Terapi infeksi bakteri mayoritas menggunakan antibiotik yang mengakibatkan resistensi dan efek samping yang berbahaya. Jika salah dalam cara penggunaannya, maka diperlukan pengembangan antibiotik dari senyawa baru yang efektif melawan bakteri serta mampu menghindari terjadinya resistensi antibiotik dengan menggunakan senyawa organotimah dan ditiokarbamat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antibakteri senyawa dibutil timah (IV) bis-metil ditiokarbamat pada bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli. Senyawa ini disintesis dengan teknik in situ yaitu menambahkan metanol ke dalam metil amina + karbon disulfida + logam dibutil timah (IV) diklorida yang diidentifikasi menggunakan 13C NMR, FTIR dan 1H NMR. Kemudian, dilakukan uji aktivitas antibakteri menggunakan teknik difusi kertas cakram yang konsentrasinya sebesar 50 ppm, 70 ppm dan 90 ppm dengan menggunakan media NA (Nutrient Agar). Hasil penelitian ini mendapatkan hasil berupa serbuk sintesis sebesar 1,28 g dengan persentase senyawa sebesar 25%. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 90 ppm menghasilkan zona hambat paling besar dengan kategori sangat kuat pada Salmonella typhi 27,33 mm dan Escherichia coli 26,48 mm. Senyawa dalam peneliti ini berhasil disintesis dan membentuk gambaran struktur senyawa kompleks serta memiliki aktivitas agen antibakteri yang kategorinya sangat kuat.
{"title":"Sintesis dan Uji Aktivitas Senyawa Dibutil Timah (IV) Bis-Metil Ditiokarbamat Pada Bakteri Salmonella Typhi dan Escherichia Coli","authors":"Mukhlis Sanuddin, Lia Purnamasari, Amelia Soyata","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1408","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1408","url":null,"abstract":"Terapi infeksi bakteri mayoritas menggunakan antibiotik yang mengakibatkan resistensi dan efek samping yang berbahaya. Jika salah dalam cara penggunaannya, maka diperlukan pengembangan antibiotik dari senyawa baru yang efektif melawan bakteri serta mampu menghindari terjadinya resistensi antibiotik dengan menggunakan senyawa organotimah dan ditiokarbamat. \u0000Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antibakteri senyawa dibutil timah (IV) bis-metil ditiokarbamat pada bakteri Salmonella typhi dan Escherichia coli. Senyawa ini disintesis dengan teknik in situ yaitu menambahkan metanol ke dalam metil amina + karbon disulfida + logam dibutil timah (IV) diklorida yang diidentifikasi menggunakan 13C NMR, FTIR dan 1H NMR. Kemudian, dilakukan uji aktivitas antibakteri menggunakan teknik difusi kertas cakram yang konsentrasinya sebesar 50 ppm, 70 ppm dan 90 ppm dengan menggunakan media NA (Nutrient Agar). Hasil penelitian ini mendapatkan hasil berupa serbuk sintesis sebesar 1,28 g dengan persentase senyawa sebesar 25%. \u0000Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 90 ppm menghasilkan zona hambat paling besar dengan kategori sangat kuat pada Salmonella typhi 27,33 mm dan Escherichia coli 26,48 mm. Senyawa dalam peneliti ini berhasil disintesis dan membentuk gambaran struktur senyawa kompleks serta memiliki aktivitas agen antibakteri yang kategorinya sangat kuat.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74539667","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Putu Dian Marani Kurnianta, Gracia Isabel Baptista Soares, Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya, Agustina Nila Yuliawati
Di antara beberapa tipe penyakit diabetes melitus (DM), angka kejadian tertinggi terlihat pada DM tipe 2. Pengelolaan DM tipe 2 yang tepat sebaiknya mengikuti intervensi farmakologi antidiabetes secara rasional untuk menghindari dampak buruk. Dalam keterbatasan pedoman dan resource pengobatan, evaluasi rasionalitas pengobatan pasien DM tipe 2 belum pernah dilakukan secara luas di Timor-Leste, khususnya pada salah satu RS Nasional di Dili. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antidiabetes oral (ADO) pada pasien DM tipe 2 rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili periode 2020.Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional retrospektif. Rasionalitas dinilai berdasarkan indikator tepat pasien, tepat dosis, tepat indikasi, tepat obat, dan waspada efek samping yang mengacu pada American Diabetes Association (ADA) tahun 2020. Pasien yang diikutsertakan memenuhi kriteria: terdiagnosis DM tipe 2, menjalani rawat inap periode tahun 2020, dan memperoleh ADO. Hasil dari proses evaluasi dipersentasekan pada masing-masing indikator rasionalitas yang diteliti dan dianalisis secara deskriptif. Hasil evaluasi menunjukan bahwa jenis-jenis ADO yang digunakan oleh sebanyak 83 pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili, yaitu metformin (62.5%), gliklazid (14.15%), dan kombinasi metformin dengan gliklazid (22.89%). Rasionalitas penggunaan ADO berdasarkan guideline ADA (2020) secara berturut-turut, yaitu tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat obat 72.28%, tepat dosis 100%, dan waspada efek samping 93.97%. Walaupun pencapaian rasionalitas saat ini sudah cukup baik, namun perbaikan terhadap keterbatasan penggunaan obat di salah satu RS Nasional di Dili, Timor-Leste perlu ditingkatkan.
