Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.27500
Nur Aini Setiawati
Abstract: Land regulations are made to organize life together in the community hoping that there are regulations that can provide legal certainty and resolve agrarian conflicts. However, in feudal times, the theory of royal property (vorstendomein) and royal property rights (vorsteneigendoormsrecht) said that all royal lands belonged to the king. Since the signing of the Giyanti treaty in 1755, the Sultan has made rules to regulate life in the communities enshrined in Rijksblad. Therefore, it is necessary to study land regulations during feudal times as part of the history of legal changes and developments in Yogyakarta society. Using the historical research method and the law approach through the Rijksblad, this research shows that even though the land regulations in the feudal era said that the king was the absolute owner of the land, the Sultan had made the rules.Abstrak: Pengaturan pertanahan dibuat untuk menata kehidupan bersama dalam masyarakat dengan harapan ada regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan konflik agraria. Namun, pada zaman feodal teori kepemilikan kerajaan (vorstendomein) dan hak milik kerajaan (vorsteneigendoormsrecht) mengatakan bahwa semua tanah kerajaan adalah milik raja. Sejak penandatanganan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Sultan telah membuat aturan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang diabadikan di Rijksblad. Oleh karena itu, perlu dikaji regulasi pertanahan pada masa feodal sebagai bagian dari sejarah perubahan dan perkembangan hukum di masyarakat Yogyakarta. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan hukum melalui Rijksblad, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun peraturan pertanahan pada zaman feodal menyatakan bahwa raja adalah pemilik mutlak atas tanah, namun yang dibuat oleh Sultan adalah peraturannya.Â
{"title":"Land Regulations in the Yogyakarta Sultanate Rijksblad In the Second Decade of the 20 Century","authors":"Nur Aini Setiawati","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.27500","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.27500","url":null,"abstract":"Abstract: Land regulations are made to organize life together in the community hoping that there are regulations that can provide legal certainty and resolve agrarian conflicts. However, in feudal times, the theory of royal property (vorstendomein) and royal property rights (vorsteneigendoormsrecht) said that all royal lands belonged to the king. Since the signing of the Giyanti treaty in 1755, the Sultan has made rules to regulate life in the communities enshrined in Rijksblad. Therefore, it is necessary to study land regulations during feudal times as part of the history of legal changes and developments in Yogyakarta society. Using the historical research method and the law approach through the Rijksblad, this research shows that even though the land regulations in the feudal era said that the king was the absolute owner of the land, the Sultan had made the rules.Abstrak: Pengaturan pertanahan dibuat untuk menata kehidupan bersama dalam masyarakat dengan harapan ada regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum dan menyelesaikan konflik agraria. Namun, pada zaman feodal teori kepemilikan kerajaan (vorstendomein) dan hak milik kerajaan (vorsteneigendoormsrecht) mengatakan bahwa semua tanah kerajaan adalah milik raja. Sejak penandatanganan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Sultan telah membuat aturan untuk mengatur kehidupan masyarakat yang diabadikan di Rijksblad. Oleh karena itu, perlu dikaji regulasi pertanahan pada masa feodal sebagai bagian dari sejarah perubahan dan perkembangan hukum di masyarakat Yogyakarta. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan hukum melalui Rijksblad, penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun peraturan pertanahan pada zaman feodal menyatakan bahwa raja adalah pemilik mutlak atas tanah, namun yang dibuat oleh Sultan adalah peraturannya. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49483291","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.23986
S. A. Permana, Ari Retno Purwatiningsih
Abstract: This study aims to analyze the life of Chinese people in Indonesia during the Soekarno government and analyze the government’s treatment of Chinese people in the Soekarno era. This study used a historical method approach with a limited history across the 1930s period, from 1941 to 1958, from 1959 to 1966. The method used is as follows: data collection in the form of literature studies relevant to the subject matter discussed, source criticism to find out the relevant elements through the incorporation of information obtained through the source, and compilation i.e., writing historical facts. Political and economic perceptions influenced Chinese ethnic communities in Indonesia during colonial, the old order, and the new times. Chinese society received many sanctions from the Soekarno government because of communist ideology, which was a threat to the government. The existence of ethnocentric during the old order so that Chinese people cannot be received well. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno dan menganalisis perlakuan pemerintah terhadap orang Tionghoa pada masa pemerintahan Soekarno. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode sejarah dengan sejarah terbatas pada periode tahun 1930-an, dari tahun 1941 hingga 1958, dari tahun 1959 hingga tahun 1966. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: pengumpulan data berupa studi pustaka yang relevan dengan materi pelajaran yang dibahas, kritik sumber untuk mengetahui unsur-unsur yang relevan melalui penggabungan informasi yang diperoleh melalui sumber, dan kompilasi yaitu, menulis fakta sejarah. Persepsi politik dan ekonomi mempengaruhi komunitas etnis Tionghoa di Indonesia pada masa penjajahan, Soekarno, dan Orde Baru. Masyarakat Tionghoa banyak mendapat sanksi dari pemerintah Soekarno karena ideologi komunis yang menjadi ancaman bagi pemerintah. Adanya etnosentris pada masa Soekarno sehingga masyarakat Tionghoa tidak bisa diterima dengan baik.Â
