Pemanfaatan produk herbal di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan herba pegagan (Centella asiatica) memiliki khasiat dalam mengatasi hipertensi ringan, namun masih memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengembangan produk herbal yang inovatif berupa granul yang dibuat dengan metode granulasi kering dengan pengisi Maltodextrine dan Spray Dried Lactose (SDL). Pada formula 1 menggunakan Maltodextrine, formula 2 menggunakan SDL, dan formula 3 menggunakan kombinasi dari kedua pengisi (1:1 w/w). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis pengisi terhadap mutu fisik granul herbal. Data mutu fisik dianalisis statistik menggunakan metode oneway ANOVA (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisi maltodextrine memberikan mutu fisik (terutama pada sifat alir granul) yang lebih optimal apabila dibandingkan dengan menggunakan pengisi spray dried lactose atau kombinasi keduanya.
{"title":"Pengembangan Granul Herbal Pada Tanaman Kumis Kucing, Temulawak, dan Pegagan dengan Pengisi Maltodextrine dan Spray Dried Lactose","authors":"Roisah Nawatila, Diva Amadea Nabilla, F. Oktaviani, Rista Noer Efendi, Ade Ayu Kintan Anjarsari, Chintya Dewi Tanuwijaya, Rahma Anida Putri, Aditya Trias Pradana","doi":"10.24123/mpi.v3i1.2790","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/mpi.v3i1.2790","url":null,"abstract":"Pemanfaatan produk herbal di Indonesia semakin berkembang sejak tahun 2008. Daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan herba pegagan (Centella asiatica) memiliki khasiat dalam mengatasi hipertensi ringan, namun masih memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengembangan produk herbal yang inovatif berupa granul yang dibuat dengan metode granulasi kering dengan pengisi Maltodextrine dan Spray Dried Lactose (SDL). Pada formula 1 menggunakan Maltodextrine, formula 2 menggunakan SDL, dan formula 3 menggunakan kombinasi dari kedua pengisi (1:1 w/w). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh jenis pengisi terhadap mutu fisik granul herbal. Data mutu fisik dianalisis statistik menggunakan metode oneway ANOVA (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisi maltodextrine memberikan mutu fisik (terutama pada sifat alir granul) yang lebih optimal apabila dibandingkan dengan menggunakan pengisi spray dried lactose atau kombinasi keduanya.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"65 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89323356","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alfian Hendra Krisnawan, Sajekti Palupi, Ni Made, Swasti Wandhini, Sitti Suhartina, Alrivani Eka, Y. Saputri, G. Agung, Made Shinta, A. Putri, Oeke Yunita, A. Penelitian
Dendrobium sp. adalah salah satu spesies anggrek yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena menghasilkan berbagai macam metabolit penting, diantaranya adalah alkaloid yang berfungsi sebagai antioksidan, antikanker, dan mempunyai aktivitas neuroprotektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit yang dihasilkan dari kultur pucuk Dendrobium anosmum-gigantea, yang dibandingkan dengan tanaman induk menggunakan skrining fitokimia, kromatografi, dan densitometri. Kultur pucuk dilakukan menggunakan media MS dengan ZPT NAA 0,5 ppm dan BAP 0,5 ppm. Ekstraksi kultur pucuk dan tanaman induk dilakukan dengan metode ultrasonikasi. Skrining fitokimia dilakukan menggunakan metode spot test dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ada 4 golongan senyawa yang sama-sama dihasilkan oleh ekstrak kultur pucuk dan tanaman induk yaitu alkaloid, flavonoid, tannin, dan fenol. Analisis kandungan alkaloid antara kultur pucuk dan tanaman induk dengan metode KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol (12:2) menghasilkan 2 noda pada Rf 0,41-0,43 dan 0,75-0,78. Sementara itu, dengan metode densitometri menunjukkan spektra densitogram yang muncul pada Rf 0,50-0,60 dan 0,90-1,00. Kesimpulannya, kultur pucuk Dendrobium anosmum-gigantea mempunyai kemiripan kandungan golongan senyawa dengan tanaman induk jika dilihat dari hasil skrining fitokimia, kromatografi, dan densitometri, sehingga kultur pucuk bisa digunakan sebagai alternatif untuk produksi golongan senyawa yang sama pada tanaman anggrek Dendrobium anosmum-gigantea.
