 3 (selatan Sumatera) paling tinggi dibandingkan dengan zona lain sedangkan struktur batuan bawah permukaan Zona 1 (utara Sumatera) memiliki stres paling tinggi yang relevan dengan peristiwa gempa besar yang sering terjadi. Analisis variasi spasio-temporal -value menemukan kesesuaian lokasi episenter gempa besar dengan daerah-daerah yang memiliki nilai yang rendah baik pada Zona 1, Zona 2 maupun Zona 3. Hal ini menunjukkan bahwa -drop dapat digunakan sebagai indikator gempa besar, sama seperti temuan terdahulu yang relevan dengan seismisitas Sumatera. Analisis histogram kedalaman sumber menunjukkan bahwa mayoritas gempa Sumatera adalah gempa dangkal dengan kedaaman rata-rata dalam rentang 30-40 km. Dengan demikian, seluruh wilayah Pulau Sumatera adalah rentan terhadap potensi bahaya bencana gempa tektonik. \u0000Kata Kunci: seismisitas Sumatera, -value, -value, anomali -value, hukum Gutenberg-Richter \u0000Abstract \u0000Seismicity in Sumatera and the potency for tectonic earthquakes can be examined using seismic parameters: -value, -value, and -value anomaly. Parameter -value reflects seismicity level, -value indicates the level of stress on subsurface structure, and -value anomaly is a precursor for a large event. The parameters were accurately calculated from USGS earthquake catalogue for frequency-magnitude distribution (FMD) in Sumatera between 1970-2020 with magnitudes 4.0 9.5 and the depths reaching 640 km beneath the surface. The FMD is a basis for the application of Gutenberg-Richter law through a maximum likelihood approach. Parameter calculation was performed by dividing Sumatera into Zone 1, Zone 2, and Zone 3. The results were for Zone 1: = 6.02 and = 0.76; Zone 2: = 6.50 and = 0.84; and Zone 3: = 6.86 and = 0.88. The anomaly was given as maps of spatio-temporal -value variations. Based on -value and -value definitions, seismicity in Zone 3 is the highest while subsurface structure in Zone 1 shows the highest stress, relevant to frequent large occurrences in th","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43597722","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.26740/ifi.v11n1.p48-55
Nurul Chamidah, L. Rohmawati
Plester luka yang ada di pasaran pada umumnya masih menggunakan bahan sintetis, sehingga dapat menimbulkan reaksi hipersensitif pada luka. Oleh karena itu, dibutuhkan plester luka berbahan dasar alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun sirih dan madu sebagai plester luka hidrogel PVA (Polivinil Alkohol)/kitosan yang alami dalam menghambat bakteri S. aureus dan E. coli, dan mengetahui tingkat elastisitasnya. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 3 perlakuan. Ekstraksi daun sirih hijau dan madu menggunakan metode maserasi dengan variasi konsentrasi yakni 5wt%, 15wt%, dan 25wt%. Setiap konsentrasi ditambahkan dengan PVA dan kitosan lalu dipanaskan pada suhu 85ºC selama 5 jam hingga terbentuk membran. Membran tersebut diuji antibakteri, kuat tarik, dan SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi 15 wt% ekstrak daun sirih hijau memiliki aktivitas antibakteri yang paling efektif pada bakteri S. aureus dan E. coli adalah (16,8 0,47) mm dan (18,4 0,35) mm. Sedangkan pada konsentrasi 25 wt% hidrogel memiliki nilai kuat tarik paling baik sebesar 0.219 MPa, modulus elastisitas 0.09 MPa, dan memiliki struktur morfologi berpori dan halus namun masih terdapat aglomerasi.
{"title":"PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU DAN MADU TERHADAP SIFAT ANTIBAKTERI PLESTER LUKA HIDROGEL PVA/KITOSAN","authors":"Nurul Chamidah, L. Rohmawati","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p48-55","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p48-55","url":null,"abstract":"Plester luka yang ada di pasaran pada umumnya masih menggunakan bahan sintetis, sehingga dapat menimbulkan reaksi hipersensitif pada luka. Oleh karena itu, dibutuhkan plester luka berbahan dasar alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas daun sirih dan madu sebagai plester luka hidrogel PVA (Polivinil Alkohol)/kitosan yang alami dalam menghambat bakteri S. aureus dan E. coli, dan mengetahui tingkat elastisitasnya. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan 3 perlakuan. Ekstraksi daun sirih hijau dan madu menggunakan metode maserasi dengan variasi konsentrasi yakni 5wt%, 15wt%, dan 25wt%. Setiap konsentrasi ditambahkan dengan PVA dan kitosan lalu dipanaskan pada suhu 85ºC selama 5 jam hingga terbentuk membran. Membran tersebut diuji antibakteri, kuat tarik, dan SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan konsentrasi 15 wt% ekstrak daun sirih hijau memiliki aktivitas antibakteri yang paling efektif pada bakteri S. aureus dan E. coli adalah (16,8 0,47) mm dan (18,4 0,35) mm. Sedangkan pada konsentrasi 25 wt% hidrogel memiliki nilai kuat tarik paling baik sebesar 0.219 MPa, modulus elastisitas 0.09 MPa, dan memiliki struktur morfologi berpori dan halus namun masih terdapat aglomerasi.","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42356737","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-01DOI: 10.26740/ifi.v11n1.p35-47
Roifatu Diana Zain, T. Prastowo
Pemahaman mekanika perambatan gelombang tsunami adalah penting dalam studi mitigasi bencana tsunami. Aspek kinematik menjelaskan fenomena tsunami time delay dan aspek dinamik menjelaskan fenomena tsunami run-up. Time delay dihitung sebagai selisih waktu antara kedatangan gelombang tsunami dan estimasi waktu tiba berdasarkan aproksimasi shallow water dimana tsunami bergerak dengan kecepatan yang hanya bergantung pada kedalaman lokal. Estimasi run-up diuji menggunakan Hukum Green dengan hanya mempertimbangkan efek pendangkalan pantai dan Hukum Green yang telah dimodifikasi dengan menyertakan efek refraksi gelombang tsunami saat mendekati pantai. Tujuan penelitian adalah menguji apakah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami berlaku untuk kasus tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda pada tahun 2018. Data penelitian diperoleh dari NOAA (lembaga kredibel yang dikelola oleh pemerintah US) dan beberapa publikasi yang relevan. Hasil-hasil penelitian berupa grafik time delay yang menunjukkan