{"title":"Chinese Community under the Soekarno Era in Indonesia","authors":"S. A. Permana, Ari Retno Purwatiningsih","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.23986","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.23986","url":null,"abstract":"Abstract: This study aims to analyze the life of Chinese people in Indonesia during the Soekarno government and analyze the government’s treatment of Chinese people in the Soekarno era. This study used a historical method approach with a limited history across the 1930s period, from 1941 to 1958, from 1959 to 1966. The method used is as follows: data collection in the form of literature studies relevant to the subject matter discussed, source criticism to find out the relevant elements through the incorporation of information obtained through the source, and compilation i.e., writing historical facts. Political and economic perceptions influenced Chinese ethnic communities in Indonesia during colonial, the old order, and the new times. Chinese society received many sanctions from the Soekarno government because of communist ideology, which was a threat to the government. The existence of ethnocentric during the old order so that Chinese people cannot be received well. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kehidupan masyarakat Tionghoa di Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno dan menganalisis perlakuan pemerintah terhadap orang Tionghoa pada masa pemerintahan Soekarno. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode sejarah dengan sejarah terbatas pada periode tahun 1930-an, dari tahun 1941 hingga 1958, dari tahun 1959 hingga tahun 1966. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut: pengumpulan data berupa studi pustaka yang relevan dengan materi pelajaran yang dibahas, kritik sumber untuk mengetahui unsur-unsur yang relevan melalui penggabungan informasi yang diperoleh melalui sumber, dan kompilasi yaitu, menulis fakta sejarah. Persepsi politik dan ekonomi mempengaruhi komunitas etnis Tionghoa di Indonesia pada masa penjajahan, Soekarno, dan Orde Baru. Masyarakat Tionghoa banyak mendapat sanksi dari pemerintah Soekarno karena ideologi komunis yang menjadi ancaman bagi pemerintah. Adanya etnosentris pada masa Soekarno sehingga masyarakat Tionghoa tidak bisa diterima dengan baik. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48500239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.25551
Prima Nurahmi Mulyasari
Abstract: After gaining Independence from the Dutch in 1945, Indonesia urged to found its national research institute. Therefore, the government launched Indonesian Science Council (Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia/MIPI) in 1956. MIPI was established based on Act. No 6/1956 and acted as the highest national scientific institution with research activities covering the natural sciences, cultural and social sciences. Meanwhile, following the Cold War between the Communist (Soviet) Bloc and the Capitalist (US Bloc), the 1950s saw the rise of communism in South East Asia. The situation worried Americans who, under President Eisenhower, were active in fighting against the spread of communist ideology by giving aids to the countries in the region. Using the history of knowledge as the perspective and employing primary sources, namely Bulletin MIPI, Berita MIPI, this article depicts scientific activities conducted by MIPI in rivalries between the Soviet Bloc and US Bloc during The Cold War. Having good American connections, Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia had proved to be an eminent actor to promote, produce, and distribute scientific knowledge in the country’s history. Abstrak: Setelah memperoleh kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1945, Indonesia perlu segera mendirikan lembaga penelitian nasional. Oleh karena itu, pemerintah mendirikan Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) Indonesia pada tahun 1956. MIPI didirikan berdasarkan Undang-Undang. no 6/1956 dan bertindak sebagai lembaga ilmiah nasional tertinggi dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi ilmu alam, budaya dan ilmu sosial. Sementara itu, dekade 1950-an merupakan periode kebangkitan komunisme di Asia Tenggara. Situasi itu membuat pemerintah Amerika khawatir. Di bawah Presiden Eisenhower mereka aktif memerangi penyebaran ideologi komunis dengan memberikan bantuan kepada negara-negara di kawasan itu. Menggunakan sejarah pengetahuan sebagai perspektif dan memanfaatkan sumber-sumber primer yaitu Buletin MIPI, Berita MIPI artikel ini menggambarkan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh MIPI dalam konteks persaingan antara Blok Soviet dan Blok Amerika Serikat dalam periode Perang Dingin. Memiliki koneksi yang baik dengan Amerika Serikat, Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia pernah menjadi aktor utama dalam mempromosikan, memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan ilmiah dalam sejarah negara ini.Â
摘要:1945年印度尼西亚从荷兰独立后,迫切要求建立自己的国家研究所。因此,政府于1956年成立了印尼科学理事会(Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia/MIPI)。MIPI是根据法案成立的。第6/1956号,作为最高的国家科学机构,其研究活动涵盖自然科学、文化和社会科学。与此同时,在共产主义(苏联)集团和资本主义(美国)集团之间的冷战之后,20世纪50年代,共产主义在东南亚兴起。这种情况令艾森豪威尔总统领导下的美国人感到担忧,他们通过向该地区国家提供援助,积极反对共产主义思想的传播。本文以知识的历史为视角,采用主要资料,即MIPI公报,Berita MIPI,描述了冷战期间MIPI在苏联集团和美国集团之间的竞争中进行的科学活动。马杰利斯·伊尔穆·彭格塔瓦在美国有着良好的关系,在印尼历史上,他被证明是一位杰出的演员,在促进、生产和传播科学知识方面发挥了重要作用。Â摘要:Setelah memperoleh kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1945,印度尼西亚perlu segera mendirikan lembaga penelitian nasional。Oleh karena itu, pemerintah mendirikan Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) Indonesia padadtahun 1956。MIPI didirikan berdasarkan Undang-Undang。第6/1956号丹·伯丁达克·斯巴加·兰巴加·伊尔米亚国家tertinggi dengan kegiatan-kegiatan Yang meliputi ilmu alam, budaya丹·伊尔米社会。Sementara itu,十年1950-和merupakan时期kebangkitan komunisme在亚洲登加拉。形势是美国的一个重要组成部分。迪巴瓦·艾森豪威尔总统在他的任期内宣布,他是一个意识形态共同体的成员,他是班图安·克帕达·内加拉-内加拉·迪卡瓦桑图。孟古纳坎sejarah pengetahuan sebagai perspektif dan manfaatkan sumber-sumber primer yitu公报MIPI, Berita MIPI artikel ini menggambarkan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh MIPI dalam konteks persingan antara block苏联block美国Serikat dalam时期Perang Dingin。Memiliki koneksi yang baik dengan Amerika Serikat, Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia pernah menjadi aktor utama dalam mempromosikan, memproducksi dan mendistribusikan Pengetahuan ilmiah dalam sejarah negara ini.Â
{"title":"Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia: The Role of National Scientific Institute amidst the Cold War","authors":"Prima Nurahmi Mulyasari","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.25551","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.25551","url":null,"abstract":"Abstract: After gaining Independence from the Dutch in 1945, Indonesia urged to found its national research institute. Therefore, the government launched Indonesian Science Council (Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia/MIPI) in 1956. MIPI was established based on Act. No 6/1956 and acted as the highest national scientific institution with research activities covering the natural sciences, cultural and social sciences. Meanwhile, following the Cold War between the Communist (Soviet) Bloc and the Capitalist (US Bloc), the 1950s saw the rise of communism in South East Asia. The situation worried Americans who, under President Eisenhower, were active in fighting against the spread of communist ideology by giving aids to the countries in the region. Using the history of knowledge as the perspective and employing primary sources, namely Bulletin MIPI, Berita