{"title":"Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antidiabetes Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Rumah Sakit Nasional di Dili","authors":"Putu Dian Marani Kurnianta, Gracia Isabel Baptista Soares, Anak Agung Ngurah Putra Riana Prasetya, Agustina Nila Yuliawati","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1338","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1338","url":null,"abstract":"Di antara beberapa tipe penyakit diabetes melitus (DM), angka kejadian tertinggi terlihat pada DM tipe 2. Pengelolaan DM tipe 2 yang tepat sebaiknya mengikuti intervensi farmakologi antidiabetes secara rasional untuk menghindari dampak buruk. Dalam keterbatasan pedoman dan resource pengobatan, evaluasi rasionalitas pengobatan pasien DM tipe 2 belum pernah dilakukan secara luas di Timor-Leste, khususnya pada salah satu RS Nasional di Dili. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antidiabetes oral (ADO) pada pasien DM tipe 2 rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili periode 2020.Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional retrospektif. Rasionalitas dinilai berdasarkan indikator tepat pasien, tepat dosis, tepat indikasi, tepat obat, dan waspada efek samping yang mengacu pada American Diabetes Association (ADA) tahun 2020. Pasien yang diikutsertakan memenuhi kriteria: terdiagnosis DM tipe 2, menjalani rawat inap periode tahun 2020, dan memperoleh ADO. Hasil dari proses evaluasi dipersentasekan pada masing-masing indikator rasionalitas yang diteliti dan dianalisis secara deskriptif. Hasil evaluasi menunjukan bahwa jenis-jenis ADO yang digunakan oleh sebanyak 83 pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat inap di salah satu RS Nasional di Dili, yaitu metformin (62.5%), gliklazid (14.15%), dan kombinasi metformin dengan gliklazid (22.89%). Rasionalitas penggunaan ADO berdasarkan guideline ADA (2020) secara berturut-turut, yaitu tepat indikasi 100%, tepat pasien 100%, tepat obat 72.28%, tepat dosis 100%, dan waspada efek samping 93.97%. Walaupun pencapaian rasionalitas saat ini sudah cukup baik, namun perbaikan terhadap keterbatasan penggunaan obat di salah satu RS Nasional di Dili, Timor-Leste perlu ditingkatkan.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76025243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) dan kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai makanan dan pengobatan tradisional. Selain bagian daun, biji kelor dan biji kecipir juga banyak digunakan oleh masyarakat. Kedua tanaman ini memiliki potensi sebagai antioksidan. Pada studi ini dilakukan pengukuran kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari kedua biji secara in vitro. Studi ini diharapkan dapat memberikan informasi perbandingan kadar antioksidan antara kedua biji tersebut. Ekstrak etanol dari masing-masing biji dilakukan fraksinasi dengan n-hexan, etanol, dan etil asetat. Total flavonoid dari fraksi etil asetat diukur dengan pembacaan absorbansi pada Panjang gelombang 446 nm dengan quercetin sebagai pembanding. Aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat dilakukan dengan metode DPPH (1,1- diphenyl 2-picrilhidrazil) dan pembacaan absorbandi pada 517 nm dengan vitamin C sebagai pembanding dan diukur nilai IC50. Total flavonoid fraksi etil asetat biji kelor sebesar 42.80 ± 1.61 mg QE/g sedangkan fraksi etil asetat biji kecipir sebesar 71.56 ± 5.50 mg QE/g. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat biji kelor lebih besar dari biji kecipir yang ditunjukkan oleh nilai IC50 sebesar 134.34 ppm pada biji kelor dan 179.57 ppm pada biji kecipir. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat biji kelor lebih besar dari biji kecipir namun total flavonoid biji kecipir lebih besar, hal ini menunjukkan kemungkinan terdapat lebih banyak senyawa antioksidan selain flavonoid pada biji kelor. Kata kunci : antioksidan; DPPH; flavonoid; biji; Moringa oleifera L.; Psophocarpus tetragonolobus L.