bahwa observed travel times lebih besar dibandingkan dengan estimated travel times. Hal ini berarti tsunami datang terlambat ke tepi pantai akibat deformasi fisis dasar laut. Selain itu, juga diperoleh grafik time delay terhadap travel distance, dimana untuk Teluk Palu diperoleh 0,61 sedangkan untuk Selat Sunda, 0,82. Faktor geometri Teluk Palu dan Selat Sunda yang relatif sempit dibandingkan dengan Samudera Pasifik menjadi alasan mengapa tidak sebesar kasus trans-Pasifik seperti temuan penelitian terdahulu. Estimasi run-up berbasis modifikasi Hukum Green memberikan hasil perhitungan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan Hukum Green yang hanya mempertimbangkan efek pendangkalan, dimana ada peningkatan akurasi estimasi run-up sebesar 2-3 kali lipat. Kesimpulan penting adalah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami masih berlaku untuk tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda dengan penyimpangan terbatas karena faktor geometri lokasi kejadian.Pemahaman mekanika perambatan gelombang tsunami adalah penting dalam studi mitigasi bencana tsunami. Aspek kinematik menjelaskan fenomena tsunami time delay dan aspek dinamik menjelaskan fenomena tsunami run-up. Time delay dihitung sebagai selisih waktu antara kedatangan gelombang tsunami dan estimasi waktu tiba berdasarkan aproksimasi shallow water dimana tsunami bergerak dengan kecepatan yang hanya bergantung pada kedalaman lokal. Estimasi run-up diuji menggunakan Hukum Green dengan hanya mempertimbangkan efek pendangkalan pantai dan Hukum Green yang telah dimodifikasi dengan menyertakan efek refraksi gelombang tsunami saat mendekati pantai. Tujuan penelitian adalah menguji apakah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami berlaku untuk kasus tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda pada tahun 2018. Data penelitian diperoleh dari NOAA (lembaga kredibel yang dikelola oleh pemerintah US) dan beberapa publikasi yang relevan. Hasil-hasil penelitian berupa grafik time delay yang menunjukkan
{"title":"MEKANIKA PERAMBATAN GELOMBANG TSUNAMI: STUDI KASUS TSUNAMI TELUK PALU DAN SELAT SUNDA TAHUN 2018","authors":"Roifatu Diana Zain, T. Prastowo","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p35-47","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p35-47","url":null,"abstract":"Pemahaman mekanika perambatan gelombang tsunami adalah penting dalam studi mitigasi bencana tsunami. Aspek kinematik menjelaskan fenomena tsunami time delay dan aspek dinamik menjelaskan fenomena tsunami run-up. Time delay dihitung sebagai selisih waktu antara kedatangan gelombang tsunami dan estimasi waktu tiba berdasarkan aproksimasi shallow water dimana tsunami bergerak dengan kecepatan yang hanya bergantung pada kedalaman lokal. Estimasi run-up diuji menggunakan Hukum Green dengan hanya mempertimbangkan efek pendangkalan pantai dan Hukum Green yang telah dimodifikasi dengan menyertakan efek refraksi gelombang tsunami saat mendekati pantai. Tujuan penelitian adalah menguji apakah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami berlaku untuk kasus tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda pada tahun 2018. Data penelitian diperoleh dari NOAA (lembaga kredibel yang dikelola oleh pemerintah US) dan beberapa publikasi yang relevan. Hasil-hasil penelitian berupa grafik time delay yang menunjukkan bahwa observed travel times lebih besar dibandingkan dengan estimated travel times. Hal ini berarti tsunami datang terlambat ke tepi pantai akibat deformasi fisis dasar laut. Selain itu, juga diperoleh grafik time delay terhadap travel distance, dimana untuk Teluk Palu diperoleh 0,61 sedangkan untuk Selat Sunda, 0,82. Faktor geometri Teluk Palu dan Selat Sunda yang relatif sempit dibandingkan dengan Samudera Pasifik menjadi alasan mengapa tidak sebesar kasus trans-Pasifik seperti temuan penelitian terdahulu. Estimasi run-up berbasis modifikasi Hukum Green memberikan hasil perhitungan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan Hukum Green yang hanya mempertimbangkan efek pendangkalan, dimana ada peningkatan akurasi estimasi run-up sebesar 2-3 kali lipat. Kesimpulan penting adalah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami masih berlaku untuk tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda dengan penyimpangan terbatas karena faktor geometri lokasi kejadian.Pemahaman mekanika perambatan gelombang tsunami adalah penting dalam studi mitigasi bencana tsunami. Aspek kinematik menjelaskan fenomena tsunami time delay dan aspek dinamik menjelaskan fenomena tsunami run-up. Time delay dihitung sebagai selisih waktu antara kedatangan gelombang tsunami dan estimasi waktu tiba berdasarkan aproksimasi shallow water dimana tsunami bergerak dengan kecepatan yang hanya bergantung pada kedalaman lokal. Estimasi run-up diuji menggunakan Hukum Green dengan hanya mempertimbangkan efek pendangkalan pantai dan Hukum Green yang telah dimodifikasi dengan menyertakan efek refraksi gelombang tsunami saat mendekati pantai. Tujuan penelitian adalah menguji apakah aspek kinematik dan dinamik perambatan gelombang tsunami berlaku untuk kasus tsunami Teluk Palu dan Selat Sunda pada tahun 2018. Data penelitian diperoleh dari NOAA (lembaga kredibel yang dikelola oleh pemerintah US) dan beberapa publikasi yang relevan. Hasil-hasil penelitian berupa grafik time delay yang menunjukkan ","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44422516","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-10DOI: 10.26740/ifi.v11n1.p8-16
Qonitah Salsabillah, T. Prastowo