MIPI, this article depicts scientific activities conducted by MIPI in rivalries between the Soviet Bloc and US Bloc during The Cold War. Having good American connections, Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia had proved to be an eminent actor to promote, produce, and distribute scientific knowledge in the country’s history. Abstrak: Setelah memperoleh kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1945, Indonesia perlu segera mendirikan lembaga penelitian nasional. Oleh karena itu, pemerintah mendirikan Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) Indonesia pada tahun 1956. MIPI didirikan berdasarkan Undang-Undang. no 6/1956 dan bertindak sebagai lembaga ilmiah nasional tertinggi dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi ilmu alam, budaya dan ilmu sosial. Sementara itu, dekade 1950-an merupakan periode kebangkitan komunisme di Asia Tenggara. Situasi itu membuat pemerintah Amerika khawatir. Di bawah Presiden Eisenhower mereka aktif memerangi penyebaran ideologi komunis dengan memberikan bantuan kepada negara-negara di kawasan itu. Menggunakan sejarah pengetahuan sebagai perspektif dan memanfaatkan sumber-sumber primer yaitu Buletin MIPI, Berita MIPI artikel ini menggambarkan kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh MIPI dalam konteks persaingan antara Blok Soviet dan Blok Amerika Serikat dalam periode Perang Dingin. Memiliki koneksi yang baik dengan Amerika Serikat, Madjelis Ilmu Pengetahuan Indonesia pernah menjadi aktor utama dalam mempromosikan, memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan ilmiah dalam sejarah negara ini. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45594924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.20463
R. Hudiyanto
Abstract:  Colonialism, capitalism, and the city are three elements that always correlated. At the beginning of the 20th-century cities, growth was inseparable from the economic expansion of Dutch capitalism represented by the plantation industry, trade offices, insurance offices, and elite shopping areas. The exploitation of urban space followed this process. As the regime changed in early 1942, the growth of the symbol of capitalism in the city was halted by the Japanese Military Government. This article attempts to explain the relationship between the development of capitalism, the modernization of the city, and its impact on society. To explain this connection, the author uses historical methods using the city government report. Based on analysis of municipal tax report and the response of indigenous people who lived within the city, it can be concluded that there is an influence of capitalism on the high intensity of exploitation and conflict in struggling for urban space. Modernization of the city is not merely efforts to create a city comfortable and hygienic, but the strategy of commerce urban space. Modernization of the colonial city has covered the suffering of most people that have their own way of living. Abstrak: Kolonialisme, kapitalisme dan kota adalah tiga unsur yang selalu berkorelasi. Pada awal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekspansi ekonomi kapitalisme Belanda yang diwakili oleh industri perkebunan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan elit. Proses ini diikuti dengan eksploitasi ruang kota. Ketika rezim berganti pada awal 1942, pertumbuhan simbol kapitalisme di kota itu dihentikan oleh Pemerintah Militer Jepang. Artikel ini mencoba menjelaskan hubungan antara perkembangan kapitalisme, modernisasi kota dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan pemerintah kota. Berdasarkan analisis laporan pajak kota dan respon masyarakat adat yang tinggal bersama di kota dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kapitalisme terhadap tingginya intensitas eksploitasi dan konflik dalam memperebutkan ruang kota. Modernisasi kota bukan semata-mata upaya menciptakan kota yang nyaman dan bersih, tetapi strategi perdagangan ruang kota. Modernisasi kota kolonial telah menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri. Â
摘要:Â殖民主义、资本主义和城市是始终相互关联的三个要素。Â 20世纪初期的城市,增长wasÂ离不开以theÂ种植园工业、贸易办事处、保险办事处、精英购物区为代表的荷兰资本主义的经济扩张。城市空间的开发遵循了这一过程。Â随着1942年初政权的更迭,theÂ这座资本主义的象征在这座城市的发展被日本军政府叫停。Â本文试图解释资本主义的发展、城市的现代化及其对社会的影响之间的关系。Â为了解释这种联系,作者使用了历史的方法,并使用了市政府的报告。Â通过分析城市税收报告和居住在城市中的土著居民的反应,可以得出结论,资本主义对城市空间的高强度剥削和冲突的影响。Â城市现代化不仅仅是为了创造一个舒适卫生的城市,而是商业城市空间的策略。这座殖民城市的现代化掩盖了大多数拥有自己生活方式的人的痛苦。Â摘要:殖民主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义,资本主义。perdawal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekespan ekespan ekespan ekespan经济资本主义Belanda yang diwakili oleh industri perkebuan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan精英。Proses ini diikuti dengan ekploitasi ruang kota。Ketika rezim berganti padada于1942年,pertumbuhan象征资本主义di kota itu dihentikan oleh peremerintah军事日本。资本主义,现代主义,现代主义,资本主义,现代主义。Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan peremerintah kota。Berdasarkan分析laporan pajak kota,但回应masyarakat和yang tinggal bersama di kota dapat dis冲动,bahwa terdaparta pengaru资本主义,hahadginya intensitas ekspploitasi和konflik dalam成员berdkanang kota。今天,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是。现代的哥塔殖民地的电视menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri。一个一个
{"title":"Between Modernization and Capitalization: Commercialization of Malang in The Early Twentieth Century","authors":"R. Hudiyanto","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.20463","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.20463","url":null,"abstract":"Abstract:  Colonialism, capitalism, and the city are three elements that always correlated. At the beginning of the 20th-century cities, growth was inseparable from the economic expansion of Dutch capitalism represented by the plantation industry, trade offices, insurance offices, and elite shopping areas. The exploitation of urban space followed this process. As the regime changed in early 1942, the growth of the symbol of capitalism in the city was halted by the Japanese Military Government. This article attempts to explain the relationship between the development of capitalism, the modernization of the city, and its impact on society. To explain this connection, the author uses historical methods using the city government report. Based on analysis of municipal tax report and the response of indigenous people who lived within the city, it can be concluded that there is an influence of capitalism on the high intensity of exploitation and conflict in struggling for urban space. Modernization of the city is not merely efforts to create a city comfortable and hygienic, but the strategy of commerce urban space. Modernization of the colonial city has covered the suffering of most people that have their own way of living. Abstrak: Kolonialisme, kapitalisme dan kota adalah tiga unsur yang selalu berkorelasi. Pada awal abad ke-20 pertumbuhan kota tidak terlepas dari