{"title":"Karakterisasi Senyawa Metabolit pada Kultur Anggrek Dendrobium anosmum-gigantea","authors":"Alfian Hendra Krisnawan, Sajekti Palupi, Ni Made, Swasti Wandhini, Sitti Suhartina, Alrivani Eka, Y. Saputri, G. Agung, Made Shinta, A. Putri, Oeke Yunita, A. Penelitian","doi":"10.24123/mpi.v3i1.2417","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/mpi.v3i1.2417","url":null,"abstract":"Dendrobium sp. adalah salah satu spesies anggrek yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat karena menghasilkan berbagai macam metabolit penting, diantaranya adalah alkaloid yang berfungsi sebagai antioksidan, antikanker, dan mempunyai aktivitas neuroprotektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit yang dihasilkan dari kultur pucuk Dendrobium anosmum-gigantea, yang dibandingkan dengan tanaman induk menggunakan skrining fitokimia, kromatografi, dan densitometri. Kultur pucuk dilakukan menggunakan media MS dengan ZPT NAA 0,5 ppm dan BAP 0,5 ppm. Ekstraksi kultur pucuk dan tanaman induk dilakukan dengan metode ultrasonikasi. Skrining fitokimia dilakukan menggunakan metode spot test dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ada 4 golongan senyawa yang sama-sama dihasilkan oleh ekstrak kultur pucuk dan tanaman induk yaitu alkaloid, flavonoid, tannin, dan fenol. Analisis kandungan alkaloid antara kultur pucuk dan tanaman induk dengan metode KLT menggunakan fase gerak kloroform : metanol (12:2) menghasilkan 2 noda pada Rf 0,41-0,43 dan 0,75-0,78. Sementara itu, dengan metode densitometri menunjukkan spektra densitogram yang muncul pada Rf 0,50-0,60 dan 0,90-1,00. Kesimpulannya, kultur pucuk Dendrobium anosmum-gigantea mempunyai kemiripan kandungan golongan senyawa dengan tanaman induk jika dilihat dari hasil skrining fitokimia, kromatografi, dan densitometri, sehingga kultur pucuk bisa digunakan sebagai alternatif untuk produksi golongan senyawa yang sama pada tanaman anggrek Dendrobium anosmum-gigantea.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88633359","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nurul Fatmawati Pua Upa, Widyati Widiaty, Frans O.H. Prasetyadi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien pediatri yang dirujuk ke RSPAL Dr. Ramelan selama bulan April hingga Juli 2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang dilakukan secara prospektif. Variabel yang terlibat adalah besar penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan Defined Daily Dose (DDD)/100 hari rawat inap dan standar yang digunakan berdasarkan ketentuan dari WHO. Terdapat 30 subyek yang dirujuk ke RSPAL Dr. Ramelan. Sebagian besar subyek telah tinggal lebih dari 48 jam di rumah sakit sebelumnya, mereka menerima antibiotik sejak hari pertama di RSPAL Dr. Ramelan. Sebanyak 13 subyek (43%) menerima antibiotik yang serupa dengan rumah sakit sebelumnya dan 17 subyek lainnya (57%) tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan total konsumsi antibiotik sebesar 10,50 DDD/100 hari-rawat dari 8 jenis antibiotik yang digunakan yaitu ampisilin-sulbaktam, kloksasilin, seftriakson, amikasin, gentamisin, meropenem, levofloksasin, dan metronidazol. Konsumsi antibiotik tertinggi adalah meropenem yang memiliki 3,49 DDD/100 hari-rawat, konsumsi antibiotik terendah adalah kloksasilin yang memiliki 0,05 DDD/100 hari-rawat. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu indikator evaluasi penggunaan antibiotik yang dilakukan di rumah sakit agar dapat meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik sehingga menurunkan resiko penyebaran resistensi antibiotik khususnya melalui pasien rujukan.