Abstrak Karakteristik gempa dapat dipelajari melalui relasi antara parameter-parameter sumber. Dua parameter sumber yang berfungsi sebagai ukuran kekuatan gempa adalah magnitudo momen dan momen seismik . Penelitian ini fokus pada analisis relasi empiris untuk variasi kedalaman: shallow (0-100 km), intermediate (100-300 km), dan deep ( 300 km) sources. Data penelitian adalah 242 gempa tektonik yang diperoleh dari berbagai sumber reliabel (publikasi internasional) baik intraplate maupun interplate events yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia antara 1905-2016 dengan magnitudo antara 4,45 9,20. Hasil penelitian berupa persamaan empiris untuk setiap kedalaman sumber, = 0,287 ln + 5,952 (shallow sources), = 0,290 ln + 6,047 (intermediate sources) dan = 0,285 ln + 5,816 (deep sources). Ketiga persamaan tersebut bersifat self-consistent karena merepresentasikan relasi empiris dengan bentuk grafik yang sama. Nilai koefisien ln untuk ketiga persamaan tidak berbeda sampai dengan desimal kedua sedangkan variasi kecil nilai konstanta tidak memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan antara ketiga sumber gempa. Relasi empiris yang diperoleh dari penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian terdahulu, yaitu merupakan fungsi logaritmik . Selain temuan tersebut, penelitian ini juga menemukan distribusi mayor kedalaman sumber adalah kurang dari 20 km (shallow sources), antara 100-200 km (intermediate sources), dan 550-600 km (deep sources). Temuan ini konsisten dengan karakteristik seismisitas global. Hasil-hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang relasi yang bersifat universal (tidak bergantung pada kedalaman sumber gempa) dan global (tidak bergantung pada lokasi kejadian gempa). Kata Kunci: magnitudo momen, momen seismik, relasi empiris , variasi kedalaman sumber Abstract Characteristics of earthquakes can be examined using analysis of source parameters. Two source parameters used as a measure of earthquake strength are momen magnitude and seismic moment . This study focuses on analysis of a empirical relation for varying depths: shallow (0-100 km), intermediate (100-300 km), dan deep ( 300 km). The data were 242 occurrences (intraplate and interplate events worldwide between 1905-2016) obtained from reliable published studies with varying magnitudes of 4.45 9.20. The results were in the form of an empirical equation for each source depth, = 0.287 ln + 5.952 (shallow sources), = 0.290 ln + 6.047 (intermediate sources) dan = 0.285 ln + 5.816 (deep sources). These equations are self-consistent as they represent the relation in the same form of graphs. Coefficients of ln are similar for all the three equations to two decimal places while small variations of constants give no clear information on differences in the source depth. The relation obtained is consistent with previous work in the sense that is a logarithmic function of . In addition, the current study found major earthquake
{"title":"ANALISIS RELASI MOMEN SEISMIK DAN MAGNITUDO MOMEN UNTUK VARIASI KEDALAMAN SUMBER GEMPA TEKTONIK (SHALLOW, INTERMEDIATE, AND DEEP SOURCES)","authors":"Qonitah Salsabillah, T. Prastowo","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p8-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p8-16","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Karakteristik gempa dapat dipelajari melalui relasi antara parameter-parameter sumber. Dua parameter sumber yang berfungsi sebagai ukuran kekuatan gempa adalah magnitudo momen dan momen seismik . Penelitian ini fokus pada analisis relasi empiris untuk variasi kedalaman: shallow (0-100 km), intermediate (100-300 km), dan deep ( 300 km) sources. Data penelitian adalah 242 gempa tektonik yang diperoleh dari berbagai sumber reliabel (publikasi internasional) baik intraplate maupun interplate events yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia antara 1905-2016 dengan magnitudo antara 4,45 9,20. Hasil penelitian berupa persamaan empiris untuk setiap kedalaman sumber, = 0,287 ln + 5,952 (shallow sources), = 0,290 ln + 6,047 (intermediate sources) dan = 0,285 ln + 5,816 (deep sources). Ketiga persamaan tersebut bersifat self-consistent karena merepresentasikan relasi empiris dengan bentuk grafik yang sama. Nilai koefisien ln untuk ketiga persamaan tidak berbeda sampai dengan desimal kedua sedangkan variasi kecil nilai konstanta tidak memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan antara ketiga sumber gempa. Relasi empiris yang diperoleh dari penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian terdahulu, yaitu merupakan fungsi logaritmik . Selain temuan tersebut, penelitian ini juga menemukan distribusi mayor kedalaman sumber adalah kurang dari 20 km (shallow sources), antara 100-200 km (intermediate sources), dan 550-600 km (deep sources). Temuan ini konsisten dengan karakteristik seismisitas global. Hasil-hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang relasi yang bersifat universal (tidak bergantung pada kedalaman sumber gempa) dan global (tidak bergantung pada lokasi kejadian gempa). \u0000 \u0000Kata Kunci: magnitudo momen, momen seismik, relasi empiris , variasi kedalaman sumber \u0000Abstract \u0000Characteristics of earthquakes can be examined using analysis of source parameters. Two source parameters used as a measure of earthquake strength are momen magnitude and seismic moment . This study focuses on analysis of a empirical relation for varying depths: shallow (0-100 km), intermediate (100-300 km), dan deep ( 300 km). The data were 242 occurrences (intraplate and interplate events worldwide between 1905-2016) obtained from reliable published studies with varying magnitudes of 4.45 9.20. The results were in the form of an empirical equation for each source depth, = 0.287 ln + 5.952 (shallow sources), = 0.290 ln + 6.047 (intermediate sources) dan = 0.285 ln + 5.816 (deep sources). These equations are self-consistent as they represent the relation in the same form of graphs. Coefficients of ln are similar for all the three equations to two decimal places while small variations of constants give no clear information on differences in the source depth. The relation obtained is consistent with previous work in the sense that is a logarithmic function of . In addition, the current study found major earthquake","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43122382","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-10DOI: 10.26740/ifi.v11n1.p17-27
Muslimatul Fitria, T. Prastowo