ekspansi ekonomi kapitalisme Belanda yang diwakili oleh industri perkebunan, perkantoran perdagangan, perkantoran asuransi dan kawasan perbelanjaan elit. Proses ini diikuti dengan eksploitasi ruang kota. Ketika rezim berganti pada awal 1942, pertumbuhan simbol kapitalisme di kota itu dihentikan oleh Pemerintah Militer Jepang. Artikel ini mencoba menjelaskan hubungan antara perkembangan kapitalisme, modernisasi kota dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, penulis menggunakan metode sejarah dengan menggunakan laporan pemerintah kota. Berdasarkan analisis laporan pajak kota dan respon masyarakat adat yang tinggal bersama di kota dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kapitalisme terhadap tingginya intensitas eksploitasi dan konflik dalam memperebutkan ruang kota. Modernisasi kota bukan semata-mata upaya menciptakan kota yang nyaman dan bersih, tetapi strategi perdagangan ruang kota. Modernisasi kota kolonial telah menutupi penderitaan sebagian besar masyarakat yang memiliki cara hidup sendiri-sendiri.  ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46999239","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.25997
Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Anang Haris Himawan
Abstract: This article focuses on the maritime activities of the Demak Kingdom. This research uses historical methods with a qualitative approach to critically analyze literature and related empirical data. This article wants to explore Demak’s economic strategies in utilizing its opportunities so that Demak grows into the largest maritime kingdom in the Archipelago of its time. An important finding from Demak’s maritime study is that this kingdom can take advantage of the available opportunities, optimize its potential, and make a policy, which is the key to Demak’s success. (1) Conducive social conditions with open public attitudes; (2) strategic positions between two significant maritime levels, namely Malacca and Maluku; (3) building good relations with allied countries and being wise in dealing with rivals; (4) utilizing Majapahit heritage assets, optimizing the results of Java’s natural wealth; and (5) multi attitude towards the status of relations with various countries depending on the type of relations. Abstrak: Artikel ini berfokus pada aktivitas maritim Kerajaan Demak. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis secara kritis literatur dan data empiris terkait. Artikel ini ingin mendalami strategi ekonomi Demak dalam memanfaatkan peluangnya sehingga Demak tumbuh menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara pada masanya. Temuan penting dari studi maritim Demak adalah kerajaan ini dapat memanfaatkan peluang yang ada, mengoptimalkan potensinya, dan membuat kebijakan yang menjadi kunci keberhasilan Demak. Secara rinci faktor pendorong kesuksesan Demak adalah (1) Kondisi sosial yang kondusif dengan sikap publik yang terbuka; (2) posisi strategis antara dua tingkat maritim penting, yaitu Malaka dan Maluku; (3) membangun hubungan baik dengan negara-negara sekutu dan bersikap bijak dalam menghadapi rival; (4) Memanfaatkan aset peninggalan Majapahit, mengoptimalkan hasil kekayaan alam Jawa; dan (5) sikap multi terhadap status hubungan dengan berbagai negara tergantung pada jenis hubungan.Â
摘要:本文主要研究丹麦王国的海上活动。本研究采用历史方法和定性方法,批判性地分析文献和相关的实证数据。本文旨在探讨丹麦利用其机遇的经济战略,使丹麦成长为当时群岛上最大的海洋王国。demak海事研究的一个重要发现是,这个王国可以利用现有的机会,优化其潜力,并制定政策,这是demak成功的关键。(1)有利的社会条件,公众态度开放;(2)位于马六甲和马鲁古两个重要海域之间的战略位置;(3)与盟国建立良好关系,明智地对待竞争对手;(4)充分利用爪哇遗产资产,优化爪哇自然财富成果;(5)根据不同的关系类型,对与不同国家关系地位的多重态度。Â摘要:Artikel ini berfocus padaktivitas maritime Kerajaan Demak。Penelitian ini mongunakan方法,sejara, dengan, pendekatan质量,untuk, menganalysis, secara, kriis,文献和数据经验。在印度的战略经济中,印度的战略经济是印度的战略经济,印度的战略经济是印度的战略经济,印度是印度的战略经济。Temuan penting dari studtim Demak adalah kerajaan ini dapat memanfaatkan peluang yang ada, mengoptimalkan potensinya, dan membijakan yang menjadi kunci keberhasilan Demak。(1)康迪西社会杨、康迪西、康迪西、康迪西、康迪西、康迪西、公众杨、特布卡;(2)马鲁古的可能性战略:马鲁古的可能性战略;(3) membangun hubungan baik dengan negara-negara sekutu Dan bersikap bijak dalam menghadapi rival;(4) Memanfaatkan aset peninggalan Majapahit, mengoptimalkan hasil kekayaan alam Jawa;丹(5)sikap多hahadap状态hubungan dengan berbagai negara tergantung padjenis hubungan.Â
{"title":"Demak as the Maritime Kingdom on the North Coast of Java","authors":"Ismail Fahmi Arrauf Nasution, Anang Haris Himawan","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.25997","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.25997","url":null,"abstract":"Abstract: This article focuses on the maritime activities of the Demak Kingdom. This research uses historical methods with a qualitative approach to critically analyze literature and related empirical data. This article wants to explore Demak’s economic strategies in utilizing its opportunities so that Demak grows into the largest maritime kingdom in the Archipelago of its time. An important finding from Demak’s maritime study is that this kingdom can take advantage of the available opportunities, optimize its potential, and make a policy, which is the key to Demak’s success. (1) Conducive social conditions with open public attitudes; (2) strategic positions between two significant maritime levels, namely Malacca and Maluku; (3) building good relations with allied countries and being wise in dealing with rivals; (4) utilizing Majapahit heritage assets, optimizing the results of Java’s natural wealth; and (5) multi attitude towards the status of relations with various countries depending on the type of relations. Abstrak: Artikel ini berfokus pada aktivitas maritim Kerajaan Demak. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis secara kritis literatur dan data empiris terkait. Artikel ini ingin mendalami strategi ekonomi Demak dalam memanfaatkan peluangnya sehingga Demak tumbuh menjadi kerajaan maritim terbesar di Nusantara pada masanya. Temuan penting dari studi maritim Demak adalah kerajaan ini dapat memanfaatkan peluang yang ada, mengoptimalkan potensinya, dan membuat kebijakan yang menjadi kunci keberhasilan Demak. Secara rinci faktor pendorong kesuksesan Demak adalah (1) Kondisi sosial yang kondusif dengan sikap publik yang terbuka; (2) posisi strategis antara dua tingkat maritim penting, yaitu Malaka dan Maluku; (3) membangun hubungan baik dengan negara-negara sekutu dan bersikap bijak dalam menghadapi rival; (4) Memanfaatkan aset peninggalan Majapahit, mengoptimalkan hasil kekayaan alam Jawa; dan (5) sikap multi terhadap status hubungan dengan berbagai negara tergantung pada jenis hubungan. ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42752707","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.25774
R. Darini