{"title":"Perbandingan Flavonoid Total dan Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat Biji Kelor (Moringa oleifera L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)","authors":"Annisa Krisridwany, Miftah Rizkia Tatra, Dyani Primasari Sukamdi","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1264","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1264","url":null,"abstract":"Tanaman kelor (Moringa oleifera L.) dan kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai makanan dan pengobatan tradisional. Selain bagian daun, biji kelor dan biji kecipir juga banyak digunakan oleh masyarakat. Kedua tanaman ini memiliki potensi sebagai antioksidan. Pada studi ini dilakukan pengukuran kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat dari kedua biji secara in vitro. Studi ini diharapkan dapat memberikan informasi perbandingan kadar antioksidan antara kedua biji tersebut. \u0000Ekstrak etanol dari masing-masing biji dilakukan fraksinasi dengan n-hexan, etanol, dan etil asetat. Total flavonoid dari fraksi etil asetat diukur dengan pembacaan absorbansi pada Panjang gelombang 446 nm dengan quercetin sebagai pembanding. Aktivitas antioksidan dari fraksi etil asetat dilakukan dengan metode DPPH (1,1- diphenyl 2-picrilhidrazil) dan pembacaan absorbandi pada 517 nm dengan vitamin C sebagai pembanding dan diukur nilai IC50. \u0000Total flavonoid fraksi etil asetat biji kelor sebesar 42.80 ± 1.61 mg QE/g sedangkan fraksi etil asetat biji kecipir sebesar 71.56 ± 5.50 mg QE/g. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat biji kelor lebih besar dari biji kecipir yang ditunjukkan oleh nilai IC50 sebesar 134.34 ppm pada biji kelor dan 179.57 ppm pada biji kecipir. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat biji kelor lebih besar dari biji kecipir namun total flavonoid biji kecipir lebih besar, hal ini menunjukkan kemungkinan terdapat lebih banyak senyawa antioksidan selain flavonoid pada biji kelor. \u0000 \u0000Kata kunci : antioksidan; DPPH; flavonoid; biji; Moringa oleifera L.; Psophocarpus tetragonolobus L.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"89 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91040610","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Demam berdarah dengue (DBD), penyakit infeksi disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk dengan pengendalian vektor menggunakan repelan bahan alami. Bunga Krisan (Crhysanthemum cinerariaefolium (Trevir.) Vis.) mengandung flavonoid, saponin dan polifenol yang berkhasiat sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Sediaan lotion dengan kombinasi asam stearat dan setil alkohol digunakan untuk meningkatkan daya lekat dan pengental. Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan lotion menggunakan kombinasi asam stearat dan setil alkohol untuk mendapatkan mutu fisik optimum serta mendapatkan konsentrasi ekstrak etanol bunga krisan yang efektif sebagai lotion repelan terhadap nyamuk A. aegypti dan efek aman pada kulit. Ekstraksi bunga krisan dilakukan menggunakan etanol 70%. Ekstrak etanol bunga krisan kemudian dilakukan orientasi dosis dengan konsentrasi 1,2%. Formulasi lotion ekstrak etanol bunga krisan dibuat menjadi 7 formulasi dengan menggunakan basis asam stearat dan asam stearat, Formula I 9,00 : 8,00 %, Formula II 15,00 : 2,00 %, Formula III 11,00 : 6,00 %, Formula IV 15,00 : 2,00 %, Formula V 13,00 : 4,00 %, Formula VI 7,00 : 10,00 %, Formula VII 11,00 : 6,00 %. Penentuan formula optimum menggunakan metode Simplex Lattice Design menggunakan program Design Expert. Formula optimum yang didapat, kemudian diuji stabilitas fisik meliputi viskositas, daya lekat, daya sebar dan pH. Stabilitas fisik diuji menggunakan metode One Way Anova dilanjutkan dengan Tuckey HSD. Uji iritasi dengan metode Human 4 hour patch test dan uji hedonik dengan memberikan pertanyaan kepada probandus. Hasil yang didapatkan menunjukkan aktivitas farmakologi ekstrak etanol bunga krisan sebagai daya tolak nyamuk pada konsentrasi 1,2% dengan kombinasi optimum asam stearat dan setil alkohol yaitu asam stearat 7% dan setil alkohol 10% mendapatkan mutu fisik optimum menggunakan metode Simplex Lattice Design. Dapat disimpulkan formula optimum lotion ekstrak etanol bunga krisan tidak memiliki stabilitas mutu fisik yang baik berdasarkan parameter daya lekat, daya sebar, pH dan viskositas selama penyimpanan 30 hari dan formula optimum lotion ekstrak bunga krisan tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan cukup dapat diterima oleh probandus.
{"title":"Optimasi Formula Lotion Ekstrak Etanol Bunga Krisan (Crhysanthemum cinerariaefolium (Trevir.)Vis.) menggunakan Kombinasi Asam Stearat dan Setil Alkohol sebagai Repelan dengan Metode Simplex Lattice Design","authors":"Rifkarosita Putri Ginaris, Rina Herowati, TN Saifullah Sulaiman","doi":"10.31001/jfi.v19i1.857","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.857","url":null,"abstract":"Demam berdarah dengue (DBD), penyakit infeksi disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk dengan pengendalian vektor menggunakan repelan bahan alami. Bunga Krisan (Crhysanthemum cinerariaefolium (Trevir.) Vis.) mengandung flavonoid, saponin dan polifenol yang berkhasiat sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti. Sediaan lotion dengan kombinasi asam stearat dan setil alkohol digunakan untuk meningkatkan daya lekat dan pengental. Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan lotion menggunakan kombinasi asam stearat dan setil alkohol untuk mendapatkan mutu fisik optimum serta mendapatkan konsentrasi ekstrak etanol bunga krisan yang efektif sebagai lotion repelan terhadap nyamuk A. aegypti dan efek aman pada kulit. \u0000Ekstraksi bunga krisan dilakukan menggunakan etanol 70%. Ekstrak etanol bunga krisan kemudian dilakukan orientasi dosis dengan konsentrasi 1,2%. Formulasi lotion ekstrak etanol bunga krisan dibuat menjadi 7 formulasi dengan menggunakan basis asam stearat dan asam stearat, Formula I 9,00 : 8,00 %, Formula II 15,00 : 2,00 %, Formula III 11,00 : 6,00 %, Formula IV 15,00 : 2,00 %, Formula V 13,00 : 4,00 %, Formula VI 7,00 : 10,00 %, Formula VII 11,00 : 6,00 %. Penentuan formula optimum menggunakan metode Simplex Lattice Design menggunakan program Design Expert. Formula optimum yang didapat, kemudian diuji stabilitas fisik meliputi viskositas, daya lekat, daya sebar dan pH. Stabilitas fisik diuji menggunakan metode One Way Anova dilanjutkan dengan Tuckey HSD. Uji iritasi dengan metode Human 4 hour patch test dan uji hedonik dengan memberikan pertanyaan kepada probandus. \u0000Hasil yang didapatkan menunjukkan aktivitas farmakologi ekstrak etanol bunga krisan sebagai daya tolak nyamuk pada konsentrasi 1,2% dengan kombinasi optimum asam stearat dan setil alkohol yaitu asam stearat 7% dan setil alkohol 10% mendapatkan mutu fisik optimum menggunakan metode Simplex Lattice Design. Dapat disimpulkan formula optimum lotion ekstrak etanol bunga krisan tidak memiliki stabilitas mutu fisik yang baik berdasarkan parameter daya lekat, daya sebar, pH dan viskositas selama penyimpanan 30 hari dan formula optimum lotion ekstrak bunga krisan tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan cukup dapat diterima oleh probandus.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"140 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77669234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Enzim fibrinolitik merupakan enzim yang bekerja dengan cara mendegradasi fibrin dalam bekuan darah. Enzim fibrinolitik dihasilkan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri Bacillus cereus yang berasal dari air hutan mangrove Maroon Edupark Semarang. Isolasi enzim fibrinolitik dari bakteri sangat penting dilakukan karena bakteri mudah ditumbuhkan, memiliki waktu generasi yang cepat, tidak memerlukan lahan yang luas untuk kultivasi, serta mudah dimodifikasi secara genetik sehingga akan lebih menguntungkan secara ekonomi. Selain itu enzim fibrinolitik dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat fibrinolitik sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus dari air hutan mangrove Maroon Edupark Semarang dalam melisisikan bekuan darah secara in vitro. Penelitian diawali dengan konfirmasi keberadaan gen penyandi enzim fibrinolitik dari bakteri B. cereus menggunakan popular resources ‘nucleotide’ NCBI, identifikasi morfologi bakteri pada media agar darah, pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, pengujian katalase dan koagulase. Isolasi ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus dilakukan dengan ekstraksi enzim. Kadar protein ekstrak kasar enzim ditetapkan menggunakan metode Bradford dan uji aktivitas fibrinolitik secara in vitro menggunakan media plat fibrin dengan kontrol positif nattokinase. Zona bening yang dihasilkan menunjukkan kemampuan ekstrak enzim dalam mendegradasi fibrin. Hasil identifikasi gen bakteri B. cereus menggunakan data base NCBI terdaftar sebagai gen AprE. Hasil identifikasi pewarnaan Gram dan endospora, B. cereus merupakan bakteri Gram positif dan mempunyai endospora. Identifikasi bakteri pada media agar darah menunjukkan bahwa B. cereus merupakan kelompok β-hemolisis. Hasil uji katalase dan koagulase menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan enzim katalase dan koagulase. Kadar protein ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus yang didapat sebesar 19,63 mg/mL. Aktivitas fibrinolitik pada konsentrasi 20, 40, 80% berturut-turut sebesar 2,54; 6,11; dan 7,94 mm. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen fibrinolitik alami.
{"title":"Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Fibrinolitik Bakteri Bacillus cereus yang Diisolasi dari Air Hutan Mangrove Maroon Edupark Semarang secara In Vitro","authors":"R. Ha, Ana Indrayati, Desi Purwaningsih","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1322","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1322","url":null,"abstract":"Enzim fibrinolitik merupakan enzim yang bekerja dengan cara mendegradasi fibrin dalam bekuan darah. Enzim fibrinolitik dihasilkan oleh banyak organisme, salah satunya adalah bakteri Bacillus cereus yang berasal dari air hutan mangrove Maroon Edupark Semarang. Isolasi enzim fibrinolitik dari bakteri sangat penting dilakukan karena bakteri mudah ditumbuhkan, memiliki waktu generasi yang cepat, tidak memerlukan lahan yang luas untuk kultivasi, serta mudah dimodifikasi secara genetik sehingga akan lebih menguntungkan secara ekonomi. Selain itu enzim fibrinolitik dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat fibrinolitik sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus dari air hutan mangrove Maroon Edupark Semarang dalam melisisikan bekuan darah secara in vitro. \u0000Penelitian diawali dengan konfirmasi keberadaan gen penyandi enzim fibrinolitik dari bakteri B. cereus menggunakan popular resources ‘nucleotide’ NCBI, identifikasi morfologi bakteri pada media agar darah, pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, pengujian katalase dan koagulase. Isolasi ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus dilakukan dengan ekstraksi enzim. Kadar protein ekstrak kasar enzim ditetapkan menggunakan metode Bradford dan uji aktivitas fibrinolitik secara in vitro menggunakan media plat fibrin dengan kontrol positif nattokinase. Zona bening yang dihasilkan menunjukkan kemampuan ekstrak enzim dalam mendegradasi fibrin. \u0000 Hasil identifikasi gen bakteri B. cereus menggunakan data base NCBI terdaftar sebagai gen AprE. Hasil identifikasi pewarnaan Gram dan endospora, B. cereus merupakan bakteri Gram positif dan mempunyai endospora. Identifikasi bakteri pada media agar darah menunjukkan bahwa B. cereus merupakan kelompok β-hemolisis. Hasil uji katalase dan koagulase menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan enzim katalase dan koagulase. Kadar protein ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus yang didapat sebesar 19,63 mg/mL. Aktivitas fibrinolitik pada konsentrasi 20, 40, 80% berturut-turut sebesar 2,54; 6,11; dan 7,94 mm. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak kasar enzim fibrinolitik B. cereus berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen fibrinolitik alami.","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"119 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77938869","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Antioksidan eksogen pada tanaman diketahui memiliki efek samping yang kecil, murah dan digunakan dalam mencegah penyakit. Dengan berkembangnya penggunaan tanaman dan sayuran sebagai sumber antioksidan alami, banyak peneliti tertarik untuk menginvestigasi dan mempelajari hal ini. Dalam penelitian ini, ekstrak etanol dan fraksi tanaman ciplukan (Physalis angulata) dilakukan investigasi dan evaluasi potensi aktivitas antioksidannya. Fokus dari penelitian ini adalah menetapkan kadar dan mengevaluasi aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol dan fraksi ciplukan. Akar, batang, dan daun ciplukan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi kemudian dipartisi dengan fraksi polar (air), non polar (n-heksana), dan semipolar (etil asetat). Hasil ekstraksi kemudian dianalisis kadar flavonoid total dengan menggunakan kuersetin sebagai standar dan aktivitas antioksidan pada DPPH. Hubungan antara kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode regresi linier. Ekstrak etanol daun ciplukan memiliki nilai total flavonoid tertinggi yaitu 38.04 ± 0.8 mg/g kemudian diikuti oleh ekstrak akar (9 ± 0.2 mg/g), dan ekstrak batang (7.1 ± 0.1 mg/g). Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun ciplukan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 32.10 ± 0.2 µg/ml yang dihitung sebagai IC50 kemudian diikuti oleh fraksi air (38.20 ± 0.8 µg/ml), dan fraksi heksana (38.20 ± 0.8 µg/ml) . Hasil analisis regresi linier menunjukkan aktivitas antioksidan berkorelasi dengan nilai total flavonoid dan disimpulkan bahwa flavonoid merupakan komponen antioksidan utama pada tanaman ciplukan.
{"title":"The potential antioxidant activity of ethanol extract and fraction of ciplukan (Physalis angulata) on DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)","authors":"Tunas Alam, Meiliza Ekayanti, Nada Permana, Zulfikar Hadissabil","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1490","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1490","url":null,"abstract":"Antioksidan eksogen pada tanaman diketahui memiliki efek samping yang kecil, murah dan digunakan dalam mencegah penyakit. Dengan berkembangnya penggunaan tanaman dan sayuran sebagai sumber antioksidan alami, banyak peneliti tertarik untuk menginvestigasi dan mempelajari hal ini. Dalam penelitian ini, ekstrak etanol dan fraksi tanaman ciplukan (Physalis angulata) dilakukan investigasi dan evaluasi potensi aktivitas antioksidannya. Fokus dari penelitian ini adalah menetapkan kadar dan mengevaluasi aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol dan fraksi ciplukan. \u0000Akar, batang, dan daun ciplukan diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi kemudian dipartisi dengan fraksi polar (air), non polar (n-heksana), dan semipolar (etil asetat). Hasil ekstraksi kemudian dianalisis kadar flavonoid total dengan menggunakan kuersetin sebagai standar dan aktivitas antioksidan pada DPPH. Hubungan antara kadar total flavonoid dan aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode regresi linier. \u0000Ekstrak etanol daun ciplukan memiliki nilai total flavonoid tertinggi yaitu 38.04 ± 0.8 mg/g kemudian diikuti oleh ekstrak akar (9 ± 0.2 mg/g), dan ekstrak batang (7.1 ± 0.1 mg/g). Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol daun ciplukan memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi yaitu 32.10 ± 0.2 µg/ml yang dihitung sebagai IC50 kemudian diikuti oleh fraksi air (38.20 ± 0.8 µg/ml), dan fraksi heksana (38.20 ± 0.8 µg/ml) . Hasil analisis regresi linier menunjukkan aktivitas antioksidan berkorelasi dengan nilai total flavonoid dan disimpulkan bahwa flavonoid merupakan komponen antioksidan utama pada tanaman ciplukan. ","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74621548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sectio caesarea (SC) merupakan tindakan operasi yang bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh. Pada tahun 2010, tingkat persalinan SC di Indonesia sebesar 15,3% dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di 33 provinsi. Salah satu keluhan utama pada ibu yang melahirkan melalui proses SC adalah nyeri pada daerah sayatan operasi. Analgesik ketorolak merupakan pilihan utama bagi paska SC. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan analgetik pada pasien SC di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospektif. Data diambil dari rekam medik pasien SC di RS St. Elisabeth Semarang dengan kriteria mendapatkan terapi ketorolak pada bulan Juli – Desember 2017, pasien JKN, dan pasien yang baru pertama kali melakukan SC. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien paling banyak terdapat pada usia 26 – 30 tahun. Skala nyeri pasien setelah mendapatkan ketorolak injeksi 30 mg berada pada skala ringan (95,1%) dan skala sedang (4,9%). Rata – rata penurunan skala nyeri pasien terbesar pada kelompok pasien yang diukur pada 3 – 4 jam, yaitu sebesar 1,46 skala. Jenis analgesik tambahan yang paling banyak digunakan pada pasien sectio caesarea yang diterapi ketorolak adalah tramadol injeksi (32,93%), sedangkan analgesik pasien pulang adalah asam mefenamat (32,93%) dan natrium diklofenak (32,93%).