Abstrak Seismisitas Jawa Timur dan potensi bencana gempa tektonik terkait dapat dipelajari melalui analisis parameter seismik: -value, -value, dan anomali -value. Nilai merefleksikan level seismisitas, nilai menunjukkan level stres batuan bawah permukaan, dan anomali nilai menjadi prekursor gempa besar. Ketiga parameter tersebut secara akurat diperoleh dengan memanfaatkan data frekuensi-magnitudo (FMD) dari katalog USGS antara 1973-2020. Kurva FMD menjadi basis penerapan hukum Gutenberg-Richter melalui pendekatan maximum likelihood untuk data gempa tektonik dengan magnitudo antara 3,1 7,8 dan kedalaman mencapai 574 km di bawah permukaan. Perhitungan ketiga parameter dilakukan dengan membagi wilayah Jawa Timur menjadi Zona Utara, Zona Selatan, dan Zona Utuh dengan hasil-hasil untuk Zona Utara: = 5,77 dan = 0,96; Zona Selatan: = 6,49 dan = 0,81; dan Zona Utuh: = 6,80 dan = 0,87. Berbeda dengan nilai dan , anomali nilai tidak dinyatakan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk peta variasi spasio-temporal -value. Analisis hasil-hasil perhitungan dan untuk ketiga zona seismik menunjukkan bahwa seismisitas wilayah selatan Jawa Timur lebih tinggi daripada seismisitas wilayah utara karena stres tinggi batuan yang dipicu aktivitas seismo-tektonik sepanjang zona subduksi dekat Palung Jawa. Dengan demikian, wilayah selatan Jawa Timur lebih rentan terhadap potensi bencana gempa seismik. Analisis variasi spasio-temporal -value menemukan wilayah selatan Jawa Timur dengan nilai yang rendah, bertepatan dengan saat gempa besar (tsunami earthquake) terjadi pada bulan Juni 1994. Hasil-hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan studi seismisitas Pulau Jawa. Kata Kunci: seismisitas Jawa Timur, -value, -value, anomali -value, hukum Gutenberg-Richter Abstract Seismicity in East Java and its potency for earthquakes can be examined using parameters: -value, -value, and -value anomaly. Parameter -value reflects seismicity level, -value indicates stress level of subsurface structure, and -value anomaly is a precursor for a large event. The parameters were accurately obtained from frequency-magnitude distribution (FMD) in the region of interest between 1973-2020 based on USGS catalogue. The FMD serves as a basis for the Gutenberg-Richter (GR) law through maximum likelihood for data with varying magnitudes of 3.1 7.8 and depths reaching 574 km below the surface. Determination of the parameters was performed by dividing East Java into Northern Zone, Southern Zone, the whole Zone. The results were for Northern Zone: = 5,77 and = 0,96; Southern Zone: = 6,49 and = 0,81; and the whole Zone: = 6,80 and = 0,87, respectively. Different from -value and -value, the anomaly in -value was not represented in numbers but it was given in the spasio-temporal -value. Analysis of the results for each zone showed that seismicity in the southern region of East Java is relatively higher than in the north, due to a high-stress
{"title":"SEISMISITAS JAWA TIMUR DAN POTENSI BAHAYA BENCANA SEISMIK TERKAIT","authors":"Muslimatul Fitria, T. Prastowo","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p17-27","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p17-27","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000 Seismisitas Jawa Timur dan potensi bencana gempa tektonik terkait dapat dipelajari melalui analisis parameter seismik: -value, -value, dan anomali -value. Nilai merefleksikan level seismisitas, nilai menunjukkan level stres batuan bawah permukaan, dan anomali nilai menjadi prekursor gempa besar. Ketiga parameter tersebut secara akurat diperoleh dengan memanfaatkan data frekuensi-magnitudo (FMD) dari katalog USGS antara 1973-2020. Kurva FMD menjadi basis penerapan hukum Gutenberg-Richter melalui pendekatan maximum likelihood untuk data gempa tektonik dengan magnitudo antara 3,1 7,8 dan kedalaman mencapai 574 km di bawah permukaan. Perhitungan ketiga parameter dilakukan dengan membagi wilayah Jawa Timur menjadi Zona Utara, Zona Selatan, dan Zona Utuh dengan hasil-hasil untuk Zona Utara: = 5,77 dan = 0,96; Zona Selatan: = 6,49 dan = 0,81; dan Zona Utuh: = 6,80 dan = 0,87. Berbeda dengan nilai dan , anomali nilai tidak dinyatakan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk peta variasi spasio-temporal -value. Analisis hasil-hasil perhitungan dan untuk ketiga zona seismik menunjukkan bahwa seismisitas wilayah selatan Jawa Timur lebih tinggi daripada seismisitas wilayah utara karena stres tinggi batuan yang dipicu aktivitas seismo-tektonik sepanjang zona subduksi dekat Palung Jawa. Dengan demikian, wilayah selatan Jawa Timur lebih rentan terhadap potensi bencana gempa seismik. Analisis variasi spasio-temporal -value menemukan wilayah selatan Jawa Timur dengan nilai yang rendah, bertepatan dengan saat gempa besar (tsunami earthquake) terjadi pada bulan Juni 1994. Hasil-hasil penelitian ini sama dengan temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan studi seismisitas Pulau Jawa. \u0000 \u0000Kata Kunci: seismisitas Jawa Timur, -value, -value, anomali -value, hukum Gutenberg-Richter \u0000Abstract \u0000Seismicity in East Java and its potency for earthquakes can be examined using parameters: -value, -value, and -value anomaly. Parameter -value reflects seismicity level, -value indicates stress level of subsurface structure, and -value anomaly is a precursor for a large event. The parameters were accurately obtained from frequency-magnitude distribution (FMD) in the region of interest between 1973-2020 based on USGS catalogue. The FMD serves as a basis for the Gutenberg-Richter (GR) law through maximum likelihood for data with varying magnitudes of 3.1 7.8 and depths reaching 574 km below the surface. Determination of the parameters was performed by dividing East Java into Northern Zone, Southern Zone, the whole Zone. The results were for Northern Zone: = 5,77 and = 0,96; Southern Zone: = 6,49 and = 0,81; and the whole Zone: = 6,80 and = 0,87, respectively. Different from -value and -value, the anomaly in -value was not represented in numbers but it was given in the spasio-temporal -value. Analysis of the results for each zone showed that seismicity in the southern region of East Java is relatively higher than in the north, due to a high-stress ","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44376005","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-10DOI: 10.26740/ifi.v11n1.p28-34
Daffa Galuh Ramadhan, Madlazim .