Abstract: Indonesian historiography notes that East Sumatra is known for its poor treatment of plantation companies towards their workers. Nevertheless, the presence of plantation companies also causes East Sumatra to grow rapidly. This study aims to uncover the contributions provided by Deli Maatschappij in transforming East Sumatra into a more modern one and its impacts on plantation communities and local communities. The study uses critical historical methods that include heuristic activities, source criticism, interpretation, and historiography. The approach of social science is used as an analytical tool. The sources used in this study include the Deli Maatschappij memorial books, magazines, and other sources from the period. The results showed that Deli Maatschappij had a significant contribution to East Sumatra's transformation process, primarily related to its role in changes in transportation systems, health services, water supply, and education. It can be concluded that the community also had a positive impact from these changes. Abstrak: Historiografi Indonesia mencatat bahwa Sumatera Timur dikenal dengan perlakuan buruk perusahaan perkebunan terhadap pekerjanya. Kendati demikian, kehadiran perusahaan perkebunan juga menyebabkan Sumatera Timur berkembang pesat. Studi ini bertujuan untuk mengungkap kontribusi yang diberikan oleh Deli Maatschappij dalam mengubah Sumatera Timur menjadi lebih modern dan dampaknya terhadap masyarakat perkebunan dan masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis yang meliputi kegiatan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan ilmu sosial digunakan sebagai alat analisis. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buku peringatan Deli Maatschappij, majalah, dan sumber lain dari periode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Deli Maatschappij memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap proses transformasi di Sumatera Timur terutama terkait perannya dalam perubahan sistem transportasi, pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, dan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat juga merasakan dampak positif dari perubahan tersebut. Â
摘要:印尼史学指出,东苏门答腊以种植园公司对工人的恶劣待遇而闻名。然而,种植园公司的存在也使东苏门答腊迅速发展。Â本研究旨在揭示Deli Maatschappij在将东苏门答腊转变为一个更现代的地方方面所做的贡献及其对种植园社区和当地社区的影响。该研究使用批判性的历史方法,包括启发式活动,来源批评,解释和历史编纂。社会科学的方法被用作分析工具。本研究中使用的资料来源包括该时期的Deli Maatschappij纪念书籍、杂志和其他资料来源。结果表明,Deli Maatschappij对东苏门答腊的转型过程做出了重大贡献,主要与它在交通系统、卫生服务、供水和教育方面的作用有关。可以得出结论,社区也从这些变化中产生了积极的影响。Â摘要:历史学家印度尼西亚语bahwa sumata Timur dikenal dengan perlakuan buruk perusahaan perkebunan terhadap pekerjanya。Kendati demikian, kehadiran perusahaan perkebuan juga menyebabkan sumata Timur berkembang pesat。研究ini bertujuan untuk mengungkap kontribusi yang diberikan oleh Deli Maatschappij dalam mengubah sumata Timur menjadi lebih现代丹丹巴尼亚terhadap masyarakat perkebunan dan masyarakat本地。Penelitian ini menggunakan method sejara, kritis yang meliputi, kegiata, heurist, kritiknumber, interpretation, and史学。Pendekatan将会对社会进行分析。Sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buku peringatan Deli Maatschappij, majalah, dan Sumber lain dari period tersebut。Hasil penelitian menunjukkan bahwa Deli Maatschappij memiliki kontribusi yang sangat signfikan terhadap proses transformasi di Sumatera Timur terutama terkait perannya dalam perubahan系统transportasi, pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, dan pendidikan。Dapat dispulpulkan bahwa masyarakat juga merasakan dampak positif dari perubahan tersebut。一个一个
{"title":"Deli Maatschappij’s Contribution to the Transformation of East Sumatera, 1869-1940s","authors":"R. Darini","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.25774","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.25774","url":null,"abstract":"Abstract: Indonesian historiography notes that East Sumatra is known for its poor treatment of plantation companies towards their workers. Nevertheless, the presence of plantation companies also causes East Sumatra to grow rapidly. This study aims to uncover the contributions provided by Deli Maatschappij in transforming East Sumatra into a more modern one and its impacts on plantation communities and local communities. The study uses critical historical methods that include heuristic activities, source criticism, interpretation, and historiography. The approach of social science is used as an analytical tool. The sources used in this study include the Deli Maatschappij memorial books, magazines, and other sources from the period. The results showed that Deli Maatschappij had a significant contribution to East Sumatra's transformation process, primarily related to its role in changes in transportation systems, health services, water supply, and education. It can be concluded that the community also had a positive impact from these changes. Abstrak: Historiografi Indonesia mencatat bahwa Sumatera Timur dikenal dengan perlakuan buruk perusahaan perkebunan terhadap pekerjanya. Kendati demikian, kehadiran perusahaan perkebunan juga menyebabkan Sumatera Timur berkembang pesat. Studi ini bertujuan untuk mengungkap kontribusi yang diberikan oleh Deli Maatschappij dalam mengubah Sumatera Timur menjadi lebih modern dan dampaknya terhadap masyarakat perkebunan dan masyarakat lokal. Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis yang meliputi kegiatan heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan ilmu sosial digunakan sebagai alat analisis. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain buku peringatan Deli Maatschappij, majalah, dan sumber lain dari periode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Deli Maatschappij memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap proses transformasi di Sumatera Timur terutama terkait perannya dalam perubahan sistem transportasi, pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, dan pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat juga merasakan dampak positif dari perubahan tersebut.  ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46269932","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.23428
D. Pangestu, D. Kumalasari, A. Aman