{"title":"Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Pediatri Rujukan Berdasarkan Sistem Defined Daily Dose (DDD)","authors":"Nurul Fatmawati Pua Upa, Widyati Widiaty, Frans O.H. Prasetyadi","doi":"10.24123/mpi.v3i1.2503","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/mpi.v3i1.2503","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien pediatri yang dirujuk ke RSPAL Dr. Ramelan selama bulan April hingga Juli 2019. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang dilakukan secara prospektif. Variabel yang terlibat adalah besar penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan Defined Daily Dose (DDD)/100 hari rawat inap dan standar yang digunakan berdasarkan ketentuan dari WHO. Terdapat 30 subyek yang dirujuk ke RSPAL Dr. Ramelan. Sebagian besar subyek telah tinggal lebih dari 48 jam di rumah sakit sebelumnya, mereka menerima antibiotik sejak hari pertama di RSPAL Dr. Ramelan. Sebanyak 13 subyek (43%) menerima antibiotik yang serupa dengan rumah sakit sebelumnya dan 17 subyek lainnya (57%) tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghitungan total konsumsi antibiotik sebesar 10,50 DDD/100 hari-rawat dari 8 jenis antibiotik yang digunakan yaitu ampisilin-sulbaktam, kloksasilin, seftriakson, amikasin, gentamisin, meropenem, levofloksasin, dan metronidazol. Konsumsi antibiotik tertinggi adalah meropenem yang memiliki 3,49 DDD/100 hari-rawat, konsumsi antibiotik terendah adalah kloksasilin yang memiliki 0,05 DDD/100 hari-rawat. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu indikator evaluasi penggunaan antibiotik yang dilakukan di rumah sakit agar dapat meningkatkan rasionalitas penggunaan antibiotik sehingga menurunkan resiko penyebaran resistensi antibiotik khususnya melalui pasien rujukan.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"14 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75190526","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kuncup bunga cengkeh mengandung senyawa eugenol yang merupakan minyak atsiri yang terbuktisebagai antiinflamasi. Untuk mendapatkan efek antiinflamasi yang optimal diperlukan suatu rancanganformulasi sediaan topikal berupa emulgel minyak atsiri bunga cengkeh (MABC) dengan penambahanenhancer kombinasi propilen glikol (PG) dan asam oleat (AO) yang dapat meningkatkan kemampuan eugenoldalam menembus lapisan kulit sehingga didapatkan daya antiinflamasi yang optimal dengan metodeSimplex Lattice Design (SLD). Diformulasikan 3 formula emulgel dengan perbandingan PG dan AO dalamemulgel: 100%:0% (FI); 50%:50% (FII); dan 0%:100% (FIII). Masing-masing formula dilakukan uji transportdengan alat uji difusi tegak Franz menggunakan media kulit punggung mencit dan ditetapkan kadarnyamenggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) serta diukur parameter uji transport yang meliputidaya permeabilitas, flux, koefisien difusi dan lag time. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metodeSLD. Analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan pada parameter flux, permeabilitas,dan koefisien difusi serta penurunan pada lag time secara signifikan pada emugel dengan enhancer dibandingkan emulgel tanpa penambahan enhancer propilen glikol dan asam oleat. Diperoleh formulasi optimum emulgel MABC dengan penambahan 100% enhancer propilen glikol sebagai formula yang mempunyai parameter flux, permeabilitas, koefisien difusi, dan lag time paling baik dan nilai enhancement ratio 1,05 – 1,94.