{"title":"Evaluasi Penggunaan Analgesik pada Pasien Sectio caesarea di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang","authors":"Paulina Maya Octasari","doi":"10.31001/jfi.v19i1.877","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.877","url":null,"abstract":"Sectio caesarea (SC) merupakan tindakan operasi yang bertujuan untuk mengeluarkan bayi melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh. Pada tahun 2010, tingkat persalinan SC di Indonesia sebesar 15,3% dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di 33 provinsi. Salah satu keluhan utama pada ibu yang melahirkan melalui proses SC adalah nyeri pada daerah sayatan operasi. Analgesik ketorolak merupakan pilihan utama bagi paska SC. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan analgetik pada pasien SC di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. \u0000Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospektif. Data diambil dari rekam medik pasien SC di RS St. Elisabeth Semarang dengan kriteria mendapatkan terapi ketorolak pada bulan Juli – Desember 2017, pasien JKN, dan pasien yang baru pertama kali melakukan SC. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien paling banyak terdapat pada usia 26 – 30 tahun. Skala nyeri pasien setelah mendapatkan ketorolak injeksi 30 mg berada pada skala ringan (95,1%) dan skala sedang (4,9%). Rata – rata penurunan skala nyeri pasien terbesar pada kelompok pasien yang diukur pada 3 – 4 jam, yaitu sebesar 1,46 skala. Jenis analgesik tambahan yang paling banyak digunakan pada pasien sectio caesarea yang diterapi ketorolak adalah tramadol injeksi (32,93%), sedangkan analgesik pasien pulang adalah asam mefenamat (32,93%) dan natrium diklofenak (32,93%).","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"185 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91454314","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Chemayanti Surbakti, P. Ginting, Hafizhatul Abadi, Yoksan Duha
Diabetes merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kerusakan atau gangguan sekresi insulin. WHO telah menekankan pada penggunaan etnomedisin untuk pengendalian diabetes. Lebih dari 1200 tanaman telah digunakan secara tradisional untuk efek hipoglikemik, di mana 800 tanaman telah dilaporkan secara ilmiah memiliki potensi antidiabetes, salah satunya adalah cengkeh. Penelitian terdahulu, menyatakan bahwa kandungan flavonoid total yang terdapat pada daun cengkeh sebesar 73,08 mgRE/g ekstrak dengan persentase 7,308%. Flavonoid inilah yang diduga sebagai agen antidiabetes. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun cengkeh dan gambaran histologi pankreas tikus uji. Serbuk simplisia daun cengkeh diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pengujian antidiabetes ekstrak etanol daun cengkeh menggunakan aloksan dosis 150 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun cengkeh mempunyai aktivitas antidiabetes. Persentase penurunan kadar gula darah ekstrak dosis 100; 200 dan 300 mg/kgBB adalah 55,61%, 64,06%, dan 73,06% dan kontrol positif sebesar 65,83%. Hasil pengamatan histologi pankeas tikus uji kelompok kontrol negatif menunjukan struktur pulau langerhans yang mengalami perubahan, mengecil, tidak beraturan, serta ditemukannya sel-sel yang mengalami degenerasi dan piknosis. Sedangkan kelompok perlakuan yang diinduksi aloksan dan diberi ekstrak daun cengkeh dosis 100, 200, dan 300 mg/kgBB dan kontrol positif menunjukan struktur pulau langerhans jelas, massa sel yang lebih banyak, sel mengalami regenerasi dan tidak ditemukannya sel yang mengalami degenerasi dan piknosis. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun cengkeh dapat menurunkan kadar gula darah dengan dosis efektif 300 mg/kgBB dan ekstrak daun cengkeh mampu memperbaiki sel-sel pulau langerhans pankreas.