Abstract: The paper aims to study the anti-Chinese incident in West Java. The research used the historiography method from Kuntowijoyo with the steps including topic selection, heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Ever since Indonesia's independence, the relationship between Pribumi and Chinese people is in social and economic discrepancy as they were experiencing an economic crisis. The strays of PRRI/Permesta and DI/TII still hold their grudge within the tough situation. What comes after is the riot between March and May 1963 that put Chinese people as the main target. On March 27, 1963, a raid happened in Cirebon initiated by the Pribumi. They attack the shops and houses of the Chinese people. The riot spread to Bandung on May 10, 1963, started with a fistfight between Chinese and Pribumi students in Bandung Institute of Technology. A day after, another riot is happening in Sumedang. From May 14 until 16, 1963, a series of property assaults are carried out by youngsters, students, and citizens in Bogor and Tasikmalaya. In Garut, vandalism happened on May 17 and 18, 1963, when the shops, houses, and factories were assaulted. From May 18 until 19, 1963, another riot started in Sukabumi when the mob began attacking the merchandise, properties, food supply, and Sukabumi market. This Chinese attacking incident involving Pribumi youngsters, college and high school students, and citizens. The incident was originally planned to be carried out throughout cities in West Java, but it did not turn out well. The initiators are scattered in every part of the cities in West Java, mostly dominated by college and school students and some residents. The impact of this incident is the spike in commodity prices and further social discrepancy. Abstrak: Artikel ini bertujuan mengkaji peristiwa anti Cina di Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode sejarah Kuntowijoyo dengan langkah-langkah pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sejak Indonesia merdeka hubungan Pribumi dan golongan Cina mempunyai kesenjangan hubungan sosial dengan ditambah keadaan krisis ekonomi. Sisa-sisa dari PRRI/Permesta dan DI/TII masih mempunyai reaksi ketidak puasan ditengah situasi yang sedang tidak menentukan. Akibatnya pada bulan Maret-Mei terjadi tindak kerusuhan yang merugikan golongan Cina. Pada tanggal 27 Maret 1963 pecah kerusuhan di Cirebon yang digerakan oleh kalangan Pribumi yang menyerang golongan Cina dengan merusak toko-toko dan rumah-rumah. Kerusuhan tersebut menjalar ke Bandung pada tanggal 10 Mei 1963 diawali oleh perkelahian di kampus ITB antara mahasiswa Cina dengan mahasiswa Pribumi. Pada 11 Mei 1963 pengrusakan kembali terjadi di Sumedang. Pada 14-16 Mei 1963 di Bogor dan Tasikmalaya terjadi pengrusakan yang dilakukan pemuda, pelajar dan rakyat. Di Garut aksi pengrusakan pecah pada 17-18 Mei 1963 dengan merusak rumah-rumah dan toko-toko serta pabrik-pabrik. Pada 18-19 Mei 1963 dimulai aksi di Sukabumi
{"title":"Anti-Chinese Incident in West Java in 1963","authors":"D. Pangestu, D. Kumalasari, A. Aman","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.23428","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.23428","url":null,"abstract":"Abstract: The paper aims to study the anti-Chinese incident in West Java. The research used the historiography method from Kuntowijoyo with the steps including topic selection, heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Ever since Indonesia's independence, the relationship between Pribumi and Chinese people is in social and economic discrepancy as they were experiencing an economic crisis. The strays of PRRI/Permesta and DI/TII still hold their grudge within the tough situation. What comes after is the riot between March and May 1963 that put Chinese people as the main target. On March 27, 1963, a raid happened in Cirebon initiated by the Pribumi. They attack the shops and houses of the Chinese people. The riot spread to Bandung on May 10, 1963, started with a fistfight between Chinese and Pribumi students in Bandung Institute of Technology. A day after, another riot is happening in Sumedang. From May 14 until 16, 1963, a series of property assaults are carried out by youngsters, students, and citizens in Bogor and Tasikmalaya. In Garut, vandalism happened on May 17 and 18, 1963, when the shops, houses, and factories were assaulted. From May 18 until 19, 1963, another riot started in Sukabumi when the mob began attacking the merchandise, properties, food supply, and Sukabumi market. This Chinese attacking incident involving Pribumi youngsters, college and high school students, and citizens. The incident was originally planned to be carried out throughout cities in West Java, but it did not turn out well. The initiators are scattered in every part of the cities in West Java, mostly dominated by college and school students and some residents. The impact of this incident is the spike in commodity prices and further social discrepancy. Abstrak: Artikel ini bertujuan mengkaji peristiwa anti Cina di Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode sejarah Kuntowijoyo dengan langkah-langkah pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Sejak Indonesia merdeka hubungan Pribumi dan golongan Cina mempunyai kesenjangan hubungan sosial dengan ditambah keadaan krisis ekonomi. Sisa-sisa dari PRRI/Permesta dan DI/TII masih mempunyai reaksi ketidak puasan ditengah situasi yang sedang tidak menentukan. Akibatnya pada bulan Maret-Mei terjadi tindak kerusuhan yang merugikan golongan Cina. Pada tanggal 27 Maret 1963 pecah kerusuhan di Cirebon yang digerakan oleh kalangan Pribumi yang menyerang golongan Cina dengan merusak toko-toko dan rumah-rumah. Kerusuhan tersebut menjalar ke Bandung pada tanggal 10 Mei 1963 diawali oleh perkelahian di kampus ITB antara mahasiswa Cina dengan mahasiswa Pribumi. Pada 11 Mei 1963 pengrusakan kembali terjadi di Sumedang. Pada 14-16 Mei 1963 di Bogor dan Tasikmalaya terjadi pengrusakan yang dilakukan pemuda, pelajar dan rakyat. Di Garut aksi pengrusakan pecah pada 17-18 Mei 1963 dengan merusak rumah-rumah dan toko-toko serta pabrik-pabrik. Pada 18-19 Mei 1963 dimulai aksi di Sukabumi ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45451791","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.29151
E. Susilowati
Abstract: This article studies the impact of modernization on traditional means of transportation in Banjarmasin port, South Kalimantan. Model of à Campo which is generally chosen when traditional sector is set against the modern, i.e. adoption, adaptation, relocation, and withdrawal (exit) is used to analyze the issues in this article. The results of this study show only two options that match with the model, i.e. adaptation and relocation when traditional perahu (Indonesian) faced modern shipping and trade in Banjarmasin port. Adaptation is the right choice, as the perahus will continue to exist. Often perahus do not have any other choice but to relocate their shipping and trading activities to a smaller pier in the hinterland of South Kalimantan. Abstrak: Artikel ini mengkaji dampak modernisasi pada alat transportasi tradisional di pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Model à Campo yang umumnya dipilih ketika sektor tradisional berlawanan dengan yang modern, yaitu adopsi, adaptasi, relokasi, dan penarikan (keluar) digunakan untuk menganalisis isu-isu dalam artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan hanya dua pilihan yang sesuai dengan model, yaitu adaptasi dan relokasi ketika perahu tradisional (Indonesia) menghadapi pelayaran dan perdagangan modern di pelabuhan Banjarmasin. Adaptasi adalah pilihan yang tepat, karena perahu-perahu akan terus ada. Seringkali perahu-perahu tidak punya pilihan lain selain merelokasi aktivitas pelayaran dan perdagangannya ke dermaga yang lebih kecil di pedalaman Kalimantan Selatan.