{"title":"Uji Transport Emulgel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dengan Penambahan Enhancer Propilen Glikol dan Asam Oleat","authors":"M. F. Kurniawan, N. Sugihartini, Tedjo Yuwono","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1570","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1570","url":null,"abstract":"Kuncup bunga cengkeh mengandung senyawa eugenol yang merupakan minyak atsiri yang terbuktisebagai antiinflamasi. Untuk mendapatkan efek antiinflamasi yang optimal diperlukan suatu rancanganformulasi sediaan topikal berupa emulgel minyak atsiri bunga cengkeh (MABC) dengan penambahanenhancer kombinasi propilen glikol (PG) dan asam oleat (AO) yang dapat meningkatkan kemampuan eugenoldalam menembus lapisan kulit sehingga didapatkan daya antiinflamasi yang optimal dengan metodeSimplex Lattice Design (SLD). Diformulasikan 3 formula emulgel dengan perbandingan PG dan AO dalamemulgel: 100%:0% (FI); 50%:50% (FII); dan 0%:100% (FIII). Masing-masing formula dilakukan uji transportdengan alat uji difusi tegak Franz menggunakan media kulit punggung mencit dan ditetapkan kadarnyamenggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) serta diukur parameter uji transport yang meliputidaya permeabilitas, flux, koefisien difusi dan lag time. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metodeSLD. Analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan pada parameter flux, permeabilitas,dan koefisien difusi serta penurunan pada lag time secara signifikan pada emugel dengan enhancer dibandingkan emulgel tanpa penambahan enhancer propilen glikol dan asam oleat. Diperoleh formulasi optimum emulgel MABC dengan penambahan 100% enhancer propilen glikol sebagai formula yang mempunyai parameter flux, permeabilitas, koefisien difusi, dan lag time paling baik dan nilai enhancement ratio 1,05 – 1,94.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"75 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82045107","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fithrul Mubarok, Agnes Nuniek Winantari, Hadi Kardoko
Industri farmasi Indonesia menghadapi tantangan besar dalam produktivitas dan efisiensipada persaingan pasar yang kompetitif karena adanya program Jaminan Kesehatan Nasional denganpengadaan melalui e-catalog. PT. Kimia Farma Plant Watudakon merupakan peserta pengadaane-catalog sehingga dituntut untuk memberikan harga yang bersaing dengan kuantitas besar. PT.Kimia Farma Plant Watudakon dapat meningkatkan efisiensi mesin dengan perhitungan OEE (OverallEquipment Effectiveness) dan identifikasi komponennya. Penelitian ini bertujuan menghitung nilaiOEE dan menganalisis enam kerugian besar dari dua mesin pengisi krim ke tube untuk produk unggulankrim mikonazol nitrat 2%. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasional secaralangsung di ruang produksi antara bulan Februari-Juli 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwanilai OEE mesin pengisi krim ke tube I dan II berturut-turut adalah 73,38% dan 73,82%. Nilai OEEkedua mesin ini belum ideal, analisis Pareto menunjukkan bahwa idling and minor stoppages lossesdan reduced speed losses merupakan penyebab terbesar kerugian yaitu 78,10% untuk mesin pengisikrim ke tube I dan 78,84% untuk mesin pengisi krim ke tube II. Berdasarkan analisis sebab akibat,akar masalah dari idling and minor stoppages losses dan reduced speed losses adalah tidak seragamnyaketerampilan operator, pengaturan mesin yang kurang tepat, preventive maintenance kurang optimaldan penanganan tube aluminium yang tidak maksimal.