{"title":"Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) Terhadap Tikus Putih Jantan dan Gambaran Histologi Pankreas","authors":"Chemayanti Surbakti, P. Ginting, Hafizhatul Abadi, Yoksan Duha","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1375","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1375","url":null,"abstract":"Diabetes merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh kerusakan atau gangguan sekresi insulin. WHO telah menekankan pada penggunaan etnomedisin untuk pengendalian diabetes. Lebih dari 1200 tanaman telah digunakan secara tradisional untuk efek hipoglikemik, di mana 800 tanaman telah dilaporkan secara ilmiah memiliki potensi antidiabetes, salah satunya adalah cengkeh. Penelitian terdahulu, menyatakan bahwa kandungan flavonoid total yang terdapat pada daun cengkeh sebesar 73,08 mgRE/g ekstrak dengan persentase 7,308%. Flavonoid inilah yang diduga sebagai agen antidiabetes. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun cengkeh dan gambaran histologi pankreas tikus uji. \u0000Serbuk simplisia daun cengkeh diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Pengujian antidiabetes ekstrak etanol daun cengkeh menggunakan aloksan dosis 150 mg/kgBB. \u0000Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun cengkeh mempunyai aktivitas antidiabetes. Persentase penurunan kadar gula darah ekstrak dosis 100; 200 dan 300 mg/kgBB adalah 55,61%, 64,06%, dan 73,06% dan kontrol positif sebesar 65,83%. Hasil pengamatan histologi pankeas tikus uji kelompok kontrol negatif menunjukan struktur pulau langerhans yang mengalami perubahan, mengecil, tidak beraturan, serta ditemukannya sel-sel yang mengalami degenerasi dan piknosis. Sedangkan kelompok perlakuan yang diinduksi aloksan dan diberi ekstrak daun cengkeh dosis 100, 200, dan 300 mg/kgBB dan kontrol positif menunjukan struktur pulau langerhans jelas, massa sel yang lebih banyak, sel mengalami regenerasi dan tidak ditemukannya sel yang mengalami degenerasi dan piknosis. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak daun cengkeh dapat menurunkan kadar gula darah dengan dosis efektif 300 mg/kgBB dan ekstrak daun cengkeh mampu memperbaiki sel-sel pulau langerhans pankreas. \u0000 ","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84951345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ilil Maidatuz Zulfa, Yessy Asli Rahmawati, Putri Febri Anggraini
Hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap timbulnya penyakit kardiovaskular. Salah satu komplikasi hipertensi adalah penyakit jantung akibat hipertensi atau Hypertensive Heart Disease (HHD). Terapi HHD melibatkan kombinasi obat-obat antihipertensi dan obat lain yang seringkali termasuk polifarmasi. Polifarmasi dapat meningkatkan potensi interaksi antar obat (PIAO) yang dapat menyebabkan perburukan efek terapi, munculnya efek obat yang merugikan yang dapat berlanjut ke kegagalan terapi dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prevalensi dan faktor predictor PIAO yang muncul pada peresepan pasien HHD guna mewaspadai reaksi obat yang tidak diinginkan serta dapat mengoptimalkan terapi. Studi observasional secara retrospektif dilakukan pada peresepan pasien HHD di poli rawat jalan. Identifikasi potensi interaksi obat dalam peresepan menggunakan aplikasi Medscape Drug Interaction Checker. Prevalensi PIAO yang diamati mencangkup keparahan, mekanisme, jumlah PIAO tiap lembar resep serta obat-obat yang paling sering menimbulkan PIAO. Faktor usia, jenis kelamin, dan jumlah item obat yang diresepkan dianalisis sebagai faktor prediktor menggunakan uji regresi logistik biner. Sebanyak 100 resep pasien HHD telah dianalisis dan 94 diantaranya memiliki PIAO. Jumlah PIAO tiap lembar resep berkisar 3-4 dan >4 PIAO (masing-masing 33,00%). Total PIAO yang diobservasi adalah sebanyak 397. Sebagian besar PIAO terjadi pada fase farmakodinamik (86,40%) dan membutuhkan pemantauan lebih dekat (93,20%). Kombinasi Candesartan dan Bisoprolol paling banyak ditemukan sebagai PIAO (11,08%) yang dapat bermanifestasi pada kenaikan kadar kalium dalam darah. Dari hasil analisis faktor prediktor, semakin banyak jumlah obat yang diresepkan memiliki pengaruh yang signifikan pada munculnya PIAO (p-value 0,005) dimana penambahan 1 item obat yang diresepkan akan meningkatkan resiko PIAO sebesar 7,232 kali. Semakin banyak obat yang diresepkan pada pasien HHD akan membutuhkan pemantauan yang lebih dekat pada munculnya interaksi obat. Selain itu, pemantauan lebih dekat pada kadar serum kalium dan tanda-tanda hiperkalemia sangat disarankan
{"title":"Potensi Interaksi Antar Obat dalam Peresepan Rawat Jalan Pasien Penyakit Jantung Akibat Hipertensi","authors":"Ilil Maidatuz Zulfa, Yessy Asli Rahmawati, Putri Febri Anggraini","doi":"10.31001/jfi.v19i1.1253","DOIUrl":"https://doi.org/10.31001/jfi.v19i1.1253","url":null,"abstract":"Hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap timbulnya penyakit kardiovaskular. Salah satu komplikasi hipertensi adalah penyakit jantung akibat hipertensi atau Hypertensive Heart Disease (HHD). Terapi HHD melibatkan kombinasi obat-obat antihipertensi dan obat lain yang seringkali termasuk polifarmasi. Polifarmasi dapat meningkatkan potensi interaksi antar obat (PIAO) yang dapat menyebabkan perburukan efek terapi, munculnya efek obat yang merugikan yang dapat berlanjut ke kegagalan terapi dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prevalensi dan faktor predictor PIAO yang muncul pada peresepan