摘要:本文研究了现代化对南加里曼丹Banjarmasin港传统交通工具的影响。本文采用Ã Campo模型来分析传统部门与现代部门的对抗,即采用、适应、搬迁、退出(退出)。本研究的结果表明,当传统的perahu(印度尼西亚)面临Banjarmasin港口的现代航运和贸易时,只有两种选择与模型相匹配,即适应和搬迁。适应是正确的选择,因为也许会继续存在。通常,马来西亚人别无选择,只能将他们的航运和贸易活动转移到南加里曼丹内陆的一个较小的码头。Â摘要:加里曼丹Selatan的Artikel ini mengkaji dampak modernisasi padalat transportasi traditional di pelabuhan Banjarmasin。模型Ã Campo yang umumnya dipilih ketika部门传统berlawani和denganyang现代,yitu adopsi, adaptasi, relokasi, dan penarikan (keluar) digunakan untuk menganalisisu -isu dalam artikel ini。Hasil penelitian menunjukkan hanya dua pilihan yang sesuai dengan模型,yitu adaptasi dan relokasi ketika perahu传统(印度尼西亚)menghadapi pelayaran dan perdagangan现代di pelabuhan Banjarmasin。adapttasi adalah pilihan yang tepat, karena perahu-perahu akan terus ada。Kalimantan, Kalimantan, Kalimantan, Kalimantan, Kalimantan, Kalimantan。
{"title":"The Impact of Modernization on Traditional Perahus in Banjarmasin South Kalimantan Indonesia in the Twentieth Century","authors":"E. Susilowati","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.29151","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.29151","url":null,"abstract":"Abstract: This article studies the impact of modernization on traditional means of transportation in Banjarmasin port, South Kalimantan. Model of à Campo which is generally chosen when traditional sector is set against the modern, i.e. adoption, adaptation, relocation, and withdrawal (exit) is used to analyze the issues in this article. The results of this study show only two options that match with the model, i.e. adaptation and relocation when traditional perahu (Indonesian) faced modern shipping and trade in Banjarmasin port. Adaptation is the right choice, as the perahus will continue to exist. Often perahus do not have any other choice but to relocate their shipping and trading activities to a smaller pier in the hinterland of South Kalimantan. Abstrak: Artikel ini mengkaji dampak modernisasi pada alat transportasi tradisional di pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Model à Campo yang umumnya dipilih ketika sektor tradisional berlawanan dengan yang modern, yaitu adopsi, adaptasi, relokasi, dan penarikan (keluar) digunakan untuk menganalisis isu-isu dalam artikel ini. Hasil penelitian menunjukkan hanya dua pilihan yang sesuai dengan model, yaitu adaptasi dan relokasi ketika perahu tradisional (Indonesia) menghadapi pelayaran dan perdagangan modern di pelabuhan Banjarmasin. Adaptasi adalah pilihan yang tepat, karena perahu-perahu akan terus ada. Seringkali perahu-perahu tidak punya pilihan lain selain merelokasi aktivitas pelayaran dan perdagangannya ke dermaga yang lebih kecil di pedalaman Kalimantan Selatan.","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42140379","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.21008
Desi Rusmiati
Abstract: This article discusses Sedjarah Umum written by Anwar Sanusi, namely the historiography of history textbooks in transitional historical records. At the beginning of Indonesia's independence, textbooks for history subjects was faced a non-centric and Indonesian-centric examination style. Neerlando-centric is a style that studies old historiography that is used mostly by colonial education. Choosing Indonesia-centric was a new style of writing after independence which had the purpose of writing a history that made the Indonesian nation the main actor. Still, it did not solve the history of Europeans in the Indies. The method used in this study is discourse analysis. The results of the study in this paper are (1) The writing of the Sedjarah Umum textbook written by Anwar Sanusi can be published using Neerlando centric and Indonesian centric; (2) The Dutch in World War II were shown as mediators and victims; (3) Indonesia-centric is indicated by mentioning Indonesia as a unified country. This study also compares textbooks published by the Sedjarah Umum of Anwar Sanusi's works based on the analysis: there are Neerlando centric and Indonesia-centric approaches. Abstrak: Artikel ini membahas tentang historiografi Sedjarah Umum karangan Anwar Sanusi yaitu historiografi buku ajar sejarah dalam masa transisi. Pada awal kemerdekaan Indonesia, buku teks pelajaran sejarah dihadapkan pada gaya ujian non sentris dan Indonesia sentris. Neerlando-sentris adalah gaya yang mempelajari historiografi lama yang sebagian besar digunakan oleh pendidikan kolonial. Memilih Indonesia-sentris adalah gaya penulisan baru setelah kemerdekaan yang bertujuan untuk menulis sejarah yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemeran utamanya, tetapi tidak menyelesaikan sejarah bangsa Eropa di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Hasil penelitian dalam makalah ini adalah (1) Penulisan buku teks Sedjarah Umum karangan Anwar Sanusi diterbitkan dengan menggunakan Nerlando centric dan Indonesian centric; (2) Belanda dalam Perang Dunia II ditampilkan sebagai mediator dan korban; (3) Indonesia-sentris ditunjukkan dengan menyebut Indonesia sebagai negara kesatuan. Studi ini juga membandingkan buku teks Sedjarah Umum Anwar Sanusi berdasarkan pendekatan Neerlando centric dan Indonesia-centric. Â
{"title":"The Dutch Position in World War II in Sedjarah Umum Textbook by Anwar Sanusi","authors":"Desi Rusmiati","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.21008","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.21008","url":null,"abstract":"Abstract: This article discusses Sedjarah Umum written by Anwar Sanusi, namely the historiography of history textbooks in transitional historical records. At the beginning of Indonesia's independence, textbooks for history subjects was faced a non-centric and Indonesian-centric examination style. Neerlando-centric is a style that studies old historiography that is used mostly by colonial education. Choosing Indonesia-centric was a new style of writing after independence which had the purpose of writing a history that made the Indonesian nation the main actor. Still, it did not solve the history of Europeans in the Indies. The method used in this study is discourse analysis. The results of the study in this paper are (1) The writing of the Sedjarah Umum textbook written by Anwar Sanusi can be published using Neerlando centric and Indonesian centric; (2) The Dutch in World War II were shown as mediators and victims; (3) Indonesia-centric is indicated by mentioning Indonesia as a unified country. This study also compares textbooks published by the Sedjarah Umum of Anwar Sanusi's works based on the analysis: there are Neerlando centric and Indonesia-centric approaches. Abstrak: Artikel ini membahas tentang historiografi Sedjarah Umum karangan Anwar Sanusi yaitu historiografi buku ajar sejarah dalam masa transisi. Pada awal kemerdekaan Indonesia, buku teks pelajaran sejarah dihadapkan pada gaya ujian non sentris dan Indonesia sentris. Neerlando-sentris adalah gaya yang mempelajari historiografi lama yang sebagian besar digunakan oleh pendidikan kolonial. Memilih Indonesia-sentris adalah gaya penulisan baru setelah kemerdekaan yang bertujuan untuk menulis sejarah yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemeran utamanya, tetapi tidak menyelesaikan sejarah bangsa Eropa di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Hasil penelitian dalam makalah ini adalah (1) Penulisan buku teks Sedjarah Umum karangan Anwar Sanusi diterbitkan dengan menggunakan Nerlando centric dan Indonesian centric; (2) Belanda dalam Perang Dunia II ditampilkan sebagai mediator dan korban; (3) Indonesia-sentris ditunjukkan dengan menyebut Indonesia sebagai negara kesatuan. Studi ini juga membandingkan buku teks Sedjarah Umum Anwar Sanusi berdasarkan pendekatan Neerlando centric dan Indonesia-centric.  ","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44891821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-31DOI: 10.15294/PARAMITA.V31I1.26717