由于通过电子记录提供国家卫生保障计划,印尼制药行业在生产率和效率方面面临着巨大的挑战。PT. chemical Farma Plant Watudakon是产品目录的参与者,因此必须提供与数量相匹配的价格。PT. Farma Plant Watudakon可以通过计算OEE效率和组件识别来提高机器的效率。这项研究的目标是计算试点,并分析两种面霜射频器对导管的六项重大损失,为二代硝基苯(mikonazol硝酸盐)产品提供2%的添加剂。数据收集是在2018年2月至7月期间在生产室用专业观察方法进行的。研究结果显示,OEE处理机在youtube I和II上的增益为73.38%和73.82%。两种机器的输出输出值都不是理想的,帕里托分析表明,idling和小额插座丢失和减少速度损失是管道I上的充电器损失最大的原因是78.10%,而射频充电器到管道II上的损失为78.84%。基于结果的分析,闲置和小插座损失和降低速度损失的根本问题不是操作人员的面色、引擎设置不太好、预防性维护和未充分利用的铝管处理。
{"title":"Analisis Akar Penyebab Masalah Dalam Meningkatkan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Mesin Pengisi Krim ke Tube PT. Kimia Farma Plant Watudakon","authors":"Fithrul Mubarok, Agnes Nuniek Winantari, Hadi Kardoko","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1575","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1575","url":null,"abstract":"Industri farmasi Indonesia menghadapi tantangan besar dalam produktivitas dan efisiensipada persaingan pasar yang kompetitif karena adanya program Jaminan Kesehatan Nasional denganpengadaan melalui e-catalog. PT. Kimia Farma Plant Watudakon merupakan peserta pengadaane-catalog sehingga dituntut untuk memberikan harga yang bersaing dengan kuantitas besar. PT.Kimia Farma Plant Watudakon dapat meningkatkan efisiensi mesin dengan perhitungan OEE (OverallEquipment Effectiveness) dan identifikasi komponennya. Penelitian ini bertujuan menghitung nilaiOEE dan menganalisis enam kerugian besar dari dua mesin pengisi krim ke tube untuk produk unggulankrim mikonazol nitrat 2%. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasional secaralangsung di ruang produksi antara bulan Februari-Juli 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwanilai OEE mesin pengisi krim ke tube I dan II berturut-turut adalah 73,38% dan 73,82%. Nilai OEEkedua mesin ini belum ideal, analisis Pareto menunjukkan bahwa idling and minor stoppages lossesdan reduced speed losses merupakan penyebab terbesar kerugian yaitu 78,10% untuk mesin pengisikrim ke tube I dan 78,84% untuk mesin pengisi krim ke tube II. Berdasarkan analisis sebab akibat,akar masalah dari idling and minor stoppages losses dan reduced speed losses adalah tidak seragamnyaketerampilan operator, pengaturan mesin yang kurang tepat, preventive maintenance kurang optimaldan penanganan tube aluminium yang tidak maksimal.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91374038","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Elvi Setianingsih Suckristiana, N. Aryani, Ririn Sumiyani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi alfa arbutin dengan hidroksipropilbeta siklodekstrin (HPBCD) yang dibentuk kompleks inklusi dengan menggunakan metode kneading,dibandingkan campuran fisiknya terhadap karakteristik dan stabilitasnya, yang disimpan pada suhu40o±2oC dan kelembaban 75%±5% selama 30 hari. Variasi komposisi molar alfa arbutin : HPBCD pada campuran fisik yaitu 1:1 (F1), 2:1 (F2), dan 1:2 (F3), sedangkan pada komplek inklusinya adalah 1:1 (F4), 2:1 (F5),dan 1:2 (F6). Interaksi padatan yang terbentuk pada komplek inklusi dan campuran fisik dikarakterisasi denganmorfologi, gugus fungsi, titik lebur, kadar alfa arbutin dan hidrokinon sebagai hasil urainya, serta uji disolusi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pembentukan komplek inklusi antara alfaarbutin dengan HPBCD yang dibuat dengan metode kneading. Hasil pembentukan komplek inklusi yang palingbaik secara berurutan adalah pada F6, F4, dan F5, karena memberikan perbedaan karakteristik fisikokimiasecara bermakna. Komplek inklusi menunjukkan kristal amorf yang lebih homogen, kadar alfa arbutin yanglebih tinggi dan stabil (48,32 ± 0,10%), serta laju disolusi yang lebih cepat dengan persen terdisolusi palingtinggi dibanding formula lainnya. Tidak terjadi perubahan fisikokimia baik pada campuran fisik maupun komplek inklusinya, dan hidrokinon yang merupakan hasil urai alfa arbutin tidak terbentuk selama dilakukan ujistabilitas dipercepat.