Abstrak Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki tingkat seismisitas sangat tinggi. Gempabumi berkekuatan besar sering melanda daerah ini baik di wilayah daratan maupun lautan. Amplitudo dari gempabumi berkekuatan besar selalu memicu terbentuknya zona segmentasi rupture. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik rupture dari gempabumi Mw 7,9 yang terjadi di daerah Sumatera Barat pada tanggal 2 Maret 2016. Karakteristik dari rupture yang dihasilkan berupa nilai durasi, panjang, kecepatan, dan arah rupture. Metode yang digunakan ialah Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) menggunakan filter band pass dengan rentang 0,25 – 1 Hz. Data yang digunakan didapatkan dari website IRIS Wilber 3 dengan pengaturan event gempa teleseismik. Data gempabumi dengan format SAC yang digunakan direkam oleh stasiun Array Ausralia sebanyak 60 stasiun. Data SAC dari gempabumi tersebut diolah menggunakan cross correlation sehingga diperoleh sinyal yang koheren dan sefase. Hasil dari pemrosesan data berupa arah rambat rupture yang memiliki arah utara-selatan (north-south ) secara bilateral dengan panjang rupture 90 km dan berdurasi 40 detik. Gempabumi ini berjenis intraplate earthquake dengan mekanisme gempa strike slip. Selain itu, Gempabumi ini juga memiliki episenter gempa yang berada di Cekungan Wharton Samudera Hinda. Berdasarkan hasil regresi linier dari durasi dan panjang rupture maka dapat diketahui nilai kecepatan rambat rupture yaitu 2,3 km/s. Hasil pencitraan rupture gempabumi ini divalidasi menggunakan lokasi gempa susulan – gempa susulan dan didapatkan bahwa lokasi gempa susulan – gempa susulan terletak di zona segmentasi rupture gempabumi tersebut. Kata Kunci: Gempabumi Sumatera, Karakteristik Rupture, Multiple Signal Back-Projection. Abstract West Sumatra is an area that has a very high level of seismicity. Large earthquakes often hit this area both on land and sea. The amplitude of a large earthquake always triggers the formation of segmentation zone rupture. This study aims to analyze the characteristics rupture of the earthquake Mw 7.9 that occurred in West Sumatra on March 2, 2016. The characteristics of rupture the resulting are the duration, length, velocity, and direction of the rupture. The method used is Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) using a band pass filter with a range of 0.25 – 1 Hz. The data used is obtained from the IRIS Wilber 3 website with settings event teleseismic earthquake. Earthquake data in the SAC format used was recorded by Array 60 stations from Australia. The SAC data from the earthquake was processed using cross correlation to obtain a coherent and in-phase signal. The result of data processing is the direction of propagation rupture which has a north-south direction bilaterally with a length of rupture 90 km and a duration of 40 seconds. This earthquake is an intraplate earthquake with an earthquake mechanism strike slip. In addition, this earthquake also has an epicenter in the
{"title":"PENCITRAAN RUPTURE GEMPABUMI SUMATERA BARAT 2 MARET 2016, MW 7,9 MENGGUNAKAN METODE MUSICBP","authors":"Daffa Galuh Ramadhan, Madlazim .","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p28-34","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p28-34","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki tingkat seismisitas sangat tinggi. Gempabumi berkekuatan besar sering melanda daerah ini baik di wilayah daratan maupun lautan. Amplitudo dari gempabumi berkekuatan besar selalu memicu terbentuknya zona segmentasi rupture. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik rupture dari gempabumi Mw 7,9 yang terjadi di daerah Sumatera Barat pada tanggal 2 Maret 2016. Karakteristik dari rupture yang dihasilkan berupa nilai durasi, panjang, kecepatan, dan arah rupture. Metode yang digunakan ialah Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) menggunakan filter band pass dengan rentang 0,25 – 1 Hz. Data yang digunakan didapatkan dari website IRIS Wilber 3 dengan pengaturan event gempa teleseismik. Data gempabumi dengan format SAC yang digunakan direkam oleh stasiun Array Ausralia sebanyak 60 stasiun. Data SAC dari gempabumi tersebut diolah menggunakan cross correlation sehingga diperoleh sinyal yang koheren dan sefase. Hasil dari pemrosesan data berupa arah rambat rupture yang memiliki arah utara-selatan (north-south ) secara bilateral dengan panjang rupture 90 km dan berdurasi 40 detik. Gempabumi ini berjenis intraplate earthquake dengan mekanisme gempa strike slip. Selain itu, Gempabumi ini juga memiliki episenter gempa yang berada di Cekungan Wharton Samudera Hinda. Berdasarkan hasil regresi linier dari durasi dan panjang rupture maka dapat diketahui nilai kecepatan rambat rupture yaitu 2,3 km/s. Hasil pencitraan rupture gempabumi ini divalidasi menggunakan lokasi gempa susulan – gempa susulan dan didapatkan bahwa lokasi gempa susulan – gempa susulan terletak di zona segmentasi rupture gempabumi tersebut. \u0000 \u0000Kata Kunci: Gempabumi Sumatera, Karakteristik Rupture, Multiple Signal Back-Projection. \u0000 \u0000Abstract \u0000West Sumatra is an area that has a very high level of seismicity. Large earthquakes often hit this area both on land and sea. The amplitude of a large earthquake always triggers the formation of segmentation zone rupture. This study aims to analyze the characteristics rupture of the earthquake Mw 7.9 that occurred in West Sumatra on March 2, 2016. The characteristics of rupture the resulting are the duration, length, velocity, and direction of the rupture. The method used is Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) using a band pass filter with a range of 0.25 – 1 Hz. The data used is obtained from the IRIS Wilber 3 website with settings event teleseismic earthquake. Earthquake data in the SAC format used was recorded by Array 60 stations from Australia. The SAC data from the earthquake was processed using cross correlation to obtain a coherent and in-phase signal. The result of data processing is the direction of propagation rupture which has a north-south direction bilaterally with a length of rupture 90 km and a duration of 40 seconds. This earthquake is an intraplate earthquake with an earthquake mechanism strike slip. In addition, this earthquake also has an epicenter in the","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47724055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak Nanofiber kitosan/PVA dapat digunakan sebagai wound dressing karena memiliki sifat bioaktif dan biokompatibel. Pembuatan nanofiber dilakukan dengan menggunakan metode elektrospinning. Penelitian ini menggunakan larutan kitosan dengan konsentrasi 3% dan larutan PVA dengan konsentrasi 10%. Pencampuran larutan kitosan dengan larutan PVA mengunakan perbandingan volume:volume yaitu 1:4, 2:4 dan 3:4. Selanjutnya dilakukan proses elektrospinning dengan parameter meliputi tegangan 20 kV, jarak jarum ke kollektor 15 cm, serta laju alir 5 ml/jam. Nanofiber yang dihasilkan dari proses elektrospinning kemudian dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) yang berfungsi untuk melihat gugus fungsi yang terdapat pada sampel, Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) yang berfungsi untuk melihat morfologi dan material penyusun, dan X-Ray Diffraction (XRD) berfungsi untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material. Nanofiber yang dihasilkan menunjukkan nanofiber mengandung gugus kitosan dan PVA yang dibuktikan adanya kemiripan spektrum antara nanofiber kitosan/PVA dengan senyawa kitosan dan PVA. Nanofiber kitosan/PVA 1:4 dapat digunakan sebagai wound dressing karena membentuk nanofiber lebih baik dibanding lainnya, dimana fibers yang dihasilkan homogen dengan ukuran fiber yang hampir sama yaitu 177,1 nm, rapat, dan permukaannya halus tanpa adanya beads yang dibuktikan dengan karakterisasi SEM. Kata Kunci: kitosan, elektrospinning, nanofiber, wound dressing Abstract The manufacture of nanofibers was carried out using the electrospinning method. This study used a chitosan solution with a concentration of 3% and a PVA solution with a concentration of 10%. Mixing the chitosan solution with the PVA solution used a volume: volume ratio of 1:4, 2:4 and 3:4. Furthermore, the electrospinning process was carried out with parameters including a voltage of 20 kV, a needle to the collector of 15 cm, and a flow rate of 5 ml/hour. The nanofibers produced from the electrospinning process were then characterized using Fourier Transform Infrared (FTIR) which serves to see the functional groups contained in the sample, Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) which functions to see the morphology and constituent materials, and X-Ray Diffraction (XRD) serves to identify the crystalline phase in the material The spectrum of similarities between nanofiber chitosan/PVA with chitosan and PVA compounds proves that the produced nanofiber contains the chitosan and PVA group. Chitosan/PVA 1:4 nanofibers can be used as wound dressings because they form nanofibers better than others, where the resulting fibers are homogeneous with almost the same fiber size, namely 177.1 nm, tight, and smooth surface without any beads as evidenced by SEM characterization. Keywords: chitosan, electrospinning, nanofiber , wound dressing
{"title":"SINTESIS NANOFIBER KITOSAN/PVA SEBAGAI WOUND DRESSING DENGAN METODE ELEKTROSPINNING","authors":"Kholli Vatul Nur Istiqomah, D. Kusumawati","doi":"10.26740/ifi.v11n1.p1-7","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v11n1.p1-7","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Nanofiber kitosan/PVA dapat digunakan sebagai wound dressing karena memiliki sifat bioaktif dan biokompatibel. Pembuatan nanofiber dilakukan dengan menggunakan metode elektrospinning. Penelitian ini menggunakan larutan kitosan dengan konsentrasi 3% dan larutan PVA dengan konsentrasi 10%. Pencampuran larutan kitosan dengan larutan PVA mengunakan perbandingan volume:volume yaitu 1:4, 2:4 dan 3:4. Selanjutnya dilakukan proses elektrospinning dengan parameter meliputi tegangan 20 kV, jarak jarum ke kollektor 15 cm, serta laju alir 5 ml/jam. Nanofiber yang dihasilkan dari proses elektrospinning kemudian dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) yang berfungsi untuk melihat gugus fungsi yang terdapat pada sampel, Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) yang berfungsi untuk melihat morfologi dan material penyusun, dan X-Ray Diffraction (XRD) berfungsi untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material. Nanofiber yang dihasilkan menunjukkan nanofiber mengandung gugus kitosan dan PVA yang dibuktikan adanya kemiripan spektrum antara nanofiber kitosan/PVA dengan senyawa kitosan dan PVA. Nanofiber kitosan/PVA 1:4 dapat digunakan sebagai wound dressing karena membentuk nanofiber lebih baik dibanding lainnya, dimana fibers yang dihasilkan homogen dengan ukuran fiber yang hampir sama yaitu 177,1 nm, rapat, dan permukaannya halus tanpa adanya beads yang dibuktikan dengan karakterisasi SEM. \u0000 \u0000Kata Kunci: kitosan, elektrospinning, nanofiber, wound dressing \u0000 \u0000Abstract \u0000The manufacture of nanofibers was carried out using the electrospinning method. This study used a chitosan solution with a concentration of 3% and a PVA solution with a concentration of 10%. Mixing the chitosan solution with the PVA solution used a volume: volume ratio of 1:4, 2:4 and 3:4. Furthermore, the electrospinning process was carried out with parameters including a voltage of 20 kV, a needle to the collector of 15 cm, and a flow rate of 5 ml/hour. The nanofibers produced from the electrospinning process were then characterized using Fourier Transform Infrared (FTIR) which serves to see the functional groups contained in the sample, Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX) which functions to see the morphology and constituent materials, and X-Ray Diffraction (XRD) serves to identify the crystalline phase in the material The spectrum of similarities between nanofiber chitosan/PVA with chitosan and PVA compounds proves that the produced nanofiber contains the chitosan and PVA group. Chitosan/PVA 1:4 nanofibers can be used as wound dressings because they form nanofibers better than others, where the resulting fibers are homogeneous with almost the same fiber size, namely 177.1 nm, tight, and smooth surface without any beads as evidenced by SEM characterization. \u0000 \u0000Keywords: chitosan, electrospinning, nanofiber , wound dressing","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43712520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-10DOI: 10.26740/ifi.v10n3.p24-32
Ria Ambarsari, Madlazim ., U. A. Deta
Abstrak Gempabumi yang terjadi di Lombok pada 19 Agustus 2018 berkekuatan Mw 6,9 merupakan gempa mainshock kedua sebagai akibat dari rangkaian gempabumi Lombok pada Juli – Agustus 2018. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakteristik rupture gempabumi di Lombok Timur Mw 6,9 yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2018 dari hasil pencitraan arah, kecepatan, durasi, dan panjang rupture gempabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik pemrosesan array teleseismik menggunakan metode Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) dalam software MATLAB. Data yang digunakan adalah data sekunder dari data seismogram teleseismik dengan 54 stasiun-stasiun seismik array AU (Australia) berformat .SAC dari repositori IRIS Wilber 3. Data tersebut diolah dengan menggunakan program MUSICBP serta dilakukan filter bandpass dengan rentang frekuensi 0,05 – 0,25 Hz melalui proses cross correlation. Hasil keluaran yang diperoleh berupa plot durasi, arah, dan panjang rupture gempa dari MUSICBP serta nilai kemiringan grafik untuk menentukan kecepatan dari rupture gempa dari hasil regresi linear. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pencitraan rupture menggunakan metode MUSICBP adalah sesuai yang divalidasi dengan lokasi gempa susulan-gempa susulan (aftershock) yang terjadi di zona segmentasi rupture tersebut. Berdasarkan hasil dan pembahasan, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik rupture yang terjadi pada gempabumi di Lombok Timur Mw 6,9 tanggal 19 Agustus 2018 adalah arah rupture merambat ke arah Timur secara unilateral sepanjang ~25 km berdurasi 25 s dengan kecepatan rupture 1,74 km/s yang termasuk dalam rentang kecepatan rendah. Hasil dari pencitraan rupture menunjukkan gempabumi yang terjadi di Lombok Timur pada 19 Agustus 2018 tersebut disebabkan oleh aktivitas Flores back arc thrust di wilayah Pulau Lombok bagian Utara dengan arah rupture merambat menuju ke arah Timur (eastward) dengan mekanisme tipe sesar naik (thrust fault). Kata Kunci: Rupture Gempa, Back Projection, Gempa Teleseismik, Sesar Flores Back-Arc. Abstract The earthquake that occurred in Lombok on August 19, 2018, with a magnitude of Mw 6.9 was the second mainshock earthquake as a result of the Lombok earthquake series in July – August 2018. This study aims to examine the characteristics of the earthquake rupture in East Lombok Mw 6.9 which occurred on 19 August 2018 from the results of imaging the direction, speed, duration, and length of earthquake rupture. The method used in this research is a teleseismic array processing technique using the Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) method in MATLAB software. The data used is secondary data from teleseismic seismogram data with 54 AU (Australia) seismic array stations in .SAC format from the IRIS Wilber 3 repository. The data was processed using the MUSICBP program and a bandpass filter was performed with a frequency range of 0.05 – 0.25 Hz through the cross-correlation process. The outputs