R. A. Surya, E. Nurdin
Abstract: History learning brings students the ability to construct past events. History as the means to shape youth characteristics in understanding the nation. However, there are several identical issues found within the history learning process that relates to many factors. The enrichment Triad Model is a theoretical learning model that was initially framed for gifted students. It has been applied and tested into any level of grade and many subjects and students with average ability. The Enrichment Triad Model has several prominences that are suitable for history learning. It enhances students’ interests, curiosity, participation, and also learning outcomes. Enrichment Triad Model has three main types with varied activities to be applied upon history learning: General Exploratory Activities, General Training Activities, and Individual and Small Investigation of Real Problems. Unfortunately, many Indonesian educators and scholars have not recognized this model, referring to the scarcity of publication. Besides, several prior research was mainly conducted on the gifted program, not the regular ones. This article is a descriptive study that discussing how Enrichment Triad Model being implemented in history learning for regular programs and to solve the common issues with providing interest-based learning. There is a growing interest in research on how the Enrichment Triad Model may support the needs of pedagogical practice. Abstrak: Sejarah sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter generasi muda dalam memahami bangsanya. Akan tetapi, ada banyak persoalan yang muncul dalam pembelajaran sejarah yang diakibatkan oleh berbagai factor. Enrichment Triad Model merupakan suatu model belajar yang adaptif yang pada awalnya diperuntukkan untuk peserta didik yang dianggap cerdas. Model ini telah diterapkan pada berbagai tingkat pendidikan dan berbagai mata pelajaran, dan juga peseta didik dengan kemampuan rata-rata. Enrichment Triad Model memiliki banyak keunggulan yang cocok untuk pembelajaran sejarah yang mampu meningkatkan ketertarikan, rasa ingin tahu, partisipasi, dan hasil belajar peserta didik. Enrichment Triad Model memiliki tiga tipe umum dengan berbagai aktivitas belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah, antara lain General Exploratory Acntivities, General Training Activities, dan Individual and Small Investigation of Real Problems. Masing-masing tahap bersifat akomodatif dan fleksibel. Namun demikian, model ini tidak banyak dikenal para pendidik dan akademisi di Indonesia berdasarkan jumlah publikasi yang ada. Selain itu, penelitian yang dilakukan sebelumnya lebih banyak diterapkan untuk program kelas khusus ‘anak berbakat,’ dibandingkan kelas regular. Artikel ini merupakan deskriptif yang membahas bagaimana penerapan Enrichment Triad Model dalam pembelajaran sejarah untuk kelas regular dan mengatasi persoalan-persoalan yang lazim ditemui dengan menyediakan pembelajaran berbasis minat peserta didik. Saat ini, kajian t
{"title":"Utilizing the Enrichment Triad Model in History Learning: a Conceptual Framework","authors":"R. A. Surya, E. Nurdin","doi":"10.15294/PARAMITA.V31I1.26717","DOIUrl":"https://doi.org/10.15294/PARAMITA.V31I1.26717","url":null,"abstract":"Abstract: History learning brings students the ability to construct past events. History as the means to shape youth characteristics in understanding the nation. However, there are several identical issues found within the history learning process that relates to many factors. The enrichment Triad Model is a theoretical learning model that was initially framed for gifted students. It has been applied and tested into any level of grade and many subjects and students with average ability. The Enrichment Triad Model has several prominences that are suitable for history learning. It enhances students’ interests, curiosity, participation, and also learning outcomes. Enrichment Triad Model has three main types with varied activities to be applied upon history learning: General Exploratory Activities, General Training Activities, and Individual and Small Investigation of Real Problems. Unfortunately, many Indonesian educators and scholars have not recognized this model, referring to the scarcity of publication. Besides, several prior research was mainly conducted on the gifted program, not the regular ones. This article is a descriptive study that discussing how Enrichment Triad Model being implemented in history learning for regular programs and to solve the common issues with providing interest-based learning. There is a growing interest in research on how the Enrichment Triad Model may support the needs of pedagogical practice. Abstrak: Sejarah sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter generasi muda dalam memahami bangsanya. Akan tetapi, ada banyak persoalan yang muncul dalam pembelajaran sejarah yang diakibatkan oleh berbagai factor. Enrichment Triad Model merupakan suatu model belajar yang adaptif yang pada awalnya diperuntukkan untuk peserta didik yang dianggap cerdas. Model ini telah diterapkan pada berbagai tingkat pendidikan dan berbagai mata pelajaran, dan juga peseta didik dengan kemampuan rata-rata. Enrichment Triad Model memiliki banyak keunggulan yang cocok untuk pembelajaran sejarah yang mampu meningkatkan ketertarikan, rasa ingin tahu, partisipasi, dan hasil belajar peserta didik. Enrichment Triad Model memiliki tiga tipe umum dengan berbagai aktivitas belajar yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah, antara lain General Exploratory Acntivities, General Training Activities, dan Individual and Small Investigation of Real Problems. Masing-masing tahap bersifat akomodatif dan fleksibel. Namun demikian, model ini tidak banyak dikenal para pendidik dan akademisi di Indonesia berdasarkan jumlah publikasi yang ada. Selain itu, penelitian yang dilakukan sebelumnya lebih banyak diterapkan untuk program kelas khusus ‘anak berbakat,’ dibandingkan kelas regular. Artikel ini merupakan deskriptif yang membahas bagaimana penerapan Enrichment Triad Model dalam pembelajaran sejarah untuk kelas regular dan mengatasi persoalan-persoalan yang lazim ditemui dengan menyediakan pembelajaran berbasis minat peserta didik. Saat ini, kajian t","PeriodicalId":30724,"journal":{"name":"Paramita Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47414669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}