{"title":"Pengaruh Komposisi Molar terhadap Karakteristik dan Stabilitas Fisikokimia Komplek Inklusi Alfa Arbutin dengan Hidroksipropil Beta Siklodekstrin Menggunakan Metode Kneading","authors":"Elvi Setianingsih Suckristiana, N. Aryani, Ririn Sumiyani","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1700","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1700","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi alfa arbutin dengan hidroksipropilbeta siklodekstrin (HPBCD) yang dibentuk kompleks inklusi dengan menggunakan metode kneading,dibandingkan campuran fisiknya terhadap karakteristik dan stabilitasnya, yang disimpan pada suhu40o±2oC dan kelembaban 75%±5% selama 30 hari. Variasi komposisi molar alfa arbutin : HPBCD pada campuran fisik yaitu 1:1 (F1), 2:1 (F2), dan 1:2 (F3), sedangkan pada komplek inklusinya adalah 1:1 (F4), 2:1 (F5),dan 1:2 (F6). Interaksi padatan yang terbentuk pada komplek inklusi dan campuran fisik dikarakterisasi denganmorfologi, gugus fungsi, titik lebur, kadar alfa arbutin dan hidrokinon sebagai hasil urainya, serta uji disolusi.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pembentukan komplek inklusi antara alfaarbutin dengan HPBCD yang dibuat dengan metode kneading. Hasil pembentukan komplek inklusi yang palingbaik secara berurutan adalah pada F6, F4, dan F5, karena memberikan perbedaan karakteristik fisikokimiasecara bermakna. Komplek inklusi menunjukkan kristal amorf yang lebih homogen, kadar alfa arbutin yanglebih tinggi dan stabil (48,32 ± 0,10%), serta laju disolusi yang lebih cepat dengan persen terdisolusi palingtinggi dibanding formula lainnya. Tidak terjadi perubahan fisikokimia baik pada campuran fisik maupun komplek inklusinya, dan hidrokinon yang merupakan hasil urai alfa arbutin tidak terbentuk selama dilakukan ujistabilitas dipercepat.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90873174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan kandungan alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin, telah digunakan secara turun-temurun oleh suku Dayak sebagai obat tradisional. Secara empiris bawang Dayak berkhasiat sebagai diuretik, astringent, pencahar, analgesik, obat luka, batuk, sakit perut, disentri, kanker kolon, payudara, dan obat bisul. Porphyromonas gingivalis (bakteri gram negatif anaerob) dan Staphylococcus aureus (bakteri gram positif aerob) masing-masing merupakan bakteri yang menjadi penyebab periodontal dan infeksi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak bawang Dayak hasil maserasi bertingkat terhadap P. gingivalis dan S. aureus. Bawang Dayak diekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol 70%. Masing-masing ekstrak ditentukan aktivitasnya dengan metode dilusi sehingga diperoleh nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Ekstrak dengan nilai KHM terkecil kemudian ditentukan daya hambatnya terhadap kedua bakteri dengan metode difusi kertas cakram sehingga diperoleh nilai Lebar Daerah Hambat (LDH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memberikan daya hambat paling baik terhadap bakteri P. gingivalis yaitu dengan KHM 1,25%, sedangkan ekstrak etanol 70% dan ekstrak n-heksan masing-masing sebesar 2,5% dan 20%. Ekstrak etil asetat dan etanol 70% memberikan daya hambat yang sama terhadap bakteri S. aureus yaitu dengan KHM sebesar 5%. Daya hambat ekstrak etil asetat terhadap bakteri P. gingivalis dengan metode difusi tidak dapat ditentukan karena bakteri sulit ditumbuhkan. Daya hambat ekstrak etil asetat terhadap bakteri S. aureus lebih baik dibanding esktrak etanol 70%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LDH ekstrak etil asetat pada konsentrasi 20% adalah 9,21 mm, sedangkan ekstrak etanol 70% pada konsentrasi yang sama adalah 6,48 mm.