pasien HHD guna mewaspadai reaksi obat yang tidak diinginkan serta dapat mengoptimalkan terapi. \u0000Studi observasional secara retrospektif dilakukan pada peresepan pasien HHD di poli rawat jalan. Identifikasi potensi interaksi obat dalam peresepan menggunakan aplikasi Medscape Drug Interaction Checker. Prevalensi PIAO yang diamati mencangkup keparahan, mekanisme, jumlah PIAO tiap lembar resep serta obat-obat yang paling sering menimbulkan PIAO. Faktor usia, jenis kelamin, dan jumlah item obat yang diresepkan dianalisis sebagai faktor prediktor menggunakan uji regresi logistik biner. \u0000Sebanyak 100 resep pasien HHD telah dianalisis dan 94 diantaranya memiliki PIAO. Jumlah PIAO tiap lembar resep berkisar 3-4 dan >4 PIAO (masing-masing 33,00%). Total PIAO yang diobservasi adalah sebanyak 397. Sebagian besar PIAO terjadi pada fase farmakodinamik (86,40%) dan membutuhkan pemantauan lebih dekat (93,20%). Kombinasi Candesartan dan Bisoprolol paling banyak ditemukan sebagai PIAO (11,08%) yang dapat bermanifestasi pada kenaikan kadar kalium dalam darah. Dari hasil analisis faktor prediktor, semakin banyak jumlah obat yang diresepkan memiliki pengaruh yang signifikan pada munculnya PIAO (p-value 0,005) dimana penambahan 1 item obat yang diresepkan akan meningkatkan resiko PIAO sebesar 7,232 kali. Semakin banyak obat yang diresepkan pada pasien HHD akan membutuhkan pemantauan yang lebih dekat pada munculnya interaksi obat. Selain itu, pemantauan lebih dekat pada kadar serum kalium dan tanda-tanda hiperkalemia sangat disarankan","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85149849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstrakLatar Belakang : Getah kamboja dengan dosis yang tepat dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik yang bermanfaat untuk perawatan luka. Getah kemboja terkandung alkaloid, tanin, flavonoid dan tripterpenoid. Flavonoid merupakan komponen senyawa kimia yang terdapat pada getah kamboja yang diduga sebagai antibakteri. Namun demikian, pemanfaatan tanaman kamboja, khususnya getah dari bagian batang tanaman kamboja belum dimanfaatkan sebagai bahan perawatan luka. Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas sediaan krim getah pohon kamboja merah (Plumeria rubra) terhadap luka akibat sayatan pada tikus jantan putih diabetes. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium menggunakan desain penelitian posttest-only control design. Hasil Penelitian : Pemberian krim dari getah kamboja dengan konsentrasi 30% memberikan efek penutupan luka sayat paling cepat waktu penyembuhan diperoleh hasil dihari yang ke 9 karena luka sudah menyusut dengan cepat dibandingkan pada konsentrasi 10% yang mengalami kesembuhan pada hari ke-21 , konsentrasi 20% dengan kesembuhan pada hari ke-17, sementara pada kontrol negatif dan positif pada hari ke 25. Kesimpulan : Evektifitas sediaan krim getah pohon kamboja merah lebih baik pada konsentrasi 30% dibandingkan dengan konsentrasi 10%, konsentrasi 20%, kontrol negatif dan kontrol positif Saran : Hasil penilitian diharapkan dapat menambah informasi mengenai manfaat getah kamboja merah dan dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda.Kata Kunci: Krim getah kamboja merah (plumeria rubra), tikus jantan putih diabetes, luka sayat
{"title":"UJI EFEKTIFITAS SEDIAAN KRIM GETAH POHON KAMBOJA MERAH (Plumeria Rubra) TERHADAP LUKA AKIBAT SAYATAN PADA TIKUS JANTAN PUTIH WINSTAR HIPERGLIKEMI","authors":"","doi":"10.26751/ijf.v5i2.1397","DOIUrl":"https://doi.org/10.26751/ijf.v5i2.1397","url":null,"abstract":"AbstrakLatar Belakang : Getah kamboja dengan dosis yang tepat dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik yang bermanfaat untuk perawatan luka. Getah kemboja terkandung alkaloid, tanin, flavonoid dan tripterpenoid. Flavonoid merupakan komponen senyawa kimia yang terdapat pada getah kamboja yang diduga sebagai antibakteri. Namun demikian, pemanfaatan tanaman kamboja, khususnya getah dari bagian batang tanaman kamboja belum dimanfaatkan sebagai bahan perawatan luka. Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas sediaan krim getah pohon kamboja merah (Plumeria rubra) terhadap luka akibat sayatan pada tikus jantan putih diabetes. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium menggunakan desain penelitian posttest-only control design. Hasil Penelitian : Pemberian krim dari getah kamboja dengan konsentrasi 30% memberikan efek penutupan luka sayat paling cepat waktu penyembuhan diperoleh hasil dihari yang ke 9 karena luka sudah menyusut dengan cepat dibandingkan pada konsentrasi 10% yang mengalami kesembuhan pada hari ke-21 , konsentrasi 20% dengan kesembuhan pada hari ke-17, sementara pada kontrol negatif dan positif pada hari ke 25. Kesimpulan : Evektifitas sediaan krim getah pohon kamboja merah lebih baik pada konsentrasi 30% dibandingkan dengan konsentrasi 10%, konsentrasi 20%, kontrol negatif dan kontrol positif Saran : Hasil penilitian diharapkan dapat menambah informasi mengenai manfaat getah kamboja merah dan dilakukan penelitian lagi dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda.Kata Kunci: Krim getah kamboja merah (plumeria rubra), tikus jantan putih diabetes, luka sayat ","PeriodicalId":19897,"journal":{"name":"PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia)","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-03-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85464259","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}