据了解,2018年8月19日龙目岛发生的6.9级地震是由一系列龙目岛地震引发的第二次大震。该研究旨在研究2018年8月19日发生在东龙目岛6.9的地震地震的特点,这些地震的方向、速度、持续时间和长度。在MATLAB软件中使用了多信号回切法研究中,该研究采用了teleseismic处理技术。所使用的数据是地震地震震级的次要数据,有54个格式的地震站。这些数据是通过音乐家程序编写的,并通过交叉关系进程进行一个0.05 - 0.25 Hz频率的bandpass过滤器处理的。从严格线性回归中确定地震震级持续时间、方向和长度的输出,以及坡度图的斜率值,以确定地震震级的速度。这项研究的结果表明,鲁比人使用音乐cbp方法的成像与震级分割带发生的余震地点相一致。基于这一研究结果和讨论,在可以推断rupture特征发生了8月19日龙目岛地震东方Mw 6,9 2018是rupture方向向东传播,单方面的25 ~ 25公里的速度rupture 1.74 km / s的速度范围内低也不例外。鲁帕图成像的结果显示,2018年8月19日,东龙目岛发生的地震是由北龙目岛的四轴飞行器的活动引起的。关键词:背向地震、背向、心灵感应地震、剖面弧。2018年8月19日至2018年8月19日发生在龙目岛的地震,其兆瓦6.9级的地震是2018年7月至8月系列的第二届地震地震。2018年8月19日,从分析方向、速度、延迟和地震地震的性质,到解开龙目岛东部地震路径的特点。这项研究使用的方法是一组卫星导航技术,使用MATLAB软件中的多信号方法。所使用的数据是通过一种由54个AU(澳大利亚)的地震阵列数据获取的2级数据。数据是通过音乐程序和bandpass过滤器进行的,通过跨境处理的是0.05——0.25 Hz的频率。令人兴奋的是,我们已经确定了音乐的演绎、方向和震级地震的震级,以及震级地震的震级,来确定地震的速度。这项研究的本质研究表明,音乐方法论的作用是恰当的,其结果是经过击打区后的位置验证的。改编自《results和受到质疑,在这个研究,它可以成为结论这就是rupture那characteristics》发生在《东龙目岛地震Mw 6。9日在19方向》2018年八月是跟着rupture传播向东部unilaterally ~ 25公里(with a持续的25 s with a rupture 1 . 74 km / s的速度,这是included in the low-speed太阳城。rupture成像秀那results》《东龙目岛地震那发生在八月19,2018年,是枪舌战境活动弗洛雷斯回来电弧推力的方向》已久的龙目岛岛北部与rupture传播向东部和a型推力断层(eastward)机制。地震地震地震地震地震
{"title":"PENCITRAAN RUPTURE GEMPABUMI DI LOMBOK TIMUR MW 6,9 PADA 19 AGUSTUS 2018 DENGAN METODE BACK PROJECTION","authors":"Ria Ambarsari, Madlazim ., U. A. Deta","doi":"10.26740/ifi.v10n3.p24-32","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/ifi.v10n3.p24-32","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Gempabumi yang terjadi di Lombok pada 19 Agustus 2018 berkekuatan Mw 6,9 merupakan gempa mainshock kedua sebagai akibat dari rangkaian gempabumi Lombok pada Juli – Agustus 2018. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti karakteristik rupture gempabumi di Lombok Timur Mw 6,9 yang terjadi pada tanggal 19 Agustus 2018 dari hasil pencitraan arah, kecepatan, durasi, dan panjang rupture gempabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik pemrosesan array teleseismik menggunakan metode Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) dalam software MATLAB. Data yang digunakan adalah data sekunder dari data seismogram teleseismik dengan 54 stasiun-stasiun seismik array AU (Australia) berformat .SAC dari repositori IRIS Wilber 3. Data tersebut diolah dengan menggunakan program MUSICBP serta dilakukan filter bandpass dengan rentang frekuensi 0,05 – 0,25 Hz melalui proses cross correlation. Hasil keluaran yang diperoleh berupa plot durasi, arah, dan panjang rupture gempa dari MUSICBP serta nilai kemiringan grafik untuk menentukan kecepatan dari rupture gempa dari hasil regresi linear. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pencitraan rupture menggunakan metode MUSICBP adalah sesuai yang divalidasi dengan lokasi gempa susulan-gempa susulan (aftershock) yang terjadi di zona segmentasi rupture tersebut. Berdasarkan hasil dan pembahasan, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik rupture yang terjadi pada gempabumi di Lombok Timur Mw 6,9 tanggal 19 Agustus 2018 adalah arah rupture merambat ke arah Timur secara unilateral sepanjang ~25 km berdurasi 25 s dengan kecepatan rupture 1,74 km/s yang termasuk dalam rentang kecepatan rendah. Hasil dari pencitraan rupture menunjukkan gempabumi yang terjadi di Lombok Timur pada 19 Agustus 2018 tersebut disebabkan oleh aktivitas Flores back arc thrust di wilayah Pulau Lombok bagian Utara dengan arah rupture merambat menuju ke arah Timur (eastward) dengan mekanisme tipe sesar naik (thrust fault). \u0000 \u0000Kata Kunci: Rupture Gempa, Back Projection, Gempa Teleseismik, Sesar Flores Back-Arc. \u0000 \u0000 \u0000Abstract \u0000The earthquake that occurred in Lombok on August 19, 2018, with a magnitude of Mw 6.9 was the second mainshock earthquake as a result of the Lombok earthquake series in July – August 2018. This study aims to examine the characteristics of the earthquake rupture in East Lombok Mw 6.9 which occurred on 19 August 2018 from the results of imaging the direction, speed, duration, and length of earthquake rupture. The method used in this research is a teleseismic array processing technique using the Multiple Signal Back-Projection (MUSICBP) method in MATLAB software. The data used is secondary data from teleseismic seismogram data with 54 AU (Australia) seismic array stations in .SAC format from the IRIS Wilber 3 repository. The data was processed using the MUSICBP program and a bandpass filter was performed with a frequency range of 0.05 – 0.25 Hz through the cross-correlation process. The outputs ","PeriodicalId":56254,"journal":{"name":"Inovasi Fisika Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43596274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}