{"title":"Aktivitas Antibakteri Ekstrak Maserasi Bertingkat Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) terhadap Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus","authors":"Lusi Indriani, Prasetyorini Prasetyorini, Arfian Eka Saputri","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1316","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1316","url":null,"abstract":"Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia) dengan kandungan alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, dan tanin, telah digunakan secara turun-temurun oleh suku Dayak sebagai obat tradisional. Secara empiris bawang Dayak berkhasiat sebagai diuretik, astringent, pencahar, analgesik, obat luka, batuk, sakit perut, disentri, kanker kolon, payudara, dan obat bisul. Porphyromonas gingivalis (bakteri gram negatif anaerob) dan Staphylococcus aureus (bakteri gram positif aerob) masing-masing merupakan bakteri yang menjadi penyebab periodontal dan infeksi kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak bawang Dayak hasil maserasi bertingkat terhadap P. gingivalis dan S. aureus. Bawang Dayak diekstraksi menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol 70%. Masing-masing ekstrak ditentukan aktivitasnya dengan metode dilusi sehingga diperoleh nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Ekstrak dengan nilai KHM terkecil kemudian ditentukan daya hambatnya terhadap kedua bakteri dengan metode difusi kertas cakram sehingga diperoleh nilai Lebar Daerah Hambat (LDH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memberikan daya hambat paling baik terhadap bakteri P. gingivalis yaitu dengan KHM 1,25%, sedangkan ekstrak etanol 70% dan ekstrak n-heksan masing-masing sebesar 2,5% dan 20%. Ekstrak etil asetat dan etanol 70% memberikan daya hambat yang sama terhadap bakteri S. aureus yaitu dengan KHM sebesar 5%. Daya hambat ekstrak etil asetat terhadap bakteri P. gingivalis dengan metode difusi tidak dapat ditentukan karena bakteri sulit ditumbuhkan. Daya hambat ekstrak etil asetat terhadap bakteri S. aureus lebih baik dibanding esktrak etanol 70%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LDH ekstrak etil asetat pada konsentrasi 20% adalah 9,21 mm, sedangkan ekstrak etanol 70% pada konsentrasi yang sama adalah 6,48 mm.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"65 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74477261","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Resiko kejadian perdarahan meningkat pada pasien dengan kondisi kritis di intensive care unit (ICU) sehingga kebutuhan penggunaan profilaksis cukup tepat untuk mengurangi kejadian perdarahan selama di ICU. Kajian penggunaan profilaksis yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi tersebut dengan harapan dapat meminimalkan kejadian perdarahan saluran cerna pada pasien di ICU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan biaya penggunaan lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers di ICU rumah sakit di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah seluruh pasien rawat inap di ICU dengan usia ≥ 18 tahun sampai 65 tahun yang mendapatkan terapi obat lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers selama bulan Januari 2014 – Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan efektivitas terapi obat lansoprazol dan pantoprazol dengan melihat kejadian perdarahan minor dan mayor. Data penelitian dianalisis menggunakan Chi-Square untuk melihat perbedaan efektivitas antara 2 kelompok terapi. Dari total 119 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 48 pasien (77,4%) dari kelompok terapi lansoprazol yang tidak mengalami kejadian perdarahan, sedangkan pada kelompok pantoprazol pasien yang tidak mengalami kejadian perdarahan sebanyak 35 pasien (61,4%). Secara statistik efektivitas lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis untuk mengatasi kejadian perdarahan tidak berbeda signifikan (P = 0,057). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivitas antara lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers pada pasien dengan resiko tinggi perdarahan saluran cerna di ICU.
{"title":"Kajian Efektivitas Lansoprazol dan Pantoprazol sebagai Profilaksis Stress Ulcers di Intensive Care Unit (ICU)","authors":"Mega Octavia, Z. Ikawati, T. Andayani","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1568","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1568","url":null,"abstract":"Resiko kejadian perdarahan meningkat pada pasien dengan kondisi kritis di intensive care unit (ICU) sehingga kebutuhan penggunaan profilaksis cukup tepat untuk mengurangi kejadian perdarahan selama di ICU. Kajian penggunaan profilaksis yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi tersebut dengan harapan dapat meminimalkan kejadian perdarahan saluran cerna pada pasien di ICU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan biaya penggunaan lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers di ICU rumah sakit di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah seluruh pasien rawat inap di ICU dengan usia ≥ 18 tahun sampai 65 tahun yang mendapatkan terapi obat lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers selama bulan Januari 2014 – Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan dengan membandingkan efektivitas terapi obat lansoprazol dan pantoprazol dengan melihat kejadian perdarahan minor dan mayor. Data penelitian dianalisis menggunakan Chi-Square untuk melihat perbedaan efektivitas antara 2 kelompok terapi. Dari total 119 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 48 pasien (77,4%) dari kelompok terapi lansoprazol yang tidak mengalami kejadian perdarahan, sedangkan pada kelompok pantoprazol pasien yang tidak mengalami kejadian perdarahan sebanyak 35 pasien (61,4%). Secara statistik efektivitas lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis untuk mengatasi kejadian perdarahan tidak berbeda signifikan (P = 0,057). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivitas antara lansoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcers pada pasien dengan resiko tinggi perdarahan saluran cerna di ICU.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"55 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90904455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian ini adalah melakukan sintesis senyawa propan-2-il-tetradekanoat dari asam miristat dan 2-propanol dengan katalis asam sulfat pekat. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode konvensional dan kombinasi melalui iradiasi gelombang mikro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode iradiasi gelombang mikro memberikan persentase produk yang lebih baik (85%) dibandingkan dengan metode konvensional (64%). Uji kemurnian hasil sintesis menggunakan KLT dengan berbagai fase gerak menunjukkan keberhasilan baik metode konvensional maupun iradiasi gelombang mikro dalam menghasilkan senyawa produk. Senyawa propan-2-il tetradekanoat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi sifat fisikanya dan diperoleh data antara lain titik didih = 237-240°C (210 mmHg); indeks bias (nD) = 1,4353 (20°C) ; densitas = 0,8518 (25°C). Data karakterisasi struktur menggunakan IR dan NMR juga berhasil mengonfirmasi terbentuknya senyawa propan-2-il tetradekanoat yang ditunjukkan dengan adanya gugus fungsi ester serta total proton beserta lingkungan kimianya.
{"title":"Sintesis Senyawa Propan-2-il-tetradekanoat melalui Metode Refluks dan Kombinasi dengan Iradiasi Gelombang Mikro","authors":"Harry Santosa","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1563","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1563","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah melakukan sintesis senyawa propan-2-il-tetradekanoat dari asam miristat dan 2-propanol dengan katalis asam sulfat pekat. Ada dua metode yang digunakan yaitu metode konvensional dan kombinasi melalui iradiasi gelombang mikro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode iradiasi gelombang mikro memberikan persentase produk yang lebih baik (85%) dibandingkan dengan metode konvensional (64%). Uji kemurnian hasil sintesis menggunakan KLT dengan berbagai fase gerak menunjukkan keberhasilan baik metode konvensional maupun iradiasi gelombang mikro dalam menghasilkan senyawa produk. Senyawa propan-2-il tetradekanoat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi sifat fisikanya dan diperoleh data antara lain titik didih = 237-240°C (210 mmHg); indeks bias (nD) = 1,4353 (20°C) ; densitas = 0,8518 (25°C). Data karakterisasi struktur menggunakan IR dan NMR juga berhasil mengonfirmasi terbentuknya senyawa propan-2-il tetradekanoat yang ditunjukkan dengan adanya gugus fungsi ester serta total proton beserta lingkungan kimianya.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89393924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nur Amalia Choironi, Kaefiyah Nurul Insani, Dina Parika, S. Sunarto, Albert Martinus, M. S. Fareza
Syzygium polychepalum (gowok) merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian fitokimia terhadap daun gowok yang berasal dari Purwokerto. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, sedangkan fraksinasi dan pemurnian dilakukan dengan metode kromatografi vakum cair dan gravitasi. Karakterisasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan metode spektroskopi 1H-NMR dan GC-MS. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa isolat merupakan senyawa asam lemak jenuh yaitu asam heksadekanoat dan 3-etilpropanoat.
{"title":"Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Non Fenolik dari Daun Gowok (Syzygium polycephalum Miq.)","authors":"Nur Amalia Choironi, Kaefiyah Nurul Insani, Dina Parika, S. Sunarto, Albert Martinus, M. S. Fareza","doi":"10.24123/MPI.V2I3.1574","DOIUrl":"https://doi.org/10.24123/MPI.V2I3.1574","url":null,"abstract":"Syzygium polychepalum (gowok) merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian fitokimia terhadap daun gowok yang berasal dari Purwokerto. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, sedangkan fraksinasi dan pemurnian dilakukan dengan metode kromatografi vakum cair dan gravitasi. Karakterisasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan menggunakan metode spektroskopi 1H-NMR dan GC-MS. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa isolat merupakan senyawa asam lemak jenuh yaitu asam heksadekanoat dan 3-etilpropanoat.","PeriodicalId":18807,"journal":{"name":"MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana)","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86044749","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}